Uploaded by indritiaradeka

PROMOSI KESEHATAN

advertisement
HAND OUT
MODEL DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Indah Damai Yanti
(P00340219015)
Indri Tiara Deka
(P00340219017)
Intan Ruvakho Jano Ade
(P00340219018)
Jenny Nopriyanti
(P00340219019)
Julia Tamara
(P00340219020)
Kastena Maryana
(P00340219021)
Lesi Alundari
(P00340219022)
Dosen Pembimbing : Indah Fitri Andini ,SST, M.Keb
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D III KEBIDANAN CURUP
T.A 2020/2021
1
HAND OUT
Mata Kuliah
: Kebidanan Komunitas
Semester
: IV (Empat )
Topic
: Model Dan Prinsip Promosi Kesehatan
Waktu
: 90 Menit
Dosen
: Indah Fitri Andini, SST, M.Keb
OPS (Objektif Perilaku Siswa)
1. Mampu menjelaskan tentang Model dan Prinsip Promosi Kesehatan
2
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan
setiap
orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan
termasuk
kehamilan
dan
persalinan.
Salah
satu tujuan
nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi
kebutuhan
dasar
manusia,
yaitu
pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan
yang
optimal berada
di
tangan
seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha
pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan
pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga
bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis.
URAIAN MATERI
A. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011).
Sedangkan WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan
merupakan “the process of enabling individuals and communities to increase
3
control over the determinants of health and thereby improve their health”
(proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan
dalam
mengendalikan
faktor-faktor
yang mempengaruhi
kesehatan, dengan demikian meningkatkan derajat kesehatan).
Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang
sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
B. Model Promosi Kesehatan
a. Model keyakinan kesehatan (Healty Belif Model)
Model
Keyakinan
Kesehatan
(Health
Belif
Model-HBM)
dikembangkan sejak 1950 olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam
pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan untuk
menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam
program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering
dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang
dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu,
model keyakinan kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi
prioritas
beberapa
faktor
penting
yang
berdampak
terhadap
pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak
menentu (Rosenstock, 1990).
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian
terhadap isu keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu
tersebut merupakan kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam
memahami alasan individu melakukan atau tidak melakukan tindakan
kesehatan, berkaitan dengan berbagai hubungan variasi yang lebih
luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari Model
4
Keyakinan Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan
respns terhadap gejala atau diagnosis penyakit.
Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang
digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan.
Menurut Model Keyakinan Kesehatan, tindakan pencegahan yang
mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung dari hasil
dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang
dirasakan setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.
Acaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of
injury or illness) mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa
penyakit atau rasa sakt benar-benar mengancan dirinya. Jika ancaman
meningkat, maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian
tentang ancaman berdasar pada kerentanan (perceived vurnerabilitiy)
dan derajat keparahan (perceived severity) yang dirasakan. Induidu
mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai
dengan kondisi. Individu mengevaluasi keseriusan penyakit jika
penyakit tersebut muncul akibat ulah dirinya sendiri atau penyakit
sengaja tidak ditanagani.
Pertimbanagan
antara
keuntungan
dan
kerugian
perilaku
memengaruhi seseorang untuk memutuskan melakukan melakukan
tindakan pencegahan atau tidak. Petunjuk berperilaku yang disebut
sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position)
diduga tepat memulai proses perperilaku. Hal ini berupa berbagai
informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan
(misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, pengalaman
penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman.
Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi
oleh berbagai variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin,
latar belakang budaya), variabel sosiopsikologis (kepribadaian, kelas,
sosial, tekanan sosial),dan variabel struktrual (pengetahuan dan
5
pengalaman sebelumnya). Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan
memandang penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang
sudah memiliki pengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda
dibandingkan orang yang tidak memiliki pengalaman ini.
b. Transteoritical Model (TTM)
Model tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk
menilai kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat
yang baru dan memberikan strategi atau proses perubahan untuk
memandu setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak
dalam pemeliharaan kesehatan.
Sejarah dan inti Konstruksi Model
James O.Prochasta, dkk.(1977) mengembangkan TTM berdasarkan
analisis teori yang berbeda dari psikoterapi. Mode ini terdiri atas 4
fariabel, yaitu prasyarat untuk terapi, proses perubahan, isi harus
diubah dan hubungan terapeutik. Model ini disempurnakan oleh
prochasta berdasarkan penelitan yang mereka publikasikan dalam peer
review jurnal dan bukunya terdiri atas 5 konstruksi yaitu tahapan
prubahan,
proses-proses
perubahan,
keseimbangan
putusan,
keberhasilan diri, dan godaan atau percobaan.
Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan
kemajuan melalui enam tahap:
a. Prekontemplasi yaitu orang tidak berniat mengambil tidakan
dimasa mendatang (biasanya diukur selama enam bulan
betikutnya).
b. Kontemplasi yaitu orang berniat untuk berubah dalam enam
bulan mendatang
c. Persiapan yaitu orang yang berniat mengambil tindakan
dalam waktu dekat, biasanya diukur sebagai bulan berkutnya.
6
d. Aksi yaitu oang telah membuat modifikasi terbuka tertentu
dalam gaya hidup mereka dalam enam bulan terakhir.
e. Pemeliharaan yaitu orang berupaya mencegah terkambuhan,
tahap yang diperkirakan terakhir dari enam bulan sampai
sekitar lima tahun.
f. Pemutusan yaitu individu tidak memiliki godaan dan
memiliki keberhasilan diri100%, dimana mereka yakin tidak
akan kembali pada kebiasaan lama yang tidak sehat mereka
sebagai cara untuk mengatasi.
Proses perubahan
Proses perubahan adalah kegiatan rahasia dan terbuka yang
digunakan orang untuk maju melalui beberapa tahap:
1. Proses kesadaran dan efaluasi lingkungan kembali, diantara
prekontemplasi dan kotemplas.
2. Efaluasi diri kembali, diantara kontemplasi dan persiapan.
3. Pembebasan diri, diantara persiapan dan tindakan, sangat
ditekankan.
4. Antara tindakan dan pemeliharaan, kontingensi manajemen
membantu hubungan counter conditoning dan kontrol
stimulus ditekankan
c. Teori Sebab Akibat
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil
yang saling berhubungan secara umum teori merupakan analisis
hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta. Pada teori sebab akibat, apa yang dialami manusia
pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat mampu
7
mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap
akibat.
Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu
secara umum sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas).
Kautalitas terkait erat dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1.
Prinsip pertama : perinsip kausalitas mengasiscayakan
setiap kondisi (akibat) pasti mempunyai sebab.
2.
Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin
terpisah dari sebab ; jika ada sebab maka ada akibat dan
begitu sebaliknya.
3.
Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan akibat
yang menganiscayakan setiap himpunan secara esensial
harus selaras dengan sebab dan akibat di alam.
Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan
menjadi lelas ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi
sebab akibat dalam promosi kesehatan memberi penekanan pada
petugas kesehatan bahwa suatu penyakit yang terjadi pasti ada
penyebabnya.
d. Model Transaksional Stres dan Koping
Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu
karena tekanan psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena
penyakit fisik tetap lebih mengenai kejiwaan. Banyak hal yang
memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal, kletihan, frustasi, perasaan
tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom premenstruasi
(PMS), fokus yang berlebhan pada suatu hal, perasaan bingung,
berduka cita dan juga rasa takut.
8
Stresor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal
atau eksternal sehingga memengaruhi tindakan kesejahteraan dan
membutuhkan
kesehatan
fisik
maupun
psikologis
untuk
mengembalikan keseimbangan (Lazarus & Cohen, 1977). Diawal
1960-an dan 1970-an, stres dianggap sebagai fenomena transaksional
stimulus
ke
perseptor.
Koping
(kemahiran
bertahan)
adalah
menstabilkan faktor yang dapat membantu individu memprtahankan
adaptasi psikososial selama perode menegangkan. Koping meliputi
perilaku kognitif dan upaya mengurangi atau menghilangkan stres
terkait kondisi dan tekanan emosional (Lazarus dan Folkam, 1984 ;
Moos dan Schaefer, 1993).
Ada dua cara menghadapi stres.
1. Cara pertama adalah respon berfokus pada masalah yaitu
resfon
diarahkan
pada
peristiwa
eksternal.
Stres
dihilangkan atau dikurangi dengan memecahkan atau
mnegendalikan masalah.
