Uploaded by User96961

LAPORAN LP and LK GERD

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D DENGAN GERD
(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT II
SARTIKA ASIH BANDUNG
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Oleh
FIRDAUS NURUL AZMI
G1A160032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien TN. D Dengan GERD
(Gastroesophageal Reflux Disease) Di Ruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara
Tingkat II Sartika Asih Bandung”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang diampu oleh Ganjar
Safari, S.Kep., Ners., M.M
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga laporan ini selesai sesuai dengan waktunya. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat sangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang
ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang “Asuhan Keperawatan pada
Pasien GERD. Penyusun juga mengharapkan laporan ini dapat memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
ilmu pengetahuan kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 1
A.
Pengertian ................................................................................................................... 1
B.
Etiologi........................................................................................................................ 1
C.
Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 2
D.
Patofisiologi ................................................................................................................ 3
E.
Komplikasi .................................................................................................................. 6
F.
Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................. 6
G.
Penatalaksanaan .......................................................................................................... 8
H.
Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 11
I.
Intervensi Keperawatan............................................................................................. 11
BAB II............................................................................................................................... 17
TINJAUAN KASUS ......................................................................................................... 17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D DENGAN GERD
(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TINGKAT II SARTIKA ASIH BANDUNG ................................... 17
A.
PENGKAJIAN .......................................................................................................... 17
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................................................. 26
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................................ 27
D.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ..................................................................... 28
E.
EVALUASI KEPERAWATAN ............................................................................... 31
F.
CATATAN PERKEMBANGAN ............................................................................. 31
BAB III ............................................................................................................................. 32
PENUTUP ........................................................................................................................ 32
A.
Kesimpulan ............................................................................................................... 32
B.
Saran ......................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 33
ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gastroesophageal reflux disease adalah gerakan terbalik pada makanan
dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut.
Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi
perut mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal sphincter bagian
bawah) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
GERD adalah suatu kondisi di mana cairan lambung mengalami
refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar,
nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi. Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kegagalan dari
mekanisme antireflux untuk melindungi mukosa esophagus terhadap refluks
asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang.
B. Etiologi
1. Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter)
2. Bersihan asam dari lumen esophagus menurun
3. Ketahanan epitel esophagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esophagus yaitu : PH<2, adanya
pepsin, garam empedu, HCl
5. Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying)
6. Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas visceral
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
1
9. Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obat-obatan yang
bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah
termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai
antihistamin dan beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium,
progesteron, dan nitrat.
10. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
11. Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
C. Manifestasi Klinis
1. Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)
2. Muntah
3. Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan
menjalar ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah
makan atau ketika berbaring
4. Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan
(stricture) pada kerongkongan dari reflux.
5. Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan,
bisa dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang
biasanya berlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya,
mirip dengan lokasi panas dalam perut.
6. Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada
saluran udara
7. Suara parau
8. Ludah berlebihan (water brash)
2
9. Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)
10. Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)
11. Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak)
12. Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan
pendarahan yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah
kemungkinan dimuntahkan atau keluar melalui saluran pencernaan,
menghasilkan kotoran berwarna gelap, kotoran berwarna ter (melena)
atau darah merah terang, jika pendarahan cukup berat.
13. Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks
berulang, lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan
sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa
terjadi bahkan pada gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah
sebelum kanker dan berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.
D. Patofisiologi
GERD terjadi karena beberapa factor seperti Hiatus hernia, pendeknya
LES, penggunaan obat-obatan, faktor hormonal yang menyebabkan penurunan
tonus LES dan terjadi relaksasi abnormal LES sehingga timbul GERD. Hiatus
hernia juga menyebabkan bagian dari lambung atas yang terhubung dengan
esophagus akan mendorong ke atas melalui diafragma sehingga terjadi
penurunan tekanan penghambat refluks dan timbul GERD. Selain itu, GERD
juga terjadi karena penurunan peristaltic esophagus dimana terjadi penurunan
kemampuan untuk mendorong asam refluks kembali ke lambung, kelemahan
kontraksi LES dimana terjadi penurunan kemampuan mencegah refluks,
penurunan pengosongan lambung dimana terjadi memperlambat distensi
lambung, dan infeksi H. Pilory dan korpus pedominas gastritis. GERD dapat
menimbulkan perangsangan nervus pada esophagus oleh cairan refluks
mengakibatkan nyeri akut. Selain itu GRED menyebabkan kerusakan sel
3
skuamosa epitel yang melapisi esophagus sehingga terjadi nyeri akut,
gangguan menelan, dan bersihan jalan nafas tidak efektif. Gangguan nervus
yang mengatur pernafasan juga disebabkan oleh GERD sehingga timbul pola
nafas tidak efektif. Disamping itu GERD menyebabkan refluks cairan masuk
ke laring dan tenggorokan, terjadi resiko aspirasi dan jika teraspirasi maka
timbul masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. GERD dapat menyebabkan
refluks asam lambung dari lambung ke esophagus sehingga timbul odinofagia,
merangsang pusat mual di hipotalamus, cairan terasa pada mulut, aliran balik
dalam jumlah banyak sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan timbul
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
pressure
zone)
yang
dihasilkan
oleh
kontraksi lower
esophageal
sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan
kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan,
atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik
dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak
ada atau sangat rendah (< 3 mmHg). Refluks gastroesofageal pada pasien
GERD terjadi melalui 3 mekanisme:
a. Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat
b. Aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah
menelan
c. Meningkatnya tekanan intraabdominal
Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis terjadinya
GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esophagus dan
faktor ofensif dari bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esophagus,
adalah pemisah antirefluks (lini pertama), bersihan asam dari lumen
esophagus (lini kedua), dan ketahanan epithelial esophagus (lini ketiga).
Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya
pilorik.
4
Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung dari bahan yang
dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa esophagus makin meningkat pada
pH < 2, atau adanya pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu
yang memiliki potensi daya rusak paling tinggi adalah asam.
Faktor-faktor lain yang berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah
kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara
lain dilatasi lambung, atau obstruksi gastric outlet dan delayed gastric
emptying.
Peranan infeksi helicobacter pylori dalam patogenesis GERD relatif
kecil dan kurang didukung oleh data yang ada. Namun demikian ada
hubungan terbalik antara infeksi H. pylori dengan strain yang virulens (Cag A
positif) dengan kejadian esofagitis, Barrett’s esophagus dan adenokarsinoma
esophagus. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap GERD merupakan
konsekuensi logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam
lambung. Pengaruh eradikasi infeksi H. pylori sangat tergantung kepada
distribusi dan lokasi gastritis. Pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala
refluks pra-infeksi H. pylori dengan predominant antral gastritis, pengaruh
eradikasi H. pylori dapat menekan munculnya gejala GERD. Sementara itu
pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks pra-infeksi H. pylori
dengan corpus predominant gastritis, pengaruh eradikasi H. pylori dapat
meningkatkan sekresi asam lambung serta memunculkan gejala GERD. Pada
pasien-pasien dengan gejala GERD pra-infeksi H. pylori dengan antral
predominant gastritis, eradikasi H. pylori dapat memperbaiki keluhan GERD
serta menekan sekresi asam lambung. Sementara itu pada pasien-pasien
dengan gejala GERD pra-infeksi H. pylori dengan corpus predominant
gastritis, eradikasi H. pylori dapat memperburuk keluhan GERD serta
meningkatkan sekresi asam lambung. Pengobatan PPI jangka panjang pada
pasien-pasien dengan infeksi H. pylori dapat mempercepat terjadinya gastritis
atrofi. Oleh sebab itu, pemeriksaan serta eradikasi H. pylori dianjurkan pada
pasien GERD sebelum pengobatan PPI jangka panjang.
5
Non-acid reflux turut berperan dalam patogenesis timbulnya gejala
GERD. Non-acid reflux adalah berupa bahan refluksat yang tidak bersifat
asam atau refluks gas. Dalam keadaan ini, timbulnya gejala GERD diduga
karena hipersensitivitas visceral.
E. Komplikasi
1. Erosif esofagus
2. Esofagus barrett’s
3. Striktur esofagus
4. Gagal tumbuh (failur to thrive)
5. Perdarahan saluran cerna akibat iritasi
6. Aspirasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan
standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break
di esophagus (esofagitis refluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada
pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan
gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive reflux disease
(NERD).
2. Esofagografi dengan barium
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan
seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis
6
ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.
Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak sensitive untuk diagnosis GERD,
namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari
endoskopi, yaitu pada stenosis esophagus derajat ringan akibat esofagitis
peptic dengan gejala disfagia, dan pada hiatus hernia.
3. Monitoring pH 24 jam
Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian
distal esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan
menempatkan mikroelektroda pH pada bagian distal
esophagus.
Pengukuran pH pada esophagus bagian distal dapat memastikan ada
tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas
LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.
4. Tes Perfusi Berstein
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang
transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esophagus dengan HCl 0,1
M dalam waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat pelengkap terhadap
monitoring pH 24 jam pada pasien-pasien dengan gejala yang tidak khas.
Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya
dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri,
maka test ini dianggap positif. Test Bernstein yang negative tidak
menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari esophagus.
5. Manometri esofagus : mengukuran tekanan pada katup kerongkongan
bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang
normal dari katup yang berfungsi buruk kekuatan sphincter
7
G. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya
hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai
dilakukan terapi
endoskopik.
Target
penatalaksanaan
GERD adalah
menyembuhkan lesi esophagus, menghilangkan gejala/keluhan, mencegah
kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah timbulnya
komplikasi.
1. Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan
GERD, namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum
ada studi yang dapat memperlihatkan kemaknaannya, namun pada
dasarnya usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta
mencegah kekambuhan.
2. Terapi medikamentosa
Terdapat berbagai tahap perkembangan terapi medikamentosa pada
penatalaksanaan GERD ini. Dimulai dengan dasar pola pikir bahwa
sampai saat ini GERD merupakan atau termasuk dalam kategori gangguan
motilitas saluran cerna bagian atas. Namun dalam perkembangannya
sampai saat ini terbukti bahwa terapi supresi asam lebih efektif daripada
pemberian obat-obat prokinetik untuk memperbaiki gangguan motilitas.
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala
menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan
esofagitisnya). Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup
efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi
medikamentosa GERD :
a. Antasid
8
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan
gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain
sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan
sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonis reseptor H2
Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine,
famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan
obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat
ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.
c. Obat-obatan prokinetik
Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena
penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada
prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan
sekresi asam.
d. Metoklopramid
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya
rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam
penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan
antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena
melalui sawar darah otak, maka dapat timbul efek terhadap susunan
saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia.
e. Domperidon
Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek
samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak
melalui
sawar
darah
otak.
9
Walaupun
efektivitasnya
dalam
mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum banyak
dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus
LES serta mempercepat pengosongan lambung.
f. Cisapride
Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES.
Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi
esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon.
g. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)
Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak
memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja
dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai
buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan
garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena
bekerja secara topikal (sitoproteksi).
h. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)
Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan
GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa
proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang
dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.
Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta
penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat
serta yang refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2.
Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial)
yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (maintenance therapy)
selama 4 bulan atau on-demand therapy, tergantung dari derajat
esofagitisnya.
10
H. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks
laring dan glotis terhadap cairan refluks.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual
dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke
laring dan tenggorokan.
6. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada
esophagus akibat gastroesofageal reflux disease.
7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.
I. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa
Tujuan & Kh
Intervensi
1.
Risiko
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor
aspirasi
keperawatan selama 3x24
kesadaran,
berhubungan
jam masalah aspirasi pada
batuk
dengan
klien dapat diatasi dengan
kemampuan
pembersihan jalan
hambatan
kriteria hasil:
menelan.
napas.
menelan,
2. Naikkan
Rasional
tingkat 1. Meningkatkan
reflek
dan
paru
maksimal dan alat
kepala 2. Meningkatkan
penurunan re
Status hasil:
30-45
fleks laring
-
setelah makan.
Klien dapat bernafas
ekspansi
derajat
pengisian
seluruh
udara
segmen
dan glotis
dengan mudah, tidak
paru, memobilisasi
terhadap
irama,
dan mengeluarkan
frekuensi
pernafasan
sekret.
11
cairan refluks.
normal skala 4
-
3. Potong
Pasien
mampu
menelan,
makanan 3. Menghindari
kecil kecil.
terjadinya
mengunyah
aspirasi yang terlalu
tanpa terjadi aspirasi,
tinggi.
dan mampu melakukan 4. Hindari
-
risiko
makan 4. Dapat membatasi
oral hygiene skala 4
kalau residu masih ekspansi gastroesofagus
Jalan
banyak
nafas
paten,
mudah bernafas, tidak
merasa
tercekik
dan
tidak ada suara nafas
abnormal skala 4
2.
Defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor
status 1. Perubahan
hidrasi.
pada
cairan
keperawatan selama 3x 24
kapasitas gaster dan
berhubungan
jam, defisit volume cairan
mual
dengan
pada klien dapat diatasi
mempengaruhi
pemasukan
dengan kriteria hasil:
masukan
sangat
dan
yang
kurang, -
Mempertahankan urine
kebutuahan cairan,
mual
dan
output sesuai dengan
peningkatan risiko
usia
dehidrasi.
muntah
/
pengeluaran
BB,
BJ
urine
normal skala 4
yang
-
berlebihan.
