Uploaded by User90214

Makalah Boiler

advertisement
MAKALAH PERPINDAHAN KALOR
BOILER
KELOMPOK 2
PARAREL C
1. Syamsa Bakti Fordini
19031010110
2. Merry Jhoe Stefhanny M
19031010114
3. Galang Ananda P
19031010117
4. Aiman Anas Bobsaid
19031010118
5. Kezia Wulandari
19031010123
DOSEN PENGAMPU:
Ir. Caecilia Pujiastuti, MT
PERPINDAHAN KALOR
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2021
Nama
NPM
Pararel
: Galang Ananda Putra
: 19031010117
:C
TTD
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
danrahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perpindahan Kalor
ini dengan judul “Boiler”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Perpindahan Kalor yang
diberikan pada semester IV. Makalah ini disusun berdasarkan teori dari literatur
dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2021.
Makalah ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa bantuan baik sarana,
prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Caecilia Pujiastuti, MT selaku dosen pengmpu pelajaran
Perpindahan Kalor
2. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukanmasukan dalam makalah ini.
3. Dan kepada literatur, jurnal nasional dan buku sebagai bahan referensi
kelompok kami.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan saran,
dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan makalah ini, dan
penyusun mengharapkan makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.
Surabaya, 17 Februari 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2.
Tujuan ....................................................................................................... 1
I.3.
Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
II.1.
Panas atau Kalor ....................................................................................... 3
II.2.
Mekanisme Pepindahan Kalor .................................................................. 3
II.3.
Boiler ........................................................................................................ 6
II.4.
Komponen-Komponen Pada Boiler ......................................................... 8
II.5.
Klasifikasi Boiler ...................................................................................... 8
II.6
Mekanisme Perpindahan Kalor Pada Boiler........................................... 13
II.7
Uap (Steam) ............................................................................................ 16
II.8
Efisiensi Boiler ....................................................................................... 17
II.9
Keuntungan dan Kerugian Boiler ........................................................... 17
II.10 Aplikasi Boiler Pada Industri ................................................................. 19
BAB III ................................................................................................................. 21
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 21
III.1.
Kesimpulan ......................................................................................... 21
III.2.
Saran ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dewasa ini instalasi tenaga uap sekurang-kurangnya terdiri dari pembangkit uap
atau yang dikenal dengan sebutan ketel uap yang berfundasi sebagai sarana untuk
mengubah air menjadi uap bertekanan. Ketel uap dalam bahasa inggris disebut
dengan nama boiler berasal dari kata boil yang berarti mendidihkan atau
menguapkan, sehingga boiler dapat diartikan sebagai alat pembentukan uap yang
mampu mengkonversi energi kimia dari bahan bakar padat (padat cair dan gas) yang
menjadi energi panas. Uap atau steam diperoleh dengan memanaskan bejana yang
berisi air dengan bahan bakar. Pada umumnya boiler memakai bahan bakar cair
(residu, solar), padat (batu bara), atau gas. Air di dalam boiler dipanaskan oleh
panas dari hasil pembakaran bahan bakar (sumber panas lainnya) sehingga terjadi
perpindahan panas dari sumber panas tersebut ke air yang mengakibatkan air
tersebut menjadi panas atau berubah wujud menjadi uap.
Uap yang disirkulasikan dari boiler digunakan untuk berbagai proses dalam
aplikasi industri, seperti untuk penggerak, pemanas, dan lain-lain. Pengoperasian
Boiler harus sesuai dengan standar operasi yang telah ditentukan oleh pengguna
boiler maupun standar pabrikan pembuat boiler itu sendiri. Standar yang dibuat
akan menjamin keamanan dan kehandalan operasi boiler pada saat dioperasikan,
sehingga akan meningkatkan efisiensi sekaligus menekan biaya operasional.
Pemeliharaan boiler juga harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
oleh perusahaan pengguna, yang meliputi pemeliharaan harian, mingguan, bulanan
sampai dengan tahunan (Mayor Overhaul). Perawatan yang baik pada boiler dapat
menjamin umur teknis dan umur ekonomis yang relatif panjang.
