ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.AL DENGAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK DI RUANG IGD RS PUPUK KALTIM BONTANG DiSUSUN OLEH KELOMPOK 3 : 1. Anis Sa’adah (P0722020001) 2. Dwi Aulia Oktariana (P0722020008) 3. Dewi Sri Handayani (P0722020007) 4. Jupriadi To’upa (P0722020017) 5. Keltywanasari (P0722020018) 6. Mukhtar (P0722020024) 7. Septi Rusmiani (P0722020029) 8. Susi Wulandari (P0722020034) 9. Juliana Hernisah (P0722020016) 10. Yusti Amelia (P0722020040) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab nomor satu kematian di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekitar 8,7 juta kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner (Suhayatra Putra, 2016). Hasil riskesdas (Kementrian Kesehatan RI, 2018) menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jika dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survey Sample Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian diakibatkan oleh penyakit jantung koroner. Infark miokard akut (IMA) merupakan bagian dari spektrum penyakit jantung koroner yang terdiri atas angina pektoris tidak stabil, Non ST-Elevasi Miokard Infark (NSTEMI), dan ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI). STEMI adalah jenis yang terberat dari kelompok penyakit jantung koroner yang memerlukan penanganan serius baik sebelum maupun setelah serangan, penanganan dini menggunakan berbagai strategi tindakan pada saat serangan sangat penting, namun upaya pengembalian fungsi jantung juga memiliki makna yang sangat besar sebagai pencegahan serangan ulang yang dapat berakibat lebih fatal. (Andrayani, 2016) Penatalaksanaan STEMI dimulai sejak kontak medis pertama, baik untuk diagnosis dan pengobatan. Penilaian klinis terhadap STEMI akan dilakukan dalam waktu 24 sampai 48 jam. Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera mungkin melalui perekaman dan interpretasi EKG 12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit saat pasien tiba untuk mendukung keberhasilan tata laksanan (PERKI, 2018). Peran perawat tentang tindakan kegawatdaruratan di IGD pada pasien IMA memegang porsi besar dalam menentukan keberhasilan pertolongan pertama. Disamping itu dibutuhkan juga sikap yang benar dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan pada pasien IMA (Sofyana, 2015). Perawat sebagai salah satu anggota tim dalam tatanan keperawatan klinik sangat berperan dalam melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara teliti, mengidentifikasi tanda dan gejala awal iskemia, memberikan intervensi dan implementasi keperawatan yang cepat dan tepat sehingga akan mengembalikan aliran darah koroner dan mencegah pasien dari komplikasi. Pengetahuan dan peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien STEMI secara lebih lanjut sangat penting dalam mengidentifikasi dan melakukan perawatan pasien STEMI yang beresiko tinggi pada kejadian kematian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis menyusun laporan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Pasien dengan STEMI di Ruang IGD RSPKT Bontang” 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)? 1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami dam mampu melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI di instalasi gawat darurat melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar teori tentang penyakit STEMI meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi Klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, dan komplikasi. b. Mahasiswa mampu membuat dan memahami WOC (Web Of Caution) tentang penyakit STEMI. c. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar teori asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien STEMI yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi keperawatan serta evaluasi. d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI. 1.4 Manfaat 1. Teoritis a. Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI. b. Hasil studi kasus ini dapat menambah keilmuan dan memperkaya wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI. c. Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk materi bahan ajar tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI. 2. Praktis a. Hasil studi kasus ini dapat dijadikan masukan untuk profesi perawat dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien STEMI, dan sebagai modalitas bagi perawat untuk menyelesaikan problem dengan tetap beracuan pada keterampilan dasar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Hasil studi kasus ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada klien dengan STEMI. c. Hasil studi kasus ini dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dan sebagai informasi bagi institusi mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan. pendidikan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi pembuluh darah koroner Gambar 2.1 Anatomi Pembuluh Darah Koroner 6 Pada gambar 2.1 dapat dilihat ada 2 arteri koroner utama yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Arteri koroner kiri, terbagi menjadi left anterior descending artery dan circumflex artery, arteri - arteri ini mensuplai darah ke ventrikel kiri dan atrium kiri jantung. Arteri koroner kanan, terbagi menjadi right posterior descending artery dan acute marginal artery, arteri - arteri ini mensuplai darah ke ventrikel kanan, atrium kanan jantung dan sinoatrial node (sekelompok sel di dinding atrium kanan yang mengatur laju irama jantung).6 Adapun tambahan 2 cabang arteri koroner utama yang mensuplai darah ke otot jantung, yaitu: 1. Circumflex Artery Circumlex artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan mengelilingiotot jantung.Arteri ini mensuplai darah ke bagian belakang jantung. 