2. Kaji tanda vital, 2. Indikator
Tidak ada tanda-tanda
catat
perubahan
dehidrasi,
TD,
takikardi,
elastisitas
turgor kulit baik dan
turgor kulit dan
Definisi:
tidak ada rasa haus
kelembaban
penurunan
yang berlebihan skala 4
membran mukosa.
cairan
-
Berat badan stabil skala 3. Berikan
dehidrasi/hipovole
mia,
keadekuatan
penggantian cairan.
cairan 3. Menggantikan
intravaskuler,
4
interstisial dan -
Hematokrit
atau
skala 4
keseimbangan
Tidak ada ascites skala
cairan dalam fase
4
segera dan pasien
interseluler.
Mengarah
ke
tambahan
menurun
sesuai indikasi.
IV
kehilangan
dan
cairan
memperbaiki
dehidrasi
mampu memenuhi
kehilangan
cairan per oral.
12
cairan dengan
4. Dorong
pengeluaran
masukan 4. Memungkinkan
oral bila mampu
sodium.
penghentian
tindakan dukungan
cairan infasif dan
kembali ke normal.
3.
Ketidakseimba
ngan
Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan
nutrisi keperawatan selama 2x24
kurang
dari jam,
nutrisi pada klien
kebutuhan
dapat
diatasi
tubuh
kriteria hasil:
berhubungan
-
dengan
Peningkatan
pasien
yang
pada 1. Dengan
makanan
disukainya
memilih
makanan
yang
disukai
pasien
dan makanan yang
maka selera makan
tidak disukainya.
si
berat 2. Buat
jadwal
pasien
akan
bertambah
dan
dengan intake
badan sesuai dengan
masukan tiap jam.
dapat
mengurangi
kurang akibat
tujuan skala 4
Anjurkan
rasa
mual
mual
Tidak ada tanda-tanda
mengukur
muntah.
malnutrisi skala 4
cairan/makanan
Tidak ada penurunan
dan minum sedikit
pembagian,
berat
demi sedikit atau
kapasitas
gaster
menurun
kurang
dan -
muntah.
Definisi:
badan
yang
intake
nutrisi
berarti skala 4
makan
tidak
cukup -
Mengidentifikasi skala
perlahan.
untuk
keperluan
metabolisme
nutrisi skala 4
-
3. Beritahu
secara
2. Setelah
dari
pasien
dan
tindakan
50
sehingga
perlu
Stamina dan energi ada
untuk duduk saat
makan
skala 4
makan/minum.
sedikit/sering.
tubuh
4. Tekankan
ml,
3. Menurunkan
pentingnya
kemungkinan
menyadari
aspirasi.
kenyang
dan 4. Makan
berlebihan
menghentikan
dapat
masukan.
mengakibatkan
5. Timbang
berat
mual dan muntah
badan tiap hari. 5. Pengawasan
Buat jadwal teratur
kehilangan dan alat
setelah pulang.
pengkajian
6. Kolaborasi dengan
13
kebutuhan nutrisi
ahli gizi
6. Perlu
bantuan
dalam perencanaan
diet
yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi
4.
Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan 1. Kurangi
berhubungan
keperawatan selama 3x24
dengan
jam, pasien
inflamasi
mengalami nyeri, dengan
lapisan
kriteria hasil:
esofagus
-
presipitasi nyeri
tidak 2. Tingkatkan
Mampu
istirahat
nyeri maka pasien
tidak
terlalu
tentang
nyeri
nyeri (tahu penyebab
seperti
penyebab
nyeri,
nyeri, berapa lama 2. Menurunkan
mampu
tehnik
nyeri
nonfarmakologi untuk
berkurang,
mengurangi
antisipasi
nyeri,
Melaporkan
bahwa
merasakan
intensitas nyeri.
akan
tegangan abdomen
dan
dan meningkatkan
rasa kontrol.
ketidaknyamanan
prosedur.
nyeri berkurang dengan 4. Ajarkan
-
pencetus
mengontrol
mencari bantuan)
-
berkurangnya
faktor
3. Berikan informasi
menggunakan
-
faktor 1. Dengan
tentang
3. Pemberian
informasi
yang
berulang
dapat
menggunakan
teknik
mengurangi
manajemen nyeri
nonfarmakologi
kecemasan
Mampu
seperti
teknik
terhadap
nafas
nyerinya.
mengenali
rasa
pasien
rasa
nyeri (skala, intensitas,
relaksasi
frekuensi dan tanda
dalam,
distraksi 4. Meningkatkan
Tanda
dan
kompres
vital
dalam
rentang normal
hangat/dingin.