I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai defenisi panas atau kalor
2. Untuk mengetahui mekanisme perpindahan panas pada alat Boiler
3. Untuk mengetahui aplikasi atau pemanfaatan alat Boiler pada dunia industri
1
I.3. Manfaat
1. Agar dapat mengetahui definisi terkait panas atau kalor
2. Agar dapat memahami mengenai mengenai komponen-komponen pada
alat Boiler
3. Agar dapat mengetahui klasifikasi pada alat Boiler
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Panas atau Kalor
Panas atau kalor didefinisikan sebagai energi yang berpindah dari zat yang
bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu rendah. Satu kalori menyatakan banyaknya
kalor yang diperlukan untuk memanaskan satu kg air sehingga suhunya naik sebesar
1 derajat. Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari
suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, kalor dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu
suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses
terjadinya perpindahan kalor dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang
panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah
dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah (Wahyu, 2016).
II.2. Mekanisme Pepindahan Kalor
Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpindahnya suatu
energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur
pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang
diketahui, yaitu
1. Konduksi
Gambar II.1 Perpindahan panas konduski dari udara hangat ke kaleng
minuman dingin melalui dinding aluminum kaleng
3
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur
rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium
yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran
energi dan momentum. Laju perpindahan kalornya dinyatakan sebagai:
𝑑𝑇
𝑞 = −𝑘 𝐴 𝑑𝑋 .........................................................(1)
Dimana:
q
𝑑𝑇
𝑑𝑋
: laju perpindahan kalor (W)
: gradien suhu perpindahan kalor
k
: konduktifitas thermal bahan (W/m.K)
A
: luas bidang perpindahan kalor (m2)
2. Konveksi
Gambar II.2. Perpindahan panas dari plat panas
Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan
berdekatan dengan fluida yang bergerak atau mengalir dan itu melibatkan pengaruh
konduksi dan aliran fluida. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kecepatan fluida
yang mengalir di permukan plat panas mempengaruhi temperatur disekitar
permukaan plat tersebut. Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas
konveksi diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan
konveksi paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya
perbedaan kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan. panasnya disebut
sebagai konveksi bebas (free atau natural convection). Bila gerakan fluida
4
disebabkan oleh gaya pemaksa atau eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau
kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka
perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced convection). Laju
perpindahan kalor secara konveksi dapat dinyatakan sebagai:
q= h A (Ts -T∞) .....................................................(2)
Dimana:
h
: koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 .K)
A
: luas penampang (m2)
Ts
: temperatur plat (K)
T∞
: temperatur fluida yang mengalir dekat permukaan (K)
3. Radiasi
Gambar II.3. Perpindahan panas secara radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.
Radiasi merupakan perpindahan energi karena emisi gelombang 5lectromagnet
(atau photons). Holman menjabarkan laju perpindahan kalor secara radiasi dapat
dinyatakan sebagai:
Q= ε A σ (Ts4 – Tsur 4).............................................(3)
Dimana:
ε
: emisivitas (sifat radiasi pada permukaan)
A
: luas permukaan (m2)
σ
: konstanta Stefan-Boltzman (5,67, 108 W/m2 .K4 )
5
Ts
: temperatur absolute permukaan (K)
Tsur
: temperatur sekitar (K)
(Saleh, 2015)
II.3. Boiler
Gamabr II.4 Alat Boiler
Boiler merupakan mesin kalor (thermal engineering) yang mentransfer energienergi kimia atau energi otomis menjadi kerja (usaha). Boiler atau ketel uap adalah
suatu alat berbentuk bejana tertutup yang digunakan untuk menghasilkan uap. Uap
diperoleh dengan memanaskan bejana yang berisi air dengan bahan bakar. Boiler
mengubah energi-energi kimia menjadi bentuk energi yang lain untuk
menghasilkan kerja. Boiler dirancang untuk melakukan atau memindahkan kalor
dari suatu sumber pembakaran, yang biasanya berupa pembakaran bahan bakar.
Boiler berfungsi sebagai pesawat konversi energi yang mengkonversikan energi
kimia (potensial) dari bahan bakar menjadi energi panas (Nurhasanah, 2017). Boiler
merupakan suatu pembangkit uap yaitu yang terdiri dari kombinasi komplek berupa
economizer, ketel, pemanas lanjut, pemanas ulang, dan pemanas udara awal.
