Uploaded by rfcupp

etika dan tanggung jawab profesi hukum

advertisement
MAKALAH
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM
Dosen Pengampu : ALMADISON, S.H., M.H
Disusun Oleh:
ZULHIDAYANI
NIM. 1735012
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah, rahmat dan salam untuk Muhammad
Rasul pilihan, saya sebagai penyusun makalah telah berhasil dalam Menyusun
makalah ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI yang dapat diselesaikan
semata-mata atas kehendak-NYA dan rahmat cinta-kasihNYA yang berlimpahlimpah. Dalam makalah ini juga akan dipelajari atau membahas secara
keseluruhan tentang Etika Dan Tanggung Jawab Profesi.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka saya sebagai penyusun
makalah sangat menanti tegur sapa serta kritik dan saran membangun dari
pembaca untuk lebih bisa menyempurnakan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengumpulan materi ini, karna makalah ini tersusun dari
berbagai sumber,baik berupa buku teks, tulisan, ataupun pendapat dari para ahli.
Akhir kata, saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya,dan bisa menjadi tolak ukur kita terhadap dunia sosial
sebaik mungkin.Billahit taufiq wal hidayah Wassalaamu`alaikum wr.wb.
Pasir Pengaraian, 08 Februari 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penyajian........................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika ..................................................................................... 4
2.2 Tanggung Jawab Profesi Hukum ......................................................... 5
2.3 Pengertian Profesi Hukum .................................................................... 6
2.4 Nilai Moral Profesi Hukum ................................................................... 7
2.5 Etika Profesi Hukum ............................................................................. 9
2.6 Hubungan Etika dan Profesi Hukum.................................................. 10
2.7 Contoh Kasus......................................................................................... 12
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara mengenai etika dan tanggung jawab profesi hukum adalah berbicara
mengenai bagaimana seorang penegak hukum beretika dan bertanggung jawab
dalam menjalankan profesinya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
profesi hukum harus mampu memberikan kepastian hukum, ketertiban hukum,
keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma
keagamaan,
kesopanan,
dan
kesusilaan
serta wajib
menggali
nilai-nilai
kemanusiaan, hukum, dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Secara normatif das solen etika dan tanggung jawab profesi hukum saat ini
terlihat baik dan sempurna. Misalnya profesi seorang jaksa yang mempunyai
keududukan sebagai wakil negara dalam bidang peradilan. Tugas wakil negara
adalah hal yang penting terutama kaitanya dengan kewibawaan negara. Akan
sangat baik bila profesi seorang jaksa atau profesi hukum yang lain mempunyai
etika dan tanggung jawab yang baik sehingga dapat dipercaya dan diakui oleh
masyrakat.
Dalam kenyataan das sein citra etika profesi hukum tidak sebaik dan seindah
tugas dan kewajibannya yang sangat ideal. Di tengah-tengah masyarakat banyak
terjadi penyalahgunaan profesi hukum tersebut disebebakan adanya faktor
kepentingan. Sumaryono mengatakan bahwa penyalahgunaan profesi hukum atau
tidak adanya disiplin diri.
Dalam profesi hukum dapat dilihat dua hal yang sering berkontradiksi satu
sama lain, pengembalaan hukum yang berada jauh dibawah cita-cita tersebut.
Selain itu penyalahgunaan profesi terjadi karena desakan pihak klien yang
menginginkan perkaranya cepat selesai dan tentunya ingin menang. Klien
1
biasanya tidak segan-segan menawarkan bayaran yang menggiurkan baik kepada
penasehat hukum ataupun hakim yang memeriksa perkara.1
Mafia peradilan, itulah istilah yang kini cukup populer dibicarakan di
masyarakat. Banyak profesi hukum yang memberikan teladan atau perilaku yang
kurang baik terhadap masyarakat. Dalam menangani kakus di peradilan tidak
jarang aparat penegak hukum dalam hal ini hakim, jaksa dan penasehat hukum
“main mata”. Hukum pun dipermainkan untuk kepentingan mereka sendiri.
Masyarakat yang tidak tahu tentang aturan hukum pun mudah untuk
dipermainkan.