5. Berikan analgesik
relaksasi,
memfokuskan
kembali
perhatian
untuk mengurangi
dan meningkatkan
nyeri
kemampuan
koping.
5. Perlu
penanganan
obat
memudahkan
14
untuk
istirahat
adekuat
dan penyembuhan
5.
Bersihan
Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan
jalan
keperawatan selama 1x24
untuk
tempat
tidak
jam
memaksimalkan
mempermudah
efektif berhu
menunjukkan kriteria hasil:
ventilasi
fungsi
nafas
klien
dapat
pasien 1. Peninggian kepala
tidur
pernapasan
bungan dengan 1. jalan nafas yang paten
dengan
refluks cairan
(tidak tercekik, irama
menggunakan
ke laring dan
nafas dan pola nafas
gravitasi.
tenggorokan
dalam rentang normal)
skala 4
2. Lakukan
fisioterapi
2. Fisioterapi
dada
jika perlu
dada
dapat
mengeluarkan sisa
sekret yang masih
tertinggal.
3. Atur intake untuk 3. Keseimbangan
cairan
akan stabil apabila
mengoptimalkan
antara
keseimbangan.
dan
pemasukan
pengeluaran
diatur
6.
Gangguan
Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu
Menelan
keperawatan selama 1x24
dengan
hiperekstensi,
berhubungan
jam
mengontrol kepala
membantu
dengan
menelan pada klien dapat
mencegah aspirasi
penyempitan
diatasi
dan meningkatkan
/strikture
hasil:
kemampuan untuk
pada
-
menelan.
maka
dengan
gangguan
pasien 1. Menetralkan
kriteria
Klien dapat menelan
esophagus
makanan
dengan 2. Letakkan
akibat
sempurna skala 4
pada
pasien 2. Menggunakan
posisi
gravitasi
untuk
gastroesophe
duduk/tegak
memudahkan
gal
selama dan setelah
proses menelan.
reflux
disease
makan.
15
3. Berikan
makan 3. Pasien
dapat
perlahan
pada
berkonsentrasi pada
lingkungan
yang
mekanisme makan
tenang
tanpa
adnya
gangguan distraksi
dari luar
7.
Ansietas
Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong
berhubungan
keperawatan selama 1x24
untuk
kesempatan
dengan proses
jam, ansietas pada klien
mengungkapkan
memeriksa
penyakit
dapat
pikiran
takut realistis serta
diatasi
dengan
kriteria hasil:
-
-
-
dan
perasaan.
Menyingkirkan
untuk
rasa
kesalahan
tanda 2. Berikan informasi
konsep
tentang diagnosis.
kecemasan skala 4
yang
Merencanakan strategi
dipercaya
dan
untuk
koping skala 4
konsisten
dan
interpersonal lebih
Intensitas
dukungan
untuk
kecemasan
skala 4
-
pasien 1. Memberikan
orang terdekat.
Mencari
untuk
dapat 2. Memungkinkan
informasi 3. Tingkatkan
menurunkan
tenang
cemas skala 4
baik
dan
menurunkan
rasa
rasa
ansietas dan rasa
dan
takut.
lingkungan tenang.
4.
interaksi
Pertahankan
3. Memudahkan
istirahat,
kontak
sering
menghemat energi
dengan
pasien,
dan meningkatkan
bicara
dengan
kemampuan
menyentuh
tepat.
bila
koping.
4. Memberikan
keyakinan
bahwa
pasien tidak sendiri
atau
ditolak,
mengembangkan
kepercayaan.
16
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D DENGAN GERD
(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) DI RUANG IGD RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT II SARTIKA ASIH BANDUNG
Rumah Sakit
: Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung
Ruangan
: IGD
Tanggal Pengkajian
: 25 Desember 2019 Jam: 06.15 WIB
Diagnosa Medis
: GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn. Didi Sutisna
Nama
: Ny. Yuyun
Umur
: 77 tahun 1 bulan
Umur
: 49 tahun
J. kelamin
: laki-laki
J. Kelamin
: Perempuan
Suku
: Sunda
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMA
No. RM
: 00.232.517
No. RM
:-
Alamat
: Kp. Sukamanah Rt.03/07
Alamat
: Kp. Sukamanah Rt.03/07
Kel. Wates Kec. Bandung
Kel. Wates Kec. Bandung
Kidul Kota Bandung
Kidul Kota Bandung
17
RESUME KASUS
Tn. D datang pada hari Rabu 25 Desember 2019 pukul 05.40 WIB dengan
keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
ulu hati dirasakan panas hingga dada, klien juga mengatakan melilit dan mual.
