Proposal Praktik Kerja Lapangan INDUKSI KALUS DARI EKSPLAN DAUN Dendrobium Sp. DI UPT TAMAN ANGGREK BOROBUDUR Diajukan Oleh: Khrisna Fadillah 1710401059 Program Studi Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG 2020 Proposal Praktik Kerja Lapangan INDUKSI KALUS DARI EKSPLAN DAUN Dendrobium Sp. DI UPT TAMAN ANGGREK BOROBUDUR Diajukan Oleh: Khrisna Fadillah 1710401059 Program Studi Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG 2021 i LEMBAR PENGESAHAN Proposal Praktik Kerja Lapang (PKL) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tidar INDUKSI KALUS DARI EKSPLAN DAUN Dendrobium Sp. DI UPT TAMAN ANGGREK BOROBUDUR diajukan oleh: KHRISNA FADILLAH 1710401059 telah disetujui tanggal: ………………………………… Koordinator Program Studi Agroteknologi Dosen Pembimbing Fakultas Pertanian UNTIDAR Praktik Kerja Lapangan Esna Dilli Novianto, M.Biotech. Dr. Tri Suwarni W., M.Si. NIP. 198911012018031002 NIP. 197010221999032001 ii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2 1.4 Ruang Lingkup ......................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4 2.1 Anggrek Dendrobium sp. ......................................................................... 4 2.2 Kultur in vitro ........................................................................................... 6 2.3 Induksi Kalus ............................................................................................ 7 2.4 Media Kultur ............................................................................................ 7 BAB III RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN .............................................. 9 3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................... 9 3.2 Materi dan Metode Praktik Kerja Lapangan ............................................ 9 3.3 Macam dan Sumber Data ....................................................................... 10 3.4 Jadwal Pelaksanaan ................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13 LAMPIRAN .......................................................................................................... 15 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan tanaman hias dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis tanamam hias lainnya. Iklim tropis di Indonesia sangat cocok digunakan untuk pertumbuhan anggrek serta sangat potensial guna menghasilkan jenis-jenis anggrek alam dengan mutu yang tinggi. Salah satu jenis anggrek dengan banyak diminati serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah anggrek Dendrobium. Anggrek Dendrobium digemari peminatnya dikarenakan anggrek ini memiliki keindahan dan kecantikan pada bungana dapat bertahan cukup lama. Genus Dendrobium berjumlah lebih dari 30 spesies yang tersebar luas di seluruh dataran Asia, dan seluruh kepulauan Pasifik termasuk Australia. Bibit anggrek dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan anggrek secara generatif terdapat kendala pada kemampuan berkecambah rendah serta waktu yang dibutuhkan biji untuk berkecambah lebih lama. Salah satu alternatif yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode kultur in vitro dengan menggunakan eksplan daun. Kalus yang dihasilkan dapat diinduksi untuk tujuan organogenesis maupun embryogenesis. Stok kalus dalam jumlah besar diharpkan mampu beregenerasi membentuk plantlet pada jalur organogenesis dan seedling pada jalur embryogenesis. Dengan demikian diharapkan diperoleh bibit anggrek dalam jumlah banyak, pertumbuhan yang relatif seragam, serta waktu yang lebih cepat. Dalam budidaya kultur in vitro, terdapat tahapan induksi kalus, pada praktik kerja lapangan ini akan dilakukan tahap induksi kalus pada anggrek Dendrobium di UPT Taman Anggrek Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Magelang. Tahap induksi kalus merupakan suatu tahapan penting yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan stok kalus 1 sehingga dapat dilanjutkan untuk tujuan organogenesis tunas maupun embriogenesis. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah : a. Mempraktikkan seluruh tahapan induksi kalus dengan menggunakan eksplan daun Dendrobium sp. dengan metode kultur in vitro di Laboratorium UPT Taman Anggrek Borobudur. b. Mengevaluasi keberhasilan seluruh tahapan praktik sehingga mencapai keberhasilan dalam induksi kalus dari daun Dendrobium. c. Mempelajari perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, operasional, pemasaran, dan strategi pengembangan produksi bibit anggrek Dendrobium skala besar 1.3 Manfaat Manfaat dari praktik kerja lapangan ini adalah dapat menerapkan teknik yang benar dalam perbanyakan tanaman secara in vitro terutama pada tahapan induksi kalus melalui eksplan daun pada tanaman anggrek Dendrobium sp. serta belajar kegiatan manajerial produksi bibit angrek Dendrobium 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup pada praktik kerja lapangan adalah: 1. Sterilisasi alat, media, dan bahan tanam. 2. Media yang digunakan merupakan media MS (Murashige dan Skoog). 3. Bagian tanaman yang digunakan adalah eksplan dari daun anggrek Dendrobium. 2 4. Zat pengatur tumbuh yang digunakan yaitu air kelapa dan ekstrak tauge. 5. Induksi kalus anggrek Dendrobium secara in vitro. 6. Pengamatan terfokus pada pertumbuhan kalus, yaitu jumlah kalus yang tumbuh dan warna kalus. 7. Materi perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, operasional, pemasaran, dan strategi pengembangan produksi bibit bibit anggrek Dendrobium 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggrek Dendrobium sp. 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Dendrobium berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dendron yang artinya pohon, dan bios yang berarti hidup (Assagaf, 2012). Dendrobium berarti tanaman yang menempel dan hidup pada pohon yang hidup atau yang mati (Ningsih, 2007). Tanaman anggrek dendrobium akan tetap hidup meskipun tidak memiliki daun dan hanya memiliki batang yang hijau (Oktavina, 2011). Tanaman anggrek Dendrobium sp. memiliki klasifikasi dibawah ini Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Dendrobium Spesies : Dendrobium sp. (Yusnita, 2010) 2.1.2 Morfologi Tanaman Batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudoblub). Berdasarkan pertumbuhannya batang anggrek dibedakan menjadi dua: Pertama) Simpodial, pada umumnya anggrek ini berumbi semu dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh anggrek anakan yang tumbuh di sampingnya. Contoh anggrek tipe ini adalah Cattleya, Oncidium, dan Dendrobium (Fitriyani, 2017). 4 Bentuk akar jenis anggrek sangat dipengaruhi oleh habitatnya. Akar anggrek epifit merupakan akar udara atau akar nafas yang menggantung bebas atau menempel pada tempat anggrek menempel. Akar anggrek umumnya lunak dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin, dan sedikit lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen yang bersifat berongga (spongy) dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Pada anggrek simpodial, akar keluar dari dasar pseudobulb atau sepanjang rhizoma (Roswita, 2018). Bunga anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna, dan corak yang sangat beragam. Pada bagian karangan bunga terdiri dari poros malai bunga (axis) dan kuntum-kuntum bunga. Dalam satu malai atau tandan bunga terdapat 1-40 kuntum bunga tergantung jenisnya. Ukuran kuntum bunga sangat bervariasi dari 2-3 cm hingga 10-15 cm. Kebanyakan bunga anggrek merupakan bunga sempurna, yaitu mempunyai organ reproduksi jantan (androecium) dan organ reproduksi betina (gynoecium) (Roswita, 2018). Daun anggrek memiliki bentuk yang bermacam-macam ada yang tebal ada yang tipis. Ada yang berbentuk agak bulat, lonjong, sampai lanset. Tebal daun juga beragam, dari tipis sampai bedaging, rata dan kaku. Daun anggrek tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Tepinya tidak bergerigi (rata). Daun memanjang, ujungnya berbelah, tulang daun sejajar dengan tepi daun hingga ke ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Dilihat dari pertumbuhan daunnya, anggrek digolongkan menjadi dua kelompok sebagai berikut a. Evergreen (tipe daun tetap segar/hijau), yaitu helaian-helaian daun tidak gugur secara serentak. b. Decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat. (Fitriyani, 2017). 5 2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman anggrek dendrobium tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 50-400 mdpl dengan intensitas cahaya 50-60%, sehingga membutuhkan naungan. Pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium memerlukan suhu udara rata-rata 250C-270C dengan suhu udara minimum 210C – 230C dan maksimum 310C – 340C (Fitriyani, 2017). Kelembaban relatif (RH) yang baik bagi pertumbuhannya yaitu 60-85%. Kelembaban yang tinggi bertujuan untuk menghindari evapotranspirasi yang terlalu besar. Pada malam hari kelembaban tidak boleh terlalu tinggi yaitu tidak melebihi 70% untuk menekan tanaman agar tidak mudah terserang hama dan penyakit. Oleh karena itu, media tanam tidak boleh terlalu basah (Fitriyani, 2017). 