BAB I Pendahuluan Latar Belakang Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit. Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Silang? 2. Apa yang dimaksud dengan Prosedur Perwatan Pasien, Pengelolaan Alat dan Bahan, Perawatan dan Pelayanan Medis? 3. Bagaimana cara menjaga kebersihan, penataan lingkungan dan sanitasi lingkungan? 4. Bagaimanakah prosedur personal hygine? 5. Bagaimana tindakan keperawatan pre dan post operasi? Tujuan 1. Mengetahui tentang tindakan dan pencegahan Infeksi Silang 2. Mengetahui Prosedur Perwatan Pasien, Pengelolaan Alat dan Bahan, Perawatan dan Pelayanan Medis 3. Mengetahui cara menjaga kebersihan, penataan lingkungan dan sanitasi lingkungan 4. Mengetahui tentang prosedur personal hygine 5. Mengetahui tindakan keperawatan pre dan post operasi 1 BAB II Kajian Teori A. Pengertian Infeksi Silang Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh kecelakaan seperti tertusuk instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta melalui mulut dan saluran pernafasan. Tindakan dalam praktek dokter gigi menempatkan dokter gigi beresiko tinggi terutama terhadap penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh bakteri dan virus. B. Jalur Penyebaran Infeksi Silang 1. Pasien ke Operator Penyebaran bisa terjadi melalui dua cara, yaitu kontak lansung dan tidak langsung. Kontak lansung dengan saliva antara pasien bisa menjadi jalan masuk mikroba melalui kulit yang luka, mukosa mata, hidung dan mulut. Infeksi tidak langsung melibatkan perpindahan mikroorganisme dari sumber tertentu (mulut pasien) ke suatu benda dan kemudian operator bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi tersebut. Bisa melalui penyebaran droplet dan melalui udara yang terkontaminasi mikroorganisme. 2. Operator ke Pasien Jalur penyebaran ini relatif jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi jika prosedur pencegahan tidak dilakukan seperti semestinya. Infeksi dapat berasal dari tenaga pelayanan kesehatan gigi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Tangan operator yang terluka dan mengenai instrumen atau alat-alat lain yang kemudian digunakan di mulut pasien, patogen dan mikroorganisme lainnya yang terkandung dalam darah bisa berpindah ke mulut pasien. Penularan juga bisa terjadi melalui droplet infeksi dari operator kepada pasien, yang sebenarnya dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak khusus diruang perawatan. 3. Pasien ke Pasien Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai tanpa disterilkan dengan baik dan permukaan peralatan dental unit yang terkontaminasi yang paling sering disentuh tenaga pelayanan kesehatan gigi. 4. Operator ke Lingkungan Sekitar Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien mengkontaminasi benda-benda yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda tersebut tidak disterilkan terlebih dahulu sebelum dibuang. Infeksi juga dapat berasal dari kontak tidak langsung karena tidak menggunakan APD (misalnya melalui baju, handphone, dan lain-lain ). Limbah medis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai aturan yang benar, untuk itu perlu memiliki instalasi pengelolaan limbah medis. 5. Lingkungan Sekitar ke Pasien Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di tempat pelayanan kesehatan. C. Kontrol Infeksi 2 Tujuan pengendalian infeksi dalam praktek gigi adalah untuk mencegah penularan agen penyakit memproduksi seperti bakteri, virus dan jamur dari satu pasien ke pasien lain, dari dokter gigi dan staf gigi untuk pasien, dan dari pasien ke dokter gigi atau staf gigi lainnya. Selain itu, perlu bahwa penyebaran infeksi endogen juga dicegah dengan membatasi penyebaran agen infeksius. Dalam praktek dokter gigi, mikroorganisme dapat dihirup, tertelan, disuntikkan, atau memercik ke kulit atau mukosa. Dalam pengaturan praktik bidan, mikroorganisme juga dapat menyebar dengan transmisi udara, ketika staf gigi atau orang lain menghirup partikel kecil yang mengandung agen infeksi. Sejumlah agen infeksi, termasuk virus influenza, dapat ditularkan melalui droplet pernapasan yang dihasilkan oleh pasien yang batuk, bersin atau berbicara. Pengendalian infeksi berfokus pada membatasi atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi penularan infeksi atau yang berkontribusi terhadap penyebaran mikroorganisme. Penyebaran mikroorganisme dapat dikurangi dengan: • Membatasi kontaminasi permukaan oleh mikroorganisme. • Mengikuti praktek kebersihan pribadi yang baik, terutama kebersihan tangan yang efisien. • Menggunakan alat pelindung diri. • Menggunakan produk sekali pakai mana yang sesuai (misalnya handuk kertas) • Teknik minimalisasi risiko berikut seperti menggunakan rubber dam dan kumur-kumur sebelum tindakan. Pekerjaan bidan tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang tidak diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh karena itu bidan harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Sebaiknya ditetapkan suatu standard untuk proteksi diri sehingga kemungkinan infeksi silang sangatlah kecil. D. Standard Precautions Standard Precautions rnerupakan upaya yang dilakukan dalarn rangka perlindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections) antara