PRODUKSI HIJAUAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) DENGAN BUDIDAYA HIDROPONIK SEBAGAI PAKAN TERNAK MATA KULIAH : SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN Dosen : Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS., IPU. Oleh: Akhmad Kurniawan 196050100111023 PRODUKSI TERNAK PASCASARJANA MAGISTER ILMU TERNAK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah dengan judul “Produksi Hijauan Jagung (Zea Mays L.) Dengan Budidaya Hidroponik Sebagai Pakan Ternak”. Makalah ini disusun dalam rangka sebagai tugas mahasiswa Magister Ilmu Ternak dari Program Pascasarjana Peternakan Universitas Brawijaya. Penulis 2 DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5 1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 5 1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 6 2.1 Pakan ..................................................................................................................................... 6 2.2 Hidroponik ............................................................................................................................ 6 BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................................. 7 3.1 Pengujian Benih .................................................................................................................... 7 3.2 Pemilihan Benih .................................................................................................................... 7 3.3 Penanaman ............................................................................................................................ 7 3.4 Pemeliharaan ......................................................................................................................... 7 3.5 Pemanenan ............................................................................................................................ 7 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 9 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan usaha peternakan terus mengalami peningkatan, sehingga para peternak semakin meningkatkan upaya pengembangan peternakan yang perlu didukung berbagai faktor penunjang antara lain terutama bibit yang digunakan, pakan yang cukup tersedia, lingkungan dan peluang pasar. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan hujan. Perubahan musim yang tidak seimbang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hijauan untuk pakan ternak. Saat musim hujan jumlah hijauan melimpah sedangkan saat musim kemarau tanaman pakan tidak dapat tumbuh secara optimal sehingga jumlah hijauan sangat terbatas akibatnya ternak dapat mengalami kekurangan pakan hijauan. Pengadaan pakan hijauan ternak harus terus dikembangkan untuk menjaga ketersedian dan kualitas produksi dari ternak yang dipelihara, pengembangan pakan hijauan ternak hanya memungkinkan jika dilaksanakan di daerah-daerah yang masih jarang penduduknya. Luas lahan merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah produksi hijauan pakan ternak, dengan berkurangnya luas lahan yang dapat digunakan untuk menanam hijauan yang disebabkan oleh banyaknya lahan yang mulai dibangun gedung dan fasilitas umum lainnya maka dibutuhkan suatu teknologi yang dapat memproduksi hijauan dalam jumlah besar dengan memanfaatkan lahan yang terbatas. Alternatif teknologi yang dapat menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan hijauan dengan memproduksi hijauan berkesinambungan tanpa dipengaruhi oleh musim dan kondisi lahan yang semakin berkurang Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air. Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung pada musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat ditanam di lahan yang sempit Fodder adalah istilah untuk tanaman yang digunakan sebagai pakan ternak. Tumbuhan fodder dapat diperoleh dari hasil budidaya maupun dari habitat alaminya di padangan. Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan salah satu komoditi yang strategis dan bernilai ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras dan juga sebagai sumber pakan. Tanaman Jagung mampu beradaptasi dengan baik, pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi dalam waktu. Kelinci merupakan komoditas peternakan yang potensial sebagai penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksi cepat. Satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 8– 10 ekor anak pada umur 8 minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kg atau lebih. Kelinci yang popular untuk dikembangkan di Indonesia diantaranya jenis New Zealand dan California. Budidaya kelinci sangat relevan dan cocok sebagai alternatif usaha bagi petani dengan lahan terbatas. Beternak kelinci tidak memerlukan modal dan biaya pemeliharaan yang tinggi, 4 kemampuan reproduksi yang tinggi, dan jenis pakan yang mudah. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pemeliharaan ternak disamping faktor pemilihan bibit dan tata laksana pemeliharaan yang baik. Untuk dapat menghasilkan kelinci dengan produksi yang tinggi, diperlukan pemeliharaan secara intensif dengan pemberian pakan yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari topik tersebut diantaranya : 1. Apakah teknologi fodder jagung hidroponik dapat menjadi salah satu upaya peningkatan ketersedian hijauan? 2. Apakah teknologi Fodder jagung hidroponik dapat diterapkan diberbagai daerah? 