BAB I TUJUAN PERCOBAAN A. Tujuan Praktikum 1. Menjelaskan komposisi darah. 2. Mendeskripsikan perbedaan plasma, serum, dan fibrin. 3. Mengidentifikasikan jenis specimen yang digunakan untuk analisis biokimia dan tujuan pemeriksaannya. 4. Menjelaskan factor – factor yang mempengaruhi interpretasi hasil 5. Menginterpretasikan hasil uji biokimia. B. Percobaan 1. Penentuan Karakteristik dan Komposisi Darah Tujuan : Menentukan komposisi darah setelah dibiarkan dalam waktu tertentu 2. Pemisahan Plasma atau Serum dalam whole blood Tujuan : Membedakn serum dan plasma 3. Pemisahan Serum dan Fibrin Tujuan : Membedakan serum dan fibrin 1 BAB II HASIL PENGAMATAN Hasil Uji Biokimia dengan Spesimen Darah 1.1. Penentuan Karakteristik dan Komposisi Darah 1.2. Pemisahan Plasma atau Serum dalam whole blood 1.3. Pemisahan Serum dan Fibrin Tabung ke - Hasil Pengamatan Kesimpulan Karakteristik dan komposisi darah 1 Pemisahan Plasma atau Serum dalam whole blood 1. 3 ml darah + EDTA Terbentuk 3 lapisan: Atas : Plasma darah Cairan bagian atas, buffy coat Tengah : buffy coat (sel bagian tengah, dan bawah leukosit) terbentuk endapan merah Bawah : Eritrosit Terbentuk 2 lapisan : 2. 3 ml darah Cairan bening dan padatan merah Atas : Serum Bawah : Sel darah Pemisahan Serum dan Fibrin 1. 1 ml plasma darah + 15 ml NaCl 0,9% + 1 tetes CaCl2 Adanya endapan gel (fibrin) dan Atas : Serum filtrat (serum) Bawah : Fibrin 20% 1.4. Pertanyaan Percobaan Apakah fungsi EDTA pada percobaan 1.2 ? EDTA ( Ethylene Diamine Tetraacetate ) dikenal sebagai antaikoagulan, yang digunakan untuk pembekuan darah dengan mengikat Ca2+n( kalsium ) dimana Ca2+ berfungsi untuk penyumbatan / pembekuan darah Bahan yang bisa digunakan selain EDTA ? Heparin, oksalat, fluoride, dan sitrat. 2 BAB III PEMBAHASAN 1. Penentuan Karakteristik dan Komposisi Darah Apabila darah dilekuluarkan dari tubuh, maka akan segera membeku dan timbul cairan jernih diatasnya. Cairan tersebut dinamakan serum. Namun apa bila darah yang dikeluarkan ari tubuh dicegah pembekuannya dengan pemberian bahan tertentu, makan setelah darah yang ditampung dalam tabung reaksi diputar dengan sentrifus dapat kita amati bahwa darah terdiri atas dua bagian. Bagian yang mengendap berwarna merah kira – kira 4/10 bagian, sedangkan di atas terdapat cairan jernih sebanyak 6/10 bagian. Cairan tersebut dinamakan plasma darah. Serum berbeda dengan plasma darah, karena serum sudah tidak mengandung protein untuk pembekuan yang disebut fibrinogen. 2. Pemisahan Plasma atau Serum dalam whole blood Darah merupakan jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan yang lain karena berbentuk cair dan beredar dalam pembuluh darah, fungsinya sebagai transport berbagai material dan menjalankan fungsi hemostasis. Plasma adalah bagian cair dari darah yang tidak mengandung sel-sel darah tetapi masih mengandung faktor-faktor pembekuan darah. Plasma diperoleh dengan cara memisahkan sel-sel darah dari darah ( whole blood ) dengan cara sentrifugasi. Plasma yang terbentuk memiliki komposisi faktor pembekuan yang berbeda sesuai dengan jenis antikoagulan yang ditambahkan. EDTA merupakan antikoagulan yang paling sering digunakan untuk pembentukkan plasma, mencegah penggumpalan dengan mengikat kalsium dan tidak bersifat mempengaruhi bentuk eritrosit, leukosit, dan tidak mempercepat pecahnya trombosit. Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah, sehingga darah tetap dalam kondisi cair. Ada berbagai jenis antikoagulan yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi, diantaranya EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic Acid). Mekanisme kerja EDTA adalah dengan menghambat kerja aktivator pada pembekuan darah. Pada proses pembekuan darah diperlukan Ca2+ untuk mengaktivasi kerja protrombin menjadi trombin. Ca2+ diperlukan kembali pada proses aktivasi fibrin lunak menjadi fibrin dengan gumpalan keras. EDTA disini berfungsi sebagai chelating agent yang dapat mengikat ion Ca2+ yang bebas dalam darah sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses selanjutnya. Sehingga terlihat lapisan yang tidak berwarna ( plasma ) dan bagian 3 bawah endapan merah ( picked cell ) diantara dua lapisan terbentuk buffy coat ( komponen leukosit dan trombosit ) Pada percobaan ini terbentuk dua fase yaitu fase cairan ( serum ) dan fase padatan( sel darah ). Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara memisahkan darah menjadi 2 bagian dengan menggunakan sentrifuge, setelah darah didiamkan hingga membeku kurang lebih 15 menit. Setelah disentrifugasi akan tampak gumpalan darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu akan tampak pula bagian cair dari darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah maka tidak lagi berwarna merah keruh akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah tersebut terdiri atas seluruh unsur figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning jernih. Pengendapan sel-sel darah pada pembuatan plasma tersebut menghasilkan pemisahan sel berdasarkan massa jenis menjadi 2 bagian. Sel-sel darah terpisah menjadi lapisan sel darah merah yang merupakan lapisan yang tebal yang dapat mencapai hampir separuh volume darah. Selain itu ada pula lapisan yang tipis dan putih di atas lapisan sel darah merah yang terdiri atas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit 3. Pemisahan Serum dan Fibrin Pada pemishan serum dan fibrin terdapat filtrat yanf mengandung serum berwarna kuming bening, dan endapannya adalah fibrin. Serum merupakan plasa darah tanpa fibrinogen, sehingga komposisi serum sama dengan plasma darah. Di dalam serum terdapat albumin, globulin, yang sangat penting untk tekanan osmotic dan mengandung antibody. Fibrinogen adalah asam amino yang sangat penting untuk pembekuan darah, karena fibrinogen berperan dalam hal tersebut, maka fibrinogen akan dengan cepat membentuk gel-gel. Dalam hal ini larutan Nacl danCacl2 berfungsi untuk mengendapkan fibrin dalam bentuk gel, setelah ditambahkan larutan kemudian didiamkan selama 30 mentit agar terbentuk gel yang kemudian disaring menggunakan kertas saring. Bagian sel yang mengendap pada kertas saring inilah yang disebut fibrin, sedangkan hasil dari penyaringan ini lah yang disebut dengan serum. 4 BAB IV KESIMPULAN Dari hasil percobaan dapat disimpulkan : 1. Dengan cara disentrifugasi dapat terlihat adanya pemisahan plasma, serum dan endapan merah (packed cell). Dengan EDTA, terbentuk tiga lapisan yaitu plasma darah, buffy coat (sel leukosit), dan endapan merah (eritrosit). Sedangkan tanpa menggunakan EDTA terbentuk dua lapisan yaitu cairan bening berupa serum dan padatan merah berupa sel darah. 2. Dengan menambahkan NaCl 0,9% sebanyak 15 ml dan CaCl2 20% sebanyak 1 tetes, maka akan menghasilkan endapan gel berupa fibrin dan filtrat berupa serum. 3. Banyak hal dan faktor yang dapat digunakan untuk menemukan hasil uji biokimia. Hampir semua yang ada pada tubuh makhluk hidup dapat dijadikan sebagai indikator uji biokimia. 