BAB terakhir 1 hari yang lalu berwarna kecokelatan, flatus (+), BAK tidak ada
keluhan. Sesak sudah 2 hari, batuk sudah 1 bulan yang lalu disertai demam, BB
menurun, dan berkeringat pada saat malam hari. 7 hari yang lalu klien di rawat di
RS Sartika Asih dengan diagnosa TB Paru + BP + CPC.
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. D datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri ulu hati dirasakan panas hingga dada, klien juga
mengatakan melilit dan mual. BAB terakhir 1 hari yang lalu berwarna
kecokelatan, flatus (+), BAK tidak ada keluhan. Sesak sudah 2 hari, batuk
sudah 1 bulan yang lalu disertai demam, BB menurun, dan berkeringat
pada saat malam hari.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya
7 hari yang lalu klien di rawat di RS Sartika Asih dengan diagnosa TB
Paru + BP + CPC
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dari Tn. D mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami
sakit seperti ayahnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
18
- Suara jantung
 S1 S2 Tunggal
Reguler  Iregular
- Nadi
- Capilary refill
 < 3 detik
- JVP
 Normal
- Murmur
Kardiovaskuler
- Gallop
- Akral
S4
HR 102x/menit
> 3 detik
Meningkat ….. cm
Ya
 Tidak
Ya
 Tidak
 hangat
- Oedem
- Lain- lain
S3
Dingin
Ya, lokasi  Tidak
Tidak ada
-
Bentuk dada
Simetris
-
Bunyi nafas
 Bronkial
Bronkovesikular
Vesikular
Integumen
Respiratory
Suara nafas tambahan
 Tidak
-
Whezing
-
Ronchi
-
Stridor
 Tidak
Ya,
-
Snoring
 Tidak
Ya,
Batuk
 Tidak
Ya, Produktif/ tidak, secret……
Pemakaian otot Bantu nafas
 Tidak
Ya, ……………….
RR
Ya, (kanan/kiri)
Tidak  Ya, (kanan/kiri)
24 x/menit
-
Lain – lain
-
Warna kulit
Cokelat
-
Kelembaban
 lembab
-
Icterus
-
Turgor
-
Jejas
 tidak
ada, ……cm. lokasi…………
-
Luka
 tidak
ada …….cm lokasi…………
-
Luka bakar
 tidak
ada
-
Lain – lain
Tidak ada
Tidak ada
Tidak
19
berkeringat
kering
ya, lokasi……….
-
Pupil
 Isokor
Reflek cahaya
Normal
Anisokor
Neurologi
Diameter
-
GCS
-
Reflek patologis
babinski
-
Reflek fisiologis
 bisep  trisep
-
Meningeal Sign
kernig
-
Parestesia
 tidak
-
Gangguan N I s/d N XII
Tidak ada
-
Lain – lain
Tidak ada
-
Riwayat
Composmentis E4V5M6
pertumbuhan
perkembangan fisik
dan  Perubahan
chadock
regresi tidak ada
achiles  patela
kaku kuduk
Brudzinki I
ada, ……cm. lokasi…………
ukuran kepala, tangan atau kaki
pada waktu dewasa
Kekeringan kulit atau rambut
Exopthalmus
Goiter
Hipoglikemia
Tidak toleran terhadap panas
Endokrin
Tidak toleran terhadap dingin
Polidipsi
-
Lain – lain
Poliphagi
Tidak ada masalah
20
Poliuri
 Bebas
-
Kemampuan pergerakan sendi
-
Parese
Ya
Tidak
-
Paralise
Ya
Tidak
-
Hemiparese
Ya
Tidak
-
Kontraktur
Ya
Tidak
-
Lain- lain
Terbatas
…………………………
…………………………
Ekstremitas
-
Atas
 Tidak ada kelainan
Patah tulang
Peradangan
Perlukaan
Lokasi…………………….
-
Bawah
 Tidak ada kelainan
Patah tulang
Peradangan
Perlukaan
Lokasi punggung kaki kiri.
Muskuloskeletal
-
Tulang belakang
 Tidak ada kelainan
Patah tulang
Peradangan
Perlukaan
Lokasi…………………….
-
Lain –lain
Tidak ada
21
Abdomen
-
Kontur Abdomen
 Normal
-
Jejas
 Tidak
-
Bising usus
-
Meteorismus
 Tidak
ya
-
Nyeri tekan
 Tidak
ya, lokasi………
-
Pembesaran Hepar
 Tidak
ya, ……..cm bawah arcus costae
-
Pembesaran Limpa
 Tidak
ya
-
Teraba Massa
-
Ascites
 Tidak
ya, lokasi………………………..
-
BAB frekwensi/ konsistensi
 Tidak
ya
-
Mual/ muntah
-
Lain – lain
Tidak
distensi
ya,……cm, lokasi……..
 ada, 12 x/mt
1 x/hari
Tidak  ya, mual saja
Nutrisi
Pola makan
Tidak ada
-
Jenis Diet/ kalori
-
Mendapat makanan tambahan
-
Klien makan Makanan yang Tidak habis 1 porsi 1 piring 3x/hari
 Tidak
Ya,……………………..
Gastrointestinal
disajikan
-
Kesulitan menelan
 Tidak
-
TB/BB
cm / kg
-
Terpasang Alat Bantu
 Tidak
-
Lain – lain
Tidak ada
22
ya
ya………………………
Konsep Diri
Tanggapan tentang tubuh
-
Bagian tubuh yang disukai..……………………
Citra diri / body image
Bagian tubuh yang tidak disukai………………
Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh yang
lainnya………………………………………….
Status klien dalam keluarga
-
Identitas
anak
istri  suami
kepuasan klien terhadap status dan posisinya
dalam keluarga  puas
tidak puas
kepuasan klien terhadap jenis kelaminya
 puas
23
tidak puas
-
Peran
tanggapan klien terhadap perannya
 senang
tidak senang
lain – lain……………………………………..
kemampuan / kesanggupan klien melaksanakan
perannya  sanggup
tidak sanggup
kepuasan klien melaksanakan perannya
 puas
tidak puas
lain- lain…………………………………………
-
Ideal diri / harapan
harapan klien terhadap tubuhnya selalu sehat
posisi (dalam pekerjaan)
status (dalam keluarga) ayah dan suami
tugas/ pekerjaan tidak bekerja
Harapan klien terhadap penyakit yang dideritanya
Klien selalu berharap semoga selalu sehat.
-
Harga diri
tanggapan klien terhadap harga dirinya : klien
sangat menghargai dirinya.
-
Sosial /interaksi
Klien sering dikunjungi oleh keluarga ya klien
sering dikunjungi oleh anak-anaknya
Hubungan klien dengan keluarga baik
Dukungan keluarga terhadap klien : semua
Psikososial
keluarga sangat mendukung klien
-
Spiritual
Klien melaksanakan sholat 5 waktu dan rutin
menghadiri pengajian.
24
D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, X-RAY,
DLL) :
No. Jenis Pemeriksaan
1.
2.
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
11,9 g/dl
12-18
Leukosit
10.000 /mm3
4.000-10.000
Hematokrit
36%
37-48
Trombosit
204.000 /mm3
150.000-400.000
Ureum
29 mg/dl
20-40
Kreatinin
2,3 mg/dl
0,3-1,5
SGOT
1164 U/L
5-40
SGPT
556 U/L
<32
Gula darah sewaktu
104 mg/dl
< 150
Hematologi
Kimia
Elektrolit
-
Natrium
132,36 mg/dl
138-145
-
Kalium
4,33
3,5 – 5,1
-
Klorida
95,04
96 – 110
E. TERAPI
1.
Infus RL 500/ 24 jam 7 tpm
2.
Infus D5 20 tpm
3.
O2 4 lpm Nasal canul
4.
Injeksi Pantoprazole 1x40 mg
5.
Injeksi granisentron 1x1
6.
Injeksi ketorolac 30 mg
7.
OAT (STOP jam 07.10)
8.
Concor
9.
Injeksi furosemid 2x40 mg
10. Curcuma 3x1 (STOP jam 07.10)
25
ANALISA DATA
Nama Pasien
: Tn. D
Umur
: 77 tahun 1 bulan
NO
DATA ( DS/DO)
MASALAH
ETIOLOGI
1.
DS :
Nyeri akut
Inflamasi lapisan
-
Klien mengeluh nyeri ulu hati
sejak 2 hari yang lalu
-
Nyeri ulu hati dirasakan panas
hingga dada
-
klien juga mengatakan melilit
dan mual
DO:
S : 37,4 N : 102 x/menit RR : 24
x/menit TD : 110/70 mmHg
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus
26
esofagus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa
1.