2. Cara kedua adalah respon berfokus pada emosi yaitu resfon
diarahkan pada reaksi emosional dari peristiwa dan
cenderung digunakan untuk menangani masalah-masalah
yang tidak terkendali.
Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka
kerja
untuk
mengevaluasi
proses
mengatasi
peristiwa
stres.
Pengalaman stres ditafsirkan sebagai transaksi orang dengan
lingkungannya. Transaksi ini bergantung pada dampak dari stresor
eksternal. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang
streosor dan penilaian kedua pada sumber daya sosial atau budaya
sekitarnya.
Ketika berhadapan dengan stresor, seseorang mengevaluas
potensi ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian
9
seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif,
terkendali,
menantang,
atau
tidak
relevan.
Penilaian
kedua
menghadapi stresor adalah evaluasi pengendalan stresor dan sumber
daya yang dimiliki untuk menghadapnya. Sebagai conto, penilaian
sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan membuat sebuah
pilihan seperti apa yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi
(cohen, 1984).
Glenz,dkk.
(2002)
melakukan
survei,
eksperimen,
dan
kuesieksperimen terhadap teknik terapi biofeedback, relaksasi, dan
citra visual untuk memperkuat teorinya yang mengembangkan
kesadaran dan kontrol tanggapan pada stres. Biofeedback adalah salah
satu teknik mengurangi stres dan ketegangan dalam mnanggapi situasi
sehari-hari.
Teknik relaksasi menggunakan stimulus mental yang konstan,
sikap pasif, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi yang umum
digunakan adalah relaksasi pelatihan, hipnosis, dan yoga. Visual citra
adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan suasan hati
seseorang dan meningkatkan keterampilan koping, misalnya dengan
memvisualisasikan pertahanan antibodi menghancurkan sel tumor.
Aplikasi Model Transaksional dari Stres dan Koping Aplikasi ini
beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengaruh
stres pada orang tidak semua sama. Stres dapat menyebabkan penyakit
pengalaman negatif. Faktor penting dalam mengatasi stres adalah
apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang mencarinperawatan
medis atau dukungan sosial pada orang profesional. Untuk mengatasi
stres, strategi masalah berfokus koping, emosi yang berfokus koping,
dan makna berbasis koping dapat digunakan sebab penelitian yang
memfasilitasi
atau
(Glanz,dkk,2002).
10
menghambat
praktik-praktik
gaya
hidup
e. Theory of Reasoned Action (TRA)
TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum, yang mana
teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, khususnya
berkaitan dengan masalah sosiopsikologis. Teori ini kemungkinan
berkembang dan banyak dignakan untuk menentukan faktor-faktor
yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.
Teori ini menghubungkan antara keyakinan, sukaf, kehendak
(intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik
perilaku, artinya cara terbaik mengetahui apa yang akan dilakukan
seseorang adalah mengetahui kehendak orang tersebut.
Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience),
yaitu memperhatikan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak
ditentukan oleh sikaf dan norma subjektif. Komponen sikaf merupakan
hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku tersebut (outcome of the
behavor) dan pentingnya konsekuensi-konskuensi bagi individu
(evaluation regarding the outcome).
Aplikasi TRA
TRA merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan
telah digunakan dalam berbagai
jenis perilaku sehat yang berainan, seperti pengaturan penggunaan
subtansi ertentu (merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan
pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom,
perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi,
latihan kebugaran, dan praktik olahraga. TRA juga digunakan untuk
memenuhi persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja K3),
seperti
tindakan
keselamatan
dalam
pertambangan
ketidakhadiran karyawan, dan perilaku konsumen.
Kelemahan TRA
11
batubara,
Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya
berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju perilaku itu sendiri,
terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau memengaruhi
kehendak atau perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994).
Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah
bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan norma subjektif, Menutut
TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasanalasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang
untuk melakukan sesuatu tindakan tidak dibatasi pertimbanganpertimbangan kesehatan.
f. The Health Field Concept
La Framboise, kemudian diadaptasi oleh Blum mengemukakan
sebuah teori yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan di dalam suatu
masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor:
1. Genetik
2. Perilaku kesehatan
3. Pelayanan kedokteran/kesehatan
4. Lingkungan
Menurutnya dari keempat faktor di atas, faktor yang paling
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan suatu masyarakat adalah
faktor perilaku. Apabila perilaku masyarakat dapat diarahkan menjadi
perilaku yang sehat, tingkat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan,
demikian pula sebaliknya, apabila perilaku kesehatan di masyarakat
kurang baik, tingkat kesehatan masyarakat juga dapat menjadi buruk.
C. Prinsip Promosi Kesehatan
Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health
promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan,
antara lain :
12
1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan
seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan
tindakkan yang mempengaruhi kesehatan mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian
aktif dalam pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh)
yaitu
memperhitungkan
hal-hal
yang
mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.
4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan
hasil yang di dapat oleh klien.
5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan
instasi terkait lainnya atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari
kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti
program kebijakkan.
Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan
antara lain sebagai berikut:
1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias
program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat
dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan
dan mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
13
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi
maupun
intervensi
promosi
kesehatan
yang
intensif
dengan
berorientasi pada perorangan dan kelompok.
8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsipprinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada
masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.
ada beberapa prinsip promosi kesehatan yang harus diperhatikan oleh
kita sebagai calon/perawat/bidan profesional , seperti yang diuraikan berikut
ini.
Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan
Interaksi Perawat/petugas kesehatan dan Klien merupakan hubungan
khusus yang ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta
memberi sokongan dan negosiasi saat memberikan pelayanan kesehatan.
Pembelajaran yang efektif terjadi ketika klien dan perawat/petugas
kesehatan sama- sama berpartisipasi dalam Proses Belajar Mengajar yang
terjadi. Agar hubungan pembelajaran memiliki kualitas positif, baik secara
individual, kelompok maupun masyarakat, hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a.
Berfokus pada Klien
Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya
belajar yang unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran.
Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya
kepada perawat, sehingga perawat lebih mengerti tentang keunikan
klien dan dalam memberikan pelayanan dapat memenuhi kebutuhan
klien secara individual.
b.
Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik)
Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien
secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.
c.
Negosiasi
14
Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa
yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah
ditentukan, buat perencanaan
yang dikembangkan berdasarkan
masukan tersebut. Jangan memutuskan sebelah pihak.
d.
Interaktif
Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan
interaktif yang melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan
klien. Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka perlu diperhatikan dan
dipelajari pula Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar (PBM),
yang mencakup :

Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan ,
Pelibatan Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback,
memulai dari hal yang sederhana sampai kompleks , adanya
pengulangan materi / repetition, waktu/ timing dan lingkungan /
environment)

penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan
psikologis yang sedang terganggu atau budaya)

Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka,
pelaksanaan dan penutup Topik), serta

Karakteristik perilaku belajar
Perhatikan adanya perubahan perilaku yang terjadi, terdiri dari tiga
karakteristik, yaitu:
1)
Perubahan Intensional, yaitu perubahan yang terjadi berkat
pengalaman/praktik yang dilakukan dengan sengaja dan
disadari, bukan karena faktor kebetulan.
2)
Perubahan Positif dan aktif. Positif: jika perubahannya
baik, bermanfaat dan sesuai harapan. Merupakan sesuatu
yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Aktif :
perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
karena usaha individu itu sendiri
15
3)
Perubahan Efektif dan Fungsional. Efektif : Perubahan
tersebut berhasil guna dan membawa pengaruh, makna dan
manfaat tertentu bagi individu. Fungsional : perubahan
tersebut relatif menetap dan setiap saat siap apabila
dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan
dimanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maulana, Herry. ( 2017 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
2. Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
3. Notoatmodjo, Soekidjo. (2017). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
4. Intan. 2015. Model dan Nilai dalam Promosi Kesehatan. Diakses di
http://intanludse.blogspot.com/2015/10/model-dan-nilai-dalam-promosikesehatan.html pada 16 Januari 2021
5. Ninik. 2019. Model dan Nilai dalam Promosi Kesehatan. Diakses di
http://ninikdianhusada.com/p/model-dan-nilai-dalam-promosikesehatan.html pada 16 Januari 2021
6. Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi
Kesehatan pada Abad 21. Jakarta: PPKM Depkes RI.
16
Download