3. Apakah kandungan nutrisi dari fodder jagung hidroponik dapat mencukupi kebutuhan hidup, produksi dan reproduksi ternak? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya : 1. untuk meningkatkan penyedian pakan hijauan ternak. 2. untuk meningkatkan produktivitas ternak. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil berupa : 1. Sebagai pedoman dalam penyedian pakan hijauan dengan teknologi hidroponik 2. Sebagai salah satu upaya meningkatkan produktivitas ternak melalui efisiensi pakan fodder hidroponik. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pemeliharaan ternak disamping faktor pemilihan bibit dan tata laksana pemeliharaan yang baik. Untuk dapat menghasilkan kelinci dengan produksi yang tinggi, diperlukanpemeliharaan secara intensif dengan pemberian pakan yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun kuantitas (Listyowati, 2015). Pakan hijau merupakan komponen penting dalam industri peternakan untuk produksi dan reproduksi. Pakan ternak harus diberikan secara teratur ke ternak sesuai dengan kebutuhannya masing masing. Masalah utama dalam produksi ternak salah satunya yaitu Pakan hijauan yang belum cukup tersedi oleh peternak. lahan budidaya yang terbatas, kulitas tanah yang rendah, kelangkaan air atau air garam, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk budidaya, pupuk kandang , butuh banyak waktu , dan pagar untuk mencegah tanaman pakan dari kerusakan (Naik et al, 2014). Hijauan merupakan sumber pakan utama (>80% daritotal bahan kering) bagi ternak ruminansia untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Kebutuhan hijauan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak yaitu produksinya tidak tetap sepanjang tahun Jenis, jumlah dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakan ternak. Kemampuan ternak menggunakan berbagai jenis pakan, memudahkan ternak untuk dipelihara di berbagai tempat dengan memanfaatkan potensi sumber daya pakan lokal (Marhaeniyanto, 2107). Makanan ternak yang baik adalah yang terdiri dari sayuran hijau, biji-bijian dan makanan penguat (konsentrat). Hijauan pakan yang dapat diberikan antara lain rumput lapangan, limbah sayuran, dan konsentrat (Aditia, 2019). Produksi pakan ternak dan pakan ternak adalah dua aspek penting untuk keberlanjutan produk dan produktivitas dalam peternakan . pakan tersusun atas tingkat protein nabati yang lebih tinggi dan dapat dicerna selama musim tanam. Budidaya pakan ternak dan sistem peternakan yang buruk dengan total pemberian pakan yang tidak seimbang mengakibatkan asupan bahan kering dan nutrisi lebih rendah dan tidak tercukupi. penyediaan pakan hijauan hidroponik muncul sebagai pendekatan praktis untuk meningkatkan pemanfaatan dan kecernaan serat (Gebremedhin, 2015). 6 2.2. Hidroponik Teknologi hidroponik untuk menghasilkan pakan dengan kualitas yang bagus seperti penanaman azzola ataupun fodder jagung secara hidroponik. Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung pada musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat ditanam di lahan yang sempit (Ida, 2017). Luas lahan merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah produksi hijauan pakan ternak, dengan berkurangnya luas lahan yang dapat digunakan untuk menanam hijauan yang disebabkan oleh banyaknya lahan yang mulai dibangun gedung dan fasilitas umum lainnya maka dibutuhkan suatu teknologi yang dapat memproduksi hijauan dalam jumlah besar dengan memanfaatkan lahan yang terbatas. Kebutuhan pakan ternak ruminansia pada pokoknya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pakan hijauan, pakan penguat, danpakan tambahan. Ketertarikan ini antara lain disebabkan oleh potensi produksi hijauan yang semakin lama semakin sulit, nilai nutrisi dan palatabilitas pakan terhadap produktivitas ternak. Pakan hidroponik dari biji berkecambah yang tertanam dalam sistem akar juga dikonsumsi bersama dengan pucuk tanaman, agar efisien pakan hidroponik dan bagian akar dicampur dengan komponen serat pakan lainnya. Sistem hidroponik memiliki keuntugan dan kelemahan, beberapa keuntugan dalam sistem hidroponik yaitu Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin, Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, pemakaian pupuk lebih hemat (efisien), tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru, tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat memiliki standarisasi, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak, hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi dibanding dengan penanamam ditanah. Kelemahan sistem hidroponik yaitu Investasi awal yang mahal, Memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan Kimia, Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit (Kumar, 2018). Jagung merupakan tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik meskipun terdapat faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Keunggulan lain dari jagung yang ditanam dengan sistem hidroponik yaitu biji jagung memiliki waktu pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi dalam waktu singkat. Penyiraman merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan didalam menjaga serta merawat agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Kebutuhan air yang cukup merupakan salah satu hal yang sangat penting. Salah satu alternatif pemanfaatan jagung sebagai pakan yaitu fodder jagung. Fodder jagung adalah alternatif baru bagi peternak kambing dan domba, metode pakan ini cocok diterapkan bagi peternak yang memiliki lahan hijauan yang minim atau peternak kambing domba di daerah perkotaan, karena fodder jagung ini bisa disusun dalam rak-rak dan tidak memakan banyak tempat. Fodder jagung sederhananya adalah membenihkan buliran jagung kemudian disemai ampai umur 11-14 hari dan diberikan kepada kambing dan domba sebagai alternatif pakan yang sangat bergizi. 