ASPAL BUTON (ASBUTON) Dosen Pengampu: Ir. Hj. Hartini Iskandar, Msi Disusun Oleh: Achmad Yansen (03021381419134) Ahmad Rakha Fadil (03021381419142) Muhammad Azhar (03021381419136) Rizky Ahmad K (03021281419090) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Palembang, September 2016 Penyusun 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1 1.3 Tujuan.......................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1 Aspal Batu Buton (Asbuton).....................................................................3 2.2 Tempat Terdapatnya..................................................................................4 2.3 Ganesa.......................................................................................................6 2.4 Sistem Penambanga..................................................................................7 2.5 Cara Pengolahan.......................................................................................8 2.6 Spesifikasi dalam pemanfaatannya dalam industri...................................9 BAB III PENUTUP................................................................................................10 3.1 Kesimpulan.............................................................................................10 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lokasi sumber daya aspal terletak di Pulau Buton, secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sumber daya aspal alam di Pulau Buton,Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan satu-satunya endapan aspal alam di Indonesia. Selain di Indonesia, endapan aspal alam terdapat di Kepulauan Trinidad, Albania dan Irak yang dipergunakan untuk pelapis jalan, atap bangunan, mastic flooring, campuran paving dan campuran cat. Aspal alam di Pulau Buton in itelah diketahui sejak awal abad ke-20. Penyelidikan pertama kali dilakukan oleh Elbert tahun 1909. Kemudian tahun 1922-1930 oleh Departemen Tambang Pemerintahan Belanda di Hindia Timur. Pada Tahun 1926 aspal Buton dikerjakan oleh N.V.Meijnbouwen Cultuur Maatscappij Boeton sampai terjadinya perang Pasific atas dasar kerja borongan untuk pemerintah sampai tahun 1954. Sejak itu, pengusahaan aspal dikelola oleh Bagian Butas, Kementrian Pekerjaan Umum. Tahun 1962 didirikan Perusahaan Aspal Negara (PAN) sesuai dengan PP No.195 Tahun 1961 yang mengusahakan aspal alam lebih lanjut. Kemudian, berdasarkan PP No.3 Tahun 1984, PAN dialihkan menjadi PT. Sarana Karya. Endapan aspal pada beberapa lokasi lapangan di Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton terdapat pada batuan induk yang berup abatu gamping dan napal. Aspal Buton dapat untuk penggunaan langsung pada pembuatan pelapis jalan. Sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia yang sangat tinggi, memberikan peluang untuk memanfaatkan aspal untuk diolah menghasilkan minyak. Sehingga potensi nilai tambah yang dihasilkan dapat lebih optimal dibandingkan untuk penggunaan langsung. Selain sumber daya aspal, batuan induk berupa batu gamping yang akan ikut tergali dalam penambangan berpeluang untuk diusahakan sebagai by product. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini kami membahas: 1. Apa itu aspal buton 2. Kegunaan aspal buton 4 3. 4. 5. 6. Ganesa aspal buton Sistem penambangan aspal buton Alat tambang utama dalam penambangan aspal buton Pengolahan aspal buton 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa itu aspal buton 2. 3. 4. 5. 