Masyarakat pun mulai menilai bahwa profesi hukum tidak lagi menjadi
teladan hukum yang baik, dan membuat masyarakat tidak percaya kepada aparat
penegak hukum. Dengan ini untuk menjaga profesi hukum yang diteladani perlu
adanya etika dan tanggung jawab profesi hukum.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah, diantaranya:
a. Apa pengertian etika?
b. Bagaimana tanggung jawab profesi hukum?
c. Apa pengertian profesi hukum?
d. Bagaimana hubungan etika dan profesi hukum?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu agar kita dapat mengetahui apa itu etika
profesi dan tanggung jawab profesi hukum, mengetahui etika profesi dan
tanggyng jawab profesi hukum, dan bisa mempelajari kasus pelanggaran kode etik
seorang profesi.
1
Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,
2010. Hlm 22
2
1.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan tinjauan pustaka
sebagai metode analisis. Mengambil referensi dari beberapa buku untuk
memperoleh informasi yang terkait serta konsep dan teori yang mendukung.
Semua yang ditulis dari makalah ini berasal dari buku dan sumber yang
terpercaya.
1.5 Sistematika Penyajian
Untuk mempermudah pemahaman, tulisan ini dibagi atas empat bab dan tiap
bab terdiri dari beberapa sub bab.
Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab kedua berisi tentang pengertian etika,
pengertian tanggung jawab,
pengertian apa itu profesi dan apa itu profsi hukum, nilai moral profesi, etika
profesi huku, hubungan etika dengan profesi, dan contoh kasus pelanggaran kode
etik.
Bab ketiga adalah bab terakhir dalam tulisan ini. Bab ini berisi kesimpulan
yang telah penulis paparkan dalam bab analisa kontrastif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). 2 Secara
etimologis etika berasal dari bahawa Yunani kuno “Ethos” yang berarti kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap.3
Menurut Suhrawardi K. Lubis menyatakan bahwa dalam bahasa agama islam,
istilah etika ini merupakan bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari
akhlak, karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang
bersifat perbuatan yang lahiriyah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih
luas, yitu meliputi bidang akidah, ibadah dan syari’ah.4
Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.5 Etika menurut
Magnis Suseno adalah sebuah ilmu dan buku sebuah ajaran. Etika adalah
perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang
siap pakai itu.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
etika adalah akhlak atau kebiasaan yang menurut manusianya itu sendiri masih
dalam koridor atau jalan yang benar. Atau etika adalah yang muncul secara
alamiah yang timbul dari diri sendiri bukan dibuat-buat sebagai nilai dari manusia
tersebut yang menentukan karakter seperti apa yang ia miliki.
2
Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Hlm 7
ibid
4 Ibid, hlm 7-8
5 Burhanudin Salam. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Hlm,
1
6 ibid
3
4
2.2 Tanggung Jawab Profesi Hukum
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung,memikul
tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya
Tanggung jawab dalam pengertian kamus diterjemahkan dengan kata
“responsibility: having the caracter of a free moral agent; capable of determining
one’s own acts; capable of deterred by consideration of sanction or
consequences”.7
Definisi ini memberikan pengertian yang dititikberatkan pada:
a. Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan
b. Harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari suatu perbuatan.
Bila pengertian itu dianalisis lebih luas, akan kita dapati bahwa dalam kata
having the caracter itu dituntut sebagai suatu keharusan, akan adanya suatu
pertanggungan moral/karakter.8
Tanggung jawab profesi hukum itu sendiri diartikan dalam menjalankan
tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya:9
(1) Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang
termasuk lingkup profesinya.
(2) Bertindak secara profesional, tanpa membedakan perkara bayaran dan
perkara cuma-cuma (prodeo).
Tanggung jawab sebagai kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
7
Burhanudin Salam. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Hlm,
hlm 28
8
ibid
9
Supriadi, SH. Op. Cit., Hlm. 20
5
2.3 Pengertian Profesi Hukum
(a) Profesi
Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. 10 Profesi
merupakan suatu konsep yang lebih spesifik diabndingkan denga pekerjaan.
Dengan kata lain, pekerjaan memiliki konotasi yang lebih luas daripada profesi,
suatu profesi adalah pekerjaan, teta[i tidak semua pekerjaan merupakan profesi.11
Sementara itu Darji Darmodiharjo dan Sidharta mengemukakan bahwa profesi
adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan dan memiliki serta memenuhi
sedikitnya 5 (lima) persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki landasan intelektualitas,
b. Memiliki standar kualifikasi,
c. Pengabdian pada masyarakat,
d.
