BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan subsistem pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Program keahlian tersebut dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai dengan kelompok bidang industri/usaha/profesi. Di dalam Sekolah Mengah Kejuruan (SMK) diajarkan mata diklat Menata Produk dimana merupakan salah satu kompensasi Program Keahlian Perdagangan. Substansi diklat ini pada struktur kurikulum termasuk kelompok produktif, yaitu kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi nasional Indonesia. Dalam menghadapi mata diklat tersebut, sering dijumpai para peserta didik yang bingung dan kurang berminat dalam mempelajarinya. Namun, jika mata diklat tersebut ditekuni dan dipelajari dengan baik, maka pelajaran tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan menyenangkan untuk dipelajari. Pada kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan istilah KBM yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan, khususnya di kelas X Pemasaran 2 mata diklat Menata Produk sering kali disampaikan menggunakan cara tradisional, yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan para peserta didik yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas menjadi jenuh dan bosan serta enggan mengikuti pelajaran. Ini 1 dapat terjadi karena para peserta didik terbebani dengan berbagai pengetahuan yang sifatnya abstrak sehingga konsep pembelajaran tidak tertanam secara maksimal dan hasil belajar pun menjadi tidak maksimal. Para peserta didik dalam menguasai suatu materi erat berhubungan dengan cara pengajaran para guru. Menurut William H. Burton, pengajaran merupakan suatu upaya dalam memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar(Chauhan, 1997:4). Bertitik tolak dalam rumusan pengertian diatas, sasaran pengajaran adalah terjadinya proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam mempelajari suatu bahan tertentu. Untuk meningkatkan minat para peserta didik dalam mata diklat menata produk, diperlukan metode alternatif yang tentunya dapat membuat para pesert didik menjadi tertarik untuk belajar dan meningkatkan hasil belajar. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran induktif dengan pendekatan inquiry. Namun, model pembelajaran tersebut jarang digunakan di setiap mata diklat. Dengan menggunakan model pembelajaran induktif dengan pendekatan inquiry, maka diharapkan dapat membuat peserta didik lebih termotivasi dan dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang materi serta dapat meningkatkan hasil belajarnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut, 2 1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran induktif dengan pendekatan inquiry pada mata diklat menata produk di SMK Negeri 4 Surabaya ? 2. Bagaimana hasil belajar siswa selama pelaksanaan model pembelajaran induktif dengan pendekatan inquiry pada mata diklat menata produk di SMK Negeri 4 Surabaya? C. Tujuan Penelitian tentang implementasi model pembelajaran konsep ini bertujuan untuk, 1. Mendeskripsikan pelaksanaan model pembelajaran induktif dengan pendekatan inquiry pada mata diklat menata produk di SMK Negeri 4 Surabaya, 2. Mengetahui hasil belajar siswa selama pelaksanaan model pembelajaran induktif dengan pendekatan inquiry pada mata diklat menata produk di SMK Negeri 4 Surabaya, 3. Bagi guru pemula dan calon guru sebagai bahan pertimbangan dan kajian studi pelaksanaan suatu metode yang digunakan. D. Metode Penelitian Metode adalah alat yang diperlukan dalam suatu penelitian yang ilmiah sehingga metode penelitian merupakan suatu cara sistematis dalam usaha untuk menemukan, mengembangkan atau menguji suatu kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah. 3 4