Sebagai tambahan sistem ini, khususnya yang dengan bahan bakar batubara,
mempunyai berbagai perlengkapan seperti ruang bakar, pulverizer, pembakar, fan,
perlengkapan pengendali emisi, cerobong, dan peralatan penanganan abu.
Ketel adalah bagian dari pembangkit uap dimana air jenuh diubah mejadi uap
jenuh, walaupun mungkin sulit memisahkannya dengan ekonomiser. Pada beberapa
literatur, istilah ketel uap (boiler) kadang-kadang digunakan untuk mengartikan
6
pembangkit uap (Nasikin, 2016). Uap yang di hasilkan oleh boiler di gunakan
sebagai:
1. Penggerak pesawat uap (sistem engine) yang disebut turbin.
2. Pemanasan .
3. Rebusan (Sterilizer).
4. Pengadukan (Digester).
5. Tangki-tangkiminyak yang ada di pabrik.
6. Kernel storage.
7. Serta tenaga listrik dalam pabrik
Energi kalor yang dibangkitkan dalam system boiler memiliki nilai tekanan,
temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan
digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan
tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi (high
pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari sistem
boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau membangkitkan
energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik kemudian
memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers). Namun,
ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan
tekanan temperatur tinggi untuk membangkitkan energy listrik, kemudian sisa
steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan
ke dalam proses industri (Parinduri, 2019).
Syarat-syarat boiler yang ideal, yaitu:
1. Dapat menghasilkan jumlah uap yang maksimum dengan jumlah bahan
bakar yang minimum.
2. Kapasitas uap dan tekanan kerja harus konstan.
3. Perangkat pembakaran mampu membakar unsur-unsur bahan bakar
secara sempurna sehingga di dapat hasil yang optimal.
4. Sirkulasi air harus baik agar diperoleh suhu yang merata pada seluruh
bagian ketel, maka penyerapan kalor oleh air lebih efektif.
7
5. Konstruksi ketel sederhana, sehingga biaya pembuatan, operasi dan
perawatan lebih ekonomis dan hemat tempat.
6. Alat-alat perlengkapan ketel harus berfungsi dengan baik sehingga ketel
dapat beroperasi dengan baik dan aman.
II.4. Komponen-Komponen Pada Boiler
Sistem ketel uap ini terdiri dari beberapa bagian yaitu, sistem air bahan bakar,
sistem uap panas dan sistem feed water. Sistem bahan bakar merupakan seluruh
sistem keperluan untuk memanaskan sebuah ketel uap sedangkan peralatan bahan
bakar tergantung pada jenis bahan bakar tersebut. Sistem feed water (air umpan)
merupakan sistem boiler yang menyuplai segala keperluar air kedalam drum boiler.
Sistem uap panas / steam merupakan system yang menampung kebutuhan steam
dan mengontrolnya sesui kebutuhan produksi, serta mengatur tekanan steam sesuai
keperluan produksi. Boiler pada dasarnya terdiri dari drum yang tertutup ujung dan
pangkalnya dan dalam perkembangannya dilengkapi dengan pipa api maupun pipa
air. Boiler terdiri dari 2 komponen utama, yaitu :
1. Furnace (ruang bakar) sebagai alat untuk mengubah energi kimia menjadi
energi panas.
2. Steam Drum yang mengubah energi pembakaran (energi panas) menjadi
energi potensial steam (energi panas).
II.5. Klasifikasi Boiler
A. Klasifikasi berdasarkan fluida yang mengalir didalam pipa
1. Fire tube boiler (ketel pipa api)
Boiler pipa api merupakan pengembangan dari ketel lorong api dengan
menambah pemasangan pipa –pipa api, dimana gas panas hasil pembakaran
dariruang bakar mengalir didalamnya, sehingga akan memanasi dan
menguapkan air yang berada di sekeliling pipa –pipa api tersebut. Pipa - pipa
api berada atau terendam didalam air yang akan diuapkan. Volume air kira –
kira ¾ dari tangki ketel. Jumlah pass dari boiler tergantung dari jumlah laluan
vertikal dari pembakaran diantara furnace dan pipa –pipa api. Laluan gas
8
pembakaran pada furnace dihitung sebagai pass pertama boiler jenis ini banyak
dipakai untuk industri pengolahan mulai skala kecil sampai skala menengah.

