Uploaded by wongjowo355

PENUGASAN ARTIKEL AKADEMIK - KELOMPOK 8 - KELAS 27

advertisement
KELOMPOK 8
BAHASA INDONESIA – KELAS 27
PENUGASAN ARTIKEL
: Etika Akademik
JUDUL
: Berbagai Permasalahan Lunturnya Etika Akademik
KetikaPerkuliahan Sinkronus
DOSEN
: Drs. Marsudi, M.Pd.
ANGGOTA KELOMPOK
: Ro'isul Fadli A. - (5018201099) -Teknik Perkapalan
Eko Apriawan H. - (5018201091) - Teknik Perkapalan
Mahesta Barly T. - (5018201006) - Teknik Perkapalan
Muhammad Rifaldo - (5018201035) - Teknik Perkapalan
Raybonda Reinaldi W - (5018201014) -Teknik perkapalan
Jonathan Hervianto - (5018201075) – Teknik Perkapalan
Berbagai Permasalahan Lunturnya Etika Akademik Ketika Perkuliahan
Sinkronus
Pada masa pandemi ini, semua aktivitas menjadi terganggu termasuk
aktivitas belajar-mengajar di perguruan tinggi yang terpaksa harus dilakukan secara
daring.Institusi pendidikan berusaha memanfaatkan segala media yang ada demi
terselenggaranya kegiatan belajar-mengajar, salah satunya adalah pemanfaatan
platform video conference Zoom dan Google Meet untuk melakukan perkuliahan
tatap muka secara virtual (Herliandry et al., 2020). Dengan menggunakan platform
ini, diharapkan pengajar dapat mentransfer ilmunya kepada pembelajar layaknya di
dalam kelas. Namun pada praktiknya, hal tersebut tidak sepenuhnya dapat terwujud
karena perkuliahan daring ini justru banyak melunturkan nilai etika akademik
mahasiswa.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai etika akademik perlu dijelaskan
terlebih dahulu pengertian dari masing-masing istilah, yaitu istilah etika, akademik,
dan sinkronus. Istilah etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti “adat
kebiasaan”, “watak”, atau “kelakuan manusia”. Secara umum arti dari istilah etika
yaitu nilai-nilai moral individu dan sosial masyarakat yang menjadi pegangan hidup
atas baik buruknya perilaku manusia (Sudarminta, 2013). Akademik sendiri
memiliki 3 istilah yang saling berkaitan yaitu akademi, akademis, dan akademisi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pertama arti dari akademi yaitu lembaga
pendidikan tinggi, kurang lebih 3 tahun lamanya, yang mendidik tenaga
profesional. Kedua arti dari akademis yaitu mengenai atau berhubungan dengan
akademi. Ketiga akademisi yaitu orang yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan arti
istilah diatas, etika akademik dapat diartikan sebagai nilai-nilai moral yang menjadi
pedoman atas baik atau buruknya perilaku akademisi di perguruan tinggi.
Kemudian, kata sinkronus sendiri berarti pada waktu yang sama. Hal ini mengacu
pada pelaksanaan pembelajaran terjadi pada waktu yang sama antara pendidik dan
peserta didik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi langsung antar keduanya
secara online (Hartanto, 2016).
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan adanya
perkuliahan daring atau secara online semakin melunturkan nilai-nilai etika
akademik terutama pada saat perkuliahan sinkronus dikarenakan kurangnya
pantauan secara langsung. Hal tersebut membuat mahasiswa lebih berani
melakukan tindakan yang melanggar etika akademik, seperti :
1. Mahasiswa kepergok meninggalkan gawainya tanpa izin ketika perkuliahan
sinkronus tengah berlangsung. Kejadian ini kerap ditemukan terutama pada
saat penyampaian materi oleh dosen. Aksi ini dilakukan dengan
memanfaatkan fitur offcam yang tentu membuat dosen tidak dapat
memantau mereka secara langsung. Biasanya, ketika diminta untuk bisa
menyalakan kamera, mereka berdalih bahwa jaringan internet di daerahnya
tidak stabil sehingga dosen akan mengizinkan mereka tetap dalam keadaan
offcam Dengan begitu, mereka bisa meninggalkan perkuliahan sesuka hati
tanpa menimbulkan kecurigaan.