2. Left anterior descending artery Left anterior descending artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan mensuplai darah ke bagian depan jantung. 2.2 Definisi Sindroma Koroner Akut Sindroma koroner akut adalah gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut. Berbeda dengan angina pektoris stabil (APS), gangguan aliran darah ke miokard pasa sindroma koroner akut bukan disebabkan oleh penyempitan yang statis namun terutama akibat pembentukan trombus dalam arteri koroner yang sifatnya dinamis.7 2.3 Epidemiologi Sindroma Koroner Akut Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner diIndonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%). Klasifikasi Sindroma Koroner Akut Sindroma koroner akut (SKA) lebih lanjut dapat di klasifikasikan menjadi ST - segment Elevation Myocardial Infract (STEMI) dan Non ST - segment Elevation Myocardial Infract (NSTEMI);Unstable Angina (UA).8 2.4 Definisi STEMI STEMI adalah sindroma yang didefinisikan oleh gejala karateristik dari Iskemik miokard dimana pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan elevasi segmen ST dan keluarnya biomarker yang merupakan hasil dari nekrosis miokard.5 2.5 Etiologi STEMI Beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :5 1. penyempitan arteri koroner non sklerotik 2. penyempitan aterosklerotik 3. trombus 4. plak aterosklerotik 5. lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak 6. peningkatan kebutuhab oksigen miokardium 7. penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur 2.6 Faktor Risiko Menurut American Heart Association’s factor resiko Sindroma Koroner Akut (SKA) dibagi menjadi 2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifiable risk factor)seperti ; Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah (modifiable risk factor) seperti ; riwayat merokok, kolestrol, hipertensi, obesitas.5 2.7.1 Non modifiable risk factor 1. Usia Risiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat dengan bertambahnya umur, diatas 45 tahun pada pria dan diatas 55 tahun pada wanita. Dengan riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung juga merupakan faktor risiko, termasuk penyakit jantung pada ayah dan saudara pria yang didiagnosa sebelum umur 55 tahun, dan pada ibu atau saudara perempuan yang didiagnosa sebelum umur 65 tahun. 9 2. Jenis kelamin Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dari pada perempuan.Walaupun setelah menopause, tingkat kematian perempuan akibat penyakit jantung meningkat, tapi tetap tidak sebanyak tingkat kematian laki- laki akibat penyakit jantung.5 3. Ras/Suku Insidensi kematian pada PJK pada orang Asia yang tinggal di inggris lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal, sedangkan angka yang rendah terdapat pada ras Apro-Karibia. 2.7.2 Modifiable risk factor 1. Merokok Peran rokok dalam PJK, antara lain menimbulkan aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi, peningkatan tekanan darah, pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibandingkan individu yang tidak merokok.Hal tersebut dapat terjadi karena rokok mengandung nikotin dan karbon monoksida yang dapat mengurangi HDL dalam darah dan meningkatkan LDL dalam darah sehingga merusak dinding arteri.11 2. Hipertensi Hipertensi menyebabkan peningkatan afterload yang secara tidak langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya afterload yang pada akhirnya meningkatkan kebutuhan jantung. 12 3. Kolestrol LDL Kolestrol merupakan prasyarat terjadi penyakit koroner pada jantung. Kolestrol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh arteri koroner. Jika hal tersebut terus berlangsung, maka akan terbentuk plak sehingga pembuluh arteri koroner yang mengalami inflamasi atau terjadi penumpukan lemak akan mengalami aterosklerosis. 13 4. Obesitas Pada umumnya, obesitas cenderung meningkatkan kadar kolestrol total dan trigliserida dan menurunkan kadar HDL. Perubahan- perubahan ini meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis.13 2.7 Patofisiologi STEMI umumnya disebabkan penurunan atau berhentinya aliran darah secara tiba-tiba akibat oklusi trombus pada arteri koroner yang sudah mengalami arterosklerosis. Pada kebanyakan kasus, proses akut dimulai dengan ruptur atau pecahnya plak aterotoma pembuluh darah koroner, dimana trombus mulai timbul pada lokasi ruptur dan menyebabkan oklusi arteri koroner, baik secara total atau parsial. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak atau penipisan fibrous cap yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menyebabkan injury bagi sel endotelial.Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul vasoaktif seperti nitric oxide.Pasokan oksigen yang berhenti selama kira-kira 20 menit dapat menyebabkan nekrosis pada miokardium.14 Menurut American Heart Association, tipe plak atherosclerosis diklasifikasikan dengan tampilan klinis dan histologi. 1. Tipe I (lesi awal) Terdiri dari makrofag dan sel busa, berlaku pada dekade pertama dan asimptomatik. 2. Tipe II (fatty streak) Terdiri dari akumulasi lipid, berlaku pada dekade pertama, dan asimptomatik. 3. Tipe III Sedikit berbeda dari tipe II.Terdiri dari kumpulan lipid ekstraseluler, berlaku pada dekade tiga dan asimptomatik. 4. Tipe IV (atheroma) Intinya terdiri dari lipid ekstraseluler dan berlaku pada dekade ketiga.Pada awalnya asimptomatik dan menjadi simptomatik. 5. Tipe V (fibroatheroma) Berinti lipid dan terdapat lapisan fibrosis, atau beinti lipid multiple dan lapisan fibrosis atau terdiri dari kalsifikasi terutama atau fibrosis.Terdapat pertumbuhan otot polos dan kolagen.Biasanya berlaku pada dekade keempat dan bisa simptomatik atau asimptomatik. 6. Tipe VI (complicate lesion) Adanya defek permukaan,hematoma-hemorrhage, dan trombus. Biasanya berlaku pada dekade keempat dan bisa simptomatik atau asimptomatik.12 Klasifikasi Universal Miokard Infark : 1. Tipe 1 (Infark miokard yang spontan) Miokard Infark ateroskelrosis, yang spontan ulserasi, erosi dengan attua ruptur nya pembedahan plak yang menghasilkan intraluminal trombus salam satu atau lebih pembuluh darah koroner yang mengarah ke penurunan aliran darah mikardial atau terjadinya emboli trombus di distal. 2. Tipe 2 (Penyakit sekunder dari miokard infra yang menyebabkan iskemik) Dalam kasus infart miokard dyngan nekrosis dimana kondisi selain penyakit jantung koroner berkontribusi ke tidak seimbangan antara supla dan kebutuhan.Contoh : Disfungsi endothelium koroner, emboli koroner, aritmia, anemia, gala nafas, dll. 3. Tipe 3 (Miokard Infark yang menyebabkan kematian ketika ke tidak adanya nilai biomarker) 4. Tipe 4a (Miokard Infark yang berkaitan dengan percutaneous coronary intervention (PCI) 5. Tipe 4b (Miokard Infark yang berkaitan dengan stent thrombosis) 6. Tipe 5 (Miokard Infark yang berkaitan dengan coronary artery bypas 2.8 Diagnosa 2.9.1 Anamnesis Diagnosa STEMI menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan ada penyakit arterosklerosis non koroner, diketahui mempunyai PJK dan atas dasar pernah mengalami infark miokard / bedah pintas koroner / IKP, mempunyai faktor risiko ( umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, DM, riwayat PJK dini dalam keluarga ). Keluhan pasien dengan iskemi dapat berupa nyeri dada yang tipikal seperti rasa terbakar, tertekan atau berat pada daerah retrosternal, dan menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area inters kapular, bahu atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung intermiten atau persisten ( lebih dari 20 menit ). Keluhan sering disertai mual atau muntah, nyeri abdominal, sesak napas, sinkop dan diaphoresis.15 2.9.2 Pemeriksaan Fisik Pasien dengan gejala yang sedang berlangsung biasanya berbaring diam di tempat tidur dan pucat dan mengeluarkan keringat. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai : Umum : kecemasan, sesak, keringat dingin, tekanan darah < 80 90 mmHg, HR : takikardia, RR meningkat, suhu badan tinggi dalam 24 - 48 jam. Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ. Jantung : S1 lemah, S4 dan S3 gallop, keterlambatan pengisian kapiler. Paru : mengi dan rongki bila terdapat gagal jantung. Ekstremitas : normal atau dingin.16 2.9.3 Elektrokardiografi Diagnosis pada ST Elevation (STEMI) ditegakkam berdasarkan EKG yaitu adanya elevasi segmen ST > 1 mm pada sadapan ekstremitas dan > 2 mm pada sadapan prekordial. Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosis infark miokard gelombang Q. Jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami angina pektoris tak stabil atau NSTEMI. Gelombag yang diukur EKG merupakan hasil dari pola kontraksi dan relaksasi dari berbagai bagian jantung. Gelombang khusus yang terlihat dalam EKG dinamakan dengan huruf, yaitu : a)Gelombang P, berhubungan dengan kontraksi atrium b)Gelombang QRS, berhubungan dengan kontraksi ventrikel c)Gelombang T dan U, gelombang yang mengikuti kontraksi ventrikel Gelombang ST yang elevasi mencemirkan arteri di jantung tersumbat dan mengalami ketebalan.17 Gambar 2.2 ST-Elevasi Miokard Infark 13 2.9.4 Biomarker Pertanda (biomarker) kerusakan jantung yang dianjurkan untuk diperiksa adalah creatinine kinase (CK-MB) dan troponin I/T dan dilakukan secara serial. Troponin T harus digunakan sebagai penanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga akan di ikuti peningkatan CK-MB. a) CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB. b) Troponin T : enzim ini meningkat setelah 2 jam bila infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari. c) Pemeriksaan lainnya : mioglobin, creatinine kinase dan lactic dehidrogenase. 4 2.9 Penatalaksanaan 2.10.1 Tindakan Umum dan Langkah Awal 1. Tirah baring. 2. Suplemen Oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi oksigen < 95% atau mengalami distres respirasi. Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi oksigen aspirin. 3. Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai 3 kali. 4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi. 5. Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg. 6. Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak responsif. 11 2.10.2 Terapi Reperfusi Terapi reperfusi pada IMA-ST dapat dilakukan dengan beberapa upaya yaitu dengan intervensi koroner primer (IKP), pemberian fibrinolitik dan juga rescue PCI. Terapi reperfusi wajib dalam 12 jam pertama setelah awitan nyeri dada. Pilihan metode reperfusi STEMI berupa terapi fibrinolitik. Gambar 2.3 Terapi Reperfusi21 Jenis-jenis obat fibrinolitik adalah : 1. Streptokinase Regimen 1,5 juta unit dilarutkan dalam 100 NaCl 0,9% atau dekstrose 5% diberikan dalam 1 jam.Terapi dinyatakan berhasil bila dijumpai VES (ventricular extrasystole) pada pantauan elektrokardiografi yang menandakan lisisnya tromboemboli. 2. Tissue Plasminogen Activator (tPA) Penggunaan tPA harus dipertimbangkan pada pasien-pasien yang telah mendapatkan streptokinase dalam 2 tahun terakhir, alergi terhadap streptokinase, hipotensi (TDS < 90 mmHg). Dosisnya 15 mg IV bolus dilanjutkan 0,75 mg/kgBB selama 30 menit, kemudian 0,6 mg/kgBB selama 60 menit. 18 2.10 Prognosis Terdapat beberapa sistem dalam menentukan prognosis pasca miokardium akut (IMA).Prognosis IMA dengan melihat derajat disfungsi ventrikel kiri secara klinis dinilai menggunakan klasifikasi Killip.19 Tabel 2.1 Klasifikasi Killip Tabel 2.2 TIMI Risk Score untuk Infark Miokard dengan elevasi ST BAB III FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN Penilaian TRIAGE Gawat Darurat ( Dewasa ) Kategori triase : Medikal Tanggal pemeriksaan : 16 November 2020 Jam pemeriksaan : 13.10 WITA Penilaian Resiko Jatuh IGD a. Apakah pasien tampak tidak seimbang/limbung ? Iya b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai penopang saat akan duduk ? Iya Tidak beresiko (tidak ditemukan a dan b) Kategori Pasien Dewasa Pemeriksaan : Level 3 Gawat (30 menit) Kesadaran : GCS >15 Jalan nafas : bebas Pernafasan : RR : 26 x/menit SpO2 95% tanpa o2 binasal SpO2 98% dengan o2 binasal 3 lpm. Sirkulasi : takhikardi : 120 x/menit Sistolik > 180 : 184/83 mmHg Gejala spesifik : nyeri sedang No.RM :002033 Rujukan dari :datang sendiri Tgl/bln/tahun :16/11/2020 A. B. Waktu :13.20 wita Identitas TRIAGE 1. Nama :Tn. AL 2. Agama :Islam 3. Tanggallahir : Surabaya, 17-07-1957 4. Alamat :BTN Bontang 5. Status : Menikah 6. Pekerjaan : Swasta 7. TB/BB : 165 cm, BB:65 Kg 8. Jeniskelamin : Laki-laki 9. Label triage :kategori 3: 30 menit 10. Waktu visite : 13.15 11. Waktu kolaborasi : jam 14.20 wita konsul ke dokter sp.jantung 12. Waktu Referal : Tgl 16/11/20 jam 17.20 13. Diagnosa medis : STEMI Primary Survey 1. 2. General impression a. Keluhan utama : Nyeri dada b. Penyakit yang diderita : riwayat sakit Hipertensi Mekanisme cidera : nyeri dada tembus punggung, menjalar kerahang dan lengankiri. Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri sejak 3 hariyanglalu tapi hilang timbul. Nyeri memberat siang sebelum MRS dan terasa terus-menerus. Skala nyeri (6): sedang. Pasien mengatakan cemas karena ibunya meninggal dengan penyakit jantung. Pasien mengatakan ini serangan jantung pertama kali. pasien mengatakan minum obat tidak teratur. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit begini. a. TD: 184/83 mmHg, RR: 26x/mnt, Nadi:120x/mnt, Suhu:35,5 C SpO2 : 98 % dengan Oksigen nasal canule 3 lpm b. Orientasi (tempat,waktu dan orang) : baik 3. Airway a. Jalan nafas : Paten. b. Obstruksi : (-) c. Keluhan data lain : Thorak Inspeksi :pergerakan dada simetris Palpasi : massa (-) Perkusi : sonor Auskultasi Paru : vesikuler +/+, ronchi (-/-), wheezing (-/-) Jantung : S1 S2 Tunggal regular, murmur (-), gallop (-). Masalahkeperawatan :tidak ada masalah 4. Breathing a. Gerakan dada : Simetris b. Iramanafas : cepat/takipnea c. Pola nafas : reguler d. Retraksi otot dada : ada e. Sesak nafas : iya f. Respirasi Rate : 26 x/mnt g. Saturasi Oksigen : 98% ( Nasal canul O2 3 lpm) Masalahkeperawatan 5. : pola nafas tidak efektif:aktual Circulation : a. Nadi :teraba b. Sianosis : tidak c. CRT :>2 detik d. Perdarahan : tidakada e. Keluhan /data lain : akraldingin, suhu : 35,5C hasil AGD: Ph:7,44 PCO2: 24,7, PO2 : 85,9 BE; -2,1 HCO3:18, GDS: 124 mg/dl, Na : 124, Kalium : 3,7, Chlorida : 102 f. Keluhan data lain: Gambaran EKG: ST Elevasi di lead II,III, AVF.takikardia, ada palpitasi,ada keringat dingin, HR:120 x/mnt, CKMB: 35, Trop T : 68, Akral dingin, ada mual,riwayat muntah tidak ada,rontgen thorax : tidak tampak kelainan, besar cor normal. Masalah keperawatan : Penuruan curah jantung : aktual Masalahkeperawatan :gangguan keseimbangan cairan tidak ada masalah. 6. Dissability a. Kesadaran : sadar penuh, compos mentis b. GCS : 15 (E4M6V5) c. Lateralisasi : 3mm/3mm d. Reflex cahaya : +/+ e. Kekuatanektermitas Masalahkeperawatan : normal 5/5 5/5 : gangguan perfusi jaringan serebral: tidak ada masalah. 