CRITICAL BOOK REPORT Keselamatan kerja dan tata letak bengkel Ir.Firdaus, M.Kes. D i s u s u n Oleh : Nama : YABEST GIFTRAIL PURBA Nim : 5203121017 FAKULTAS TEKNIK PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga saya bisa menyusun atau menyelesaikan tugas CBR (Critical Book Report). Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas CBR pada mata kuliah Keselamatan Kerja dan tata letak bengkel(K3). Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan memberikan bimbinganya kepada saya untuk menyelesaikan tugas CBR ini hingga selesai. Kabanjahe,9 Desember 2020 YABEST GIFTAIL PURBA DAFTAR ISI KATA PENGHANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI............. ............................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ..................................................................................... 1.2 Tujuan ................................................................................................. 1.3 Manfaat ............................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Identitas Buku..................................................................................... 2.2 Ringkasan isi buku............................................................................... 2.3 Perbandingan Antara kedua buku...................................................... 2.4 Kelebihan ............................................................................................. . 2.5 Kelemahan ........................................................................................... . BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 3.2 Saran ................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam Critical Book Report ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah buku yang terkakreditasi, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa yang melakukan Critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti akan kelemahan dan keunggulan dari jurnal yang akan dikritisi dengan membandingkannya dengan jurnal yang sejenis. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Tujuan Penulisan Cbr Untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 Untuk mengulas isi setiap materi yang dibahas dalam sebuah buku Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam jurnal yang dikritikalisasi Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap materi yang ada dalam sebuah buku Membandingkan isi jurnal pada implikasinya terhadap pada kehidupan nyata Manfaat Penulisan Cbr Agar pembaca maupun penulis tanggap terhadap hal-hal penting yang ada didalam buku ini Untuk memahami tentang Kesehatan dan keselamatan kerja yang ada dalam jurnal ini Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana kesehatan dan keselamatan kerja Melatih Kemampuan penulis dalam mengkritikalisasi sebuah buku dan memandingkannya dengan buku yang lain Identitas Buku Judul Buku: Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja Pengarang: Indah Rachmatiah Siti Salami Penerbit: Gadjah Mada University Press Tahun Terbit: 2015 ISBN: 978-979-420-978-3 Tebal: xxv + 369 Halaman BAB II RINGKASAN MATERI PER-BAB GAS BERACUN A.Gas Beracun Di antara gas beracun terpenting dalam higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah asam sianida, asam sulfida,karbonmonoksida (CO) serta derivat – derivatnya.Selain itu, gas seperti ozon dan CO2 kadang- kadang dapat menyebabkan terjadinya keracunan pula. Selain itu terdapat aneka racun gas yang khas untuk suatu proses produksi tertentu sehingga terhadapnya dituntut kewaspadaan yang tinggi. Gas beracun merupakan gas kimia yang berupaya menyebabkan kesankeracunan apabila gas tersebut masuk melalui paru-paru. Kesan keracunan boleh dilihat dalam jangka masa singkat (juga dikenali sebagai kesanmendadak atau akut). Setelah memasuki badan, gas beracun mendatangkankesan sama ada iritan (menyebabkan kecederaan sel-sel di tapak kemasukan),anestetik (menyebabkan kesan hilang kesedaran), kelemasan (mengalihkanoksigen sehingga mangsa tidak memperolehi oksigen mencukupi) dankecederaan organ tertentu. B.Asam Sianida Asam sianida (HCN) atau di sebut pula asam biru di gunakan untuk fumigasi tikus dan untuk sintesa bahan –bahan kimia.Persenyawaan lain yaitu nitroprussida dipergunakan untuk membuat bahan-bahan kimia secara sintetis terapi kepada penderita di lakukan seperlunya sesuai dengan tingkat berat nya keracunan ,tetapi selalu lebih penting adalah pencegahan ,yaitu di upayakannya kadar HCN dalam ruang kerja agar tidak melampaui NAB-nya. Sebagian besar sianida sangat beracun. Anion sianida adalah inhibitor enzim sitokrom c oksidase (disebut juga aa3) pada kompleks keempat rantai transpor elektron (ditemukan pada membran mitokondria pada sel eukariotik). Sianida akan menempel ke besi dalam protein ini. Ikatan sianida dengan enzim ini akan mencegah transpor elektron darisitokrom c ke oksigen. Akibatnya, rantai transpor elektron terganggu, artinya sel tidak dapat lagi memproduksi (secara aerobik) ATP untuk energi beraktivitas. Jaringan yang sangat mengandalkan respirasi aerobik, seperti sistem saraf pusat dan jantung, akan sangat terpengaruh. C. Asam Sulfida Asam sulfida (H2S), garam sulfida, merkaptans, dan karbon sulfida adalah senyawasenyawa yang mengandung sulfur.Karbondisulfida adalah zat pelarut terutama untuk industri rayon,karbondisulfida merusak susunan saraf pusat dan perifer,serta juga sistem hemopoitis. Pengaruh asam sulfida dalam bentuk gas sangat tergantung dari kadarnya dalam udara. Hidrogen sulfida, H2S, adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti dirawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam. D. Karbonmonoksida Karbonmonoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon. saluran gas ke rumah yang sebentar saja terbuka dapat menyebabkan pencemaran berat kamar dan pada ruang kecil kadar gas cukup tinggi hanya dalam beberapa menit saja. Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir diatmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat. FAAL KERJA DAN ORGONOMI A.FAAL KERJA Ilmu faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja di sebut ilmu faal kerja atau fisiologi kerja. Secara fisiologis, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi yang sebaik – baik nya dari sraf pusat dan perifer ,panca dria(mata,telinga,peraba,perasa,dan lain –lain),serta otot dan rangka(kedua yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan).Bekerja mungkin di kelompokan menjadi kerja otak (mental) dan kerja otot(fisik),dalam kerja faal,perhtian utama di fokuskan kepada kerja fisik atau otot. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja. Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru. hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan. Pembagian kerja adalah suatu sistem pengaturan pekerjaan atau bisa disebut juga sebagai pembagian kerja. Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan kerja mental. a. Kerja fisik Pengeluaran energi relatif lebih banyak, dibandingkan kerja mental membutuhkan usaha dan energi yang cukup besar dan kerja fisik dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1). Kerja statis • Tidak menghasilkan gerak • Kontraksi otot bersifat isometris • Kelelahan lebih cepat terjadi 2). Kerja dinamis • Menghasilkan gerak • Kontraksi otot bersifat isotonos • Kontraksi otot bersifat ritmis • Kelelahan relatif lebih lama terjadi b. Kerja mental Pengeluaran energi relatif sedikit dan kerja pun relatif lebih ringan dibandingkan dengan kerja fisik yang membutuhkan energi lebih besar dan cukup sulit untuk mngukur kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1. Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik,motivasi, jenis kelamin, pendidikan keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. 2. Fakto-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin, peralatan, metode kerja, dan sebagainya. B. ERGONOMI Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani; ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukuman). Ergonomis adalah penerapan ilmu-ilmu manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaan nya yang manfat daripadanya di ukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Pembahasan: a. Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981). b. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004). c. Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996). d. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Suma’mur, 1987). e. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000). Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut. A. SEJARAH ERGONOMI Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut: C.T. Thackrah, England, Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. F.W. Taylor, U.S.A. Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. F.B. Gilbreth, U.S.A. Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable). B. PERKEMBANGAN ERGONOMI Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang. C. APLIKASI / PENERAPAN ERGONOMI Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Aplikasi / penerapan tersebut antara lain: a. Posisi Kerja Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. b. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. c. Tata Letak Tempat Kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata. d. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. D. METODE ERGONOMI Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-metode tersebut antara lain: a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks. b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja. KECELAKAAN KERJA A.Penyebab Kecelakaan Kerja Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebab nya.Oleh karena ada penybab nya, sebab kecelakaan harus di teliti dan di temukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja: golongan pertama adalah faktor meknis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia.Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. B.Kecendrungan Untuk Celaka Adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan (accident prone).kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan.Di sini jelas betapa pentingnya faktor manusia selaku indvidu pada terjadinya peristiwa kecelakaan yang termasuk kecelakaan di tempat kerja. C.Kerugian Oleh Karena Kecelakaan Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita,sedangkan sesama pekerja ikut bersedih dan berduka cita,dengan terjadinya luka ataupun kelainan maka pekerja yang bersangkutan menjadi sakit.Ganggun terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga keleuarganya serta juga perusahaan tempat ia bekerja. a. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan. Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat berupa banyak hal yang mana telah dikelompokkan menjadi 5, yaitu : Kerusakan Kekacauan organisasi Keluhan, kesakitan dan kesedihan Kelainan dan cacat Kematian b. faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja : Tempat Kerja Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi. Kondisi Peralatan Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau manusia. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat bantu seperti forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan timbul kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga kerja lainnya. BAB III PEMBAHASAN KELEBIHAN BUKU Sangat detail menjelaskan tentang teori Gas Beracun Fall Kerja Dan Ergonomi Kecelakaan Kerja. Bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti bagi para pembaca. KEKURANGAN BUKU Hanya sedikit memberikan aplikasi (contoh) untuk mempermudah mejelaskan yang diberikan dalam buku ini. Tidak memuat gambar pendukung, sehingga si pembaca mudah bosan untuk membaca buku ini. Dan sampulnya kurang menarik. PENUTUP 1. KESIMPULAN Higiene spesialis dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang liangkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan Tujuan hygiene adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondisi yang di perlukan cukup memadai), pada pekerja/ buruh, petani, nelayan pegawai negeri, pengusaha, manajer atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi dan non-ekonomi formal, informal dan non – formal dengan demikian di maksudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja. 2. SARAN Dengan menerapkan higiene perusahaan kesehatan tenaga kerja/pekerja dapat dilindungi dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor lingkungan yang mungkin terjadi di akibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan.