Uploaded by User95813

Analisis talas sebagai komoditas ekspor Indonesia

advertisement
ANALISIS PEMILIHAN KOMODITAS EKSPOR
(Studi Kasus Umbi Talas Sebagai Salah Satu Komoditas Ekspor Indonesia)
Oleh:
Rifa Luthfiyah A (175254024)
4 D-IV Administrasi Bisnis
Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung
1. PENDAHULUAN
Tanaman talas (Colocasia esculenta L. Shott ) merupakan salah satu tanaman yang merupakan
jenis tanaman pangan fungsional. Tanaman talas menurut Permenhut P.35/2007 tentang Hasil
Hutan Bukan Kayu termasuk dalam kelompok tanaman pati-patian (Sudomo & Hani, 2014).
Dilansir dari cybext (2020) talas masuk kedalam suku talas-talasan (Araceae) dengan ciri-ciri
berperawakan tegak, tinggi satu sentimeter atau lebih, dan merupakan tanaman semusim atau
sepanjang tahun. Beberapa nama umum dari talas antara lain taro, old cocoyam, dash(e)en’ dan
Eddo(e)’. Adapun talas dikenal dengan nama lain pada beberapa negara seperti: abalong (
Filipina), taioba (Brazil), arvi (India), keladi (Malaya), saitomo (Jepang), tayoba (Spanyol), dan
yu-tao (China). Berbagai jenis talas Indonesia dapat ditemui di daerah Bogor seperti talas sutera,
talas bentul, talas ketan, dan talas mentega (talas gambir/talas hideung). Kemudian dari daerah
Sulawesi potensi pertumbuhan talas Jepang. Lalu talas beneng dari daerah Banten.
Dilansir dari laman yang sama, talas memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dikarenakan
umbi dan pelepah daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat, juga pembungkus.
Daun, sisa umbi, dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan setelah
difermentasi. Selain itu, talas berperan dalam pemanfaatan lingkungan karena dapat tumbuh di
lahan yang agak berair sampai kering.
Menurut Budiyanto (2009) tanaman umbi-umbian seperti talas sangatlah potensial untuk
memenuhi kebutuhan pangan karena produksi talas dapat mencapai 28 ton/ha, jumlah investasi
tanam lebih kecil dibadingkan membuka lahan persawahan karena talas dapat ditanam dibawah
tegakan pohon. Namun sayangnya menurut Zelin & Setyawan (2019) dinas pertanian di tahun
2012 menyatakan produktivitas talas di Indonesia hanya mencapai 9,52 ton/hektar pada tahun.
Administrasi Ekspor-Impor| 1
Apabila dibandingkan dengan produktivitas di negara lain seperti Hawaii 37 ton/hektar,
Nigeria 21,9 ton/hektar (Ubalua et al., 2016) dan China 16,8 ton/hektar (FAO, 2000),
produktivitas talas di Indonesia termasuk masih rendah. Hal ini salah satunya dapat disebabkan
oleh pemilihan dan penggunaan bahan tanam/bibit yang kurang baik (Djukri, 2003). Padahal
disadur dari kontan.co.id (2011), Data Konsorsium Keladi mencatat rata-rata kebutuhan konsumsi
Jepang mencapai 360.000 ton pertahun. Sekitar 50% kebutuhan dipenuhi oleh China yang
memiliki sekitar 85.000 ha areal pertanaman. Adanya kebutuhan pasar di luar negeri dapat
dimanfaatkan oleh produsen dan eksportir sayuran dari Indonesia untuk melirik potensi bisnis
ekspor talas, salah satunya ke Jepang dan negara lainnya.
2. ANALISIS PERMINTAAN TALAS DARI DALAM NEGERI
2.1 Kebutuhan konsumsi pangan Indonesia
Berikut ini merupakan grafik perkembangan konsumsi kelompok pangan di Indonesia
PERKEMBANGAN KONSUMSI KELOMPOK PANGAN, TAHUN 2013 – 2018
(Gram/Kap/Hari)
Berikut ini merupakan grafik perkembangan konsumsi umbi-umbian di Indonesia
Sumber: Susenas (2013-2018 triwulan 1); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran, oleh BKP
Grafik diatas menunjukkan perkembangan konsumsi kelompok pangan Indonesia dari
tahun 2013-2018. Lingkup bahasan disini berfokus pada kelompok pangan sumber karbohidrat.