2.2 Kultur in vitro Kultur in vitro merupakan suatu teknik mengisolasi bagian tanaman baik berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali. Bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap (Basri dalam Heriansyah, 2019). Kultur in vitro biasanya dimulai dengan menanam satu iris jaringan steril pada media buatan, berupa media padat ataupun cair, dalam waktu 23 minggu dan membentuk kalus. Kalus adalah jaringan yang terdiri dari sejumlah sel yang tidak terorganisasi, merupakan bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar (Karyanti, 2014). Teknik perbanyakan secara in 6 vitro dapat diterapkan adalah induksi tunas mikro, multiplikasi tunas, sub kultur, inisiasi perakaran dan aklimatisasi plantlet (Rahmi, 2018). 2.3 Induksi Kalus Kalus adalah kumpulan sel yang belum terdiferensiasi. Kalus terbentuk pada bekas luka atau irisan pada organ tanaman. Secara in vitro kalus akan terbentuk pada bagian irisan/luka dari organ yang dikulturkan (Dwiyani, 2015). Induksi kalus merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan kalus embrionik yang akan diregenerasikan menjadi tunas (Sri dkk, 2015). Menurut Marlina, dkk (2015) induksi kalus sangat berkaitan dengan zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen. Zat pengatur tumbuh yang paling berpengaruh pada induksi kalus adalah auksin dan sitokinin. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Bustaman (2020), sterilisasi eksplan untuk induksi kalus dilakukan dengan cara mencuci eksplan dengan detergen selama 30 menit dan dibilas dengan air kran sebanyak tiga kali. Eksplan tersebut selanjutnya dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Eksplan lalu disterilisasi dengan larutan chlorox 5% selama 10 menit dan bayclin 5% selama 5 menit (dilakukan dalam laminar air flow cabinet) serta dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Eksplan selanjutnya ditanam pada media kultur. 2.4 Media Kultur Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari perbanyakan tanaman secara kultur in vitro. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lestari, 2016). Media kultur yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman secara in vitro ialah media MS 7 (Murashige dan Skoog). Media ini mengandung unsur hara makro dan mikro seperti myoinositol, niacin, pyridoxine HCl, thiamin HCl, glycine dan glukosa (Inkirawang et. al., 2016). Selain hara makro dan mikro, media kultur juga perlu ditambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT tersebut diantarnya yaitu berasal dari ekstrak bahan organik alami seperti tauge dan air kelapa. Ekstrak tauge dapat digunakan sebagai media kultur jaringan karena mengandung berbagai hara, vitamin, karbohidrat dan zat pengatur tumbuh yaitu auksin. Tauge mengandung zat pengatur tumbuh auksin yang berfungsi sebagai stimulan dalam memperlancar proses metabolisme sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Rupina dkk., 2015), selain itu menurut hedi miryam (2008) dalam Pangesti, dkk (2015) auksin juga mampu merangsang proses pemanjangan sel pada tanaman sehingga dapat memacu proses induksi kalus. Air kelapa mengandung ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan dapat meningkatkan inisiasi kalus dan perkembangan akar. Di dalam air kelapa muda mengandung hormon giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm GA5, 0,053 ppm GA7), sitokinin (0,441 ppm kinetin, 0,247 ppm zeatin), dan auksin (0,237 ppm IAA). Air kelapa juga mengandung kadar kalium sebanyak 14,11 mg/100 ml, kalsium sebanyak 24,67 mg/100 ml, dan nitrogen sebanyak 43,00 mg/100 ml air kelapa muda (Darlina dkk., 2016). 8 BAB III RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN 3.1 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang Induksi Kalus dari Eksplan Daun Dendrobium (Dendrobium sp.) dilaksanakan selama 1 bulan (30 hari) di UPT Taman Anggrek Borobudur, Kabupaten Magelang. 