petugas- pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi penyakit menular. Menurut Depkes dan Kesos RI tahun 2001, prinsip kewaspadaan standar adalah bahwa darah dan semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir penderita dianggap sebagai surnber potensial untuk penularan infeksi terrnasuk HIV, sehingga diharapkan setiap petugas pelayanan kesehatan rnampu menerapkan prinsip standard precaution. Penerapan kewaspadaan standar ini bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari resiko terpapar oleh infeksi namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala macam infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas. Tindakan standard precautions dilakukan pada semua tindakan perawatan terhadap pasien untuk mengurangi resiko infeksi penyakit menular pada operator baik dari sumber terinfeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Tindakan pencegahan ini dilakukan pada semua pasien tanpa memandang diagnosis ataupun status infeksinya. Pencegahan yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, pengunaan alat sekali pakai, kualitas air dental unit. 3 E. Perlindungan Diri 1. Mencuci Tangan Dalam menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan merupakan hal yang sangat penting. Dalam aktivitas sehari-hari tangan sering kali terkontaminasi dengan mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba ke dalam tubuh. Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan. Lamanya mencuci tangan 4060 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metode dan tata cara mencuci tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya anti mikroba yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternatif pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor. Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang dispossible atau diisi ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan: 1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan tangan harus dilepas. 2) Kuku harus tetap pendek dan bersih 3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku. 4) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah satu pilihan sebagai berikut: - Ember berkeran yang tertutup. - Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang lainnya mencuci tangan. 5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan. 6) Indikasi kebersihan tangan termasuk : - Bila tangan terlihat kotor. - Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi. - Sebelum memakai sarung tangan. - Segera setelah melepas sarung tangan. - Sebelum menyentuh pasien. - Sebelum melakukan prosedur aseptik. 4 - Setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan. Macam-macam cairan yang biasa digunakan untuk mencuci tangan : 1. Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi permukaan, namun ada tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa 2. Aldehid Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti tuberkulosis, jamur, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedangkan spora baru akan mati setelah 10 jam. 3. Biguanida Klorheksidin merupakan contoh dari biguanida yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical hand scrub, klorheksidin 2% pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram (+) maupun Gram (-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucous. 4. Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine.Universitas Sumatera Utara 5. Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. 6. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan misalnya Dettol. 2. Menggunakan Masker Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai. 5 3. Sarung Tangan Tenaga pelayanan kesehatan wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendesinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.Prosedur pemakaian sarung tangan : Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan). Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di tangan. Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan meja kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal. 4. Kaca Mata Pelindung Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah. Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didesinfeksi setiap kali berganti pasien. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci tangan. 5. Baju Pelindung Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (dispossable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah selesai. 6. Penutup Kepala dan Pelindung Sepatu Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpecik dan menyemprot. Sedangkan pelindung kaki digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau Universitas 6 Sumatera Utara tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran 7. Imunisasi Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps, rubela dan varisela. Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari penyakit-penyakit tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, ditieri, poliomielitis, tifoid, meningokokus, hepatitis A, hepatitis B, rubela, tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps. Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat atau mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan. Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkan melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif, petugas kebersihan dan lain-lain) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani surat pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui oleh pimpinan. 8. Penggunaan Alat Sekali Pakai Bahan sekali pakai hanya digunakan untuk satu orang pasien. Biasanya bahan tersebut terbuat dari plastik atau bahan logam yang tidak mahal, dan biasanya bersifat Universitas Sumatera Utara tidak tahan panas atau tidak bisa disterilkan. Bahan-bahan sekali pakai harus dibuang setelah dipakai. 9. Air Dental Unit Air yang disuplai pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab penyakit menular. Air yang mengandung mikrooranisme dapat tertahan pada saluran dental unit, akan menyebabkan bakteri-bakteri melekat dan berakumulasi dipermukaan dalam saluran dan membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm. Beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit yaitu : 1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan masukan kedalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan adalah air yang telah direbus. 2. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di cuci dengan larutan desinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien. 3. Menggunakan penyaring bakteri (mikrofiltrasi) F. Pencegahan dan Penanganan Infeksi Nosokomial pada Ibu Hamil Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia secara relatif murah, yaitu : 7 1. Menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan. 2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasii dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi. 3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya di mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi. 8 BAB III Pembahasan Prosedur Perwatan Pasien, Pengelolaan Alat dan Bahan, Perawatan dan Pelayanan Medis Prosedur Perawatan Pasien adalah sebuah proses yang berhubungan dengan pencegahan, perawatan, dan manajemen penyakit dan juga proses stabilisasi mental, fisik, dan rohani melalui pelayanan yang ditawarkan oleh organisasi, institusi, dan unit profesional kedokteran, . Sistem kesehatan merupakan salah satu sektor industri terbesar dunia dengan pertumbuhan tahunan tercepat, menghabiskan sekitar 8,9% PDB negara-negara maju setiap tahunnya. Di Indonesia pemerintah hanya mengalokasikan 0,72% dari PDB ke bidang kesehatan pada 2002. Pengelolaan Alat dan Bahan : 1. Membersihkan dan mensterilkan sarung tangan a. Bersihkan sarung tangan dan periksa apakah ada kebocoran, yaitu dengan memasukkan udara dalam sarung tangan, kemudian celupkan ke dalam air bersih. Jika ditemukan kebocoran, pisahkan. b. Keringkan dengan menggantungkan dulu sarung tangan, lalu lap dengan kain pengering pada kedua sisinya dengan hati - hati jangan sampai sobek. c. Bedaki tipis - tipis pada kedua sisinya, kemudian atur sarung tangan sepasang sepasang. d. Sterilkan sarung tangan di dalam tromol / stoples tertutup yang berisi formalin selama 24 jam (dihitung mulai dari jam dimasukkan). e. Selesaikan, bereskan alat - alat, dan simpan di tempat semula. 2. Vlamberen ( mensterilkan dengan cara membakar ) a. Cuci terlebih dahulu alat - alat yang disterilkan, kemudian keringkan hingga kering. b. Letakkan alat - alat keperluan di atas meja. c. Basahi bola kapas dengan spiritus bakar, jangan terlalu basah, kemudian letakkan di dalam alat yang akan disterilkan. d. Nyalakan lampu. e. Ambil dengan korentang steril, kapas bulat yang telah dibasahi dengan spiritus bakar dan nyalakan. Setelah itu, sterilkan bagian dalam dan tutup alat-alat divlamber. f. Setelah selesai, buang kapas dalam piala ginjal berisi air. Setelah steril, segera tutup alat alat, kemudian bersihkan bagian yang telah disterilkan dengan kasa / stuffer steril. g. Selesaikan, bersihkan alat - alat, dan kembalikan ke tempatnya masing - masing. 3. Mendesinfeksi dan mensterilkan alat - alat dari logam a. Setelah dipergunakan, bilas semua alat dibawah air mengalir, kemudian rendam dalam larutan lisol 2% selama 2 jam ( bekas penyakit menular direndam selama 24 jam ). b. Kemudian, cuci setiap alat dengan sabun, bilas sampai bersih. 9 c. Setelah dibersihkan, masukkan ke dalam sterilisator setelah air di dalamnya mendidih selama 15 - 20 menit, sedangkan untuk alat - alat logam, seperti pisau ( distouri ), gunting, dan sebagainya masukkan setelah air mendidih selama 3 - 5 menit. d. Setelah alat - alat steril, angkat dengan korentang steril, lalu simpan dan atur dalam baki steril atau masukkan ke dalam instrumen vloistof. e. Bereskan alat - alat dan simpan di tempat semula. 4. Mendesinfeksi dan mensterilkan alat - alat dari gelas a. Bilas alat - alat dengan air bersih. b. Bersihkan pengisapan dan tabung bagian dalam dengan lidi kapas atau sikat dengan sabun. c. Bilas dengan air bersih. d. Bersihkan jarum ( dengan cara semprotkan atau jika perlu dengan mandarin ). e. Pada sterilisator, letakkan spuit dan pengisapannya berdampingan, begitu juga jarum, kemudian biarkan dalam sterilisator dengan air mendidih selama 15 - 20 menit. f. Setelah steril, simpan alat - alat dalam baki steril. g. Bereskan alat - alat dan simpan di tempat semula. 