Uploaded by User92298

koreksi 3. Proposal PKL Khrisna Fadillah 1710401059

advertisement
Proposal
Praktik Kerja Lapangan
INDUKSI KALUS DARI EKSPLAN DAUN Dendrobium Sp.
DI UPT TAMAN ANGGREK BOROBUDUR
Diajukan Oleh:
Khrisna Fadillah
1710401059
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2020
Proposal
Praktik Kerja Lapangan
INDUKSI KALUS DARI EKSPLAN DAUN Dendrobium Sp.
DI UPT TAMAN ANGGREK BOROBUDUR
Diajukan Oleh:
Khrisna Fadillah
1710401059
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal
Praktik Kerja Lapang (PKL)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Tidar
INDUKSI KALUS DARI EKSPLAN DAUN Dendrobium Sp.
DI UPT TAMAN ANGGREK BOROBUDUR
diajukan oleh:
KHRISNA FADILLAH
1710401059
telah disetujui tanggal: …………………………………
Koordinator Program Studi Agroteknologi
Dosen Pembimbing
Fakultas Pertanian UNTIDAR
Praktik Kerja Lapangan
Esna Dilli Novianto, M.Biotech.
Dr. Tri Suwarni W., M.Si.
NIP. 198911012018031002
NIP. 197010221999032001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3
Manfaat ..................................................................................................... 2
1.4
Ruang Lingkup ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1
Anggrek Dendrobium sp. ......................................................................... 4
2.2
Kultur in vitro ........................................................................................... 6
2.3
Induksi Kalus ............................................................................................ 7
2.4
Media Kultur ............................................................................................ 7
BAB III RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN .............................................. 9
3.1
Tempat dan Waktu ................................................................................... 9
3.2
Materi dan Metode Praktik Kerja Lapangan ............................................ 9
3.3
Macam dan Sumber Data ....................................................................... 10
3.4
Jadwal Pelaksanaan ................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman hias dengan nilai ekonomi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan jenis tanamam hias lainnya. Iklim tropis
di Indonesia sangat cocok digunakan untuk pertumbuhan anggrek serta
sangat potensial guna menghasilkan jenis-jenis anggrek alam dengan mutu
yang tinggi. Salah satu jenis anggrek dengan banyak diminati serta
memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah anggrek Dendrobium. Anggrek
Dendrobium digemari peminatnya dikarenakan anggrek ini memiliki
keindahan dan kecantikan pada bungana dapat bertahan cukup lama.
Genus Dendrobium berjumlah lebih dari 30 spesies yang tersebar luas di
seluruh dataran Asia, dan seluruh kepulauan Pasifik termasuk Australia.
Bibit anggrek dapat diperbanyak secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan anggrek secara generatif terdapat kendala pada
kemampuan berkecambah rendah serta waktu yang dibutuhkan biji untuk
berkecambah lebih lama. Salah satu alternatif yang dilakukan untuk
memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode
kultur in vitro dengan menggunakan eksplan daun. Kalus yang dihasilkan
dapat diinduksi untuk tujuan organogenesis maupun embryogenesis. Stok
kalus dalam jumlah besar diharpkan mampu beregenerasi membentuk
plantlet pada jalur organogenesis dan seedling pada jalur embryogenesis.
Dengan demikian diharapkan diperoleh bibit anggrek dalam jumlah
banyak, pertumbuhan yang relatif seragam, serta waktu yang lebih cepat.
Dalam budidaya kultur in vitro, terdapat tahapan induksi kalus,
pada praktik kerja lapangan ini akan dilakukan tahap induksi kalus pada
anggrek Dendrobium di UPT Taman Anggrek Dinas Pertanian dan
Pangan, Kabupaten Magelang. Tahap induksi kalus merupakan suatu
tahapan penting yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan stok kalus
1
sehingga dapat dilanjutkan untuk tujuan organogenesis tunas maupun
embriogenesis.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah :
a. Mempraktikkan
seluruh
tahapan
induksi
kalus
dengan
menggunakan eksplan daun Dendrobium sp. dengan metode kultur
in vitro di Laboratorium UPT Taman Anggrek Borobudur.
