TUGAS KEPERAWATAN KRITIS TENTANG SOP PERAWATAN ENDOTRACHEAL TUBE (ETT) Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Departemen Keperawatan Kritis Dosen Pengampu : Ns. Efris Kartika Sari, S.Kep., M.Kep. Disusun Oleh : AMALIA FEBRIANTI 205070209111018 SAP SEMESTER 2 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021 SOP PERAWATAN ENDOTRACHEAL TUBE (ETT) Definisi - Intubasi Endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa ke dalam trakeal. Perawatan ETT adalah perawatan rutin yang membutuhkan perawatan posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada pasien yang terpasang endo trachealtube maupun trakeostomi tube. Organ-organ yang terlibat dalam tindakan perawatan pasien tersebut antara lain mulut, orofaring dan trachea. Tujuan - Pemasangan ETT ini untuk menjaga jalan nafas tetap bebas, agar memudahkan untuk melakukan pemberian nafas secara mekanik, pasien dalam kondisi tidak sadar mengalami penurunan kemampuan untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka, pasien yang membutuhkan suction secara berkala (Abdallah, 2011). Indikasi - Indikasi utama tindakan intubasi menggunakan ETT adalah untuk menjamin dan mempertahankan patensi jalan nafas, mencegah inhalasi, dan aspirasi saluran cerna, pasien yang membutuhkan suctioning lebih sering, fasilitasi ventilasi dengan tekanan positif pada paru, pasien operasi, airway management pada pasien yang mengalami kesulitan penanganan jalan nafas dengan sungkup (Hikayati, 2014). Kontraindikasi ­ Kontra Indikasi menurut Smeltzer et al (2002) antara lain adalah peningkatan tekanan intra cranial, edema paru dan pemberian peep yang tinggi. Komplikasi - Komplikasi yang dapat terjadi dari tindakan suction endotracheal tube (ETT) adalah hipoksemia atau rendahnya kadar oksigen di dalam darah/hipoksia. Saat pemutusan hubungan antara ETT dan ventilator yang dilakukan berulang kali sehingga menyebabkan hipoksemia, trauma jalan nafas, infeksi nosokomial, dan disritmia jantung (Harianja, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Kitong, 2014) pada pasien yang terpasang ETT dan terdapat lendir, sesudah dilakukan tindakan suction mengalami penurunan saturasi oksigen >5%. Penelitian (Wijaya, 2015) mengungkapkan terjadi perubahan saturasi okigen pada pasien kritis yang dilakukan tindakan suction ETT yaitu terjadi penurunan saturasi oksigen antara 4- 10%. Prosedur A. Persiapan Alat : 1. Suction 2. Kateter penghisap dengan ukuran yang sesuai 3. Kom steril 4. Handuk 5. Perlak karet 6. Sarung tangan 7. Ambu bag dengan penghubung ke sumber oksigen 8. Plester adhesive / tahan air 9. Gunting 10. Hydrogen peroksida 11. Sikat pembersih jalan udara mulut B. Persiapan Pasien 1. Memperkenalkan diri dan memeriksa identitas pasien 2. Mengkaji keluhan pasien 3. Melakukan informed consent 4. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukan tindakan kepada keluarga pasien atau pasien. 5. Atur posisi pasien semi flowler atau telentang. C. Persiapan Lingkungan 1. Jaga privasi pasien 2. Mengatur kenyamanan pasien 3. Memasang sketsel jika diperlukan D. Langkah – Langkah Prosedur 1. Cuci tangan 6 langkah dan kenakan APD 2. Kaji status pernafasan klien termasuk kebutuhan akan penghisapan dan perawatan endotracheal 3. Dekatkan alat ke pasien 4. Bentangkan handuk diatas dada pasien 5. Saat membuka set atau peralatan penghisap, jika membuka alatalat yang dibutuhkan untuk membersihkan pipa endotracheal: a. Atur peralatan penghisap b. Buka dan letakkan alat-alat hygiene oral, termasuk lap, handuk dan baskom c. Tuangkan 50 ml hydrogen peroksida steril ke dalam kom sedang. 6. Lakukan tindakan penghisapan 7. Siapkan selalu kateter penghisap yang steril 8. Minta bantuan perawat lain untuk menahan pipa endotracheal dengan kuat di tempatnya pada garis bibir klien. 9. Lepaskan semua plester sekitar pipa dengan hati-hatti dan cermat, kemudian buang di bengkok. 10. Jika terpasang jalan udara oral lepaskan dan letakkan dalam mangkok yang berisi hydrogen peroksida. 11. Lakukan oral hygiene pada sisi mulut yang tidak terhalang oleh pipa, gerakkan dengan perlahan kemudian bersihkan sisi yang lain 12. Basuh wajah dan area sekitar leher menggunakan waslap bersabun, bilas dengan air basah, dan keringkan menggunakan handuk. 13. Dengan sikat, bersihkan jalan udara oral dan bilas dengan bersih menggunakan air. 14. Buang air yang sudah digunakan. 15. Pasang kembali plester anti air atau plaster adhesive secara tepat dan cermat 16. Pasang kembali jalan udara oral dengan tepat 17. Atur kembali posisi klien 18. Rapikan alat-alat dan mengembalikan pada tepatnya. 19. Cuci tangan 20. Dokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan perawatan E. Evaluasi 1. Bandingkan dan kaji pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan ET tube care. 2. Observasi kedalaman dan posisi ETT sesuai rekomendasi dokter. 3. Pastikan fiksasi sudah kuat sehingga tidak memungkinkan terjadinya perubahan posisi tube. 4. Kaji kulit sekitar mulut dan keutuhan mukosa oral membran dan penekanan area. Referensi : Abdallah, M. (2011). Endotracheal Tubes Cuffs. Departement of Anastetics University of Kwazulu-Natali, 1-24. Harianja, J. V. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Suction Endotracheal Tube Di Ruang Intensive Care Unit. Jurnal Xii Vol 1, 20-25. Hikayati. (2014). Studi Deskriptif: Perawatan Cuff Endotraceal Tube Pada Pasien Terintubasi Di Ruang Rawat Intensif. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Vol 1 No 1. Kitong, B. M. (2014). Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube (Ett) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang Dirawat Di Ruang Icu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT,, Vol 1. Wijaya, R. r. (2015). Perubahan saturasi oksigen pada pasien kritis yang dilakukan tindakan suction endotracheal tube di icu rsud dr. moewardi surakarta. Jurnal STIKes Kusuma Husada Surakarta.