PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH DURIAN DAN ZEOLITE DENGAN DOSIS TEPAT DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS BAB II GAGASAN 2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia (Mayadewi, 2007) karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa selain itu umur produksinya lebih singkat (genjah) yaitu70 – 80 hari sehingga sangat menguntungkan. Permintaan pasar akan jagung manis terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pasar swalayan dan restaurant yang membutuhkannya dalam jumlah yang banyak. Hal ini menyebabkan perlu adanya peningkatan hasil tanaman jagung manis (Tumbelelaka, 2009).. Hasil jagung manis di Indonesia per hektarnya masih rendah rata-rata 2,89 ton tongkol basah per hektar (Trubus, 1992). (Badan Pusat Statistik, 2020). Permintaan pasar yang meningkatkan setiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan jagung manisjuga meningkat namun hal ini tidak sesuai dengan ketersediaan jagung manis. Pada tahun 2008-2010 ekspor jagung manis mengalami penurunan sebesar 17,25% per tahun, sedangkan impor jagung manis mengalami peningkatan sebesar 6,25% per tahun (Badan Pusat Statistik). Menurut Direktur Pakan Ternak, Ditjen PKH, Sri Widayati, Ditjen PKH telah berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Pinsar, Dewan Jagung Nasional dan instansi terkait lainnya untuk memastikan pasokan jagung untuk industri pakan dan peternak. Saat ini, Ditjen PKH selalu memantau penyerapan jagung lokal terkait pembelian, stok, kecukupan dan harga oleh pabrik pakan secara daring atau online menggunakan aplikasi SIMPAKAN. Berdasarkan laporan pabrik pakan tersebut, stok jagung per akhir Desember 2019 sebesar 852.424 ton dan sampai awal tahun 2020 ini harganya stabil. Berbeda halnya dengan jagung manis untuk data hasil panen di tahun 2020 belum di dapat dari sumber manapun. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selain pupuk anorganik, tanaman jagung manis membutuhkan pupuk organik. Menurut Koswara (1982) rekomendasi pupuk untuk jagung manis adalah 200 Kg/ha N setara 435 Kg/ha Urea, 150 Kg/ha P2O5 setara 416,6 Kg/ha SP 36 dan 150 Kg/ha K2O setara dengan 250 Kg/ha KCl, sedangkan kebutuhan akan bahan organik sekitar 10 sampai 30 ton/ha. Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal sehingga menurunkan hasil panen petani atau bahkan terjadi gagal panen. Gagal panen inilah yang selanjutnya menjadi ancaman dalam menciptakan ketahanan pangan. Kondisi perpupukan di Indonesia memiliki berbagai masalah yang serius. Pertama, permasalahan pabrik pupuk yang sudah berusia tua sehingga efisiensi produksinya makin menurun. Kedua, pasokan gas bumi untuk produksi pupuk sangat terbatas. Dengan demikian pabrik tidak dapat beroperasi optimal. Padahal 60 persen bahan bakunya untuk pupuk urea adalah gas alam. Keterbatasan supply gas alam dikarenakan mayoritas perusahaan gas alam dimiliki oleh swasta yang memiliki orientasi yang besar pada keuntungan. Hal itu seiring dengan diresmikannya liberalisasi sektor migas di Indonesia yang diatur dalam UU 22 Tahun 2001 tentang Migas. Ketiga, kebutuhan pupuk yang semakin meningkat, sementara produksinya terbatas, sehingga terjadi kelangkaan pupuk. Kelangkaan pupuk juga melanda Indonesia hampir setiap tahun. Di sinyalir permasalahan kelangkaan pupuk tersebut dikarenakan (a) Rayonisasi yang tidak fleksibel, sehingga tidak mudah melakukan penyesuaian supply antar wilayah. (b) Pengawasan yang lemah dari Pemda di dalam pengelolaan pupuk bersubsidi juga menyebabkan permasalahan pupuk terjadi. (c) Rendahnya margin (fee) yang diterima distributor dan penyalur di Lini IV yang berkisar Rp 30-40/ kg. (d) Tingginya disparitas harga terjadi pada pupuk bersubsidi dengan pupuk non subsidi, sehingga memicu terjadinya penyelewengan pupuk bersubsidi dan pada akhirnya menyebabkan kelangkaan pupuk. Keempat, harga pupuk yang cenderung semakin mahal karena pupuk kimia yang beredar di pasar Indonesia sangat begantung pada bahan baku impor yang harganya terus merangkak naik mengikuti kurs dollar di pasar mata uang internasional. Kelima, Jumlah distributor daerah dan kios penyalur di Lini IV cenderung masih terkonsentrasi di Ibu Kota Kecamatan/ Kabupaten/ Kota. Keenam, penggunaan pupuk anorganik meningkat drastis akibat fanatisme petani dan bertambahnya luas areal tanam, sementara penggunaan pupuk organik belum berkembang. Pemerintah menegaskan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi oleh Kementerian Pertanian RI mencapai 7,190 juta ton atau 80,79% dari target alokasi 8,9 juta ton pada 2020. Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menegaskan upaya jajarannya, khususnya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) untuk mencapai target alokasi 8,900 juta ton dengan melibatkan peran aktif penyuluh mendampingi petani menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani online (eRDKK) sebagai bagian Kebijakan Pupuk Bersubsidi pada petani. Harga pupuk non-subsidi tahun 2020 ini mengalami kenaikan yang cukup drastis dari tahun lalu. Misalnya, pupuk NPK Pak Tani yang sebelumnya Rp415 ribu, kini mencapai Rp650 ribu per sak 50 kg. Selain pupuk buatan di atas, di beberapa situs jual beli online, Anda juga bisa menemukan pupuk organik yang dijual secara bebas. Pupuk organik dan media tanam SR misalnya, sekarang dijual dengan harga Rp25.000 untuk kemasan 3.000 gram, pupuk organik Kascing Rp7.500 per kg, pupuk kompos Green Organo ditawarkan Rp29.000 untuk kemasan 3.000 gram, dan pupuk kandang merek Green Lembang kemasan 3Kg seharga Rp. 12.000. Salah satu untuk dapat membantu para petani dalam mengelola pertanian mereka selain dari penggunaan pupuk anorganik yang harganya semakin naik, maka dapat memanfaatkan pupuk organik, selain dari pemnafaatan pupuk organic yang biasanya dapat berasal dari limbah kotoran ternak,juga dapat berasal dari sisa-sisa makanan, ataupun limbah makanan. Jadi pemanfaatan pupuk organik memberikan dua manfaat sekaligus yakni pengurangan biaya bagi para petani dalam mengelola pertanian dalam menggunakan pupuk serta mengurangi limbah yang dihasilkan oleh makhlu hidup. 2.2 Solusi yang Pernah ditawarkan 1. Pupuk Organik dengan BFA dan Zeolit Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember 2012 yang dilakukan dalam tiga tahp yaitu perakitan pupuk organik dan penanaman tanaman jagung manis di Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) Universitas Gadjah Mada yang berlokasi di Kalitirto, Berbah Yogyakarta. Analisis laboratorium yang meliputi analisis pupuk dan analisis tanah di Laboratorium Tanah Umum, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Kuningan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan organik yang akan dimanfaatkan sebagai pupuk meliputi pupuk kandang kambing, zeolite, kapur, dan batuan fosfat. Berdasarkan hasil percobaan bahwa pengkayaan pupuk kandang kambing deng BFA atau zeolite dapat meningkat nilai pH, kadar C-organik dan bahan organik tanah. Dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis pada parameter tinggi perbandingan tongkol jagung manis tanpa kulit akibat pemberian pupuk kandang kambing yang diperkaya dengan BFA dan zeolite. 2. Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Sawi Putih Pupuk organic cair merupakan pupuk yang berasal dari alam dan berperan meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah karena mengandung unsur hara yang dapat meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah karena mengandung unsur hara yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Jurusan Biologi FSM UNDIP, rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal, yaitu perbedaan konsentrasi pupuk organik cair yang diberikan dengan 6 perlakuan dengan masingmasing 5 pengulangan yaitu P0 (penyemprotan tanpa pupuk organik cair/kontrol), P1 (penyemprotan dengan pupuk organik cair 1 mL/L), P2 (penyemprotan dengan pupuk organik cair 2 mL/L), P3 (penyemprotan dengan pupuk organik cair 3 mL/L), P4 (penyemprotan dengan pupuk organik cair 4 mL/L), P5 (penyemprotan dengan pupuk organik cair 5 mL/L). Bahan baku pupuk organik cair memiliki rasio C/N sebanyak 6,38 %. Sutanto (2002) menyatakan bahwa bahan organik yang mengalami proses pengomposan yang baik dan telah menjadi pupuk organik yang stabil mempunyai rasio C/N antara 10-15 %. 3. Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk Nitrogen Percobaan ini dilaksanakan pada lahan di Jorong Koto Gadang Kecamatan Padang Fanting Tanah Datar dari Bulan Maret hingga Aptil 2011, dari hasil analisisi hara kompos jerami padi mengandung unsur hara nitrogen sebanyak 0,93%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang terbaik untuk panjang tongkol berisi adalah 10 ton/ha kompos jerami padi dan 150 Kg/ha pupuk nitrogen, sedangkan untuk pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis kecuali pada panjang tongkol berisi dengan 10 ton/ha. Dosis pupuk nitrogen 100 Kg/ha memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot tongkol berkelobot, dan hasil tongkol perhektar, sedangkan tinggi tanaman, jumlah daunm bobot tongkol tanpa kelobot, jumlah baris pertongkol dan panjang tongkol berisi dengan 150 Kg/ha. 2.3 Gagasan yang diajukan Kerangka konseptual rancangan ini yaitu: 1. Merancang pembuatan pupuk organik menggunakan limbah kulit durian dan zeolite dengan dosis yang tepat, Berdasarkan penelitian Hutagaol (2003)) menunjukkan bahwa pemberian kompos kulit buah durian dengan dosis takaran 20 ton/ha berpengaruh sangat nyata untuk menetralkan sebagian efek meracun Al dalam larutan tanah dan juga meningkatkan KTK tanah serta pH tanah. Untuk hal tersebut penulis merancang jika menggunakan dosis kulit durian pada takaran 20 ton/ha dan dengan bantuan zeolite hingga di proses menjadi pupuk organik. 2. Menambahkan zeolite sebagai tambahan dari kompos kulit buah durian, dimana mineral zeolite merupakan mineral yang istimewa karena struktur kristalnya sangat unik sehingga mempunyai sifat sebagai penyerap, penukar kation dan katalisator. Tujuan dari penulis adalah mencari kondisi optimum proses untuk mendapatkan pupuk organik yang bermutu menggunakan zeolite, jenis klinoptilolit sudah banyak menunjukkan hasil berupa peningkatan ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini disebabkan adanya efek zeolit terhadap kapasitas penyerapan dan penyimpanan amonium yang ada pada pupuk dan tanah. Menurut Suriadikarta dan Adimihardja pembenaman urea ke dalam lapisan tanah sawah menentukan kehilangan nitrogen berupa amonium (NH4 + ), akibat terbawa air atau menguap sebagai gas amonia (NH3). Adanya sifat selektif zeolit dalam menyerap senyawa nitrogen dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan urea menunjukkan kehilangan nitrogen yang lebih rendah daripada urea tablet tanpa zeolit. Pada penggunaan zeolit 2,5%, 4% terhadap kompos akan meningkatkan kandungan unsur hara makro. 3. Penulis melihat banyaknya limbah dari kulit buah durian terkhusus di musim durian yang tidak dimanfaatkan, dibuang, atau hanya dijadikan kompos biasa saja. Kullit buah durian mengalami proses degradasi atau pembusukan yang lama dikarenakan kandungan selulosa yang tinggi. Menurut Hatta (2007) kulit durian memiliki kandungan selulosa yang tinggi sebanyak 50-60% dan lignin serta kandungan pati yang rendah masing-masing sebanyak 5% sehingga proses pendegradasiannya lama. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Anindyawati (2010), yang menyatakan bahwa kulit buah durian merupakan limbah sisa hasil pertanian dan mengandung lignoselulosa yang kompleks, sehingga perlu adanya proses perlakuan awal untuk mempermudah proses hidrolisis. 