b. Mengevaluasi keberhasilan seluruh tahapan praktik sehingga
mencapai keberhasilan dalam induksi kalus dari daun Dendrobium.
c. Mempelajari
perencanaan,
penganggaran,
pengorganisasian,
operasional, pemasaran, dan strategi pengembangan produksi bibit
anggrek Dendrobium skala besar
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktik kerja lapangan ini adalah dapat menerapkan
teknik yang benar dalam perbanyakan tanaman secara in vitro terutama
pada tahapan induksi kalus melalui eksplan daun pada tanaman anggrek
Dendrobium sp. serta belajar kegiatan manajerial produksi bibit angrek
Dendrobium
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada praktik kerja lapangan adalah:
1. Sterilisasi alat, media, dan bahan tanam.
2. Media yang digunakan merupakan media MS (Murashige dan
Skoog).
3. Bagian tanaman yang digunakan adalah eksplan dari daun anggrek
Dendrobium.
2
4. Zat pengatur tumbuh yang digunakan yaitu air kelapa dan ekstrak
tauge.
5. Induksi kalus anggrek Dendrobium secara in vitro.
6. Pengamatan terfokus pada pertumbuhan kalus, yaitu jumlah kalus
yang tumbuh dan warna kalus.
7. Materi perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, operasional,
pemasaran, dan strategi pengembangan produksi bibit bibit anggrek
Dendrobium
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggrek Dendrobium sp.
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Dendrobium berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dendron yang artinya
pohon, dan bios yang berarti hidup (Assagaf, 2012). Dendrobium berarti
tanaman yang menempel dan hidup pada pohon yang hidup atau yang mati
(Ningsih, 2007). Tanaman anggrek dendrobium akan tetap hidup meskipun
tidak memiliki daun dan hanya memiliki batang yang hijau (Oktavina, 2011).
Tanaman anggrek Dendrobium sp. memiliki klasifikasi dibawah ini
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Dendrobium
Spesies
: Dendrobium sp. (Yusnita, 2010)
2.1.2 Morfologi Tanaman
Batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping,
gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja,
dengan atau tanpa umbi semu (pseudoblub). Berdasarkan
pertumbuhannya
batang anggrek
dibedakan
menjadi
dua:
Pertama) Simpodial, pada umumnya anggrek ini berumbi semu
dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan baru
dilanjutkan oleh anggrek anakan yang tumbuh di sampingnya.
Contoh anggrek tipe ini adalah Cattleya, Oncidium, dan
Dendrobium (Fitriyani, 2017).
4
Bentuk akar jenis anggrek sangat dipengaruhi oleh
habitatnya. Akar anggrek epifit merupakan akar udara atau akar
nafas yang menggantung bebas atau menempel pada tempat
anggrek menempel. Akar anggrek umumnya lunak dan mudah
patah. Ujungnya meruncing, licin, dan sedikit lengket. Akar
anggrek mempunyai lapisan velamen yang bersifat berongga
(spongy) dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan yang
mengandung klorofil. Pada anggrek simpodial, akar keluar dari
dasar pseudobulb atau sepanjang rhizoma (Roswita, 2018).
Bunga anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna, dan
corak yang sangat beragam. Pada bagian karangan bunga terdiri
dari poros malai bunga (axis) dan kuntum-kuntum bunga. Dalam
satu malai atau tandan bunga terdapat 1-40 kuntum bunga
tergantung jenisnya. Ukuran kuntum bunga sangat bervariasi dari
2-3 cm hingga 10-15 cm. Kebanyakan bunga anggrek merupakan
bunga sempurna, yaitu mempunyai organ reproduksi jantan
(androecium) dan organ reproduksi betina (gynoecium) (Roswita,
2018).
Daun anggrek memiliki bentuk yang bermacam-macam
ada yang tebal ada yang tipis. Ada yang berbentuk agak bulat,
lonjong, sampai lanset. Tebal daun juga beragam, dari tipis
sampai bedaging, rata dan kaku. Daun anggrek tidak bertangkai,
sepenuhnya duduk pada batang. Tepinya tidak bergerigi (rata).