3.2 Materi dan Metode Praktik Kerja Lapangan Materi Praktik Kerja Lapangan terdiri dari materi umum dan materi khusus. Materi secara umum meliputi kegiatan kultur in vitro pada anggrek dendrobium, sedangkan materi khusus adalah teknik induksi kalus dari eksplan daun pada anggrek dendrobium. a. Alat yang digunakan : - Alat sterilisasi : autoklaf - Alat induksi kalus : enkas - Peralatan gelas : Petridish, gelas ukur, enlenmeyer, botol, pipet tetes, pengaduk. - Peralatan lainnya : jas lab, scalpel dan mata pisau, pH meter, kulkas, pinset, rak kultur, kompor. b. Bahan yang digunakan Bahan eksplan yang berupa daun muda anggrek Dendrobium s.p, media MS, agar, air kelapa, ekstrak tauge c. Prosedur kerja pada Praktik Kerja Lapangan ini antara lain: - Mempraktikkan seluruh rangakaian kegiatan Praktek Kerja Lapangan : tahap pembuatan media, sterilisasi alat dan media, tahap induksi kalus, tahapan pengamatan, tahap pemeliharaan. - Melakukan pengamatan dan evaluasi hasil pertumbuhan dan perkembangan kalus anggrek Dendrobium. 9 3.3 Macam dan Sumber Data 3.3.1 Metode pengumpulan data yang akan dipakai sebagai berikut : a. Pengumpulan data secara langsung a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan mengenai keberhasilan pembuatan media dan keberhasilan induksi kalus anggrek dendrobium. b. Pengumpulan data. Parameter kuantitatif antara lain kapan kalus mulai tumbuh, jumlah kalus yang tumbuh, ukuran kalus, jumlah botol terkontaminasi, serta berapa persen eksplan tumbuh kalus. Parameter kualitatif yaitu warna kalus, tekstur kalus, foto dokumentasi kalus disertai ukuran dengan penggaris pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat. c. Wawancara, yaitu pengumpulan data (meliputi data media dan bahan, data konsentrasi media, data parameter pertumbuhan kalus, jumlah kalus yang tumbuh) dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak yang terkait. Dari keseluruhan data yang telah diperoleh, kemudian data tersebut dimasukan kedalam tabel pengamatan untuk selanjutnya di analisis secara deskriptif terkait keberhasilan induksi kalus anggrek dendrobium. Selain itu, dilakukan juga wawancara tentang perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, operasional, pemasaran, dan strategi pengembangan produksi bibit anggrek Dendrobium di UPT taman anggrek Borobudur dengan pertanyaan yang terlampir pada lampiran 1 b. Pengumpulan data secara tidak langsung Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan menelaah buku maupun referensi terkait dengan teknik induksi kalus anggrek dendrobium. 10 3.3.2 Sumber Data yang akan digunakan adalah sebagai berikut : a. Sumber data primer terdiri dari : a. Tahapan/cara kerja induksi kalus anggrek dendrobium di UPT Taman Anggrek Borobudur. b.Hasil perkembangan induksi kalus anggrek dendrobium. b. Sumber data sekunder terdiri dari pengenalan struktur organisasi, kegiatan, tugas dan fungsi di UPT Taman Anggrek Borobudur. Data diperoleh dari catatan hasil wawancara dengan pihak tempat Praktek Kerja Lapangan. 3.4 Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan praktik kerja lapangan dijadwalkan pada Bulan Januari sampai Februari 2020. Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 6 bulan yaitu mulai dari observasi lokasi, penyusunan proposal, pelaksanaan, pengambilan data, analisis masalah, dan penyusunan laporan akhir serta ujian PKL. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan disajikan dalam tabel berikut:. Jenis Kegiatan 1 2 Bulan 3 4 5 6 Observasi Lokasi PKL Pembuatan Proposal Pelaksanaan PKL Penyusunan Laporan dan Ujian PKL Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan Keterangan : - Bulan 1 : Oktober 2020 - Bulan 2 : November 2020 - Bulan 3 : Desember 2020 11 - Bulan 4 : Januari 2021 - Bulan 5 : Februari 2021 - Bulan 6 : Maret 2021 12 DAFTAR PUSTAKA Darlina, dkk. 2016. “Pengaruh Penyiraman Air Kelapa (Cocos nucifera L.) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lada (Piper nigrum L.)”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi. 1(1) ; 20 – 28. Fitriyani, R. 2017. “Perbanyakan Tanaman Anggrek Dendrobium Sp Pada Media Ms Dan ½ Ms Dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa Secara In Vitro”. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau. Gunadi, T. 1977. “Mengenali Anggrek. Penerangan dan Publikasi PAI”. Bandung. 128 h. Heriansyah, P. 2019. “Multiplikasi Embrio Somatis Tanaman Anggrek (Dendrobium sp.) Dengan Pemberian Kinetin dan Sukrosa Secara In Vitro”. Jurnal Ilmiah Pertanian 15(2): 67-76 Hew, C.S. and J.W.H. Yong. 2004. The Physiology Of Tropical Orchids In Relation To the Industry. Second edition. World scienrific Publising Co. Pte Inkiriwang, A. E. B., J. Mandang. dan S. Runtunuwu. 