5 LAMPIRAN 1. Tugas Baca 1.1. Spesimen yang digunakan untuk Analisis Biokimia NO Nama Spesimen Tujuan Pemeriksaan 1 Faeces ( feses ) Diagnosa infeksi usus 2 Pus ( nanah ) Identifikasi bakteri penyebab infeksi 3 Sputum ( dahak ) Diagnosa infeksi paru – paru 4 Getah lambung Menilai kerusakan fungsi gastric di lambung 5 Sperma Pemeriksaan kesuburan 1.2. Pengaruh Faktor Biologis Terhadap Hasil Uji Biokimia NO Faktor 1 Usia 2 Aktivitas Fisik Pengaruhnya Terhadap Hasil Kisaran rujukan data normal untuk neonatus, anak, dewasa, dan orang lanjut usia berbeda-beda. Olahraga berlebihan dapat menyebabkan pembebasan enzim dan jaringan. Kisaran rujukan untuk beberapa analit, seperti 3 kreatinin serum, berbeda antara laki – laki dan Jenis Kelamin perempuan. 4 Siklus Menstruasi Hasil pengukuran hormon akan bervariasi sepanjang siklus menstruasi. Infeksi dan / cedera jaringan bisa mempengaruhi 5 Riwayat Medis nilai – nilai biokimiawi, terlepas dari proses penyakit yang sedang diuji. 1.3. Nama Analit dan Tujuan Pemeriksaan Rutin NO Nama Analit Tujuan Pemeriksaan Uji Menggunakan Spesimen Darah 1 Glukosa 2 Kreatinin Mengukur kadar gula darah terkait penyakit Diabetes Melitus. Mengukur fungsi glomerulus 6 Uji toksisitas jika berlebihan dapat menyebabkan 3 Parasetamol 4 Trombosit Demam Berdarah 5 LDL dan HDL Dislipidemia kerusakan hepatoseluler Uji Menggunakan Spesimen Urin 1 Keton Ketoasidosis Diabetikum 2 HCG Uji kehamilan 3 pH Asidosis tubulus ginjal 4 Protein 5 Glukosa Mengukur kadar protein terkait penyakit Proteinuria. Mengukur kadar glukosa terkait penyakit Glikosuria dan Diabetes Melitus. 1.4. Persiapan pengambilan sampel dan tujuan dilakukan NO Tindakan Persiapan Tujuan Tindakan Persiapan Untuk mendapat hasil yang valid dan 1 Puasa 10 – 12 jam tidak terkontaminasi oleh makanan / minuman serta keasaman lambung. 2 3 Menghindari olahraga Supaya tidak mempengaruhi hasil karena, atau aktivitas fisik yang olahraga berlebihan dapat menyebabkan berat pembebasan enzim dari jaringan. Menghindari konsumsi obat – obatan tertentut Supaya tidak mempengaruhi hasil contoh: Corticosteroid digunakan secara oral dapat meningkatkan kadar kolesterol. 2. Analisis Kasus 2.1. Nyonya A, 42 tahun, mengeluhkan peningkatan kelelahan otot ekstremitas bawah saat berjalan dan jika dia beristirahat selama 5 sampai 10 menit kekuatan ototnya kembali normal. Beliau juga mengeluhkan, kemampuannya mengucapkan kata – kata juga mengalami penurunan. Hasil diagnose dokter nyonya A, menderita myasthenia gravis. Dokter meresepkan prednisolone. Jelaskan hal berikut ini ! a. Mengapa penderita myasthenia gravis mengalami kelelahan otot ? 7 Karena disebabkan oleh ketidakmampuan reseptor asetilkolin untuk merangsang kontraksi otot yang berulang ketika jumlah reseptor asetilkolin yang efektif di persimpangan neuromuscular berkurang. b. Apakah dasar pengunaan obat prednisolon pada kasus ini ? c. Reseptor apakah yang terlibat pada kasus ini ? Apakah yang dimaksud dengan reseptor ? 8 DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Gaw, Allan, Michael J. Murphy, Robert A. Cowan, Denis St. J. O’Reilly, Michael J. Stewart, James Shepherd. 2010. Biokimia Klinis edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Marks, Dawn B, dkk. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Rodwell, Victor W., David A. Bender, Kathleen M. Botham, dkk. 2016. Biokimia Harper edisi 30. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Satyanarayana, U., U. Chakrapani. 2013. Biochemistry fourth edition. India : Elsevier 9