Daun memanjang, ujungnya berbelah, tulang daun sejajar dengan
tepi daun hingga ke ujung daun. Susunan daun berselang-seling
atau berhadapan. Dilihat dari pertumbuhan daunnya, anggrek
digolongkan menjadi dua kelompok sebagai berikut a. Evergreen
(tipe daun tetap segar/hijau), yaitu helaian-helaian daun tidak
gugur secara serentak. b. Decidous (tipe gugur), yaitu semua
helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa
istirahat. (Fitriyani, 2017).
5
2.1.2 Syarat Tumbuh
Tanaman anggrek dendrobium tumbuh dan berkembang
dengan baik pada ketinggian 50-400 mdpl dengan intensitas cahaya
50-60%, sehingga membutuhkan naungan. Pertumbuhan tanaman
anggrek Dendrobium memerlukan suhu udara rata-rata 250C-270C
dengan suhu udara minimum 210C – 230C dan maksimum 310C –
340C (Fitriyani, 2017).
Kelembaban relatif (RH) yang baik bagi pertumbuhannya
yaitu
60-85%.
Kelembaban
yang
tinggi
bertujuan
untuk
menghindari evapotranspirasi yang terlalu besar. Pada malam hari
kelembaban tidak boleh terlalu tinggi yaitu tidak melebihi 70%
untuk menekan tanaman agar tidak mudah terserang hama dan
penyakit. Oleh karena itu, media tanam tidak boleh terlalu basah
(Fitriyani, 2017).
2.2 Kultur in vitro
Kultur in vitro merupakan suatu teknik mengisolasi bagian
tanaman baik berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma dan
selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan
dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian tanaman
tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap (Basri
dalam Heriansyah, 2019).
Kultur in vitro biasanya dimulai dengan menanam satu iris jaringan
steril pada media buatan, berupa media padat ataupun cair, dalam waktu 23 minggu dan membentuk kalus. Kalus adalah jaringan yang terdiri dari
sejumlah sel yang tidak terorganisasi, merupakan bentuk awal calon tunas
yang kemudian mengalami proses pelengkapan bagian tanaman seperti
daun, batang, dan akar (Karyanti, 2014). Teknik perbanyakan secara in
6
vitro dapat diterapkan adalah induksi tunas mikro, multiplikasi tunas, sub
kultur, inisiasi perakaran dan aklimatisasi plantlet (Rahmi, 2018).
2.3 Induksi Kalus
Kalus adalah kumpulan sel yang belum terdiferensiasi. Kalus
terbentuk pada bekas luka atau irisan pada organ tanaman. Secara in vitro
kalus akan terbentuk pada bagian irisan/luka dari organ yang dikulturkan
(Dwiyani, 2015).
Induksi
kalus
merupakan
proses
yang
bertujuan
untuk
mendapatkan kalus embrionik yang akan diregenerasikan menjadi tunas
(Sri dkk, 2015). Menurut Marlina, dkk (2015) induksi kalus sangat
berkaitan dengan zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen. Zat pengatur
tumbuh yang paling berpengaruh pada induksi kalus adalah auksin dan
sitokinin.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Bustaman
(2020), sterilisasi eksplan untuk induksi kalus dilakukan dengan cara
mencuci eksplan dengan detergen selama 30 menit dan dibilas dengan air
kran sebanyak tiga kali. Eksplan tersebut selanjutnya dibilas dengan
akuades steril sebanyak tiga kali. Eksplan lalu disterilisasi dengan larutan
chlorox 5% selama 10 menit dan bayclin 5% selama 5 menit (dilakukan
dalam laminar air flow cabinet) serta dibilas dengan akuades steril
sebanyak tiga kali. Eksplan selanjutnya ditanam pada media kultur.