5. Mendesinfeksi dan mensterilkan alat - alat dari karet a. Bersihkan alat - alat, dan bersihkan plester dengan bensin. b. Setelah direndam dalam larutan lisol 2% selama 2 jam, bilas kateter, sonde / maag slang dan cuci dengan sabun. Bersihkan. Pelayanan medis adalah pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan suatu gangguan kesehatan. A. Penjagaan Kebersihan, Penataan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan 1. Penjagaan Kebersihan Infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated infentions) yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana saat masuk tidak ada infeksi atau tidak masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi. Kebersihan ruang perawatan pasien merupakan salah satu komponen dalam kewaspadaan standar, mutlak dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan pasien selama masa perawatan dan menjalani pengobatan. Sangat penting sebagai seorang perawat untuk membuat ruang perawatan pasien senyaman mungkin dengan mengatur suhu ruangan, mempertahankan ventilasi yang cukup, menghindarkan dari bau yang tidak sedap dan menjaga kebersihan serta menjaga kamar/ruangan tetap rapi dan teratur sehingga membuat pasien akan merasa lebih nyaman dalam perawatan. 10 Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik yaitu bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah dan bau. Lingkungan yang nyaman secara tidak langsung akan mempercepat kesembuhan, memudahkan perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien, mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi silang, menumbuhkan kepercayaan dan kesan baik kepada pasien dan keluarganya maupun masyarakat terhadap rumah sakit. Cara menjaga ruang perawatan pasien agar bersih dan tertata rapi dengan melakukan pembersihan rutin setiap hari meliputi pembersihan permukaan meja dan tempat tidur pasien atau peralatan lain yaitu dengan lap lembab menggunakan disinfektan tingkat rendah sesuai zone risikonya minimal sehari sekali, membersihkan lantai dengan menggunakan lobby duster kemudian mengepel dengan menggunakan mop minimal sehari 2 kali atau bila nampak kotor. Untuk mempertahankan kebersihan tersebut diperlukan rasa kesadaran yang tinggi dari semua orang yang berada diruang tersebut dengan mengimplementasikan budaya bersih yaitu membuang sampah pada tempatnya, menaruh barang pada tempatnya dan tertata rapi, dalam kondisi siap digunakan, tidak mencampur barang bersih dan kotor, membatasi barang bawaan pasien dan keluarga serta tidak kalah pentingnya pembatasan jumlah pengunjung. Bila dilihat dari resiko infeksi, alat kesehatan/instrumen dikelompokkan menjadi 3 kriteria yaitu kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Ketiga kriteria tersebut akan menentukan cara pemrosesan/pengelolaannya. Pemrosesan alat dimulai dari pre cleaning di point use dengan flushing/penyemprotan menggunakan air mengalir atau direndam dengan larutan detergen, dilanjutkan cleaning/pembersihan dan pengeringan. Tujuan dari proses dekontaminasi (pre cleaning & cleaning) adalah melindungi petugas yang menangani instrumen, meminimalisasi resiko penularan dan menonaktifkan virus, mengangkat kotoran, menghilangkan bioburden yang melindungi mikroorganisma, memudahkan kontak agent sterilant pada permukaan alat dan melindungi instrumen karat dan memperpanjang lifetime. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses cleaning antara lain bahan kimia (jenis detergen) yang digunakan, waktu dan suhu perendaman serta air yang digunakan (idealnya air dengan kandungan mineral rendah 70-150 mg/L/soft water). Alat dengan kriteria semikritikal setelah proses dekontaminasi dilanjutkan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT). DTT adalah perlakuan minimum yang direkomendasi Center For Disease Control (CDC). Proses DTT dapat dilakukan dengan cara fisika misal pasterurisasi atau dengan direbus dalam air atau kimia dnegan menggunakan disinfektan. Disinfektan yang dapat digunakan untuk proses DTT adalah disinfektan dengan kategori High Level Desinfectan (HLD) seperti larutan glutardehid 2%, hydrogen peroksida 6%, orthophtalaldehid, asam paraasetat <1%.Aktivitas desinfektan dipengaruhi oleh tingkat kebersihan (desinfektan berinteraksi dengan kontaminan baik organik/non organik atau residu detergen), tipe dan jumlah MO, Ph larutan, suhu, waktu perendaman, serta air yang digunakan. Sedangkan alat dengan kriteria kritikal harus dilakukan proses sterilisasi. Ada beberapa metode sterilisasi yang biasa digunakan di rumah sakit yaitu sterilisasi suhu tinggi, sterilisasi suhu rendah dengan gas kimia atau sterilisasi suhu rendah dengan larutan kimia (desinfektan). 11 Sebagai unit penunjang kegiatan serta dalam upaya memberikan pelayanan sterilisasi yang berkualitas dan berorientasi pada keselamatan pasien maka SDM harus bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO) dengan menggunakan sarana prasarana yang sesuai dan terstandarisasi. 