Keuntungan boiler pipa api, yaitu:
1. Tidak membutuhkan air isian boiler dengan kualitas yang tinggi.
2. Konstruksi sederhana sehingga perawatan lebih mudah.
3. Endapan lumpur lebih mudah dibersihkan.

Kelemahan boiler pipa api, yaitu:
1. Pemanasan awal membutuhkan waktu lama.
2. Tekanan uap yang dihasilkan rendah.
3. Kapasitas uap yang dihasilkan kecil.
2. Water tube boiler (ketel pipa air)
Pada Ketel pipa air, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran
membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan
steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus ketel untuk
pembangkit tenaga listrik.Untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar
padat, tidak umum dirancang secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai
berikut:
1. Force, induce dan balance draft membantu untuk meningkatkan
efisiensi.
2. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari pengolahan
air.
3. Memungkinkan untuk tingkat effisiensi panas yang lebih tinggi.
 Keuntungan boiler pipa air, yaitu:
1. Sanggup bekerja dengan tekanan tinggi.
2. Berat boiler yang relatif ringan.
3. Kapasitas yang besar.
4. Dapat dioperasikan dengan cepat, jadi dalam waktu yang singkat telah
dapat memproduksi uap.
 Kelemahan dari boiler pipa air, yaitu:
9
1. Kontruksi boiler sudah tidak sederhana lagi, sehingga perawatan lebih
sulit dilakukan.
2.
Menuntut air isian harus selalu bersih, agar tidak tejadi pembentukan
batu ketel.
3.
Perencanaan lebih sulit sehingga harganya mahal.
(a)
(b)
Gambar II.5. (a) Boiler Babcock & Wilcox, (b) Boiler Benson
B. Klasifikasi berdasarkan pemakaiannya
1. Ketel Stasioner (Stasionary boiler) atau Ketel Tetap
Merupakan ketel-ketel yang didudukan di atas fundasi yang tetap, seperti
ketel untuk pembangkit tenaga, untuk industri dan lain-lain sebagainya.
Contohnya: steam power plant dan penghasil uap untuk proses pemanasan
atau pemisahan di pabrik kelapa sawit dan pabrik gula.
Gambar II.6. Stationary Boiler
10
2. Ketel Mobile (Mobile Boiler
Merupakan ketel yang dipasang fundasi yang berpindah-pindah (mobil),
seperti boiler lokomotif, lokomobil, dan ketel panjang serta lain yang
sebagainya termasuk ketel kapal (marine Boiler).
Gambar II.7. Mobile Boiler
C. Klasifikasi berdasarkan letak dapur (Furnace positition)
1.
Ketel dengan pembakaran didalam (internally fired steam boiler), dalam
hal ini dapur berada (pembakaran terjadi) di bagian dalam ketel.
Kebanyakan ketel pipa api memakai sistem ini.
2. Ketel dengan pembakaran diluar (ourtenally fired steam boiler), dalam hal
ini dapur berada (pembakaran terjadi dibagian luar ketel), kebanyakan
ketel pipa air memakai sistem ini.
(a)
(b)
Gambar II.8. (a) internally fired steam boiler, (b) ourtenally fired steam
boiler
11
D. Klasifikasi berdaarkan jumlah lorong (Boiler tube)
1. Ketel dengan lorong tunggal (Single tube steam boiler).
Pada single tube steam boiler, hanya terdapat satu lorong saja, apakah itu
lorong api atau saluran air saja. Cornis boiler adalah single fire tube boiler dan
simple vertical boiler adalah single water tube boiler.
Gambar II.9. Cornish Boiler
E. Ketel dengan lorong ganda (Multi tubuler steam boiler)
Multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan Multi water tube boiler
misalnya ketel B & W dan lain – lain.
Gambar II.10. Multi tubuler steam boiler
12
F. Klasifikasi berdasarkan sistem peredaran air ketel (water circulation)
(a)
(b)
Gambar II.11. (a) natural circulation steam boiler, (b) forced circulation steam
boiler
1. Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler).
Pada natural circulation boiler, peredaran air didalam ketel terjadi secara
alami, yaitu air yang ringan naik sedang yang berat turun, sehingga terjadilah
aliran conveksi alami. Umumnya ketel beroperasi secara aliran alami, seperti
ketel lancarshire, Babcock & Wilcox dan lain – lain.
2. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler)
Pada ketel dengan aliran paksa (Forced circulation steam boiler), aliran
paksa diperoleh dari sebuah pompa centrifugal yang digerakkan dengan electric
motor. misalnya sistem aliran paksa dipakai pada ketel – ketel yang bertekanan
tinggi seperti La – Mont boiler, Benson Boiler, Loeffer Boiler dan Velcan Boiler
(Muzaki,2019).
II.6
Mekanisme Perpindahan Kalor Pada Boiler
Perpindahan panas atau kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses
berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya
perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Pehitungan laju perpindahan panas
membutuhkan perhitungan total pada area permukaan yang terkena panas. Oleh
karena itu, dibutuhkan beberapa data, seperti data temperatur.
13
1. Perpindahan panas secara konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang
disebabkan perbedaan temperatur dan bergantung pada aktivitas level atom atau
molekuler. Konduksi digambarkan sebagai perpindahan panas yang terjadi dari
partikel yang berenergi lebih tinggi ke partikel yang berenergi lebih rendah dari
suatu media sebagai akibat dari interaksi antar partikel tersebut. Untuk menghitung
laju perpindahan diperlukan persamaan yang sesuai dengan mode dari perpindahan
panas tersebut. Persamaan laju perpindahan panas konduksi satu dimensi pada
dinding datar dikenal dengan persamaan (hukum) Fourier’s Law, yaitu:
𝑑𝑇
𝑞𝑥 = −𝑘 𝐴 𝑑𝑋 .........................................................(4)
Dimana,
qx
: laju perpindahan panas ke arah sumbu x positif
k
: konduktivitas panas adalah karakteristik individu material dinding
A
: luasan penampang yang tegak lurus dengan arah perpindahan panas (m2)
𝑑𝑇
𝑑𝑋
: gradient temperatur
Tanda minus adalah konsekuensi bahwa panas berpindah dari lokasi yang
bertemperatur tinggi ke yang lebih rendah.
2. Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindaan panas yang terjadi
antara permukaan zat dengan fluida yang bergerak dan keduanya mempuyai
perbedaan temperatur. Selain itu, perpindahan panas secara konveksi dikategorikan
berdasarkan terjadinya aliran fluida. Jika aliran fluida disebabkan oleh faktor
eksternal; seperti pompa dan fan atau blower; maka disebut konveksi paksa, dan
jika aliran fluida dihasilkan oleh tarikan gaya buoyancy yang dihasilkan oleh
adanya variasi massa jenis fluida maka disebut konveksi bebas. Laju perpindahan
panas konveksi secara didapat dengan menggunakan (hukum) newton’s law of
cooling, yaitu:
q = h A (Ts-T).......................................................(5)
Dimana,
q
: laju perpindahan panas konveksi, (Watt)
14
𝑊
h
: koefisien perpindahan panas konveksi, (𝑚2/𝑘 )
A
: luasan penampang yang tegak lurus dengan arah perpindahan panas (m2)
Ts
: temperatur permukaan padat, (K)
T
: temperatur rata-rata fluida, (K)
3. Perpindahan Panas Akibat Aliran Fluida
Di Dalam Pipa Perpindahan panas akibat aliran fluda yang terjadi di dalam
pipa merupakan aliran internal dimana boundary layer tidak memungkinkan untuk
berkembang dikarenakan dibatasi oleh surface. Untuk menghitung nilai koefisien
perpindahan panas secara konveksi didalam tube sama dengan menghitung nilai
koefisien perpindahan panas secara konveksi didalam tube, dengan persamaan
sebagai berikut,
ℎ𝑖 =
𝑁𝑢𝐷 𝑥 𝑘
𝐷
......................................................(5)
Dimana,
𝑊
hi
: koefisien konveksi di luar tube (𝑚2/𝑘 )
NuD
: nusselt number
k
: konduktifitas thermal (𝑚/𝑘 )
D
: diameter luar tube (m)
𝑊
Pada aliran internal ini terdapat 2 jenis aliran, yaitu:
 Aliran laminar Aliran ini terjadi jika nilai dari ReD < 2300. Perpindahan
panas pada aliran ini dapat ditinjau dari heat flux permukaan konstan dan
temperatur permukaan konstan. Pada saat aliran internal pada tube dengan
karakterstik uniform surface, heat flux, dan laminar fully develop
conditions; nusselt number konstan dan tidak bergantung pada ReD, Pr,
dan axial location
 Aliran turbulen Aliran ini terjadi jika nilai ReD ≥ 2300. Di dalam aliran
ini untuk menghitung nusselt number dapat dicari dengan menggunakan
persamaan dittus-boelter. Dengan pengaruh jenis perpindahan panas
menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan (cooling atau heating).