2.4 Media Kultur
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
dari perbanyakan tanaman secara kultur in vitro. Berbagai komposisi
media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Lestari, 2016). Media kultur yang sering
digunakan untuk perbanyakan tanaman secara in vitro ialah media MS
7
(Murashige dan Skoog). Media ini mengandung unsur hara makro dan
mikro seperti myoinositol, niacin, pyridoxine HCl, thiamin HCl, glycine
dan glukosa (Inkirawang et. al., 2016). Selain hara makro dan mikro,
media kultur juga perlu ditambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT
tersebut diantarnya yaitu berasal dari ekstrak bahan organik alami seperti
tauge dan air kelapa. Ekstrak tauge dapat digunakan sebagai media kultur
jaringan karena mengandung berbagai hara, vitamin, karbohidrat dan zat
pengatur tumbuh yaitu auksin. Tauge mengandung zat pengatur tumbuh
auksin yang berfungsi sebagai stimulan dalam memperlancar proses
metabolisme
sehingga
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman (Rupina dkk., 2015), selain itu menurut hedi
miryam (2008) dalam Pangesti, dkk (2015) auksin juga mampu
merangsang proses pemanjangan sel pada tanaman sehingga dapat
memacu proses induksi kalus. Air
kelapa mengandung ZPT yang
digunakan dalam kultur jaringan dapat meningkatkan inisiasi kalus dan
perkembangan akar. Di dalam air kelapa muda mengandung hormon
giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm GA5, 0,053 ppm GA7), sitokinin
(0,441 ppm kinetin, 0,247 ppm zeatin), dan auksin (0,237 ppm IAA). Air
kelapa juga mengandung kadar kalium sebanyak 14,11 mg/100 ml,
kalsium sebanyak 24,67 mg/100 ml, dan nitrogen sebanyak 43,00 mg/100
ml air kelapa muda (Darlina dkk., 2016).
8
BAB III
RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang Induksi Kalus dari Eksplan
Daun Dendrobium (Dendrobium sp.) dilaksanakan selama 1 bulan (30
hari) di UPT Taman Anggrek Borobudur, Kabupaten Magelang.
3.2 Materi dan Metode Praktik Kerja Lapangan
Materi Praktik Kerja Lapangan terdiri dari materi umum dan materi
khusus. Materi secara umum meliputi kegiatan kultur in vitro pada
anggrek dendrobium, sedangkan materi khusus adalah teknik induksi kalus
dari eksplan daun pada anggrek dendrobium.
a. Alat yang digunakan :
-
Alat sterilisasi : autoklaf
-
Alat induksi kalus : enkas
-
Peralatan gelas : Petridish, gelas ukur, enlenmeyer, botol, pipet
tetes, pengaduk.
-
Peralatan lainnya : jas lab, scalpel dan mata pisau, pH meter,
kulkas, pinset, rak kultur, kompor.
b. Bahan yang digunakan
Bahan eksplan yang berupa daun muda anggrek Dendrobium s.p,
media MS, agar, air kelapa, ekstrak tauge
c. Prosedur kerja pada Praktik Kerja Lapangan ini antara lain:
-
Mempraktikkan seluruh rangakaian kegiatan Praktek Kerja
Lapangan : tahap pembuatan media, sterilisasi alat dan media,
tahap induksi kalus, tahapan pengamatan, tahap pemeliharaan.
-
Melakukan pengamatan dan evaluasi hasil pertumbuhan dan
perkembangan kalus anggrek Dendrobium.
9
3.3 Macam dan Sumber Data
3.3.1 Metode pengumpulan data yang akan dipakai sebagai berikut :
a. Pengumpulan data secara langsung
a. Observasi,
yaitu
melakukan
pengamatan
mengenai
keberhasilan pembuatan media dan keberhasilan induksi
kalus anggrek dendrobium.
b. Pengumpulan data. Parameter kuantitatif antara lain kapan
kalus mulai tumbuh, jumlah kalus yang tumbuh, ukuran
kalus, jumlah botol terkontaminasi, serta berapa persen
eksplan tumbuh kalus. Parameter kualitatif yaitu warna
kalus, tekstur kalus, foto dokumentasi kalus disertai ukuran
dengan penggaris pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.
c. Wawancara, yaitu pengumpulan data (meliputi data media
dan bahan, data konsentrasi media, data parameter
pertumbuhan kalus, jumlah kalus yang tumbuh) dengan
mengajukan pertanyaan kepada pihak yang terkait. Dari
keseluruhan data yang telah diperoleh, kemudian data
tersebut dimasukan kedalam tabel pengamatan untuk
selanjutnya di analisis secara deskriptif terkait keberhasilan
induksi kalus anggrek dendrobium. Selain itu, dilakukan
juga wawancara tentang perencanaan, penganggaran,
pengorganisasian, operasional, pemasaran, dan strategi
pengembangan produksi bibit anggrek Dendrobium di UPT
taman anggrek Borobudur dengan pertanyaan yang
terlampir pada lampiran 1
b. Pengumpulan data secara tidak langsung
Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara
membaca dan menelaah buku maupun referensi terkait dengan
teknik induksi kalus anggrek dendrobium.