2. Penataan Lingkungan Penataan lingkungan adalah rangkaian kegiatan menata kawasann tertentu agar bermanfaat secara optimal berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Sebuah kawasan tertentu akan terlihat sebagai kawasan tersebut, apabila kondisi lingkungannya ditata dan dipelihara dengan baik sesuai dengan peran dan fungsinya dan sesuai dengan kawasan tersebut. Misalnya lingkungan di sekolah, jika tertata rapih, asri, bersih dan tertib maka dapat melahirkan suasana seperti sekolah pada umumnya. Tujuan dari penataan lingkungan antara lain : 1.Agar terciptanya pengelolaan lingkungan secara terencana,rasional,dan optimal sesuai dengan daya dukungnya. 2.Agar terwujudnya keseimbangan tata guna lahan dengan daya dukung lingkungan. 3.Agar terciptanya kelestarian mutu lingkungan dan kesejahteraan makhluk hidup. Aspek dasar yang dapat mundukung konsep penataan lingkungan hidup antara lain. 1) Keindahan Lingkungan yang bersih, indah,dan asri adalah dampaan setiap orang. Semua pasti menyukai lingkungan hidup yang indah,apalagi lingkungan tersebut adalah disekitar tempat tinggal kita sehari-hari. Keindahan lingkungan akan berpengaruh baik terhadap kondisi mental seseorang. Lingkungan yang indah yang adalah suatu keadaan lingkungan hidup manusia dan alam yang tertata rapih, bersih,asri,tertib,sejuk, rindang. Lingkungan yang indah pasti enak dipandang dan akan membawakan kesan segar,indah ,dan nyaman.Hal-hal yang dapat kita lakukan agar lingkungan hidup di sekitar kita terjaga, antara lain: a. Menerapkan konsep yang dalam pembangunannya berwawasan lingkungan . b. Menumbuhkan kesadaran terutama di lingkungan keluarga dan masyarakat agar menjaga,memelihara,dan melestarikan lingkungan hidup secara bersama-sama. c. Megendalikan daerah yang dapat meresapkan air,penataan lingkunganyang baik,dan budaya hidup bersih. 2) Kenyamanan Kenyamanan lingkungan adalah situasi lingkungan yang bersih,indah,dan sejuk sehingga orang merasa aman,sanang,tenang,dan menikatinya. Ada beberapa aspek kenyamanan dengan lingkungan. a. Situasi lingkungan yang memberikan rasa aman ,tenang pada diri kita dan diri orang lain. b. Kenyamanan dalam arti memberikan rasa senang karena lingkunganya bersih,rapi,dan indah sehingga diri kita dan orang lain merasa netah apabila berada di lingkungan tersebut. 12 c. Lingkungan yang dapat memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan dan kebelangsungan hidupnya. 3) Kerindangan Ketika sedang panas teriknya matahari dan kita berada di bawah pohon besar yang rindang, maka kita akan merasakan hawa yang sejuk. Semakin banyak pohon yang ada di sekitar kita, maka akan semakin rindang dan sejuk.Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan di sekitar kita rindang,antara lain: a. Menanamkan budaya menanam. b. Melakukan penghijauan di tempat yang gersang. c. Melakukan reboisasi bekala dan berkesinambungan. d. Mengganti tumbuhan yang mati dengan yang baru atau masih hidup e. Membuat dan menegakkan aturan pemeliharaan lingkungan. 4) Kebersihan Lingkungan yang bersih adalah dambaan setiap orang karena apabila lingkungan kita bersih maka penyakit pun tidak akan menyerang kita.Agama mengajarkan bahwa kebersihan sebagian daripada iman.Beberapa cara yang dapat kita lakukan agar kebersihan tetap tejaga,yaitu: a. Menyediakan sarana tempat sampah atau tong sampah. b. Buanglah sampah pada tempatnya. c. Bersihkan tempat yang bisa menjadi sumber penyakit. d. Senantiasa menjaga dan memelihara kebersihan di lingkungan sekitar. 5) Budayakan kegiatan cinta kebersihan Sanitasi lingkungan berkaitan erat pada perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan pada lingkungan tempat kita berada. Sanitasi lingkungan bertujuan untuk mencegah diri sendiri maupun lingkungan untuk bersentuhan langsung dengan kotoran atau bahan buangan/limbah lainnya. Ini berarti bahwa sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang merupakan upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan kita. Misalnya membuang sampa pada tempatnya dan melakukan pengolahan sampah dengan baik. Dengan ini sampah tidak menumpuk di sekitar tempat kita tinggal dan menjadi masalah baru yang berdampak negatif terhadap kesehatan orang-orang di lingkungan kita. Sanitasi lingkungan telah diperagakan manusia sejak ribuan tahun yang lalu di lembah Hindus, Romawi, Mesir kuno, yang menyediakan air bersih baik warganya. Kegagalan sanitasi lingkungan dapat menjadikan bencana dan wabah mematika. Menjelang abad pertengahan di Eropa,sanitasi lingkungan begitu buruk, akibatnya wabah pes merajalela dan menelan banyak korban jiwa. Ini adalah peristiwa penyakit terburuk dalam sejarah umat manusia. Oleh karena itu sanitasi lingkungan harus dijaga dengan baik. Salah satunya adalah dengan menjamin ketersediaan air dalam waktu yang lama. Air adalah zat yang penting dalam menunjang kehidupan kita. Selain untuk diminum dan diperlukan dalam memasak, air juga dibutuhkan untuk mendukung kesehatan, sederhana tapi fatal adalah ketika tidak ada air untuk mencuci tangan. Padahal cuci tangan adalah perilaku sederhana yang mendorong pada sanitasi lingkungan. Dengan cuci tangan 13 seseorang telah menjauhkan mayoritas kotoran dan kuman penyebab sakit dari tangannya yang secara otomatis mengurangi kans penyakit masuk dalam tubuhnya. Peran penting air untuk sanitasi lingkungan Memang air memegang aspek yang penting terkait dengan kegiatan