Pangan sumber karbohidrat meliputi pangan dari produk serelia, umbi-umbian, dan makanan
Administrasi Ekspor-Impor| 2
(Wijayati, Harianto, & Suryana, 2019). Golongan serealia diantaranya beras, beras ketan, jagung
basah dengan kulit, jagung pipilan/beras jagung/jagung titi, tepung beras, tepung jagung
(maizena), tepung terigu, dan padi-padian lainnya. Umbi-umbian meliputi ubi kayu, ubi jalar, sagu,
talas/keladi, kentang, gaplek, tepung gaplek, tepung ubi kayu, serta umbi-umbian lainnya.
Beberapa makanan jadi adalah roti tawar, roti manis, roti lainnya, nasi putih, serta mi instan. Dari
grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa padi-padian menjadi bahan pangan pertama, disusul
oleh kelompok umbi-umbian.
PERKEMBANGAN KONSUMSI UMBI-UMBIAN, TAHUN
2013-2018 (Kg/Kap/Tahun)
14
12,4
12
10
9,5
8
6,8
6,5
6,5
2,5
1,6
0,4
2013
2,7
1,5
0,4
2014
3,6
2,4
0,5
2015
6
4
2
0
7,4
4,2
2,9
4,3
2,6
3,4
2,4
0,5
2016
0,4
2017
0,4
2018
Singkong
6,8
6,5
6,5
7,4
12,4
9,5
Ubi jalar
2,5
2,7
3,6
4,2
4,3
3,4
Kentang
1,6
1,5
2,4
2,9
2,6
2,4
Sagu
0,4
0,4
0,5
0,5
0,4
0,4
Ubi jalar
Kentang
Singkong
Sagu
Sumber: Susenas (2013-2018 triwulan 1); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran, oleh BKP
Grafik diatas menunjukkan umbi-umbian yang dikonsumsi umum di Indonesia pada tahun
2013-2018 diantaranya singkong, ubi jalar, kentang, sagu. Talas tidak dijadikan sampel pada
analisis tersebut. Menurut Wijayati et.al.,(2019) apabila dilihat dari sisi status pangan, pada saat
ini umbi-umbian lokal sudah mulai dipandang bukan lagi komoditas pangan inferior. Umbiumbian tidak hanya dapat ditemukan di pasar tradisional dan banyak dibeli oleh rumah tangga
dengan pendapatan rendah, sekarang di berbagai pasar modern seperti supermarket komoditas
pangan ini dijual dengan kemasan yang menarik, bahkan disertai dengan informasi kandungan
gizi.
Administrasi Ekspor-Impor| 3
Dilansir dari nestle.co.id, saat ini kebanyakan masyarakat kita mengonsumsi nasi, roti, mie
dan sereal sebagai sumber karbohidrat. Sebagian produk pertanian ini adalah bahan pangan impor
sehingga harganya relatif mahal. Perlu dilakukan diversifikasi pangan. Padahal umbi-umbian
seperti talas bisa menjadi alternatif sumber kalori yang murah dan mudah didapat. Pemanfaatan
talas di Indonesia lebih banyak digunakan sebagai bahan substitusi tepung, kue, perisa minuman.
Hal ini dapat menjadi potensi ekspor oleh Indonesia, karena kebutuhan pangan Indonesia telah
tercukupi dahulu oleh padi-padian. Adapun umbi-umbian juga menjadi barang subsitusi pangan
namun yang umum di konsumsi masyarakat ialah kentang, singkong, ubi jalar dan sagu.
2.2 Daerah penghasil talas di Indonesia
Dilansir dari greeners.co, talas umum dijumpai baik secara liar maupun sengaja ditanam
hampir di seluruh kepulauan. Maka talas tidak hanya tanaman khas Bogor, namun tanaman ini
memang tumbuh dan tersebar hampir di seluruh penjuru Nusantara. Sehingga Indonesia menjadi
daerah terpenting dalam perkembangbiakkan talas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
LIPI di Kepulauan Mentawai ada 150 kultivar talas lokal. Hal ini menguatkan dugaan bahwa
sekitar 30 tahun yang lalu Indonesia memiliki lebih dari 300 talas berikut variannya.