15
4. Perpindahan Panas Akibat Aliran Fluida Di Luar Pipa
Perpindahan panas akibat aliran fluda yang terjadi di luar pipa dari shell and
tube heat exchanger dianalisa berdasarkan analisa perpindahan panas secara
konveksi yang melewati susunan tube pada shell and tube heat exchanger.
Besarnya koefisien perpindahan panas secara konveksi sangat dipengaruhi oleh
tingkat turbulensi aliran dan jumlah baris pada 14 tiap tube. Tingkat turbulensi pada
aliran dapat ditingkatkan dengan mengatur susunan-susunan tube. Ada dua jenis
susunan tube yaitu susunan aligned dan staggered (Fauziyah, 2015).
II.7 Uap (Steam)
Uap atau steam merupakan gas yang dihasilkan dari proses yang disebut
penguapan. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan steam adalah air
bersih. Air dari water treatment yang telah diproses dialirkan menggunakan pompa
ke tangki deaerator hingga pada level yang telah ditentukan. Pemanasan dalam
deaerator adalah dengan menggunakan steam sisa yang berasal dari hasil pemutar
turbin. Dengan meningkatnya suhu dan air telah mendekati kondisi didihnya,
beberapa molekul mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk mencapai
kecepatan yang membuat sewaktu-waktu lepas dari cairan ke ruang diatas
permukaan, sebelum jatuh kembali ke cairan. Pemanasan lebih lanjut menyebabkan
eksitasi lebih besar dan sejumlah molekul dengan energi cukup untuk
meninggalkan cairan jadi meningkat. Dengan mempertimbangkan struktur molekul
cairan dan uap, dapat diambil kesimpulan bahwa densitas steam lebih kecil dari air,
sebab molekul steam terpisah jauh satu dangan yang lain. Ruang yang secara tibatiba terjadi diatas permukaan air menjadi terisi dengan molekul steam yang padat.
Dalam hal ini perebusan air dalam boiler adalah air yang melalui deaerator yang
telah melalui pemanasan didalamnya yang dialirkan ke drum boiler (penampung
steam) dan kemudian disuplai kedalam boiler untuk dipanaskan lebih lanjut
sehingga menjadi steam basah. Suhu didalam boiler ini adalah sekitar 400 oC - 459
o
C. Setelah proses yang tejadi di dalam boiler ini, aliran steam dilanjutkan ke
superheater untuk menjadikan uap kering, suhu steam saat itu sekitar 520 oC – 600
o
C dan siap disalurkan untuk memutar turbin. Jika jumlah molekul yang
16
meninggalkan permukaan cairan lebih besar dari yang masuk kembali, maka air
akan menguap dengan bebas. Pada keadaan ini air telah mencapai titik didihnya
atau suhu jenuhnya, yang dijenuhkan oleh energi panas. Jika tekananya tetap
penambahan lebih banyak panas tidak mengakibatkan kenaikan suhu lebih lanjut
namun menyebabkan air akan membentuk steam jenuh. Pada tekanan atmosfer suhu
jenuh air adalah 100 oC, tetapi jika tekananya bertambah maka akan ada
penambahan lebih banyak panas dan peningkatan suhu tanpa perubahan fase. Oleh
karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan meningkatkan entalpi air dan suhu
jenuhnya (Putri, 2016).
II.8 Efisiensi Boiler
Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk
yang digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan.
Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler:
a. Metode
Langsung:
energi
yang
didapat
dari
fluida
kerja
(air
dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan
bakar boiler.
b. Metode Tidak Langsung: efisiensi merupakan perbedaan antara kehilangan dan
energi yang masuk.
(Prayudi, 2006)
II.9 Keuntungan dan Kerugian Boiler
A. Keuntungan
1. Konfigurasi yang dibuat, memberikan luas permukaan yang besar
dengan bentuk atau volume yang kecil.