sanitasi terhadap lingkungan, termasuk memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan sanitasi tersebut diantara lain: Air sangat berperan penting dalam buruk atau baiknya kesehatan masyarakat dikaitkan dengan proses dan pengumpulan pembuangan limbah. Air yang disiram saat buang air, baik besar maupun kecil memakan 40% dari keperluan air seluruh keluarga. Pengelolaan air buangan/limbah, baik industri maupun rumah tangga perlu dikelola dengan baik. Jangan sampai buangan ini justru menjadi penyebab sakitnya masyarakat. Selokan dan kanal yang memadai akan mengalirkan air hujan sehingga tidak tergenang dan menimbulkan kesempatan nyamuk berkembang biak. Selain itu juga menghindari terjadinya bencana banjir yang juga mengancam kesehatan masyarakat. Sanitasi ekologi dalam rangka kesehatan publik berarti segala daya, upaya dan proses untuk mengolah limbah buangan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dengan cara menggunakan kembali air yang didaur ulang. Model sanitasi ini cukup asing di telinga orang awam karena terasa aneh. Banyak orang yang bergidik ngeri ketika kita meminum air yang sudah didaur ulang dari limbah rumah tangga, bekas kencing misalnya. Padahal itu bukan suatu yang mustahil. Dengan teknologi yang ada kita bahkan dapat meminum langsung air dari sumur atau sumber air tanpa harus dimasak. Dan sekarang semua sudah bisa dilakukan dengan harga yang murah. 3. Sanitasi Lingkungan Menurut Entjang (2000) sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, yang mana lingkungan berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup: (1) pasokan air yang bersih dan aman; (2) pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri (3) perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia; (4) udara yang bersih dan aman (5) rumah yang bersih dan aman. Pada prinsipnya usaha sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber – sumber makanan (Food Presences), tempat perkembangbiakan (Breeding Places) yang sangat dibutuhkan vector dan binatang pengganggu. Sanitasi lingkungan smerupakan upaya pengendalian terhadap faktor – faktor lingkungan fisik manusia yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci 14 tangan dalam memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan tempat sampah untuk membuang sampah dalam memelihara kebersihan lingkungan, membangun jamban untuk tempat membuang kotoran dalam memelihara kebersihan lingkungan dan menyediakan air minum yang memenuhi syarat kesehatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan. 4. Personal Hygine a) Pengertian Personal hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu , keamanan dan kesehatan ( Potter, 2005). b) Jenis-jenis Personal hygiene Kebersihan perorangan meliputi : 1. Kebersihan kulit Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan , makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari – hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti : Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri Mandi minimal 2x sehari Mandi memakai sabun Menjaga kebersihan pakaian Makan yang bergizi terutama sayur dan buah Menjaga kebersihan lingkungan. 15 2. Kebersihan rambut Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut : Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x seminggu. Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. 3. Kebersihan gigi Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah : Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan Memakai sikat gigi sendiri Menghindari makan-makanan yang merusak gigi Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi Memeriksa gigi secara teratur 4. Kebersihan mata Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah : Membaca di tempat yang terang Memakan makanan yang bergizi Istirahat yang cukup dan teratur Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan) Memlihara kebersihan lingkungan. 5. Kebersihan telinga Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : Membersihkan telinga secara teratur Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam. Kebersihan tangan, kaki dan kuku Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : Membersihkan tangan sebelum makan Memotong kuku secara teratur Membersihkan lingkungan Mencuci kaki sebelum tidur 16 6. Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah : Kebersihan kulit Kebersihan tangan, kaki dan kuku Kebersihan rambut c) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Citra tubuh ( Body Image) Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene . 3. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. d) Prosedur Personal Hygine a. Perawatan kulit kepala dan rambut Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan cara mencuci dan menyisir rambut.Tujuannya adalah membersihkan kuman kuman yang ada pada kulit kepala ,menambaha rasa nyaman,membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit ,serta memperlancar system peredaran darah di bawah kulit. 