Adapun disadur dari republika.co.id Sulawesi menjadi daerah yang berpotensi sangat besar
untuk mengembangkan talas Jepang. Hal ini dikarenakan perwakilan pembeli dari Jepang memilih
talas dari Sulawasi Selatan setelah uji coba dari di daerah Bali, DIY, dan Aceh. Sulawesi Selatan
memiliki tanah yang cukup gembur sehingga cocok untuk talas Jepang. Populasi per Ha mencapai
20.000 pohon dan dapat dipanen setelah umur 4 bulan. Setiap pohon dapat menghasilkan umbi
talas paling sedikit 1 Kg artinya provitas talas dapat mencapai 20.000 Kg/ha (20 ton/ha).
Kemudian dilansir dari bisnisukm.com, potensi budidaya talas mudah ditemukan di daerah
Bogor, Malang, Makassar, Sumatera Selatan, Sulewesi Utara, Bengkulu, Kalimantan Timur, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Aceh, dan masih banyak daerah lainnya.
Dilansir dari finance.detik.com produksi talas Banten per bulan di Kabupaten Pandeglang
dapat mencapai 28 ton/bulan kemudian dijual dalam bentuk tepung ke area Jabodetabek sekitar 24 ton/ bulan. Untuk bentuk segar dipasarkan ke daerah Malang untuk di ekspor ke Belanda dengan
volume 16-20/bulan.
Administrasi Ekspor-Impor| 4
2.3 Kualitas talas Indonesia
Dilansir dari greeners.co, tim LIPI berhasil memperoleh 20 jenis talas lokal potensial. Jenis
talas Kaliurang (talas LIPI) lebih unggul, produktivitasnya tinggi, dapat ditanam di dataran rendah
dan tinggi, tahan serangan hama, umbinya enak, dan tahan penyakit atau Taro Leaf Blight (TLB).
Disadur dari cybext talas yang baik umbinya bewarna bersih. Hal tersebut dapat dilihat dari kulit
umbi yang segar. Sedangkan kurang baik/cacat dapat dilihat dari ukuran besarnya umbi juga
adanya bercak hitam/garis-garis pada daging umbi. Talas dari Banten memiliki perbedaan dengan
talas lainnya. Umbi batang yang dipanen berukuran panjang dan besar serta berada diatas
permukaan tanah. Sedangkan talas biasa umbi batang yang dipanen berada terpendam di tanah.
2.4 Potensi budidaya talas di Indonesia
Greeners.co menyatakan talas sangat mudah dibudidayakan di daerah tropik dan subtropik di Indonesia. Dilansir dari bisnisukm.com penanaman talas di Indonesia masih kurang
optimal. Hal ini dikarenakan banyak petani masih mengganggap talas sebagai tanaman liar yang
biasa tumbuh di pekarangan rumah dan ladang. Apabila penanaman talas dapat optimal, Indonesia
diprediksi dapat bersaing dengan China sebagai negara pengeskpor talas satoimo( talas Jepang).
Dilansir dari cybext penanaman talas lebih baik dilakukan pada awal musim hujan atau bila
curah hujan merata sepanjang tahun. Masa panen dilakukan tergantung pada jenis talas. Rata-rata
dilakukan setelah berumur 6-9 bulan. Namun ada juga yang sudah dapat dipanen diumur 4-5 bulan
seperti talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Contoh
lainnya di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang
relatif lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan. Talas-talas lain, seperti: talas
sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan. Umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat
berukuran sedang sampai besar dan masih banyak lagi talas di daerah bogor (talas mentega atau
talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
Adapun dari finance.detik.com talas di daerah Banten (beneng) biasa ditanam dibawaha
tanaman lain di lereng bukit. Setelah ditanam biasanya meninggalkan talas untuk mengurus
tanaman lain karena beneng ini tidak terpengaruh curah hujan.
Administrasi Ekspor-Impor| 5
3. ANALISIS PELUANG PASAR EKSPOR TALAS INDONESIA
3.1 Pengetahuan tentang Pasar
3.1.1 Negara pengimpor talas dari Indonesia
Dilansir dari misterexportir.com negara pengimpor talas dari Indonesia diantaranya Taiwan,
Thailand, China, Hongkong, dan Jepang. Jepang merupakan negara yang paling banyak
mengimpor talas dari Indonesia sehingga hal ini menjadi peluang bagi para eksportir Indonesia.
Keterangan disajikan dalam tabel dibawah ini. Adapun, menurut data dalam 12 bulan terakhir,
India dan Pakistan lebih minat pada talas daripada ubi.
Tabel Analisis Permintaan dan Kondisi Negara Jepang Sebagai Peluang Ekspor Talas
Indonesia
Negara
Jumlah permintaan

Jepang
70.000 ton/bulan
Keterangan
Pemasok utama talas berasal dari daerah
Sulawesi Selatan, kemudian Banten.