7 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengujian Benih Benih jagung yang digunakan terlebih dahulu disortir dengan cara direndam. Benih yang mengambang dibuang karena menandakan bahwa benih tersebut sudah tidak baik. Kemudian benih ditiriskan dan ditimbang. Benih yang sudah ditimbang, disiram menggunakan air dengan suhu 50ºC dan didiamkan selama 24 jam Benih yang akan ditumbuhkan sebelumnya dilakukan pengujian terlebih dahulu yaitu dengan uji fisik dan daya kecambah. 3.2. Pemilihan Benih Persiapan benih jagung dilakukan dengan pencucian benih dan pemisahan benih yang baik dengan benih yang mengapung saat perendaman. Kemudian benih jagung direndam dalam larutan hypochlorite selama 15 menit dengan dosis 1 mL untuk 1L air. Pemberian larutan hypochlorite bertujuan untuk mencegah benih terkena serangan jamur, bakteri serta mikroorganisme. 8 3.3. Penanaman Penanaman dilakukan dengan menyebarkan benih yang telah ditiriskan ke dalam nampan yang sudah disediakan. Pada masing-masing nampan disebarkan jagung sebanyak 250 gram per nampan. Nampan yang berisi benih jagung diletakkan di rumah kaca tanpa naungan dan dengan naungan 50%. Masing-masing permukaan nampan ditutup dengan menggunakan kertas selama 34 hari (masa perkecambahan). 3.4. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman setiap hari. Penyiraman dilakukan sebanyak 3 kali sehari. Setiap 4 jam sekali benih jagung disemprot dengan air, penyomprotan hanya dilakukan pada hari pertama dan kedua. Pada hari ke-2 akan mulai muncul tunas kecil dan bakal akar. Kain hitam yang digunakan kemudian dibuka, seterusnya dilakukan penyiraman secara rutin setiap 1 jam s ekali dimulai dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam Setiap nampan diberikan larutan atau air sebanyak 1 liter per nampan per hari. Selain itu juga dilakukan pengukuran tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada hari ke 5 sampai hari terakhir sebelum dipanen. Data dicatat dengan baik. Selain itu juga dilakukan pengukuran cahaya dengan menggunakan lux meter dan pengukuran suhu serta kelembaban lingkungan setiap penyiraman. 9 3.5. Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan memisahkan bagian akar dipisah dengan tajuk, kemudian ditimbang bagian tanaman pada masing-masing nampan untuk menghitung jumlah produksi dari hijauan jagung tersebut. Hasil panen dari 250 gr biji jagung menghasilkan 10 kg fodder jagung. Pakan kemudian ditimbang kemudian dicatat bobotnya lalu dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditimbang kembali untuk memperoleh bobot kering. 10 BAB IV PENUTUP Penerapan teknologi fodder hidroponik jagung dapat meningkatkan produksi hijauan, serta menjaga ketersediaan pakan secara berkelanjutan. Nilai nutrisi yang dihasilkan dari fodder jagung dapat mencukupi kebutuhan hidup, produksi, dan reproduksi pada ternak. 11 DAFTR PUSTAKA Kumar R, D. Kumar, C. Datt, G. Makarana, M.R. Yadav and Birbal. 2018. Forage Yield and Nutritional Characteristics of Cultivated Fodders as Affected by Agronomic Interventions. Indian Journal of Animal Nutrition. Vol 35 (4): 373-385. Benavides L.C.L, L. A. C. Pinilla, R. R. Serrezuela and W. F. R. Serrezuela. 2018. Extraction in Laboratory of Heavy Metals Through Rhizofiltration using the Plant Zea Mays (maize). International Journal of Applied Environmental Sciences. Vol 13 (1) : 9-26. Anser Ali, A. Ahmed, M. Rashid , S. A. Kalhoro , M. Maqbool , M. A. F. A. Marri and K. M . Khan. 2019. Screening of maize (Zea mays L.) hybrids based on drought tolerance under hydroponic conditions. Bolan Society for Pure and Applied Biology. Vol 8(1): 625-633. Geilfus C. M, J. L. Müller ,G. Bardos ,C. Zorb. 2018. Early Response To Salt Ions In Maize (Zeamays L.). Journalof Plant Physiology. Vol 220 : 173–180. Meille L. J & S Pellerin. Shoot and root growth of hydroponic maize (ZeamaysL.) As influenced by K deficiency. Fazaeli H, H. A. Golmohammadi, A. A. Shoayee, N. Montajebi, and Sh. Mosharraf. 2011. Performance of Feedlot Calves Fed Hydroponics Fodder Barley. J. Agr. Sci. Tech. Vol. 13: 367-375 Gebremedhin W. K. 2015. Nutritional benefit and economic value of feeding hydroponically grown maize and barley fodder for Konkan Kanyal goats Journal of Agriculture and Veterinary Science. Vol (8) : 24-30. Naik Pk, R B Dhuri, M Karunakaran, B K Swain And N P Singh. 2014. Effect Of Feeding Hydroponics Maize Fodder On Digestibility Of Nutrients And Milk Production In Lactating Cows. Indian Journal Of Animal Sciences. Vol (8) : 880–883. Gebremedhin W K. 2015. Nutritional benefit and economic value of feeding hydroponically grown maize and barley fodder for Konkan Kanyal goats. Journal of Agriculture and Veterinary Science. Vol (7) : 24-30. Saputro A L, I S Hamid, R A Prastiya, M T E Purnama. 2018. Hidroponik Fodder Jagung Sebagai Substitusi Hijauan Pakan Ternak Ditinjau Dari Produktivitas Susu Kambing Sapera. Jurnal Medik Veteriner. Vol 1 (2) : 16-19. 12