6. Mengetahui kegunaan aspal buton Mengetahui ganesa aspal buton Mengetahui Sistem penambangan aspal buton Mengetahui Alat tambang utama dalam penambangan aspal buton Mengetahui Pengolahan aspal buton BAB II PEMBAHASAN 2.1 Aspal Batu Buton (Asbuton) Aspal Batu Buton (Asbuton) adalah aspal alam campuran batu kapur atau batu pasir yang mengandung aspal yang terdapat di Pulau Buton. Berdasarkan pengamatan laboraturium, kadar bitumen yang terkandung di dalam Asbuton sangat bervariasi antara 10% - 40% bitumen bahkan sering ditemukan yang berkadar 60%. Sifat fisik asbuton adalah mudah menyerap air sehingga Asbuton harus dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar air maximumnya 6% untuk dapat digunakan sebagai kontruksi jalan. Aspal Buton telah ditambang oleh PT. Sarana Karya, namun dalam perkembangannya bahan galian ini memiliki kendala 5 pemasaran, antara lain akibat adanya produk aspal residu dari pengolahan minyak bumi yang relatif lebih mudah diperoleh dan murah, walaupun aspal buton memiliki keunggulan pada kegunaannya. Aspal alam sejenis Asbuton di Indonesia hanya terdapat di Pulau Buton, sedangkan di dunia terdapat di beberapa tempat di Benua eropa seperti Perancis, Jerman, Italia, Swiss, dan lain-lain. Sedangkan di Benua Amerika terdaat di Texas, namun kadar aspalnya jauh lebih kecil yaitu rata-rata 9%. Di Trinidad juga terdapat Aspal alam yang kadar bitumennya cukup tinggi namun agak berbeda jenis batuannya dengan Asbuton, yaitu Asbuton berupa batuan kapur yang terimpregnasi oleh aspal (aspal meresap pada batuan berpori) sehingga lazim juga disebut batu aspal (Rock Asphalt). Sedangkan aspal alam yang terdapat di Trinidad berupa danau aspal (Asphalt Lake) yang mana menjadi lunak (meleleh) pada saat terkena panas matahari. Danau aspal tersebut berupa aspal dan batuan yang berukuran butir lebih kasar sehingga dalam pemanfaatannya melalui proses pemurnian terlebih dahulu. Aspal alam di Pulau Buton ini telah diketahui sejak awal abad ke-20. Penyelidikan pertama kali dilakukan oleh Elbert tahun 1909. Kemudian tahun 1922-1930 oleh Departemen Tambang Pemerintahan Belanda di Hindia Timur. Pada Tahun 1926 aspal Buton dikerjakan oleh N.V. Meijnbouwen Cultuur Maatscappij Boeton sampai terjadinya perang Pasific atas dasar kerja borongan untuk pemerintah sampai tahun 1954. Sejak itu, pengusahaan aspal dikelola oleh Bagian Butas, Kementrian Pekerjaan Umum. Tahun 1962 didirikan Perusahaan Aspal Negara (PAN) sesuai dengan PP No.195 Tahun 1961 yang mengusahakan aspal alam lebih lanjut. Kemudian, berdasarkan PP No.3 Tahun 1984, PAN dialihkan menjadi PT. Sarana Karya. 2.2 Tempat Terdapatnya Lokasi sumber daya aspal terletak di Pulau Buton, secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. (Gambar 1). 6 Sumber daya aspal alam di Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan satu-satunya endapan aspal alam di Indonesia. Gambar 1. Lokasi Sumberdaya Aspal Buton Endapan aspal yang diketemukan di pulau buton bagian selatan terletak pada suatu jalur yang membujur dari teluk Sampolawa di bagian selatan sampai di teluk Lawele di sebelah utara. Luas daerah tersebut kurang lebih 70.000 ha. Dalam daerah tersebut terdapat 19 daerah singkapan aspal (outcrops), 5 diantaranya mengandung cadangan aspal yang ekonomis. Saat ini aspal buton telah dikelola oleh PT. Sarana Karya dengan wilayah konsesi seluas 8.000 Ha dengan produksi kurang dari 500 ribu ton per tahun. Produk aspal buton yang dihasilkan oleh PT. Sarana Karya meliputi aspal buton biasa (ukuran maksimum 12,7 mm) dan aspal