7. Eksposure a. Keadaanluka : tidak ada b. Luas luka : (-) c. Skala nyeri : (6) Keluhan : pasien tampak kesakitan,wajah meringis Masalah keperawatan: nyeri : actual Masalah keperawatan : infeksi 8. : tidak ada masalah Psikososial Status psikologi : cemas Hubungandengananggotakeluarga :baik Masalah Keperawatan : Ansietas : actual C. Secondary Survey 1. Keluhan : Pasien mengeluhnyeri dada kiri. Pasien mengatakan cemas, karena ini serangan jantung pertama kalinya Pasien sering bertanya tanya tentang penyakitnya. Pasien mengatakan 7 tahun yang lalu Ibu klien meninggal juga karena penyakit jantung dan Hipertensi. Pasien mengatakan tidak rutin minum obat selama 1 tahun terakhir,kadang minum kadang tidak minum, karena merasa sudah sembuh. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit begini. 2. Riwayat alergi : (-) 3. Riwayat konsumsiobat: pasien minumobat Simvastatin 1x 20 mg, Amlodipine 1 x10 mg, bisoprolol 1 x 2,5 mg, tapi tidak rutin ( tidak teratur ) 4. Riwayat penyakit sebelumnya: Hipertensi dan pasien mengatakan kontrol terakhir ke poli jantung tahun 2019. Masalah Keperawatan : Ketidakpatuhan : actual FORMAT RESUME KASUS KEPERAWATAN A. Biodata Klien 1. Nama : Tn. AL 2. Agama : Islam 3. Tanggallahir : Surabaya, 17-07-1957 4. Alamat : BTN Bontang 5. Status : Menikah 6. Pekerjaan : Swasta 7. TB/BB : 165 cm, BB:65 Kg 8. Jeniskelamin : Laki-laki 9. Suku : Jawa 10. Tgl MRS : 16 Nopember 2020 11. Tgl Pengkajian: 16 Nopember 2020 12. Diagnosa medis : STEMI 13. No Register : 00 20 33 B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Nyeri dada kiri. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan nyeri dada sejak 3 hari yang lalu,nyeri hilang timbul, nyeri memberat siang hari area dada kiri tembus punggung, menjalar ke rahang dan lengan kiri. Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri terasa terus-menerus, akhirnya pasien diantar keluarga berobat ke IGD RS PKT Bontang.Pola nafas sepontan dengan menggunakan bantuan oksigen nasal kanul 3 lpm. Pasien tampak terus berbaring sambil memegang dada kirinya. Pasien mengatakan cemas karena ibunya meninggal dengan penyakit jantung. Pasien mengatakan ini serangan jantung pertamakali. Pasien sering bertanya tentang penyakitnya dan mengatakan minum obat tidak teratur dalam 1 tahun terakhir. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit begini. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi sejak sekitar 10 tahun yang lalu, selama ini minum obat rutin, 1 tahun terakhir tidak teratur minum obat karena merasa sudah sembuh, minum obat hanya jika ingat. Ini merupakan kejadian serangan jantung yang pertama kali. Pasien mengatakan terakhir kontrol ke poli jantung tahun 2019. DM disangkal, riwayat merokok disangkal, riwayat dislipidemia disangkal. 4. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga Ibu pasien meninggal 7 tahun yang lalu karena hipertensi dan sakit jantung. C. Pengkajian ( Fokus pada masalah yang ditemukan ) a. Pasien mengeluh nyeri dada tembus punggung, menjalar ke rahang dan lengan kiri. Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri sejak 3 hari yang lalu tapi hilang timbul. Nyeri memberat siang sebelum MRS dan terasa terus-menerus. Skala nyeri (6): sedang. Sesak iya, nafas dengan menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm. Ada palpitasi, ada keringat dingin, ada mual, tidak ada muntah. Pasien terus berbaring di tempat tidur sambil memegang dada kirinya. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit begini. Tanda - tanda vital:TD: 184/83 mmHg, RR: 26 x/mnt, Nadi:120x/mnt, Suhu: 35,5 C SpO2 : 98 % dengan Oksigen nasal canule 3 lpm. Hasil Enzim jantung CKMB : 35 Trop T : 68 Hasil AGD: Ph:7,44 PCO2: 24,7, PO2 : 85,9 BE; -2,1 HCO3:18, GDS: 124 mg/dl, Natrium:124, Kalium: 3,7, Chlorida :102 Gambaran EKG : ditemukan adanya segmen ST elevasi di lead II. III, AVF Status Psikologis pasien : Cemas, pasien sering bertanya tanya tentang penyakitnya. Pasien mengatakan ini serangan jantung pertama kalinya. Dahulu Ibu klien meninggal juga karena penyakit jantung dan Hipertensi, klien mengatakan tidak teratur minum obat pada 1 tahun terakhir. Pasien mengatakan terakhir kontrol ke poli jantung tahun 2019. PRIORITAS MASALAH 1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung (D.0008) 2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi (D.0005) 3. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik fisiologis (iskemia) (D.0077) 4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080) 5. Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks atau lama (D.0114) Rencana Tindakan No Diagnosa Kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan DX 1 Penurunan curah Setelah dilakukan jantung tindakan keperawatan Perawaatan jantung akut (I.02076) 1.1 Identifikasi karakterisktik nyeri b.d perubahan selama 1x24 jam dada (meliputi faktor pemicu dan irama pereda, kualitas, jantung diharapkan curah jantung (D.0008) meningkat (l.02008) ditandai dengan KH: Palpitasi menurun lokasi,radius,skala dan frekuensi.) 