LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK HIPERBILIRUBIN Dosen Pembimbing : Sunarsih Rahayu,S.Kep.,Ns.,M.Kep Di Susun Oleh : NAMA : ALDILA AYU SP NIM : P27220018044 KELAS : 2B-DIII KEPERAWATAN DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA 2020 LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN A. Definisi Hiperbilirubin adalah tingginya kadar bilirubin yang terakumulasi dalam darah dan dengan jaudince atau ikterius yaitu warna kuning pada kulit, sklera dan kuku (Wong, 2008) Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem hematologi (Atika&Jaya, 2016) B. Etiologi Menurut (wafi nur, 2010) etiologi dari hiperbilirubin yaitu : 1. Peningkatan Produksi a. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis. b. Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase). c. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid). d. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah. e. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia. 2. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis. 3. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik. 4. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif. C. Kasifikasi Menurut (Atika&Jaya, 2016) dibagi menjadi berikut ini : 1. Ikterus Fisiologis Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua. Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10 mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase. 2. Ikterus Patologis Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24 jam pertama, dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal bilirubin untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal ini disebabkan karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan penyakit sepsis. Tandatandanya ialah : a. Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi 12mg/dl. b. Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam. c. Ikterus yang disertai dengan hemolisis. d. Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm , dan 14 hari pada bayi BBLR. D. Manifestasi Klinis Menurut (PPNI, 2017) adapun gejala dan tanda mayor pada ikterik neonatus yaitu: 1. Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >2mg/dL, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada normogram spesifik waktu) 2. Membran mukosa kuning 3. Kulit kuning E. Patofisiologi Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan eritrosit,polisitemia, bila terdapat memendeknya peningkatan umur eritrosit penghancuran janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan protein-Y dan protein-Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoreksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi glukuronil transferase) atau bayi hepar (defisiensi enzim yang menderita gangguan eskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ ekstrahepatik. Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. F. Pathway Hemoglobin Hemo Feco Globin Biliverdin Peningkatan destruksi eritrosit ( ggn konjungsi bilirubin/ggn transport bilirubin/peningkatan siklus enteropetik) Hb dan eritrosit abnormal Ikterik neonatus Icterus pada sklera leher dan badan,peningkatan bilirubin indirect > 12 mg/dl Kerusakan integritas kulit Peningkatan bilirubin unjonged dlm darahpengeluaran meconiumterlambat/ob truksi usus- tinjat berwarna pucat Pemecahan bilirubin berlebih Suplai bilirubin melebihi tampungan hepar Hepar tidak mampu melakukan konjungasi Sebagian masuk kembali siklus emerohepatik Indikasi fototerapi Gangguan suhu tubuh Sinar dengan intensitas tinggi Ketidakefektifan termogulasi Kurangnya volume cairan tubuh Resiko cidera G. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Bilirubin Serum Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.Pada bayi prematur, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis. 2. Pemeriksaan Radiologi Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma. 3. Ultrasonografi Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatik dengan ekstra hepatik. 4. Biopsi hati Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatik dengan intra hepatik. Selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma. H. Penatalaksanaan 1. Tindakan Umum a. Menyusui bayi dengan ASI b. Terapi sinar matahari c. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil d. Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi. e. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. f. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat. 2. Tindakan Khusus a. Mempercepat proses konjugasi dan mempermudah ekskresi. Misalnya, dengan pemberian phenorbarbital / luminal. Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolik dan pernafasan baik pada ibu ataupun bayi, serta membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti. Mungkin lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan. b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya : pemberian albumin, karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti dengan plasma dosis 15 – 20 ml/kgbb. Pemberian glukosa perlu untuk kojugasi hepar sebagai sumber energi. c. Melakukan dekompensasi bilirubin dengan fototerapi Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat, salah satunya menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg %. Terapi sinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan dikeluarkan melalui urin, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun. Selain itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feses. d. Tindak Lanjut Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa. I. Komplikasi Komplikasi dari hiperbillirubinemia ini, yaitu : 1. Retardasi mental-kerusakan neurologis 2. Gangguan pendengaran dan penglihatan 3. Kematian. 4. Kernikterus. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN A. Pengkajian 1. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses. 2. Riwayat Keperawatan a. Riwayat Kehamilan Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang meningkatkan ikterus, contoh : salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus. b. Riwayat Persalinan Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau data obyektifkter. Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin. c. Riwayat Post Natal Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati ( hepatitis ). Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM e. Riwayat Pikososial Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua f. Pengetahuan Keluarga Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu bayi yang ikterus. 3. Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan menelan lemah) sehingga BB bayi mengalami penurunan. Riwayat pelambatan / makanan oral buruk, lebih mungkin disusui dari pada menyusu botol. Palpasi abdomen dapat menunjukan pembesaran limpa, hepar. b. Eliminasi Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan tinja berwarna pucat. Bising usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat, feses mungkin lunak / coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin, urine gelap pekat, hitam kecoklatan ( sindrom bayi bronze ). c. Istirahat Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun, letargi, malas. d. Aktifitas Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah terusik. e. Personal hygiene Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu 4. Pemeriksaan fisik Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh (hipo/hipertemi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas ( skin resh ) bronze bayi syndrome, sclera mara kuning (kadangkadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses. a. Sirkulasi 1) Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam normal(120160 dpm). 2) Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan paten ductus arteriosus (PDA). 3) Pucat, menandakan anemia. b. Pernafasan 1) Mungkin dangkal, tidak teratur, pernafasan diagfragmatik intermittten atau periodik(40-60 x/i). 2) Pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, atau substernal,atau derajat sianosis mungkin ada. 3) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi menanda sindrom disters pernafasan (RDS). c. Neorosensori 1) Sutura tengkorang dan fontanel tampak melebar, penonjolan fontanel karena ketidak adekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat. 2) Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas, dagu maju. 3) Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ektremitas bawah dan atas dan keterbatasan gerak. 4) Pelebaran tampilan mata. 5) Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, kehilangan refleks moro mungkin terlihat. 5. Pemeriksaan Laboratorium a. Test comb pada tali pusat bayi baru lahir Hasil positif test comb indirek menandakan adanya anti bodi Rh-positif, Anti-A atau Anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test comb direk menandakan adanya sesitifitas ( Rh-positif, Anti-A, Anti-B )sel darah merah dari neonates. b. Golongan darah bayi dan ibu Mengidentifikasi inkompatibilitas ABO. c. Bilirubin total Kadar direk ( terkonjugasi ) bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek ( tidak terkonjugasi ) tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi preterm ( tergantung pada berat badan). d. Protein serum total Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan, terutama pada bayi preterm e. Hitung darah lengkap B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan. 2. Resiko cidera berhubungan dengan efek fototerapi. 3. Ketidakefektifan termogulasi berhubungan dengan efek fototerapi. C. Intervensi Keperawatan DIAGNOSA TUJUAN 1. Resiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan dibuktikan dengan turgor kulit baik, wajah tidak tampak pucat 2. Resiko cidera Setelah b.d efek dilakukan fototerapi asuhan keperawatan, diharapkan tidak INTERVENSI RASIONAL 1. Observasi 1. Untuk pemasukan dan mengetahui pengeluaran cairan keseimbangan 2. Perhatikan tandacairan tanda dehidrasi 2. Untuk mecegah 3. Edukasi terjadinya meningkatkan kekurangan asupan oral yaitu cairan pemberian ASI 4. Kolaborasi denan 3. Untuk pemenuhan dokter dalam kebutuhan pemberian cairan kebutuhan cairan 4. Untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi 1. Kaji ststus neuorologis 2. Jelaskan pada keluarga tentang tujuan dari 1. Untuk mengetahui keadaan umum 2. Agar keluarga mampu ada resiko cidera dengan kriteris hasil klien terbebas dari cidera 3. Ketidakefekti fan termogulasi b.d efek fototerapi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu dalam rentang normal dengan kriteria hasil : 1.Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Nadi dan respirasi dalam batas normal 3. Tidak ada perubahan warna kulit metode 3. Edukasi keluaraga untuk mencegah bahaya jatuh 4. Jaga keamanan lingkungan dan pasien 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi 3. Jelaskan pentingnya termogulasi dan kemungkinan efek negatif dari demam yang berlebihan 4. Edukasi untuk memberikan pasien pakaina yang tipis memahami tujuan dari metode 3. Agar keluarga mampu meminimalisir terjadinya jatuh 4. Untuk menjaga keamanan pasien 1. Untuk perkembangan suhu pasien 2. Untuk mengetahui keadaan umum pasien 3. Agar keluarga mengerti tentang keadaan pasien 4. Membantu mengurangi penguapan tubuh DAFTAR PUSTAKA Jaya, atika dan. (2016). Asuhan kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. jakarta: trans info media. Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Wafi nur, M. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. yogyakarta: fitramaya. Wong, et al. (2008). buku ajar keperawatan pediatrik. jakarta: EGC.