Uploaded by User31640

faktor resiko gerd

advertisement
Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme: l). Refluks
spontan pada saat relaksasi ZES yang tidak adekuat, 2). aliran retrograd yang mendahului
kembalinya tonus LES setelah menelan, 3). meningkatnya tekanan intra abdomen
Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis terjadinya GERD
menyangkut keseimbangan antara faktor defensifdari esofagus dan faktor ofensifdari
bahan refluksat. Yang termasuk faktor defensif esofagus adalah: Pemisah antirefluks.
Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat
menyebabkan timbulnya refluks retrograd pada saat terj adinya peningkatan tekanan
intrabdomen. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES yang normal.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES: 1). adanya hiatus hernia, 2). panjang
LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya), 3). obat-obatan seperti antikolinergik,
beta adrenergik, theofilin, opiat dan lain-lain, 4). faktor hormonal. Selama kehamilan,
peningkatan kadar progesteron dapat menurunkan tonus LES. Banyak pasien GERD yang
pada pemeriksaan endoskopi ditemukan hiatus hernia, namun hanya sedikit yang
memperlihatkan gejala GERD yang signiflftan. Hiatus hemia dapat memperpanjang
waktu yang dibutuhkan untuk bersihan asam dari esofagus serta menurunkantonus LES.
Bersihan asam dari lumen esofagus. Faktor-faktor yang berperan pada bersihan asam dari
esofagus adalah gravitasi, peristaltik, ekresi air liur dan bikarbonat. Setelah terjadi
refluks, sebagian besar bahan refluksat akan kembali ke lambung dengan dorongan
peristaltik yang dirangsang oleh proses menelan. Sisanya akan dinetralisir oleh
bikarbonat yang disekresi oleh kelenjar saliva dan kelenjar esofagus.
Refluks malam hari (nocturnal reflux) lebih besar berpotensi menimbulkan
kerusakan esofagus karena selama tidur sebagian besar mekanisme bersihan esofagus
tidakaktif.
Ketahanan epitelial esofagus. Berbeda dengan lambung dan duodenum, esofagus
tidak memiliki lapisan mukus yang melindungi mukosa esofagus. Mekanisme ketahanan
epitelial esofagus terdiri dari:
- Membran sel
- Batas intraselular (intracellular junction) yang membatasi difusi H+ ke jaringan
esofagus.
- Aliran darah esofagus yang mensuplai nutrien, oksigen dan bikarbonat, serta
mengeluarkan ion H+ dan CO, Sel-sel esofagus mempunyai kemampuan untuk
mentransport ion H+ dan Cl-- intraselular dengan Na+ dan bikarbonat ekstraselular.
Nikotin dapat menghambat transport ion Na+ melalui epitel esofagus, sedangkan
alkohol dan aspirin meningkatkan permeabilitas epitel terhadap ion H. Yang dimaksud
dengan faktor ofensif adalah potensi daya rusak refluksat. Kandtrngan lambung yang
menambah potensi daya rusak refluksat terdiri dari HC| pepsin, garam empedu, enzim
pankreas Faktor ofensif dari bahan refluksat bergantung pada bahan yang dikandungnya.
Derajat kerusakan mukosa esofagus makin meningkat pada pH <2, atav adanya pepsin
atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu yang memiliki potensi daya rusak
paling tinggi adalah asam. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya gejala
GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan terjadinya refluks fisiologis,
antara lain: dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed gastric emptying.
Pengaruh dari tnfeksi H.pylori terhadap GERD merupakan konsekuensi logis dari
gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam lambung. Pengaruh eradikasi infeksi
H.pylori sangat tergantung kepada distribusi dan lokasi gastritis. Pada pasien-pasien yang
tidak mengeluh gejala refluks prainfeksi H. pylori dengan predominant antral gastritis,
pengaruh eradikasi H.pylori dapat menekan munculnya gejala GERD.
Download