1.2 Monitor EKG 12 Sadapan untuk perubahan ST dan T. Takikardia menurun 1.3 Monitor aritmia Gambaran EKG 1.4 Monitor elektrolit yang dapat aritmia menurun meningkatkan risiko aritmia Dispnea menurun (mis.kalium,magnesium dan Tekanan darah kalsium). membaik, CRT membaik 1.5 Monitor enzim jantung (mis,ck, CKMB, Trop T) 1.6 Monitor saturasi oksigen 1.7 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam 1.8 Pasang akses intravena 1.9 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas/stress 1.10 Anjurkan segera melaporkan nyeri dada 1.11 Anjurkan menghindari maneuver valsava (mis.mengedan saat batuk atau BAB) 1.12 Jelaskan tindakan yang dijalani pasien 1.13 Kolaborasi pemberian antiplatelet 1.14 Kolaborasi pemberian antiangina (nitrogliserin,beta bloker) 1.15 Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah maneuver valsava (mis.pelunak tinja, antiemetic) 1.16 Kolaborasi pencegahan thrombus dengan antikoagulan,jika perlu. 1.17 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada. 2 Pola nafas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.0014) tidak efektif b.d tindakan keperawatan 2.1 Monitor frekuensi,irama dan penurunan kedalaman upaya nafas. selama 1x24 jam energi (D.0005) diharapkan pola nafas 2.2 Monitor pola nafas membaik (L.01004) 2.3 Lakukan palpasi kesimetrisan ditandai dengan KH: ekspansi paru Dispnea menurun 2.4 Auskultasi bunyi nafas. Frekuensi nafas 2.5 Monitor saturasi oksigen membaik Penggunaan otot bantu pernafasan 2.6 Monitor nilai AGD 2.7 Kolaborasi pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan. menurn 3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238) agen pencidera tindakan keperawatan 3.1 Identifikasi fisik fisiologis selama 1x24 jam lokasi,karakteristik,durrasi,frekuensi,k (iskemia) ualitas, intensitas nyeri. diharapkan tingkat nyeri (D.0077) menurun (L.08066) 3.2 identifikasi skala nyeri ditandai dengan KH: 3.3 identifikasi respon nyeri non Keluhan nyeri verbal menurun 3.4 identifikasi faktor yang Meringis menurun memperberat dan memperingan nyeri. Frekuensi nadi 3.5 Kontrol lingkungan yg membaik memperberat rasa nyeri Pola nafas membaik 3.6 Anjurkan memonitor nyeri secara Tekanan darah mandiri membaik 3.7 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat. 3.8 Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 3.9 Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu. 4 Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314) kurang terpapar tindakan keperawatan 4.1 Identifikasi kemampuan informasi selama 1x24 jam mengambil keputusan (D.0080) diharapkan tingkat 4.2 Monitor tanda-tanda ansietas ansietas menurun (verbal atau non verbal) (L.09093) ditandai 4.3 ciptakan suasan aterapeutik untuk dengan KH: menumbuhkan kepercayaan Verbalisasi khawatir 4.4 jelaskan prosedur,termasuk sensai akibat kondisi yang yg mungkin dialami dihadapi menurun. 4.5 informasikan secra factual Palpitasi menurun. mengenai diagnosis, pengobatan, dan Frekuensi pernfasan prognosis. menurun Frekuensi nadi menurun Tekanan darah menurun 4.6 anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien. 4.7 anjurkan untuk mengungkapkan perasaan. 4.8 latih tehnik relaksasi. 5 Ketidakpatuhan Setelah dilakukan Dukungan kepatuhan program b.d pengobatan (I.12361) program tindakan keperawatan terapi selama 1x24 jam 5.1 kompleks atau diharapkan tingkat lama (D.0114) kepatuhan meningkat Identifikasi kapatuhan menjalani program pengobatan 5.2 Buat komitmen menjalani (L.12110) ditandai program pengobatan dengan dengan KH: baik Verbalisasi mengikuti 5.3 Buat jadwal pendampingan anjuran meningkat keluarga untuk bergantian Verbalisasi kemauan menemani pasien selama memenuhi program perawtan atau menjalani pengobatan 5.4 pengobatan mendukung atau menghambat Perilaku mengikuti berjalannya program program perawatan /pengobatan membaik pengobatan. 5.5 Perilaku menjalankan Libatkan keluarga untuk mendukung program anjuran membaik Tanda dan gejala Diskusikan hal-hal yang dapat pengobatan yang dijalani. 5.6 penyakit membaik Informasikan program pengobatan yang harus dijalani 5.7 Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan 5.8 Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat. 1. Diagnosa I(D.0008) Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung Data Subjektif: - Pasien mengeluh nyeri dada, sesak, dan terasa berdebar-debar - Pasien mengatakan nyeri dada tembus ke punggung sebelah kiri, menjalar ke rahang dan lengan kiri Data Objektif: - Keadaan: umum sedang - Kesadaran compos mentis (E4V5M6) - Tekanan Darah= 184/83 mmHg - Sesak napas RR= 26x/i - Takikardia Nadi= 120 x/i - Akraldingin, suhu= 35,5oC - Gambaran EKG: ST elevasi di lead II, III, AVF :infark inferior. WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI Senin, 16 Perawatan jantung akut (I.02076) November 1.1Mengidentifikasi karakteristik nyeri kerahang dan lengan kiri, seperti 2020 dada 1.1 Nyeri tertindih dada benda kiri menjalar berat, nyeri dirasakan terus-menerus Jam 14.20 13.30 1.2 Menganjurkan pasien untuk tirah 1.2 Pasien tirah baring posisisemi baring fowler 1.3 Memasang akses intravena 1.3 Terpasang infus NaCl 0,9 % 5 tpm ditangan kanan. 13.50 1.4 Memonitor saturasi oksigen 1.4 Saturasi = 98% 14.30 1.5 Memberikan oksigen nasal kanul 3 1.5 Terpasang oksigen nasal kanul liter/menit 14.45 1.6 Melakukan pemeriksaan EKG 12 1.6 Hasil EKG: gambaran ST sadapan. 