2.
Mempunyai perancangan mekanik dan bentuk yang baik sehingga
dapat digunakan untuk operasi bertekanan tinggi.
3. Dapat dibuat dengan menggunakan berbagai jenis material, disesuaikan
dengan temperatur dan tekanan operasinya.
4. Proses perawatannya mudah.
17
5. Metode perancangan sangat terstruktur dan menggunakan teknik
pabrikasi yang canggih.
6. Pemakaian ruangan relatif kecil karena konstruksinya yang sederhana.
7. Untuk mengoperasikannya tidak rumit dan sangat mudah dipelajari.
8. Konstruksinya yang cukup baik sangat membantu sekali salah satunya
dalam hal pengangkutan.
B. Kerugian
1. Kemampuan untuk dibersihkan (cleanabiity)
Jika dibandingkan cara membersihkannya, sisi shell lebih sulit untuk
dibersihkan dibandingkan dengan sisi tube. Oleh karena itu, fluida yang
bersih pada umumnya dialirkan di dalam shell dan fluida yang kotor
dialirkan di dalam tube.
2. Korosi
Fluida yang bersifat korosif sebaiknya dialirkan di dalam tube, dengan
pertimbangan terutama dalam segi harga. Menyediakan pipa tahan karat
tentunya akan lebih murah bila dibandingkan dengan menyediakan tube dan
shell tahan karat. Apabila fluida korosif dialirkan di dalam shell maka fluida
tersebut akan membuat korosi tidak hanya pada bagian shell, tetapi juga
pada bagian permukaan luar tube.
3. Tekanan operasi
Fluida yang bertekanan tinggi sebaiknya dialirkan di dalam tube karena
apabila fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam shell akan menyebabkan
diperlukannya shell dengan diameter yang lebih besar dan dinding yang
tebal. Hal ini akan menyebabkan biayanya menjadi lebih mahal.
4. Temperatur
Fluida yang bersuhu tinggi sebaiknya dialirkan di dalam tube karena
akan menurunkan tegangan termal yang diperbolehkan pada material
reboiler. Hal ini akan berpengaruh pada hal yang sama seperti fluida yang
bertekanan tinggi yang apabila dialirkan di dalam shell akan memerlukan
dinding yang tebal. Selain itu faktor keamanan pekerja juga harus
diperhatikan, diperlukan penambahan isolasi peralatan apabila fluida panas
18
dialirkan di dalam shell dan ini akan menyebabkan biaya pembuatannya
menjadi lebih mahal
5. Jumlah aliran fluida
Suatu reboiler dapat dikatakan baik apabila diperoleh aliran fluida yang
kecil. Aliran fluida yang kecil sebaiknya dialirkan di dalam shell, akan tetapi
hal ini akan mempengaruhi jumlah laluan aliran dan konsekuensinya
kerugian dan penurunan tekanannya akan lebih besar (Hadid, 2017)
II.10 Aplikasi Boiler Pada Industri
1. Pada Industri Tahu
Menurut sudarman pada tahun 2015, banyak industri tahu yang masih
menggunakan proses pembuatan secara tradisional, yaitu perebusan secara
langsung dengan bahan bakar kayu. Kelemahan cara ini adalah dapur banyak
mengeluarkan asap yang dapat berpengaruh pada rasa tahu (menjadi sangit).
Selain itu proses memerlukan waktu lama, dimana setiap proses selalu dimulai
dari awal sehingga tidak efisien. Untuk mengatasi kelemahan perebusan secara
langsung di atas dapat dilakukan dengan penerapan ketel uap dimana perebusan
dilakukan secara tidak langsung. Kelebihan perebusan dengan ketel uap adalah
tahu akan bebas dari bau sangit karena asap proses pembakaran. Hal ini
disebabkan tungku atau dapur pembakaran ketel uap dapat diletakkan secara
terpisah yang jauh dari adonan tahu. Selain itu alat ini lebih higienis, proses
pemanasan juga lebih cepat, dan menurut penuturan perajin, rasanya lebih enak.