Mendapat penghargaan di tengah masyarakat,
e.
Memiliki organisasi profesi
Sebagai pegangan dapat diutaraan pendapat yang dikemukakan oleh Dr J.
Spillane SJ dalam Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis. Suatu profesi dapat
didefinisikan secara singkat sebagai jabatan seseorang kalau profesi tersebut tidak
bersifat komersial, mekanis pertanian dan sebagainnya. Secara tradisonal ada
empat profesi; kedokteran, hukum, pendidikan dan kependetaan.12
Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan sebagai pekerjaan dengan
keahlian khusus sebagai mata pencaharian yang karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan.
10
Supriadi, SH. Op. Cit., Hlm. 16
kunarto. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta; Cipta Manunggal, 1999. hlm. 101
12 Suhrawardi K. Lubis, SH. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Hlm. 10
11
6
(b) Profesi Hukum
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi yang ada, misalnya
profesi dokter, profesi akuntan, profesi teknik dan lain-lain. Profesi hukum sangat
bersentuhan langsung denga kepentingan manusia atau orang yang lazim disebut
“klien”.13 Profesi hukum adalah suatu istilah yang kompleks. disebut demikian
karena kata "hukum" yang melekat padanya memang bermakna kompleks,
multidimensional yang multifaset.14
Setiap profesi hukum dalam menjalankan tugasnya masing-masing harus
senantiasa menyadari, bahwa dalam proses pemberian Pengayoman hukum,
mereka harus saling isi-mengisi demi tegaknya hukum, keadilan dan kebenaran
yang sesuai dengan jiwa Negara kita yang bersifat integralistik dan
kekeluargaan.15
Biasanya asosiasi yang bersifat profesional adalah merupakan organisasi yang
bukan bertujuan untuk mendapak mendapatkan untung yang bersifat materi (laba)
akan tetapi berdasarkan kepada prinsip kerjasama dan kesukarelaan. Dari uraian di
atas dapatlah dikemukaan bahwa yang dimaksut dengan profesi hukum tersebut
adalah segala pekerjaan yang dikaitkan dengan masalah hukum.
2.4 Nilai Moral Profesi Hukum
Profesi hukum merupakan satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral
dan pengembangannya. Nilai moral itu merupakan keuatan yang mengarah dan
mendasari perbuatan luhur.setiap profesional dituntut supaya memiliki nilai moral
yang kua. Franz Magnis Susen mengeukanan lima kriteria nilai moral yang
mendasari keperibadian profesional hukum, diantaranya adalah:16
13
Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Hlm 19
Shidarta. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka berfikir.Bandung: Refika Aditama, 2006. hlm, 173
15
Purwoto S. Gandasubrata, Renungan Hukum, Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) Cabang Mahkamah Agung
RI, 1998, hlm. 33
16 Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 19-20
14
7
1) Kejujuran
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum
mengingkari misi profesinya, sehingga dia menjadi mnafik, licik, penuh tipu diri.
Sikap yang terdapat dalam kejujuran yaitu:17
(a) Sikap terbuka, berekenaan dengan pelayanan klien, kerelaan atau
keikhlasan melayani atau secara Cuma-Cuma.
(b) Sikap wajar, ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan tidak
otoriter, tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.
2) Autentik
Autentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya,
kepribadian yang sebenarnya. Autentik pribadi profesional hukum diantaranya: 18
(a) Tidak menyalahgunakan wewenang.
(b) Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat.
(c) Mendahulukan kepentingan klien
(d) Berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak sematamata menunggu atasan
(e) Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
3) Bertanggung Jawab
Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab
artinya:19
(a) kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang
termasuk lingkup profesinya ;
(b) bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan
perkara cuma-cuma (prodeo)
17
Ibid, hlm. 19
18
Ibid, hlm 19-20
Ibid, hlm 20
19
8
(c) kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
kewajibannya.
4) Kemandirian Moral
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah
mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan memebetuk
penilaian dan mempunyai pendirian sendiri. mandiri secara moral berarti tidak
dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruhi oleh pertimbangan
untung rugi (pamrih), penyesuaian diri dengan nilai kesusilaan dan agama.20
5) Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang
menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut
antara lain :21
(a) menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli
(b) menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang
tidak sah.