buton halus (lolos saringan 4,7 mm). Data cadangan berdasarkan hasil pengumpulan data-data pemboran eksplorasi yaitu sebesar 184 juta ton, sedangkan jumlah produksi dari sejak tahun 1926 sampai 2002 sekitar 4,9 juta ton. No 1. Daerah Waisiu Perkiraan cadangan (ton) 100.000 Kadar Aspal (%) ± 35 2 Kabungka 60.000.000 15-35 3. Winto 3.200.000 25-35 4. Wariti 600.000 ± 30 5. Lawele 100.000.000 15-30 7 Tabel 1. Estimasi cadangan aspal Buton pada daerah konsesi PT. Sarana Karya Gambar 2. Singkapan Aspal Buton di Kabungka 2.3 Ganesa Aspal batu buton (asbuton) adalah aspal alam yang terdapat di P.Buton, jenisnya adalah jenis rock asphalt, yaitu batuan yang terimpregnasi oleh aspal. Batuan induknya adalah batugamping. Partikel asbuton terdiri dari mineral, bitumen dan air, berwarna hitam kecoklat-coklatan, porous dan relatif ringan. Patahan diperkirakan terjadi di daerah Pulau Buton bagian selatan yaitu dari teluk Sampolawa sampai teluk Lawele sehingga pada daerah tersebut banyak ditemukan singkapan aspal. Proses terjadinya aspal buton berawal dari adanya minyak bumi. Karena adanya intrusi magma maka minyak bumi terdestilasi secara alamiah dan kemudian terdesak ke permukaan melalui patahan dan rekahan. Bagian-bagian ringan dari 8 minyak bumi telah menguap, residu yang berupa aspal dari minyak bumi ini meresap / masuk ke pori-pori (terimpregnasi) batu gamping dan batu pasir yang ada di sekitarnya, sehingga kadar bitumen yang terkandung di dalam batuan tersebut berbeda-beda (bervariasi) tergantung dari banyaknya pori yang ada di dalam batuan tersebut. Gambar 3. Peta geologi Daerah Lembar Buton Di daerah yang terdapat Abuton ada lima formasi geologi, sebagai berikut: a. b. c. d. e. Formasi Winto yang berumur trias atas kira-kira 160 juta tahun Formasi Ogema yang berumur yura bawah kira-kira 130 juta tahun Formasi Tobelo yang berumur kapur kira-kira 80 juta tahun Formasi Tondo yang berumur Neogen bawah kira-kira 50 juta tahun Formasi Sampolakosa yang berumur neogen atas kira-kira 20 juta tahun Dari kelima formasi ini, aspal hanya didapatkan pada batuan gamping dan napal Sampolakosa yang mempunyai kadar bitumen lebih tinggi karena batuan tersebut mempunyai banyak pori. Formasi Sampolakosa terdiri dari napal dan batupasir gampingan dengan sisipan kalkarenit berlapis tipis. Napal berwarna abu-abu terang, kompak, dan umumnya masif sampai berlapis, dipisahkan oleh sisipan tipis kalkarenit. Formasi Sampolakosa menutupi secara selaras Formasi Tondo. Formasi Sampolakosa 9 diendapkan pada lingkungan neritik hingga batial, dengan umur Miosen Atas hingga Pliosen Bawah. Rembesan minyak dan aspal banyak ditemukan pada Formasi ini di kampung Kabungka, Pasarwajo dan Lasalimu. 2.4 Sistem Penambangan Penambangan dilaksanakan secara penambangan terbuka (Open pit mining) namun sebelumnya didahului dengan tahap penyelidikan umum dan eksplorasi. Kegiatan penyelidikan umum bertujuan untuk menyelidiki kandungan Asbuton suatu daerah. Penyelidikan dilaksanakan dengan cara penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika. Penyelidikan geologi bertujuan untuk membantu melokalisir daerah yang secara geologis mempunyai hubungan dengan terjadinya aspal. Sedangkan penyelidikan geofisika yang dilakukan untuk penyelidikan aspal adalah penyelidikan geolistrik, yaitu dengan mengukur tahanan jenis dari batuan. Setelah diketahui daerah-daerah yang diperkirakan mengandung aspal dengan penyelidikan geologi dan geofisika maka dilanjutkan dengan pengeboran untuk mengetahi secara