Adanya penelitian yang membuktikan talas
menjadi bahan pangan alternative yang
mengandung protein dan kalori tinggi namun
juga memiliki karbohidrat dan gula yang
rendah
sehingga
aman
dikonsumsi
penderita/orang berpotensi diabetes. Maka
masyarakat Jepang sangat tertarik pada talas.

Menyempitnya lahan pertanian di Jepang.
Jepang hanya bisa memenuhi 250.000 ton
per tahun (65.7% dari kebutuhan per tahun
sebesar 380.000 ton)

Kondisi pasar ekspor Indonesia ke Jepang
sangatlah baik. Sulawesi Selatan berhasil
membuat kolaborasi dengan Jepang
didukung oleh gubernur, sekretaris daerah
juga organisasi perangkat pengusaha.
(bisnis.com)
Administrasi Ekspor-Impor| 6
3.1.2 Permintaan melalui platform bisnis
Pada analisis disini, website go4worldbusiness.com diambil sebagai salah satu contoh
kegiatan bisnis mancanegara. Beberapa calon pembeli berasal dari New Zealand, Australia.
Tidak hanya umbinya namun juga daunnya.
Administrasi Ekspor-Impor| 7
3.1.3 Kondisi pesaing
Berikut merupakan data global export markets of Taro yang dilansir dari tridge.com yang
dapat dijadikan pembanding pesaing ekspor talas:
Benua/Negara bagian
Asia
Amerika Utara
Eropa
Amerika Selatan
Afrika
Lain-lain
Negara
China
Filipina
Thailand
India
Korea Selatan
Indonesia
Meksiko
United States
Kanada
Costa Rica
Guatemala
Prancis
Jerman
Belanda
Italia
Ireland
Belgia
Peru
Chili
Afrika Selatan
Export volume
17 %
4.8%
4.6%
2.8%
1.7%
1.6%
10.8%
6.6%
5.8%
2.8%
1.6%
2.6%
2.6%
2.5%
1.9%
1.7%
1.3%
2.9%
2.2%
2.2%
20.2%
Dari tabel diatas diketahui bahwa pesaing paling besar Indonesia sebagai pengekspor
talas ialah China di kawasan Asia. China juga menempati posisi pertama pada top exporter of
Taro di dunia.
Administrasi Ekspor-Impor| 8
4. PERSIAPAN EKSPOR
4.1 Company profile
PT RUBYRU INDUSTRY
Alamat
Telephone
Fax
Email
Contact Person
Kegiatan Usaha
Jenis Produk
:
:
:
:
:
:
:
Jl. Indah, Jakarta, Indonesia
022 6677777
022 6677777
[email protected]
+62 89655666566
Perusahaan agraris, perkebunan
Umbi-umbian, talas
4.2 Product profile
PT RUBYRU INDUSTRY
Taman Bukit Cibogo Blok A4 No.13 Kelurahan Leuwigajah
Kota Cimahi, Jawa Barat (Kode pos: 40532) Indonesia
Name of product
HS Code/ SITC
Specification
Material
Shape
Capacity
Price
Terms of Trade
: Fresh Taro
: 0714.40.10
:
:
:
:
:
Taro
Round
1 ton or 2205 lb
$ 2040
FOB, CIF, CFR
Administrasi Ekspor-Impor| 9
5. KESIMPULAN
Dari analisis diatas diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Tanaman talas merupakan salah satu tanaman yang merupakan jenis tanaman pangan
fungsional. Talas di Indonesia tidak dijadikan konsumsi karbohidrat utama, namun sebagai
bahan substitusi pembuatan makanan atau minuman.
2. Konsumsi pangan di Indonesia pada tahun 2013-2018 pada posisi pertama ditempati oleh
padi-padian, baru umbi-umbian. Wilayah Indonesia sangat berpotensi untuk penanaman
talas karena didukung oleh iklim tropis. Budidaya talas tidak memerlukan biaya yang
mahal selama cara penanamannya optimal. Wilayah penghasil talas terbanyak saat ini
hingga menjadi daera eksportir talas ialah Sulawesi Selatan dan Banten.
3. Permintaan talas dari luar negeri dapat menjadi potensi Indonesia untuk mengoptimalkan
ekspor talas. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki permintaan talas yang tinggi.
