HAND OUT MODEL DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 Indah Damai Yanti (P00340219015) Indri Tiara Deka (P00340219017) Intan Ruvakho Jano Ade (P00340219018) Jenny Nopriyanti (P00340219019) Julia Tamara (P00340219020) Kastena Maryana (P00340219021) Lesi Alundari (P00340219022) Dosen Pembimbing : Indah Fitri Andini ,SST, M.Keb KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PRODI D III KEBIDANAN CURUP T.A 2020/2021 1 HAND OUT Mata Kuliah : Kebidanan Komunitas Semester : IV (Empat ) Topic : Model Dan Prinsip Promosi Kesehatan Waktu : 90 Menit Dosen : Indah Fitri Andini, SST, M.Keb OPS (Objektif Perilaku Siswa) 1. Mampu menjelaskan tentang Model dan Prinsip Promosi Kesehatan 2 PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. URAIAN MATERI A. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011). Sedangkan WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan “the process of enabling individuals and communities to increase 3 control over the determinants of health and thereby improve their health” (proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, dengan demikian meningkatkan derajat kesehatan). Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan. B. Model Promosi Kesehatan a. Model keyakinan kesehatan (Healty Belif Model) Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu (Rosenstock, 1990). Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai hubungan variasi yang lebih luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari Model 4 Keyakinan Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan respns terhadap gejala atau diagnosis penyakit. Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan Kesehatan, tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian. Acaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness) mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakt benar-benar mengancan dirinya. Jika ancaman meningkat, maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman berdasar pada kerentanan (perceived vurnerabilitiy) dan derajat keparahan (perceived severity) yang dirasakan. Induidu mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi. Individu mengevaluasi keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah dirinya sendiri atau penyakit sengaja tidak ditanagani. Pertimbanagan antara keuntungan dan kerugian perilaku memengaruhi seseorang untuk memutuskan melakukan melakukan tindakan pencegahan atau tidak. Petunjuk berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position) diduga tepat memulai proses perperilaku. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, pengalaman penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman. Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya), variabel sosiopsikologis (kepribadaian, kelas, sosial, tekanan sosial),dan variabel struktrual (pengetahuan dan 5 pengalaman sebelumnya). Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan memandang penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang sudah memiliki pengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan orang yang tidak memiliki pengalaman ini. b. Transteoritical Model (TTM) Model tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Sejarah dan inti Konstruksi Model James O.Prochasta, dkk.(1977) mengembangkan TTM berdasarkan analisis teori yang berbeda dari psikoterapi. Mode ini terdiri atas 4 fariabel, yaitu prasyarat untuk terapi, proses perubahan, isi harus diubah dan hubungan terapeutik. Model ini disempurnakan oleh prochasta berdasarkan penelitan yang mereka publikasikan dalam peer review jurnal dan bukunya terdiri atas 5 konstruksi yaitu tahapan prubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan putusan, keberhasilan diri, dan godaan atau percobaan. Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan melalui enam tahap: a. Prekontemplasi yaitu orang tidak berniat mengambil tidakan dimasa mendatang (biasanya diukur selama enam bulan betikutnya). b. Kontemplasi yaitu orang berniat untuk berubah dalam enam bulan mendatang c. Persiapan yaitu orang yang berniat mengambil tindakan dalam waktu dekat, biasanya diukur sebagai bulan berkutnya. 6 d. Aksi yaitu oang telah membuat modifikasi terbuka tertentu dalam gaya hidup mereka dalam enam bulan terakhir. e. Pemeliharaan yaitu orang berupaya mencegah terkambuhan, tahap yang diperkirakan terakhir dari enam bulan sampai sekitar lima tahun. f. Pemutusan yaitu individu tidak memiliki godaan dan memiliki keberhasilan diri100%, dimana mereka yakin tidak akan kembali pada kebiasaan lama yang tidak sehat mereka sebagai cara untuk mengatasi. Proses perubahan Proses perubahan adalah kegiatan rahasia dan terbuka yang digunakan orang untuk maju melalui beberapa tahap: 1. Proses kesadaran dan efaluasi lingkungan kembali, diantara prekontemplasi dan kotemplas. 2. Efaluasi diri kembali, diantara kontemplasi dan persiapan. 3. Pembebasan diri, diantara persiapan dan tindakan, sangat ditekankan. 4. Antara tindakan dan pemeliharaan, kontingensi manajemen membantu hubungan counter conditoning dan kontrol stimulus ditekankan c. Teori Sebab Akibat Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling berhubungan secara umum teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta. Pada teori sebab akibat, apa yang dialami manusia pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat mampu 7 mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap akibat. Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu secara umum sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas). Kautalitas terkait erat dengan prinsip-prinsip sebagai berikut. 1. Prinsip pertama : perinsip kausalitas mengasiscayakan setiap kondisi (akibat) pasti mempunyai sebab. 2. Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab ; jika ada sebab maka ada akibat dan begitu sebaliknya. 3. Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab dan akibat di alam. Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi lelas ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab akibat dalam promosi kesehatan memberi penekanan pada petugas kesehatan bahwa suatu penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya. d. Model Transaksional Stres dan Koping Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetap lebih mengenai kejiwaan. Banyak hal yang memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal, kletihan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom premenstruasi (PMS), fokus yang berlebhan pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. 8 Stresor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal atau eksternal sehingga memengaruhi tindakan kesejahteraan dan membutuhkan kesehatan fisik maupun psikologis untuk mengembalikan keseimbangan (Lazarus & Cohen, 1977). Diawal 1960-an dan 1970-an, stres dianggap sebagai fenomena transaksional stimulus ke perseptor. Koping (kemahiran bertahan) adalah menstabilkan faktor yang dapat membantu individu memprtahankan adaptasi psikososial selama perode menegangkan. Koping meliputi perilaku kognitif dan upaya mengurangi atau menghilangkan stres terkait kondisi dan tekanan emosional (Lazarus dan Folkam, 1984 ; Moos dan Schaefer, 1993). Ada dua cara menghadapi stres. 1. Cara pertama adalah respon berfokus pada masalah yaitu resfon diarahkan pada peristiwa eksternal. Stres dihilangkan atau dikurangi dengan memecahkan atau mnegendalikan masalah. 2. Cara kedua adalah respon berfokus pada emosi yaitu resfon diarahkan pada reaksi emosional dari peristiwa dan cenderung digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkendali. Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman stres ditafsirkan sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini bergantung pada dampak dari stresor eksternal. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang streosor dan penilaian kedua pada sumber daya sosial atau budaya sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresor, seseorang mengevaluas potensi ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian 9 seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali, menantang, atau tidak relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi pengendalan stresor dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapnya. Sebagai conto, penilaian sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984). Glenz,dkk. (2002) melakukan survei, eksperimen, dan kuesieksperimen terhadap teknik terapi biofeedback, relaksasi, dan citra visual untuk memperkuat teorinya yang mengembangkan kesadaran dan kontrol tanggapan pada stres. Biofeedback adalah salah satu teknik mengurangi stres dan ketegangan dalam mnanggapi situasi sehari-hari. Teknik relaksasi menggunakan stimulus mental yang konstan, sikap pasif, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi yang umum digunakan adalah relaksasi pelatihan, hipnosis, dan yoga. Visual citra adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan suasan hati seseorang dan meningkatkan keterampilan koping, misalnya dengan memvisualisasikan pertahanan antibodi menghancurkan sel tumor. Aplikasi Model Transaksional dari Stres dan Koping Aplikasi ini beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengaruh stres pada orang tidak semua sama. Stres dapat menyebabkan penyakit pengalaman negatif. Faktor penting dalam mengatasi stres adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang mencarinperawatan medis atau dukungan sosial pada orang profesional. Untuk mengatasi stres, strategi masalah berfokus koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis koping dapat digunakan sebab penelitian yang memfasilitasi atau (Glanz,dkk,2002). 10 menghambat praktik-praktik gaya hidup e. Theory of Reasoned Action (TRA) TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum, yang mana teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis. Teori ini kemungkinan berkembang dan banyak dignakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Teori ini menghubungkan antara keyakinan, sukaf, kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya cara terbaik mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu memperhatikan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak ditentukan oleh sikaf dan norma subjektif. Komponen sikaf merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavor) dan pentingnya konsekuensi-konskuensi bagi individu (evaluation regarding the outcome). Aplikasi TRA TRA merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berainan, seperti pengaturan penggunaan subtansi ertentu (merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran, dan praktik olahraga. TRA juga digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja K3), seperti tindakan keselamatan dalam pertambangan ketidakhadiran karyawan, dan perilaku konsumen. Kelemahan TRA 11 batubara, Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau memengaruhi kehendak atau perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994). Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan norma subjektif, Menutut TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasanalasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan tidak dibatasi pertimbanganpertimbangan kesehatan. f. The Health Field Concept La Framboise, kemudian diadaptasi oleh Blum mengemukakan sebuah teori yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan di dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor: 1. Genetik 2. Perilaku kesehatan 3. Pelayanan kedokteran/kesehatan 4. Lingkungan Menurutnya dari keempat faktor di atas, faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesehatan suatu masyarakat adalah faktor perilaku. Apabila perilaku masyarakat dapat diarahkan menjadi perilaku yang sehat, tingkat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, demikian pula sebaliknya, apabila perilaku kesehatan di masyarakat kurang baik, tingkat kesehatan masyarakat juga dapat menjadi buruk. C. Prinsip Promosi Kesehatan Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan, antara lain : 12 1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan mereka. 2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan keputusan. 3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut. 4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat oleh klien. 5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya atau organisasi. 6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. 7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan. Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain sebagai berikut: 1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut. 2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam perencanaan dan implementasi intervensi. 3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja. 4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja. 5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi. 6. Evaluasi harus dilakukan juga. 13 7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok. 8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsipprinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode. ada beberapa prinsip promosi kesehatan yang harus diperhatikan oleh kita sebagai calon/perawat/bidan profesional , seperti yang diuraikan berikut ini. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan Interaksi Perawat/petugas kesehatan dan Klien merupakan hubungan khusus yang ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta memberi sokongan dan negosiasi saat memberikan pelayanan kesehatan. Pembelajaran yang efektif terjadi ketika klien dan perawat/petugas kesehatan sama- sama berpartisipasi dalam Proses Belajar Mengajar yang terjadi. Agar hubungan pembelajaran memiliki kualitas positif, baik secara individual, kelompok maupun masyarakat, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Berfokus pada Klien Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat memenuhi kebutuhan klien secara individual. b. Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik) Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien secara keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik. c. Negosiasi 14 Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan, buat perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan tersebut. Jangan memutuskan sebelah pihak. d. Interaktif Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan klien. Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka perlu diperhatikan dan dipelajari pula Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), yang mencakup : Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal yang sederhana sampai kompleks , adanya pengulangan materi / repetition, waktu/ timing dan lingkungan / environment) penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan psikologis yang sedang terganggu atau budaya) Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan dan penutup Topik), serta Karakteristik perilaku belajar Perhatikan adanya perubahan perilaku yang terjadi, terdiri dari tiga karakteristik, yaitu: 1) Perubahan Intensional, yaitu perubahan yang terjadi berkat pengalaman/praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan karena faktor kebetulan. 2) Perubahan Positif dan aktif. Positif: jika perubahannya baik, bermanfaat dan sesuai harapan. Merupakan sesuatu yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Aktif : perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena usaha individu itu sendiri 15 3) Perubahan Efektif dan Fungsional. Efektif : Perubahan tersebut berhasil guna dan membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi individu. Fungsional : perubahan tersebut relatif menetap dan setiap saat siap apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. DAFTAR PUSTAKA 1. Maulana, Herry. ( 2017 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC 2. Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 3. Notoatmodjo, Soekidjo. (2017). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 4. Intan. 2015. Model dan Nilai dalam Promosi Kesehatan. Diakses di http://intanludse.blogspot.com/2015/10/model-dan-nilai-dalam-promosikesehatan.html pada 16 Januari 2021 5. Ninik. 2019. Model dan Nilai dalam Promosi Kesehatan. Diakses di http://ninikdianhusada.com/p/model-dan-nilai-dalam-promosikesehatan.html pada 16 Januari 2021 6. Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada Abad 21. Jakarta: PPKM Depkes RI. 16