17 Alat dan Bahan 1.Handuk secukupnya 2.Perlak atau pengalas 3.Baskom berisi air hanagt 4.Sampo atau sabun dalam tempatnya 5.Kasa dan kapas 6.Sisir 7.Bengkok/nierbekken 8.Gayung 9.Ember kosong b. Perawatan kulit seluruh tubuh Kulit memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Cara membersihkan kulit secara keseluruhan umumnya dengan mandi, karena mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan bau keringat, merangsang peredaran darah dan syaraf dan mengembalikan kesegaran tubuh. Alat dan Bahan : a. Baskom cuci b. Sabu c. Air d. Agen pembersih e. Balutan f. Pelindung kulit g. Plester h.Sarung tangan Prosedur Kerja Jelaskan prosedur pada pasien Cuci tangan dan gunakan sarung tangan Tutup pintu ruangan Atur posisi pasien Kaji ulang /kulit tertekan dengan memperhatikan warna ,kelembaban ,penampilan ,sekitar kulit,ukur diameter kulit,ukur kedalaman. Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh dengan air. Perlahan lahan keringkan kulit secara menyeluruh. Bersihakan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau larutan pembersih ,gunakan ,semprit irigasi luka pada luka yang dalam. Setelah selesai berikan obat atau agen topical. Catat hasil Cuci tangan 18 c. Memandikan Pasien di Tempat Tidur Tindakann keperawatan di lakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikan di tempat tidur.Tujuannya adalah menjaga kebersihan tubuh ,mengurangi infeksi akibat kulit kotor ,memperlancar sistem peredaran darah , dan menambah kenyamanan pasien. Alat dan Bahan 1. Baskom mandi du buah,masing masing berisi air dingin dan hangat. 2. Pakaian pengganti 3. Kain penutup 4. Handuk,sarung tangan pengusap badan 5. Tempat untuk pakaian kotor 6. Sampiran 7.Sabun Prosedur Kerja Jelaskan prosedur pada pasien Cuci tangan Atur posisi pasien Lakukan tindakan memandikan pasien yang di awali dengan membentangkan handuk di bawah kepala ,kemudian bersihkan muka ,telinga ,dan leher dengan sarung tangan pengusap.Keringkan dengan handuk. Kain penutup di turunkan ,kedua tangan pasin di angkat dan di pindahkan handuk di atas dada pasien ,lalu bentangkan.Kemudian ,kembalikan kedua tangan ke posisi awal di atas handuk,lalu basahi kedua tangan dengan air bersih.Lalu keringkan dengan handuk. Kedua tangan di angkat,handuk di pindahkan di sisi pasien,bersihkan daerah dada dan perut,lalu keringkan dengan handuk. Miringkan pasien ke kiri,handuk di bentangkan di bawah punggung sampai glutea dan basahi punggung hingga glutea,lalu keringkan dengan handuk.Selanjutnya,miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama.Kemudian,kembalikan pasien pada posisi telentang dan pasangkan pakaian dengan rapi. Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihakan kaki.Kaki yang paling jauh di dahulukan dan di keringkan dengan handuk Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea.Pakaian bawah perut di buka ,lalu bersihakan daerah lipatan paha dan genetalia.Setelah selesai ,pasanag kembali pakaian dengan rapai Cuci tangan. 19 1. Tindakan Keperawatan Pre Operasi dan Post Operasi a) Tindakan Keperawatan preoperatif 1. Pengertian Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna ( Rothrock, 1999 ). Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. 2. Persiapan Klien di Unit Perawatan a. Persiapan Fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang orasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain : 1) Status kesehatan fisik secara umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena 20 dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal. 2) Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. 3) Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus- kasus yang mengancam jiwa. 21 4) Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube). 5) Pencukuran daerah operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan 22 juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan. 6) Personal Hygine Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. 7) Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan. 8) Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain: a) Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas 23 dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan tangan di atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif. b) Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari- jari tangan dan letakkan melintang di atas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati 24 sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk. c) Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri. Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan 25 pembedahan/operasi. b. Persiapan Penunjang Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan bahwa pasien harus operasi maka dokter anestesi berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anestesi juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG. Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain : 1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll. 2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah. 3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan 26 tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja. 4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). 5) Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial). c. Pemeriksaan Status Anestesi Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. d. Informed Consent Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi). Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan. 27 Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga. e. Persiapan Mental/Psikis Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system. Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : Pengalaman operasi sebelumnya, Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi., Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan 28 sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. f. Obat-Obatan Premedikasi Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien dioperasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya diberikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali ( Sjamsuhidayat dan Dejong, 2004 ). 3. Jenis – jenis Tindakan Keperawatan Preoperatif Adapun tindakan keperawatan preoperatif yang dapat dilakukan sesuai peran perawat perioperatif antara lain : a. Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi b. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian c. Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi d. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi e. Mengajarkan batuk dan nafas dalam f. Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan g. Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi h. Menerangkan alat – alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi. Sehari sebelum operasi : i. Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaan dan memberikan dukungan spiritual bila diperlukan j. Melakukan pembatasan diet pre operasi 29 k. Menyiapkan kebutuhan eliminasi selama dan setelah pembedahan l. Mencukur dan menyiapkan daerah operasi Hari pembedahan : m. Mengecek bahwa bahan dan obat – obatan telah lengkap n. Mengecek tanda – tanda vital o. Mengecek inform consent p. Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi q. Melepaskan protese dan kosmetik r. Melakukan perawatan mulut s. Mengosongkan blas dan bowel t. Mempersiapkan catatan yang diperlukan selama pre operasi u. Memberikan obat –obatan yang perlu diberikan ( sesuai order dokter ) b) Tindakan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Peran Perawat Pada Pasien Post Operasi Menurut Majid, (2011) peran perawat dalam merawat pasien post operasi adalah: 1. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. 2. Manajemen luka Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. 3. Mobilisasi dini Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (range of motion), nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. 4. Rehabilitasi Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala. 5. Discharge planning Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca-operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan perawat Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan perawat adalah: 1. Usia Menurut Soeprihanto (2009) seseorang yang lebih dewasa cenderung memiliki ketrampilan dan kemampuan serta memiliki prestasi kerja yang lebih disbanding usia 30 dibawahnya. Meningkatnya usia seseorang seringkali berbanding lurus dengan pengalaman dan membaiknya kinerja seseorang 2. Tingkat Pendidikan Menurut Notoadmodjo (2005) pendidikan adalah suatu proses yang akan membentuk suatu perilaku dan kemampuan, semakin baik pendidikan semakin luas kapabilitas dan kapasitas seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak (Notoadmodjo, 2010). 3. Jenis Kelamin Menurut Robbins (2006) jenis kelamin seseorang tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam suatu kinerja seseorang. Perbedaan cenderung pada faktor psikologis wanita cenderung mematuhi otoritas yang diberikan sedangkan pria cenderung lebih agresif pada penghargaan sukses 31 BAB IV Kesimpulan Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita itu dirawat disarana pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas, klinik, maupun rumah sakit, biasanya gejala timbul 72 jam pasca penderita dirawat di pelayanan kesehatan tersebut. Infeksi nosokomial dapat bersumber pada peralatan kedokteran, makanan minuman, udara, debu, air limbah, bahan-bahan desinfektan, dokter, perawat, bidan, laboran, staff, pengunjung, penderita yang dirawat, hewan yang berada di lingkungan sarana pelayanan kesehatan, misalnya nyamuk lalat dan masih banyak lagi yang berada di lingkungan sarana pelayanan kesehatan Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi nosokomial. Yang perlu menjadi fokus perhatian dalam upaya ini adalah rantai penularan infeksi. Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Penelaahan tentang rantai penularan infeksi melahirkan suatu upaya pencegahan berupa kewaspadaan isolasi, yang meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi. 32 Daftar Pustaka https://www.academia.edu/32199567/LATAR_BELAKANG_PATIENT_SAFETY_INFEKSI_N ONSOKOMIAL http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nanangqosi-6162-2babii.pdf https://www.academia.edu/11322511/Jenis-jenis_Personal_hygiene http://kidenvironment.blogspot.com/2017/01/materi-sanitasi-lingkungan.html https://sardjito.co.id/2018/05/22/pentingnya-kebersihan-ruang-perawatan-pasiendi-rumah-sakit/ https://www.academia.edu/16474011/Makalah_penataan_lingkungan https://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatan 33