Nyeri
Tujuan
Rasional
akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kurangi faktor presipitasi nyeri
berhubungan
dengan
Intervensi
selama
3x24
jam, pasien
tidak 2. Tingkatkan istirahat
inflamasi mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
lapisan esofagus
-
pencetus nyeri maka pasien tidak
3. Berikan informasi tentang nyeri
terlalu merasakan intensitas nyeri.
penyebab
lama nyeri akan berkurang, dan
nyeri,
mampu
meningkatkan rasa kontrol.
tehnik
antisipasi
ketidaknyamanan 3. Pemberian informasi yang berulang
nonfarmakologi untuk mengurangi
prosedur.
dapat mengurangi rasa kecemasan
4. Ajarkan
tentang
teknik
pasien terhadap rasa nyerinya.
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
nonfarmakologi seperti teknik 4. Meningkatkan
dengan menggunakan manajemen
relaksasi nafas dalam, distraksi
memfokuskan
nyeri
dan kompres hangat/dingin.
dan
Mampu mengenali nyeri (skala, 5. Berikan
intensitas, frekuensi dan tanda
-
faktor
seperti penyebab nyeri, berapa 2. Menurunkan tegangan abdomen dan
nyeri, mencari bantuan)
-
berkurangnya
Mampu mengontrol nyeri (tahu
menggunakan
-
1. Dengan
analgesik
mengurangi nyeri
Tanda vital dalam rentang normal
untuk
relaksasi,
kembali
meningkatkan
perhatian
kemampuan
koping.
5. Perlu
penanganan
obat
untuk
memudahkan istirahat adekuat dan
penyembuhan
27
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL
KODE (NDX) JAM
25 Desember 2019
1
IMPLEMENTASI
Shift Malam
05. 40 WIB
-
Pasien masuk IGD
-
Mengobservasi TTV
Respon : klien kooperatif
Hasil : ( TD : 110/70, N : 102x, R : 24x, S :
37,2)
06.15 WIB
-
Mengantar klien rontgen
-
Memasang Infus RL 500/24 jam 7 tpm +
mengambil darah
-
Melakukan pengkajian Askep Gadar
28
PARAF
06.40 WIB
-
Memberikan tindakan sesuai advis

Injeksi Injeksi Pantoprazole 1x40 mg

Injeksi granisentron 1x1

Injeksi ketorolac 30 mg

Injeksi furosemid 2x40 mg

OAT

Concor 1x1,2 mg oral

Curcuma 3x1
06.50 WIB
-
Memasang EKG
07.10 WIB
-
Mengganti cairan infus D5 20 tpm
29
Shift Pagi
-
OAT stop
-
Curcuma stop
Operan Shift
08.00 WIB
10.00 WIB
-
Melakukan transfer pasien ke ruang rawat inap
30
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal
Waktu
Masalah
Evaluasi
Rabu, 25
Shift malam
Nyeri akut
S : pasien masuk jam 05.40
Desember
mengeluh nyeri ulu hati
05.40 WIB
2019
O : kesadaran composmentis.
Keluhan sakit sedang
(TD : 110/70, N : 102 S : 37,2 R :
24)
A : Nyeri akut
P : lanjutkan intervensi di ruangan
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
Kode
Jam
Evaluasi
(NDX)
Rabu, 18
Desember
2019
1
Shift Siang
14.30 WIB
S : pasien masuk jam 05.40 mengeluh nyeri
ulu hati
O : kesadaran composmentis. Keluhan sakit
sedang
(TD : 110/70, N : 102 S : 37,2 R : 24)
A : Nyeri akut
P : lanjutkan intervensi di ruangan
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
GERD adalah suatu kondisi di mana cairan lambung mengalami
refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa
terbakar, nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah suatu keadaan
patologis yang disebabkan oleh kegagalan dari mekanisme antireflux
untuk melindungi mukosa esophagus terhadap refluks asam lambung
dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang.
B. Saran
1. Petugas Kesehatan
Dengan adanya penulisan Asuhan Keperawatan pada pasien
GERS ini disarankan petugas kesehatan lebih peka dengan masalah
kesehatan yang diderita pasien dan memberikan pelayanan yang
terbaik pada setiap pasien di Rumah Sakit dari awal pasien masuk
sampai pasien pulang.
2. Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang pengelolahan Asuhan
Keperawatan pada pasien GERD dari mulai tahap pengkajian hingga
ke tahap akhir evaluasi.
32
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
Nanda international (2010). Nursing diagnosis; definition and classification 2009
– 2011. EGC, Jakarta
Nursing interventions classification (NIC) edisi 4. Mosby. United states of
America
Nursing Outcomes classification (NOC) edisi 4. Mosby. United states of America
http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=9746
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/gerdinfant/index.htm
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/gerinchildren/index.htm
33
Download