2. Pada Industri Batu Bata
Boiler merupakan alat industri yang digunakan untuk mendidihkan zat cair
(air) dan mengubahnya menjadi uap. Uap yang dihasilkan tersebut bukan
sekadar hawa panas seperti yang dihasilkan ceret ketika mendidihkan air panas,
melainkan tenaga panas yang bertemperatur dan bertekanan tinggi. Pabrik batu
bata juga bisa menggunakan uap panas dalam skala besar untuk proses
produksinya. Adapun caranya adalah dengan mencampurkan bahan-bahan
dasar seperti pasir, air, dan kapur.
19
3. Penggerak Generator Pada Bidang Industri
Kegunaan boiler lainnya adalah untuk penggerak generator, yang
memanfaatkan energi kalor atau panas untuk menyuplai daya yang dibutuhkan
oleh industri untuk proses produksinya. Penggunaannya juga dinilai lebih hemat
energi dan efisien, karena tidak perlu menggunakan listrik yang tentunya lebih
mahal. Oleh karena itu, kegunaan boiler untuk menghemat daya bisa Anda
pertimbangkan.
(Sudarman, 2015)
20
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai perpindahan panas pada Boiler, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Panas atau kalor didefinisikan sebagai energi yang berpindah dari zat yang
bersuhu tinggi ke zat yang bersuhu rendah. Kalor merupakan salah satu
bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain,
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu
proses, kalor dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan
atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
2. Mekanisme perpindahan kalor pada boiler ada 4 yaitu secara konduksi,
konveksi, aliran fluida di dalam pipa dan aliran fluida di luar pipa
3. Aplikasi atau penerapan Boiler dalam dunia industri sangat banyak,
diantaranya yaitu pembuatan tahu, industri batu bata, dan penggerak
generator pada Industri
III.2. Saran
1. Dengan diketahui konsep mengenai perpindahan panas dalam makalah ini
agar dapat bermanfaat di kehidupan sehari hari
2. Adanya alat perpindahan panas boiler agar dapat memberi informasi yang
dapat dimanfaatkan di bidang industri
21
DAFTAR PUSTAKA
Fauziyyah, 2015, “Analisi Perpindahan Panas Pada Kondensor Unit IV PLTU di
PT.PJB UP Gresik”, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh
November
Hadid 2017, 'Analisis reboiler Tipe Shell And Tube Untuk Sistem Destilasi
Bioetanol Yang Terintegrasi Dengan Turbin Gas Mikro Bioenergi Proto X2', Jurnal Teknik Mesin, Vol.1, No. 1, hh 43-44,49-50
Muzaki, I, Mursadin, A 2019, ’Analisis Efisiensi Boiler Dengan Metode InputOutput Di Pt. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Banjarmasin’, Sjme
Kinematika, Vol. 4, No. 1, hh. 37-46
Nasikin, R 2016, ‘Analisa Pengaruh Nilai Kalor Bahan Bakar Fibre Dan Cangkang
Terhadap Efisiensi Boiler Pipa Air’, Jurnal Teknik Mesin Ubl, Vol.3, No. 2,
hh. 27-30.
Nurhasanah, R 2017, ’Perancangan Boiler Dengan Memanfaatkan Sampah Kering
Untuk Bahan Bakar PLTU Mini 3 Kw STT-PLN’, Jurnal Power Plant, Vol.
5, No. 1, hh. 1-10.
Parinduri, L, Arfah, M 2019,’ Pendekatan Energi Dalam Pengelolaan Limbah
Pabrik Kelapa Sawit Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Adolina’, Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No. 2, hh. 85-92.
Putri, 2016, “Boiler”, Fakultas Teknik Industri, Universitas Pembangunan Negeri
“Veteran” Yogyakarta
Prayudi, T, 2006, ‘Perhitungan Efisiensi Boiler Pada Industri Tepung Terigu’,
Jurnal Teknik Lingkungan, hal 56-58
Saleh, A., 2015, Perpindahan Kalor, Universitas Diponogoro, Semarang
Sudarman, 2015, ‘Penerapan Ketel Uap (Steam Boiler) Pada Industri Pengolahan
Tahu Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan Kualitas Produk’, Jurnal Sains
Dan Teknologi, Vol. 13, No.1, hal 72
Wahyu, N. A., 2016, 'Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Discovery Learning Untuk Meningkatakan Life Skill Siswa Sma Pada
Pokok Bahasan Suhu Dan Kalor Metabolisme Protein,Nuraini', Jurnal
UNNES, Vol.1, No.1, Hh. 2.
Download