pasti jumlah cadangan yang akan di tambang. Kegiatan berikutnya adalah pemindahan tanah penutup (Stripping off overburden). Lapisan aspal yang sudah bersih, yang relatif lunak digali dan digaruk dengan Bulldozer (Ripping), sedang yang keras diledakkan dengan dynamite, hasilnya dikumpulkan di front tambang tersebut. Selanjutnya, pecahan-pecahan aspal dalam ukuran tersebut diangkut dengan dumptruck ke Crushing Plant untuk melalui proses pengolahan. Hasil dari Crushing Plant diangkut dengan dumptruck ke tempat penimbunan di pelabuhan Banabungi, dan siap untuk dikapalkan ke konsumen. 2.5 Cara Pengolahan Pecahan-pecahan aspal yang diperoleh dari front tambang dibawa ke tempat penggilingan (Crushing Plant). Crushing (peremukan) adalah proses reduksi 10 ukuran dari bahan galian / bijih dari hasil penambangan. Crushing biasanya dilakukan beberapa tahapan, antara lain: a. Primary crusher (Tahap pertama) Tahap ini bertujuan untuk memecah batuan yang berukuran sekitar 1500 mm menjadi ukuran 30-100 mm. Ukuran terbesar dari tahapan ini adalah 200 mm. Alat peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. b. Secondary Crusher (Tahap kedua) Tahap ini bertujuan untuk memecah material yang berukuran 150mm menjadi 12.5-25.4mm. Pada tahapan ini kadang masih di jumpai ukuran partikel 75mm sehingga perlu di lakukan crushing tahap ketiga. Alat peremuk yang digunakan adalah Cone Crusher, Hammer Mill dan Rolls. c. Fine crushing (Tahap lanjutan) Material yang dicrushing pada tahap ini biasanya berukuran lebih besar dari 25,4 mm. Alat yang digunakan yaitu Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. 2.6 Spesifikasi dalam pemanfaatannya dalam industri Pemanfaatan aspal buton ada dalam bidang konstruksi, diantaranya: a. Pelapis permukaan jalan sebagai pengganti aspal minyak. Aspal Buton dapat digunakan sebagai lapis permukaan jalan, fondasi atas jalan (asphalt treated base) dan fondasi bawah jalan (asphalt treated sub base) yang dapat dilakukan dengan cara campuran panas (hot mix) atau campuran dingin (cold mix). 1) Campuran dingin (Cold Mix) Aspal + bahan peremaja + aggregat/pasir dicampur secara dingin di dalam Concrete Mixer, kemudian dihamparkan dan dipadatkan di jalan. Lapis Asbuton campuran dingin telah digunakan di seluruh Indonesia sebagai lapis asbuton aggregat dan lapis tipis asbuton pasir. 2) Campuran Panas (Hot Mix). 11 Asbuton + Bahan Perekat + agrergat dicampur dengan pemanasan di dalam Asphalt Mixing Plant (AMP). Pertama kali dicoba untuk pengaspalan ruas jalan Cimahi – Padalarang di tahun 1956/1957, pada tahun 1972 di ruas jalan Jakarta – Cikampek dan tahun 1973 di ruas jalan Banyudono – Kartosuro. Untuk ruas jalan Cimahi – Padalarang baru pada tahun 1978 direhabilitasi. b. Asbuton Tile (Tegel Asbuton) Bisa digunakan sebagai tile/ubin untuk mempercantik rumah. c. Block Asbuton, yang digunakan untuk trotoar. d. Melapis bendungan agar kedap air. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Aspal Batu Buton (Asbuton) adalah aspal alam campuran batu kapur atau batu pasir yang mengandung aspal yang terdapat di Pulau Buton 2. Lokasi sumber daya aspal terletak di Pulau Buton, secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Aspal batu buton (asbuton) adalah aspal alam yang terdapat di P.Buton, jenisnya adalah jenis rock asphalt, yaitu batuan yang terimpregnasi oleh aspal 4. Penambangan aspal buton dilaksanakan secara penambangan terbuka (Open pit mining) namun sebelumnya penyelidikan umum dan eksplorasi 12 didahului dengan tahap