Pesaing talas Indonesia ialah China. China memegang skor sebagai top exporter of taro di
kawasan Asia juga dunia.
Administrasi Ekspor-Impor| 10
DAFTAR PUSTAKA
BisnisUKM. (2013, Juni 15). Potensi Bisnis Talas di Indonesia Masih Terbuka. Retrieved from
Bisnis
UKM:
https://bisnisukm.com/potensi-bisnis-talas-di-indonesia-masihterbuka.html. Diakses pada 19 Oktober 2020
Budiyanto, S. (2009). Dukungan iptek bahan pangan pada pengembangan tepung lokal. Buletin
Pangan 54 (18), 55-67.
Djukri. (2003). Efek Fisiologis Naungan Buatan pada Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L)
Schott). Pendidikan Matematika dan Sains 2(8), 114-120.
Inilah Negara Tujuan Ekspor Talas yang Mencengangkan! (2019, Oktober 15). Retrieved from
misterexportir.com: https://misterexportir.com/ekspor-talas/ Diakses pada 19 Oktober
2020
Kholisdinuka, A. (2019, September 27). Kementan dorong budi daya talas Banten untuk ekspor
ke Jepang. Retrieved from Detik Finance: https://finance.detik.com/berita-ekonomibisnis/d-4724527/kementan-dorong-budi-daya-talas-banten-untuk-ekspor-ke-jepang.
Diakses pada 19 Oktober 2020
Megumi, S. R. (2017, Oktober 13). Tanaman talas, bukan hanya milik Bogor. Retrieved from
Greeners.co: https://www.greeners.co/flora-fauna/tanaman-talas-bukan-milik-bogor/
Munthe, B. C. (2011, November 08). Pasar terbuka lebar, namun ekspor talas masih cilik.
Retrieved from Kontan.co.id: https://industri.kontan.co.id/news/pasar-terbuka-lebarnamun-ekspor-talas-masih-cilik. Diakses pada 19 Oktober 2020
Nestle. (n.d.). Umbi Talas Sumber Karbohidrat Murah Pengganti Nasi. Retrieved from Sahabat
Nestle:
https://www.sahabatnestle.co.id/content/gaya-hidup-sehat/umbi-talas-sumberkarbohidrat-murah-penggantinasi.html#:~:text=Seperti%20halnya%20umbi%2Dumbian%20yang,dan%20pulen%20se
perti%20beras%20ketan. Diakses pada 19 Oktober 2020
Organization, F. a. (2000). Peculiarities of Taro Production in Specific Asia-Pacific Countries.
Italy: FAO.
Rais, S. (2020, Agustus 3). Kolaborasi Menembus Pasar Ekspor Jepang. Retrieved from Ekonomi
Bisnis:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200803/12/1274132/kolaborasi-menembuspasar-ekspor-jepang. Diakses pada 19 Oktober 2020
Ramadi, F. (2019, Desember 04). Budidaya & Analisis Usaha Tanaman Talas (Colocasia
Esculenta
L.).
Retrieved
from
cybext:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/85856/Budidaya--Analisis-Usaha-TanamanTalas-colocasia-Esculenta-L/. Diakses pada 19 Oktober 2020
Administrasi Ekspor-Impor| 11
Sudomo, A., & Hani, A. (2014). PRODUKTIVITAS TALAS (Colocasia esculenta L. Shott ) DI
BAWAH TIGA JENIS TEGAKAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI LAHAN
HUTAN RAKYAT. Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 8 No.2, 100-107.
Tridge. (n.d.). Taro Global Export and top exporter. Retrieved from Tridge Intelligence:
https://www.tridge.com/intelligences/taro/export. Diakses pada 19 Oktober 2020
Ubalua, A. O., Ewa, F., & Okeagu, O. D. (2016). Potentials and Challenges of Sustainable Taro
(Colocasia esculenta) Production in Nigeria. Applied Biology and Biotechnology 4(1), 5359.
Wijayati, P. D., Harianto, & Suryana, A. (2019). PERMINTAAN PANGAN SUMBER
KARBOHIDRAT DI INDONESIA. Analisis Kebijakan Pertanian Vol.17 No.1, 13-26.
Zelin, O., & Setyawan, H. B. (2019). Pengaruh Macam Bahan Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tiga Varietas Talas ( Colocasia esculenta L.). Berkala Ilmiah Pertanian Vol.2 No.3,
122-126.
Administrasi Ekspor-Impor| 12
Download