10
3.3.2 Sumber Data yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
a. Sumber data primer terdiri dari :
a. Tahapan/cara kerja induksi kalus anggrek dendrobium di
UPT Taman Anggrek Borobudur.
b.Hasil perkembangan induksi kalus anggrek dendrobium.
b. Sumber data sekunder terdiri dari pengenalan struktur
organisasi, kegiatan, tugas dan fungsi di UPT Taman Anggrek
Borobudur. Data diperoleh dari catatan hasil wawancara dengan
pihak tempat Praktek Kerja Lapangan.
3.4 Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik kerja lapangan dijadwalkan pada Bulan
Januari sampai Februari 2020. Kegiatan praktik kerja lapangan
dilaksanakan selama 6 bulan yaitu mulai dari observasi lokasi, penyusunan
proposal,
pelaksanaan,
pengambilan
data,
analisis
masalah,
dan
penyusunan laporan akhir serta ujian PKL. Jadwal pelaksanaan praktik
kerja lapangan disajikan dalam tabel berikut:.
Jenis Kegiatan
1
2
Bulan
3
4
5
6
Observasi
Lokasi
PKL
Pembuatan Proposal
Pelaksanaan PKL
Penyusunan Laporan
dan Ujian PKL
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan
Keterangan :
-
Bulan 1 : Oktober 2020
-
Bulan 2 : November 2020
-
Bulan 3 : Desember 2020
11
-
Bulan 4 : Januari 2021
-
Bulan 5 : Februari 2021
-
Bulan 6 : Maret 2021
12
DAFTAR PUSTAKA
Darlina, dkk. 2016. “Pengaruh Penyiraman Air Kelapa (Cocos nucifera L.)
Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lada (Piper nigrum L.)”. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi. 1(1) ; 20 – 28.
Fitriyani, R. 2017. “Perbanyakan Tanaman Anggrek Dendrobium Sp Pada Media
Ms Dan ½ Ms Dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa Secara In Vitro”.
Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim. Riau.
Gunadi, T. 1977. “Mengenali Anggrek. Penerangan dan Publikasi PAI”. Bandung.
128 h.
Heriansyah, P. 2019. “Multiplikasi Embrio Somatis Tanaman Anggrek
(Dendrobium sp.) Dengan Pemberian Kinetin dan Sukrosa Secara In
Vitro”. Jurnal Ilmiah Pertanian 15(2): 67-76
Hew, C.S. and J.W.H. Yong. 2004. The Physiology Of Tropical Orchids In
Relation To the Industry. Second edition. World scienrific Publising Co.
Pte
Inkiriwang, A. E. B., J. Mandang. dan S. Runtunuwu. 2016. “Substitusi Media
Murashige dan Skoog (MS) dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk
pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Secara in vitro”. Jurnal
Bioslogos. 6(1): 15-19.
Karyanti. 2014. “Kemampuan Tumbuh Eksplan Jatropha curcas L. pada Media In
Vitro yang Mengandung Hormon IBA Dan BA”.Vol.1,No.1. ISSN 2442 –
2606.
Lestari, E. G. 2011. “Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman
Melalui Kultur Jaringan”. Jurnal AgroBiogen. 7 (1), 63-68.
Nida, R. S. 2018. “Perbandingan Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Nobile Linn.
Menggunakan Media Subkultur Dengan Penambahan Ekstrak Buah
Pisang Ambon Dan Ekstrak Buah Nangka”. Skripsi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pengetahuan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
13
Ningsih, Y. L. 2007. “Pengaruh pemberian kompos azolla dan macam media
terhadap pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium sp. Pada fase single
pot”. Skripsi Jurusan budidaya Pertanian Muhammadiyah Malang,
Malang.