13.30 15.30 3 liter/menit, RR= 26 x/I Elevasi di lead II, III, AVF 1.7 Kolaborasi dalam memberikan 1.7 Nyeri dada berkurang namun terapi ISDN 5mg/sublingual masih ada, skala nyeri 2-3. 1.8 Melakukan pengambilan darah 1.8 Hasil pemeriksaan: vena untuk pemeriksaan laboratorium CKMB = 35, Troponin T = 68 GDS = 124 mg/dl 1.9 Melakukanpengambilan 1.9 Terpasang Oksigen nasal kanul daraharteri, monitor elektrolit 3 liter/menit, hasil AGD: 1.10 Kolaborasidalam memberikan PH = 7,44 ; PCO2 = 24,7 ; PO2 ; terapi: 85,9 BE : -2,1 HCO3 = 18, Na: - Aspilet loading 320 mg per 124, K : 3,7, Cl : 102 1.10 anti platelet diberikan loading oral - Clopidogrel 300 mg per oral per oral 1.11 Hasil EKG: gambaran ST 1.11 Melakukan EKG 12 sadapan elevasi di lead II, III, AVF 2.12 Terpasang dower catheter 1.12 Melakukan pemasangan dower no.16, produksi urin kuning jernih catheter 700 cc 1.17 gambaran x-ray tidak ada 1.17 Kolaborasi pemeriksaan x-ray kelainan. dada. 2. Diagnosa II (D.0005) Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi DS: - Pasie nmengeluh Sesak, nyeri dada kiri,dan berdebar-debar DO: - Keadaan umum sedang - Kesadaran Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6) - Pola nafas takipnea - Irama reguler - Menggunakan otot bantu napas - Tanda-tanda vital: Nadi=120 x/mnt, Suhu=35,5, TD=184/83, RR=26x/mnt - hasil AGD: Ph:7,44 PCO2: 24,7, PO2 : 85,9BE; -2,1 HCO3:18, GDS: 124 mg/dl. Hari/tanggal, Implementasi Evaluasi TTD jam Senin, 16 nov 2.1Memonitor frekuensi,irama 2.1 Tanda-tanda vital: 2020 dan kdalaman upaya nafas 15.30 Nadi=120 x/mnt, Suhu=35,5, TD=184/83, RR=26x/mnt, Irama reguler 2.2 Memonitor pola nafas 2.2 pola nafas takipnea 2.3 Melakukan palpasi 2.3 palpasi dada kanan dan kiri kesimetrisan ekspansi paru simetris 2.4 melakukan auskultasi 2.4 bunyi nafas. bunyi suara nafas vesikuler, wheezing (-),ronchi (-). 2.5 memonitor saturasi 2.5 saturasi 98% oksigen 2.6 hasil AGD: Ph:7,44PCO2: 2.6 memonitor nilai AGD 24,7, PO2 : 85,9BE; -2,1 HCO3:18. 2.7 Kolaborasi: pemberian 2.7 pemberian oksigen nasal oksigen sesuai keluhan kanul 3 lpm. 3. Diagnosa III (D0077) : Nyeri akut b/d Agenpenciderafisiologis (iskemia) DS: - Pasien mengeluh nyeri dada kiri tembus ke punggung, menjalar ke rahang dan tangan kiri - Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan bendaberat - Pasien mengatakan nyeriterasa terus menerus - Pasien mengatakan nyeri timbul sejak 3 hari yang lalu P: Sumbatan pembuluh darah,nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Q: sifatnya tumpul,Nyeri seperti tertekan benda berat, Nyeri terasa terus-menerus. R :nyeri dada kiri tembus ke punggung, menjalar kerahang dan tangan kiri. S: Nyeri skala 6. T: nyeri terus menerus, >30 menit DO: - Keadaan umum sedang - Kesadaran Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6) - Skala nyerisedang (6),wajah meringis Gambaran ECG: gambaran ST elevasidi lead II, III, AVF - Trop T=68 CN=<14 pg/ml - CKMB=35,43 CN=7,00-25,00 u/ml - Nadi=120 x/mnt, Suhu=35,5, TD=184/83, RR=26x/mnt Hari/tanggal, Implementasi Evaluasi TTD jam Senin, 16 nov Managemen Nyeri (I.08238) 2020 3.1 15.30 (lokasi,karakteristik,durasi Mengidentifikasi frekuensi, kualitas intensitas, pqrst). nyeri 3.1 Nyeri di sebelah dada kiri dan menjalar kerahang dan tangan kiri. P: 3.2 Mengidentifikasi nyeri Sumbatan skala darah,nyeri pembuluh tidak berkurang dengan istirahat. Q: sifatnya tumpul, Nyeri seperti tertekan benda berat, Nyeri terasa terus- menerus. R :nyeri dada kiri tembus ke punggung, menjalarkerahang dan tangankiri. S: Nyeri skala 6. T: nyeri terus menerus, >30 menit 3.2 Skala nyeri ringan (2-3) setelah mendapat terapi anti angina 3.3Mengidentifikasi nyeri non verbal respon 3.3 wajah pasien meringis 3.4 Mengidentifikasi faktor 3.4 Pasien tidur semi fowler yang memperberat dan memperingan nyeri 3.5 Menjelaskan dan pemicu nyeri penyebab 3.5 Pasien mengerti penyebab timbulnya nyeri 3.6 Mengajarkan teknik non 3.6.Pasien farmakologis mengerti untuk untuk nafas dalam (teknik relaksasi) mengurangi nyeri 3.7 Kolaborasi pemberian anti 3.7 iskemia Diberikan terapi anti angina : ISDN 5 mg sublingual ( 2x ) selang 5 mnt 4. Diagnosa IV(D0080) : Ansietas b.d kurang terpapar informasi Data Subyektif : Pasien mengatakan cemas tentang penyakitnya. Pasien mengatakan ini serangan jantung pertama kali Pasien mengatakan 7 tahun yang lalu Ibu pasien meninggal dengan penyakit jantung Pasien mengeluh terasa berdebar-debar. Data objektif: Pasien tampak cemas Tanda tanda vital: Tekanan Darah= 184/83mmHg RR= 26 x/i Takikardia Nadi= 120x/i Akral dingin, suhu=35,5oC WAKTU Senin, 16 November 2020 IMPLEMENTASI EVALUASI Reduksi ansietas ( I. 09314 ) 4.1 Mengkaji tanda-tanda ansietas 4.1 Pasien pada pasien. tentang mengatakan penyakitnya, khawatir sering bertanya apakah bisa sembuh dan Jam 14.20 kapan, mengapa bisa sakit begini. 4.2 menciptakan suasana terapeutik 15.00 15.30 4.2 Cemas berkurang agar menumbuhkan kepercayaan 4.3 Menginformasikan kepada pasien 4.3 pasien kooperatif dan paham atas secara faktual mengenai diagnosis, tindakan keperawatan yang diberikan pengobatan dan prognosis . 4.4 Menganjurkan kepada pasien untuk 16.00 perasaan selalu atau mengungkapkan keluhan yang dirasakan. 