2.5 Etika Profesi Hukum
Kehidupan manusia dalam melakukan interaksi sosialnya selalau akan
berpatokan pada norma atau tatanan hukum yang berada dalam masyarakat
tersebut. Menakala manusia melakukan interaksinya, tidak berjalan dalam
kerangka norma atau tatanan yang ada, maka akan terjadi bias dalam proses
interaksi itu. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kecenderungan
untuk menyimpang dari norma atau tatanan yang ada, karena terpengaruh oleh
adanya hawa nafsu yang tidak terkendali.22
Hal yang sama juga akan berlaku bagi yang namanya profesi, khususnya
profesi hukum. Berjalan tidaknya penegakkan hukum dalam suatu masyarakat
20
ibid
21
ibid
22
Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 20-21
9
tergantung pada baik buruknya profesional hukum yang menjalani profesinya
tersebut. Untuk menghindari jangan sampai terjadi penyimpangan terhadap
menjalankan profesi, khususnya profesi hukum, dibentuklah suatu norma yang
wajib dipatuhi oleh orang yang tergabung dalam sebuah profesi yang lazim
disebut “Etika Profesi”. Dengan harapan bahwa para profesional tersebut tunduk
dan patuh terhadap kode etik profesinya.
Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan kewajibannya, profesional
hukum perlu memiliki:23
a) Sikap manusiawi, artinya tidak menanggapi hukum secara formal belaka,
melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai dengan perasaan
masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan
dalam suatu perkara kongkret.
d) Sikap jujur, artinya menyatakan sesuai itu benar menurut apa adanya dan
menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
2.6 Hubungan Etika dan Profesi Hukum
Etika dimasukkan dalam disiplin pendidikan hukum disebabkan belakangan
ini terlihat adanya gejala penurunan etika dikalangan aparat penegak hukum, yang
mana hal itu tentunya akan merugikan bagi pembangunan masyarakat di
Indonesia.24
Di sisi lain, seorang profesional hukum harus memiliki pengetahuan bidang
hukum yang andal, sebagai penentu bobot kualitas pelayanan hukum secara
profesional kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Keputusan
Mendikbud No 17/Kep/O/1992 tentang Kurikulum Nasional Bidang Hukum,
23
24
Ibid, hlm 21
Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm 4
10
program sarjana bidang hukum bertujuan untuk menghasilkan sarjana hukum
yang:25
1) Menguasai hukum indonesia
2) Mampu menganalisis masalah hukum dalam masyarakat
3) Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk memecahkan masalah
kongkret dan tetap berdasarkan prinsip-prinsip hukum
4) Menguasai dasar-dasar ilmiah untuk mengembangkan ilmu hukum dan
hukum
5) Mengenal dan peka akan masalah-masalah keadilan dan masalah-masalah
kemasyarakatan.
Dengan adanya pelajaran etika profesi hukum ini diharapkan lahirlah nantinya
sarjana-sarjana hukum yang profesional dan beretika. Pengembangan profesi
hukum haruslah memiliki keahlian yang berkeilmuan, khususnya dalam bidang
itu. Oleh karena itu setiap profesional harus secara mandiri mampu memenuhi
kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum.
Untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan.26
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk
memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap masyarakat dengan
keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
hukum.27
Dari uraian di atas hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat, sebab
dengan etika inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas
(pengabdian) profesinya dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap
martabat menusia yang pada akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat.
25
Supriadi, SH. Op. Cit.., Hlm 21
Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm. 6
27 Ibid
26
11
2.7 Contoh Kasus
Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim
Dihukum MA.28
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman disiplin kepada 45
hakim se-Indonesia kurun Januari-Maret 2014. Empat di antaranya dihukum
karena lebih memilih main tenis daripada bersidang.
Hal ini seperti dilansir Badan Pengawas MA di websitenya, Jumat (4/4/2014).
Empat di antara 45 nama itu ada 3 hakim dan 1 ketua pengadilan yang diberikan
sanksi kode etik berupa teguran lisan."Menjatuhkan hukuman kepada hakim Strm,
Ketua Pengadilan Agama (PA) Pl berupa hukuman disipin sedang berupa
dimutasikan ke pengadilan lain dengan kelas yang lebih rendah," putus Kepala
Badan Pengawas MA, Sunarto.
Kode etik yang dilanggar yaitu Pasal 12 Kode Etik dan Perilaku Hakim. Yaitu
'Hakim harus berperilaku disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau
kaidah-kaidah yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah
serta kepercayaan masyarakat pencari keadilan'.