2. Hanya mengisi presensi tanpa mengikuti perkuliahan. Hal ini juga sering
terjadi terutama di kampus yang menerapkan sistem absensi mandiri
berbasis kode. Biasanya, mahasiswa ‘nakal’ ini mendapatkan kode absensi
dari rekan sekelas yang sedang mengikuti perkuliahan sinkronus.
Kemudian, mereka hanya memasukkannya ke situs presensi tanpa masuk ke
pertemuan sinkronus sehingga meskipun tidak hadir di perkuliahan, nama
mereka tetap tercatat hadir.
3. Asik bermain media sosial atau game saat perkuliahan sinkronus
berlangsung. Tindakan ini merupakan tindakan yang paling marak terjadi
selama masa pembelajaran daring ini. Tidak seperti tindakan-tindakan
sebelumnya yang harus dilakukan secara diam-diam, tindakan yang satu ini
bahkan bisa dilakukan bersamaan dengan perkuliahan sinkronus.
Mahasiswa dapat tetap oncam saat mengikuti pertemuan sinkronus sambil
membuka media sosial, sehingga di dalam layar mereka tetap terlihat fokus
memperhatikan materi.dan tidak menimbulkan kecurigaan.
Memang ironis, mahasiswa yang seharusnya menjadi agent of change, iron
stock negara, dan lain sebagainya mengalami penurunan etika akademik seiring
peningkatan
kemajuan
teknologi,
yang
seharusnya
dimanfaatkan
untuk
mengembangkan diri dan membangun negeri. Namun, tetap saja pada dasarnya
berbagai tindakan pelanggaran etika muncul akibat kurangnya kesadaran diri tiap
individu, termasuk juga pada kasus etika akademik ini. Belum lagi suasana
perkuliahan daring yang lebih santai dan terbatasnya pengawasan dosen semakin
mendukung aksi mahasiswa untuk ‘kabur’ seenaknya dari aktivitas perkuliahan
mereka. Namun, sebenarnya berbagai pelanggaran tersebut juga tidak selalu
disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri mahasiswa. Tidak menutup
kemungkinan bahwa berbagai tindakan tersebut terjadi akibat beberapa alasan
logis. Salah satu alasan yang paling umum adalah faktor lelah secara fisik dan
mental. Meskipun sekilas pelaksanaan perkuliahan daring terlihat lebih santai,
tetapi menahan posisi duduk dengan mata fokus menatap layar gawai dalam durasi
lama tentu melelahkan dan membuat mahasiswa jenuh. Kejenuhan tersebut akan
mengikis konsentrasi dan motivasi belajar mereka (Pawicara & Conilie, 2020).
Ketika mencapai puncak kejenuhan, mereka akhirnya tergerak untuk melakukan
tindakan yang melanggar etika akademik demi bisa melepas kejenuhan. Di samping
itu, distraksi dari internal maupun eksternal juga bisa mengganggu mereka saat
perkuliahan sinkronus tengah berjalan hingga berujung pada pelanggaran etika
akademik yang terjadi, baik disengaja maupun tidak.