2016. “Substitusi Media Murashige dan Skoog (MS) dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Secara in vitro”. Jurnal Bioslogos. 6(1): 15-19. Karyanti. 2014. “Kemampuan Tumbuh Eksplan Jatropha curcas L. pada Media In Vitro yang Mengandung Hormon IBA Dan BA”.Vol.1,No.1. ISSN 2442 – 2606. Lestari, E. G. 2011. “Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan”. Jurnal AgroBiogen. 7 (1), 63-68. Nida, R. S. 2018. “Perbandingan Pertumbuhan Anggrek Dendrobium Nobile Linn. Menggunakan Media Subkultur Dengan Penambahan Ekstrak Buah Pisang Ambon Dan Ekstrak Buah Nangka”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta 13 Ningsih, Y. L. 2007. “Pengaruh pemberian kompos azolla dan macam media terhadap pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium sp. Pada fase single pot”. Skripsi Jurusan budidaya Pertanian Muhammadiyah Malang, Malang. Oktavina, Z. 2011. “Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hibrida Dendrobium schulerii x May Neal Wrap Secara In Vitro”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Islam Negeri Syaaf Hidayatullah. Jakarta. 53 h Pangesti, R., Sulistyowati. 2015. “Pengaruh Pemberian Air Tauge Dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Tunas Nilam (Pogestemon cablin Benth) Secara In Vitro”. STIGMA. 8 (1), 21-24 Rahmi, dkk. 2018. “Pengaruh Naphthalene Asam Asetat (NAA) pada Pertumbuhan Akar Pisang Raja Kinalun Secara In Vitro”. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 6(1) – Februari 2018: 1-5 (ISSN : 23032162). Rasud, Y., Bustaman. 2020. “Induksi Kalus secara In Vitro dari Daun Cengkeh (Syizigium aromaticum L.) dalam Media dengan Berbagai Konsentrasi Auksin”. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 25(1), 67-72. ISSN 08534217 Rupina, dkk. 2015. “Kultur Jaringan Mahkota Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) dengan Penambahan Ekstrak Tauge dan Beuzyl Amino Purin (BAP)”. Jurnal Protobiont. Vol 4. No 3. Hal 31-35 Sitinjak, M. A. 2015. “Induksi Kalus Dari Eksplan Daun In Vitro Keladi Tikus (Typhonium sp.) Dengan Perlakuan 2,4-D dan Kinetin”. Jurnal Biologi 8(1) 32-39 Suhesti, Sri dkk. 2015. “Induksi Kalis dan Regenerasi Dua Varietas Tebu (Saccaharum officinarum L.) Secara In Vitro”. Jurnal Littri 21(2), 77-88 Yusnita. 2010. “Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek”. Lampung University \Press. Bandar Lampung. 105 h. 14 LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan a. Masalah Umum 1. Kegiatan operasional apa saja yang dilakukan di UPT Taman Anggrek Borobudur ? 2. Bagaimana sejarah singkat UPT Taman Anggrek Borobudur ? 3. Bagaimana struktur organisasi UPT Taman Anggrek Borobudur ? 4. Bagaimana cara pengelolaan administrasi dan keuangan di UPT Taman Anggrek Borobudur ? 5. Bagaimana cara pemasaran anggrek Dendrobium di UPT Taman Anggrek Borobudur ? 6. Bagaimana strategi pengembangan produksi bibit anggrek Dendrobium skala besar di UPT Taman Anggrek Borobudur ? b.Masalah Khusus 1. Bagaimana teknik induksi kalus dari eksplan daun pada anggrek Dendrobium ? 2. Langkah apa saja yang harus dilakukan dalam kegiatan kultur in vitro Anggrek Dendrobium khususnya dalam tahap induksi kalus dari eksplan daun ? 3. Bagaimana kondisi lingkungan yang sesuai dalam pelaksanaan kultur in vitro Anggrek Dendrobium ? 4. Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan kultur in vitro Anggrek Dendrobium khususnya dalam tahap induksi kalus dari eksplan daun ? 5. Bagaimana sistem perencanaan perusahaan yang diterapkan di UPT Taman Anggrek Borobudur? 6. Bagaimana susunan penganggaran untuk mencapai rencana jangka pendek maupun jangka panjang usaha budidaya anggek Dendrobium Sp. di UPT Taman Anggrek Borobudur? 15 7. Kendala apa yang pernah di hadapi oleh UPT Taman Anggrek Borobudur selama menjalankan bisnis tanaman hias? 8. Bagaimana cara pengendalian penyakit pada tanaman anggrek Dendrobium Sp? 9. Bagaimana pengelolaan sanitasi pada kebun budidaya tanaman anggrek di UPT Taman Anggrek Borobudur ? 10. Jenis limbah B3 apa yang dihasilkan pada usaha tanaman hias UPT Taman Anggrek Borobudur serta bagaimana pengelolaan limbah B3 tersebut? 11. Apakah ada teknik khusus yang dilakukan UPT Taman Anggrek Borobudur supaya usaha tanaman hias bisa menghemat penggunaan air serta energi? 12. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan UPT Taman Anggrek Borobudur supaya berjalan secara kontinu? 16