"Namun oleh karena pelanggaran yang dilaporkan Terlapor bukan untuk
kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan PTWP (Pertandingan Tenis Warga
Pengadilan) Ketua PA Cup ke IV maka kami berpendapat lebih tepat terlapor
dimutasikan ke pengadilan agama yang kelasnya sama dengan jabatan yang
sama," sambung Sunarto.
Selain menghukum hakim Pl, MA juga menghukum 3 hakim pengadilan
negeri di kabupaten yang sama dengan kasus yang sama yaitu hakim Rml F
Tmbln, AFS Dwtr dan R Ys Hrty. Masuk dalam daftar sanksi tersebut hakim yang
diadili di Majelis Kehormatan Hakim (MKH) kurun waktu Januari-Maret 2014
lalu.
28
http://news.detik.com/read/2014/04/04/152334/2545767/10/pilih-main-tenis-daripada-sidang-ketuapengadilan-dan-3-hakim-dihukum-ma
12
Dalam kasus di atas dapat dilihat bahwa banyak hakim di Indonesia yang
memilih bermain tenis dari pada melakukan sidang, dan itu jelas melanggar etika
yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang hakim yang sedang menangani
kasus.
Juga yang telah dibahas bersama, misal hakim dengan pengacara tidak boleh
saling bertemu atau sekedar minum kopi bersama atau main golf bersama. Di sini
diartikan sebagai hakim menjaga etika, dan apabila hakim melakukan hal-hal
tersebut di sini hakim dianggap melanggar etika. Dalam hal ini hakim di tuntut
untuk menjaga etika karena tidak dipungkiri pertemuan antara pengacara yang
hanya sekedar minum kopi atau bermain golf bisa mempengaruhi keputusan
hakim pada sidang yang ditanganinya.
Ada seorang hakim yang memang benar-benar tidak mau atau menolak
pemberian hadiah meski itu bukan orang yang sedang ditangani kasusnya, atau
menolak hadiah setelah menghadiri acara televisi. Di sini hakim mungkin
dianggap berlebihan dalam menjaga etikanya. Namun menurut saya itu boleh saja,
karena dia bersikap hati-hati dan tetap menjaga, karena pada suatu saat bisa saja
dia menangani kasus seseorang tersebut dan bisa mempengaruhi keputusannya,
juga menjaga image agar orang yang melihat pemberian itu tidak beranggapan
hakim mudah menerima hadiah dari siapapun.
13
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
1. Etika adalah akhlak atau kebiasaan yang menurut manusianya itu sendiri
masih dalam koridor atau jalan yang benar. Atau etika adalah yang muncul
secara alamiah yang timbul dari diri sendiri bukan dibuat-buat sebagai nilai
dari manusia tersebut yang menentukan karakter seperti apa yang ia miliki.
2. Tanggung jawab profesi hukum itu sendiri diartikan dalam menjalankan
tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya:
(3) Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang
termasuk lingkup profesinya.
(4) Bertindak secara profesional, tanpa membedakan perkara bayaran dan
perkara cuma-cuma (prodeo).
Tanggung jawab sebagai kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
3. Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan sebagai pekerjaan dengan
keahlian khusus sebagai mata pencaharian yang karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan. Sedangkan Profesi hukum
sangat bersentuhan langsung denga kepentingan manusia atau orang yang
lazim disebut “klien”. Profesi hukum tersebut adalah segala pekerjaan yang
dikaitkan dengan masalah hukum.
4. Profesi hukum memiliki nilai moral, yang diantaranya
a. Kejujuran
b. Autentik
c. Bertanggung jawab
d. Kemandirian moral
e. Keberanian moral
14
5. Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan kewajibannya, profesional
hukum perlu memiliki:
a. Sikap manusiawi,
b. Sikap adil,
c. Sikap patut,
d. Sikap jujur.
6. Hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat, sebab dengan etika
inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas (pengabdian)
profesinya dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap martabat
menusia yang pada akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin Salam. 2002. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Gandasubrata, Purwoto S. 1998. Renungan Hukum Ikatan Hakim Indonesia
(IKAHI)
Kunarto. 1999. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta: Cipta Manunggal
Lubis, Suhrawardi K. 2012. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Supriadi. 2010. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika
Shidarta. 2006. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka berfikir. Bandung:
Refika Aditama
16
Download