Di sisi lain, pelanggaran etika akademik selama proses perkuliahan
sinkronus juga dapat timbul sebagai akibat dari faktor eksternal mahasiswa. Salah
satu faktor yang sering ditemui adalah mahasiswa kesulitan dalam memahami
materi yang disampaikan. Terlepas dari penyebab yang mungkin timbul dari
mahasiswa sendiri, cara mengajar dari dosen juga ikut andil atas terjadinya hal
tersebut. Terkadang cara mengajar beberapa dosen dirasa terlalu monoton atau
kurang menarik sehingga membuat mahasiswa cepat jenuh dan kesulitan
memahami materi, sehingga mereka berusaha ‘kabur’ dari perkuliahan sinkronus
yang tengah berjalan. Termasuk juga kadangkala terdapat dosen yang mengisi
perkuliahan sinkronus hingga melewati jadwal seharusnya sehingga membuat
mahasiswanya semakin lelah dan jenuh hingga akhirnya nekat melanggar etika
akademik untuk mengistirahatkan diri.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa penyebab terjadinya pelanggaran
etika akademik dalam perkuliahan sinkronus melibatkan pihak mahasiswa dan juga
pemateri atau dosen. Oleh karenanya, untuk mengatasi timbulnya semua
permasalahan diatas diperlukan solusi yang bisa diaplikasikan oleh kedua pihak.
Solusi awal yang bisa dilakukan sebagai mahasiswa adalah menciptakan
lingkungan belajar pribadi yang nyaman dan kondusif. Lingkungan belajar yang
nyaman dan kondusif berdampak baik bagi keadaan fisik dan mental sehingga
motivasi belajar tetap terjaga dan mengurangi rasa jenuh saat perkuliahan sinkronus
(Setiadi, 2015). Selain itu, mahasiswa juga bisa melakukan kegiatan simpel yang
menyenangkan saat jeda antara dua mata kuliah untuk menghilangkan kejenuhan.
Di samping itu, sikap saling support dan mengingatkan antara rekan sekelas juga
membantu mencegah dan mengurangi tindakan pelanggaran etika akademik di
lingkup kelas. Selanjutnya, dari pihak dosen juga dapat memberikan motivasi atau
sedikit intermezzo di tengah perkuliahan sinkronus untuk mengembalikan semangat
dan motivasi belajar mahasiswanya. Selain membantu mahasiswa, pemberian
motivasi dan intermezzo ini juga bisa dimanfaatkan dosen untuk memantau
kehadiran mahasiswanya yang offcam dari respon yang diberikan masing-masing
mahasiswa.
Pandemi covid-19 ini memaksa kegiatan belajar-mengajar harus dilakukan
secara daring. Pembelajaran daring ini pun mengubah banyak hal berkaitan dengan
sistem pembelajaran, termasuk perkuliahan tatap muka yang dilakukan secara
sinkronus menggunakan platform video conference seperti Zoom atau Google
Meeting. Akan tetapi, melalui perkuliahan daring ini juga banyak menimbulkan
kasus-kasus berkaitan dengan tindak pelanggaran nilai etika akademik di kalangan
mahasiswa, terutama pada saat perkuliahan sinkronus tengah berlangsung.
Seharusnya, bagaimanapun kondisi dan sistem perkuliahan yang berlaku, etika
akademik haruslah tetap dijunjung selalu meskipun tanpa pemantauan langsung
dari dosen. Untuk itu, selain dengan meningkatkan kesadaran diri, sikap saling
menghargai dan kerjasama antara sesama mahasiswa maupun dengan dosen juga
perlu lebih ditingkatkan lagi agar masalah pelanggaran etika akademik di masa
pandemi ini bisa segera teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, W. (2016). Penggunaan e-learning sebagai media pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan
Ilmu Sosial, 10(1).
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020).
Pembelajaran pada masa pandemi covid-19. JTP-Jurnal Teknologi
Pendidikan, 22(1), 65–70.
Pawicara, R., & Conilie, M. (2020). Analisis pembelajaran daring terhadap
kejenuhan belajar mahasiswa Tadris Biologi IAIN Jember di tengah pandemi
Covid-19. ALVEOLI: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1), 29–38.
Setiadi, A. (2015). PELANGGARAN ETIKA PENDIDIKAN PADA SISTEM
PEMBELAJARAN E-LEARNING. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 15(2).
Sudarminta, J. (2013). Etika Umum Kajian tentang beberapa masalah pokok dan
teori etika normatif. Penerbit Kanisius.
Download