4. Adapun proses pembuatan pupuk organic dari limbah kulit buah durian menggunakan prinsip pengomposan metode proses composting aerobk dimana ada dua jenis. Pertama menggunakan metode agitasi atau pembolak-balikan material organic agar didapatkan kondisi aerobik, kedua menggunakan metode mekanis dengan cara memasukkan udara ke dalam sistem. Proses pertama adalah pengeringan bahan dimana sebelum pengeringan limbah kulit durian diberi activator dimana limbah kulit buah durian akan cepat dengan bantuan activator yaitu effective microorganism 4 (EM4) seperti bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), akteri asam lakta (Lactobacillus sp.), ragi (Actinomycetes sp), dan jamur fermentasi, pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah terik matahari dengan melakukan pembolakbalikan bahan. Pengeringan dilakukan sampai kondisi pada saat bahan terdekomposisi dan bisa dihancurkan dengan crusher. Penghalusan dimaksudkan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan bahan baku sehingga membentuk butiran-butiran atau serbuk. Penghalusan secara manual dengan cara ditumbuk. Penghalusan dengan mesin menggunakan mesin crusher. Penggunaan mesin menghasilkan pembuatan pupuk organic yang lebih halus. Pengayakan digunakan untuk mendapatkan ukuran yang sragam. Pengayakan menggunakan ayakan (screen) halus. Bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke mesin penghalus/pencacah untuk dihaluskan kembali. Bahan-bahan yang telah dihaluskan kemudian di campur dengan mesin mixer atau dapat dilakukan dengan manual menggunakan sekop. Adapun bahanbahan tambahan untuk dicampur yakni zeolite, penambahan 30 – 90 gram zeolite pada 1 kg ampas atau limbah kulit durian yang sudah dihaluskan. Dilakukan tahap pengujian pada bahan yang sudah dicampur merata pada pupuk organic tersebut. 2.4 Pihak – Pihak yang Dapat Membantu 1. Peneliti baik dari bidang pertanian, dan Dosen Dalam perannya melaksanakan penelitian dimana Dosen dan penelitidari bidang pertanian untuk dapat mengkaji lebih lanjut dalam meneliti dan mengevaluasi dari rancangan yang sudah dibuat, serta yang dapat memperbaiki mutu hasil dari pengolahan pupuk yang lebih baik lagi. 2. Dinas Pertanian Dalam hal ini, meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian adalah mendorong komoditas pertanian memiliki keunggulan bersaing dan nilai yang lebih baik dari hasil produksi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi, membantu petani untuk mendapatkan sosialisai dan penyuluhan dalam pemanfaatan dan pengolahan pertanian seperti pada penggunaan pupuk organik. 2.5 Langkah Strategis 1. Memberitahukan ide gagasan kepada pihak-pihak yang dapat membantu dalam mengimplementasikan dari gagasan ide yang telah dirancang agar dapat menjadi rekomendasi pada pembuatan pupuk organik yang dapat mengurangi limbah seperti kulit buah durian. 2. Menggerakkan pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan gagasan ini 3. Melakukan pembuatan pupuk organik dalam skala kecil sebagai contoh untuk dapat di lakukan penyuluhan kepada pihak-pihak yang akan ambil bagian dalam hal ini. 4. Melakukan uji coba kepada tanaman palawija terhadap pupuk organik yang sudah dibuat dalam skala kecil. 5. Evaluasi, monitoring dan pembelajaran, kesulitan dan pengalaman yang ada dalam proses pengolahan pupuk organic dari limbah kulit buah durian agar menjadi pembelajaran dan model atau sistemnya untuk kedepannya. DAFTAR PUSTAKA Anindyawati, T, 2010, ‘Potensi selulase dalam mendegradasi lignoselulosa limbah pertanian untuk pupuk organik’, Jurnal Berita Selulosa, vol. 45, no. 2, hal. 70-77, diakses 15 Pebruari 2014, Megi, S. (2011). Pengaruh beberapa dosis kompos jerami padi dan pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ANDALAS). Muhsin, A. (2011). Pemanfaatan limbah hasil pengolahan pabrik tebu blotong menjadi pupuk organik. Rahmah, A., Izzati, M., & Parman, S. (2014). Pengaruh pupuk organik cair berbahan dasar limbah sawi putih (Brassica chinensis L.) terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays L. Var. Saccharata). Anatomi Fisiologi, 22(1), 65-71. Sulakhudin, S., & Sunarminto, B. H. Pengaruh Pengkayaan Pupuk Organik dengan BFA dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. PedonTropika, 1(1).25-36. Sriatun, S., Hartutik, S., & Taslimah, T. (2009). Pemanfaatan Limbah Penyulingan Bunga Kenanga sebagai Kompos dan Pengaruh Penambahan Zeolit terhadap Ketersediaan Nitrogen Tanah. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 12(1), 17-22. https://mediaindonesia.com/read/detail/360112-per-5-november-realisasi-penyaluranpupuk-bersubsidi-8079