4.5 Menganjurkan keluarga untuk 4.4 pasien kooperatif dan paham 16.30 tetap bersama pasien 4.5 keluarga selalu menemani pasien. 4.6 Mengajarkan ke pasien untuk 4.6 Pasien tampak nyaman dan cemas tehnik relaksasi mengurangi cemas. berkurang. 17.00 5. Diagnosa V (D.0114) Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks atau lama Data subjektif : - Pasien mengatakan tidak rutin minum obat karena merasa sudah sembuh. - Pasien mengatakan kontrol terakhir ke poli jantung tahun 2019. Data Objektif : - Pasien tidak minum obat secara teratur selama 1 tahun terakhir. WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD Senin, 16 5.1 Melakukan Identifikasi kapatuhan 5.1 Pasien mengatakan tidak November menjalani program pengobatan rutin 2020 minum obat karena merasa sudah sembuh. 5.6 5.6 menginformasikan program pasien dan keluarga kooperatif pengobatan yang harus dijalani 5.7 Menginformasikan manfaat yang 5.7 pasien dan keluarga paham akan diperoleh jika teratur menjalani tentang terapi pengobtan yang program pengobatan dijalani. 5.8 Melibatkan untuk 5.8 Keluarga pasien kooperatif mendukung program pengobatan yang dijalani. keluarga BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Pada tahap pengkajian dilakukan metode wawancara, observasi Tn. AL usia 63 tahun dengan diagnose STEMI, keluhan utama nyeri dada, riwayat penyakit hipertensi, pasien mengatakan nyeri dada tembus punggung, menjalar kerahang dan lengankiri. Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri sejak 3 hariyanglalu tapi hilang timbul. Nyeri memberat siang sebelum MRS dan terasa terus-menerus. Skala nyeri (6): sedang. Pasien mengatakan cemas karena ibunya meninggal dengan penyakit jantung. Pasien mengatakan ini serangan jantung pertama kali. pasien mengatakan minum obat tidak teratur. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit begini. TD: 184/83 mmHg, RR: 26x/mnt, Nadi:120x/mnt, Suhu:35,5 C SpO2 : 98 % dengan Oksigen nasal canule 3 lpm. 2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnose pada pasien yaitu : penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung (D.0008), pola nafas tidak efektif b/d penurunan energy (D.0005), nyeri akut b/d agen pencidera fisik fisiologis (iskemia)(D.0077), Ansietas b/d kurang terpapar informasi (D.0080), ketidakpatuhan b/d program terapi kompleks atau lama (D.0114).Semua diagnosa teratasi dan teratasi sebagian. 3. Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari : diagnosa pertama penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung terdapat 17 intervensi keperawatan, diagnose kedua pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy terdapat 7 intervensi keperawatan, diagnose ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik fisiologis (iskemia) terdapat 9 intervensi keperawatan, diagnosa keempat ansietas berhubungan kurang terpapar informasi terdapat 8 intervensi keperawatan, diagnose kelima ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau lama terdapat 8 intervensi keperawatan. 4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang di tetapkan, selain itu ada faktor pendukung dari keluarga untuk bekerja sama sehingga implementasi dapat dilaksanakan dengan baik 5. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa keperawatan penurunan curah jantung berhubungan irama jantung cukup meningkat, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi membaik, nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis menurun,ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi menurun, ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau lama meningkat. 4.2 Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dengan adanya studi kasus ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/I di kampus Politekhnik Kesehatan Kementrian Kesehatan Samarinda Prodi D-VI Keperawatan Samarinda, khususnya pada keperawatan gawat darurat terutama pada pembelajaran tentang asuhan keperawatan gawaat darurat. 2. Bagi rumah sakit Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi yang di perlukan dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan khususnya di ruang IGD (instansi gawat darurat) 3. Bagi perawat Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada kasus ST Elevasi Miokard Infark. DAFTAR PUSTAKA Andrayani Lalewisnu. 2016. Exercise pada Pasien dengan ST Elevasi Miokard Infark (STEMI). Jurnal Kesehatan Prima, Vol. 10, No. 2. Indonesia, P. D. 2018. Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut (Vol. I). Jakarta: PERKI. Kementrian Kesehatan RI, R. 2018. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan IndonesiaI (1 st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1 st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Suddarth, B. &. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta: EGC. Suhayatra Putra, E. F. (2016). Artikel Penelitian. (Gambaran Faktor Resiko dan Manajemen Reperfusi Pasien IMA-EST di Bangsal Jantung RSup Dr. M. Djamil Padang). Sofyana Merlyn Gischa. 2015. Peran Perawat dalam Menangani Pasien dengan Gangguan IMA di IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta. Bachelor Program in Nursing Sciena Kusuma Husada Journal.