Oktavina, Z. 2011. “Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan
Anggrek Hibrida Dendrobium schulerii x May Neal Wrap Secara In
Vitro”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Islam Negeri Syaaf
Hidayatullah. Jakarta. 53 h
Pangesti, R., Sulistyowati. 2015. “Pengaruh Pemberian Air Tauge Dan Air Kelapa
Terhadap Pertumbuhan Tunas Nilam (Pogestemon cablin Benth) Secara In
Vitro”. STIGMA. 8 (1), 21-24
Rahmi, dkk. 2018. “Pengaruh Naphthalene Asam Asetat (NAA) pada
Pertumbuhan Akar Pisang Raja Kinalun Secara In Vitro”. Jurnal Biologi
Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 6(1) – Februari 2018: 1-5 (ISSN : 23032162).
Rasud, Y., Bustaman. 2020. “Induksi Kalus secara In Vitro dari Daun Cengkeh
(Syizigium aromaticum L.) dalam Media dengan Berbagai Konsentrasi
Auksin”. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 25(1), 67-72. ISSN 08534217
Rupina, dkk. 2015. “Kultur Jaringan Mahkota Nanas (Ananas comosus (L.) Merr)
dengan Penambahan Ekstrak Tauge dan Beuzyl Amino Purin (BAP)”.
Jurnal Protobiont. Vol 4. No 3. Hal 31-35
Sitinjak, M. A. 2015. “Induksi Kalus Dari Eksplan Daun In Vitro Keladi Tikus
(Typhonium sp.) Dengan Perlakuan 2,4-D dan Kinetin”. Jurnal Biologi
8(1) 32-39
Suhesti, Sri dkk. 2015. “Induksi Kalis dan Regenerasi Dua Varietas Tebu
(Saccaharum officinarum L.) Secara In Vitro”. Jurnal Littri 21(2), 77-88
Yusnita. 2010. “Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek”. Lampung University
\Press. Bandar Lampung. 105 h.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
a. Masalah Umum
1. Kegiatan operasional apa saja yang dilakukan di UPT Taman Anggrek
Borobudur ?
2. Bagaimana sejarah singkat UPT Taman Anggrek Borobudur ?
3. Bagaimana struktur organisasi UPT Taman Anggrek Borobudur ?
4. Bagaimana cara pengelolaan administrasi dan keuangan di UPT
Taman Anggrek Borobudur ?
5. Bagaimana cara pemasaran anggrek Dendrobium di UPT Taman
Anggrek Borobudur ?
6. Bagaimana
strategi
pengembangan
produksi
bibit
anggrek
Dendrobium skala besar di UPT Taman Anggrek Borobudur ?
b.Masalah Khusus
1. Bagaimana teknik induksi kalus dari eksplan daun pada anggrek
Dendrobium ?
2. Langkah apa saja yang harus dilakukan dalam kegiatan kultur in vitro
Anggrek Dendrobium khususnya dalam tahap induksi kalus dari
eksplan daun ?
3. Bagaimana kondisi lingkungan yang sesuai dalam pelaksanaan kultur
in vitro Anggrek Dendrobium ?
4. Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan kultur in vitro Anggrek
Dendrobium khususnya dalam tahap induksi kalus dari eksplan daun ?
5. Bagaimana sistem perencanaan perusahaan yang diterapkan di UPT
Taman Anggrek Borobudur?
6. Bagaimana susunan penganggaran untuk mencapai rencana jangka
pendek maupun jangka panjang usaha budidaya anggek Dendrobium
Sp. di UPT Taman Anggrek Borobudur?
15
7. Kendala apa yang pernah di hadapi oleh UPT Taman Anggrek
Borobudur selama menjalankan bisnis tanaman hias?
8. Bagaimana cara pengendalian penyakit pada tanaman anggrek
Dendrobium Sp?
9. Bagaimana pengelolaan sanitasi pada kebun budidaya tanaman
anggrek di UPT Taman Anggrek Borobudur ?
10. Jenis limbah B3 apa yang dihasilkan pada usaha tanaman hias UPT
Taman Anggrek Borobudur serta bagaimana pengelolaan limbah B3
tersebut?
11. Apakah ada teknik khusus yang dilakukan UPT Taman Anggrek
Borobudur supaya usaha tanaman hias bisa menghemat penggunaan
air serta energi?
12. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan UPT Taman Anggrek
Borobudur supaya berjalan secara kontinu?
16
Download