TUGAS INDIVIDU Mata Kuliah : Metodologi Penelitian K3 Nama Dosen : Dr. Lalu Muhammad Saleh, S.KM, M.Kes RESUME BUKU METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF Wahyudi Eka Saputra K0322020014 PROGRAM STUDI PASCASARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2021 Judul Penerbit Tahun Terbit Penulis Jumlah Halaman Jumlah BAB : Metodologi Penelitian Kualitatif : PT. Remaja Rosdakarya Bandung : Oktober 2019 : Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A : 410 Halaman : 9 BAB 1. FONDASI PENELITIAN KUALITATIF 2. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF 3. PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF A. Pembatasan Masalah Studi Melalui Fokus Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya masalah. Demikian pula di dalam alam ini tidak ada masalah, hanylah manusia itu sendiri yang mempersepsikan adanya masalah itu. Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah suatu kedaaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban. Di pihak lain tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahklan masalah. Dengan demikian kelirulah anggapan orang atau peneliti yang menyamakan dengan penelitian. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan factor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut. Ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan focus. Pertama, penetapan focus dapat membatasi studi. Jadi, dalam hal ini focus akan membatasi bidang inkuiri. Kedua, penetapan focus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusionexlusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Penetapan focus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskna atas dasar penelaan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi dilapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu. Dengan demikian kepastian tentang focus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan lapangan. Rumusan masalah yang bertumpu pada focus dapat berubah dan dapat disempurnakan dan hal ini akan memberikan warna tersendiri pada penelitian kualitatif. Penelitian klasik mengganggap bahwa perubahan demikian sama sekali akan merusak inkuirinya karena hipotesanya yang sudah pasti, apabila berubah, variabelnya ikut berubah, dan pasti aka nada variable pengganggu yang merusak masalah penelitiannya. Sebaliknya, pada penelitian kualitatif, penelit justru mengharapkan adanya perubahan demikian dan mengantisipasi bahwa desain yang muncul akan diberi isi dan warna olehnya. Penelitian alamiah justru menganggap perubahan demikian bukan merusak atau bersifat destruktif, melainkan malah dipandang konstruktif karena perubahanyang terjadi merupakan tanda adanya gerakan kea rah penyempurnaan dan kea rah inkuiri yang berpandangan luas. Hal ini jelas sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian kualitatif bahwa desainnya dapatlah berubah sesuai dengan situasi atau konteks penelitian yang dihadapi. Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitatif. Sehubungan dengan hal itu, perumusan masalah dari empat segi tinjauan. Pertama, perumusan masalah penelitian melalui focus. Masalah penelitian itu dirumuskan dalam bentuk focus yang dalam penelitian membatasi studi itu sendiri di samping diperlukan sebagai kriteria inklusieksklusi. Sifat perumusan masalah sebelum penelitian akhirnya masih tentative, yang berarti masih dapat berkembang seklaigugs disempurnakan sewaktu peneliti sudah berada dilapangan. Kedua, model perumusan masalah yang berpatokan pada sejumlah kriteria tertentu, maka bagian ketiga mencoba menganalisis. Hal analisis perumusan masalah penelitian tersebut dituangkan dalam prinsip-prinsip perumusan masalah yang dapat dijadikan pegangan oleh para peneliti sewaktu merumuskan masalah penelitiannya sendiri. 4. TAHAP-TAHAP PENELITIAN 5. TEKNIK PENELITIAN 6. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 7. KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA 8. TEKNIK PENULISAN LAPORAN PENELITIAN 9. PROPOSAL ATAU RANCANGAN PENELITIAN Judul Penerbit Tahun Terbit Penulis Jumlah Halaman Jumlah BAB : An Applied Guide to Research Designs : SAGE Publications, Inc. : 2017 : W. Alex Edmonds And Thomas D. Kennedy : 387 Halaman : 4 BAB 1. QUANTITATIVE METHODS FOR EXPERIMENTAL AND QUASIEXPERIMENTAL RESEARCH 2. QUANTITATIVE METHODS FOR NONEXPERIMENTAL RESEARCH Metode penelitian kuantitatif non ekperimental mencakup dua pendekatan popular untuk metode kuantitatif, diikuti oleh beberapa desain dasar terkait. Penelitian non eksperimental dilakukan jika peneliti tidak memiliki kendali atas variable independen. Artinya, penelitian non eksperimental digunakan Ketika variable yang diminati tidak dapat dikendalikan melalui alat manipulasi, inklusi, eksklusi. Namun, satu bentuk pengendalian yang dapat digunakan untuk penelitian non eksperimental adalah melalui jenis prosedur statistic. Bentuk control ini dapat mencakup pencocokan atau penyandingan bentuk alternatif variable indepen (misalnya, gender, status ekonomi) sebelum melakukan analisis atau melalui penerapan pendekatan regresi-diskontinuitas pada kumpulan data yang ada, teknik pemodelan kausal, atau kecenderungan. Metode penilaian (yaitu, menyamakan kelompok pada kovariat yang diketahui dan menetapkan kondisi). Meskipun penelitian tersebut dianggap noneksperimental, hal ini tidak menyiratkan bahwa lebih sedikit nilai atau makna dapat diturunkan dari temuan. Biasanya, hubungan sebab akibat hanya dapat disimpulkan dari penelitian eksperimental tetapi mengingat keterbatasan dan kesulitan menerapkan penelitian eksperimental, temuan dari penelitian noneksperimental (observasi / korelasional) dapat menjadi indikator yang meyakinkan tentang sebab dan akibat (misalnya, hubungan antara merokok dan kanker paruparu). A. Ex Post Facto dan Post test-only Desain Kami menyajikan desain satu kelompok posttest-only, yang dianggap non-eksperimental dan salah satu desain "terlemah" yang disajikan dalam buku ini. Kita juga menyajikan salah satu contoh desain ex post facto. Namun, dua bentuk yang paling umum dari metode kuantitatif dan penelitian noneksperimental adalah pendekatan observasi dan survei (kadang-kadang disebut dalam teks sebagai desain korelasional dan penelitian deskriptif, masingmasing), yang disajikan di bagian ini. Sebagai pengingat sederhana, perbedaan kritis antara penelitian eksperimental dan penelitian noneksperimental adalah konsep pengendalian variabel independen. Bentuk lain dari penelitian non-eksperimental disebut desain ex post facto (setelah fakta), kadang-kadang disebut sebagai penelitian komparatif kanal (istilah kausal-komparatif dianggap keliru). Desain yang banyak disalahpahami dan kurang digunakan ini adalah upaya untuk menciptakan penelitian kuasi-eksperimental dari penelitian non-eksperimental. Desain ex post facto digunakan ketika peneliti tidak dapat mengontrol variabel perlakuan (yaitu, kelompok perlakuan dan kontrol dipilih setelah perlakuan dilakukan), dan tidak ada ukuran pretest, sementara hanya posttest yang dikumpulkan. Tidak seperti semua desain dalam penelitian noneksperimental, desain ex post facto adalah unik karena masalah yang terkait dengan validitas internal masih harus dipertimbangkan saat mengevaluasi hasil. Desain satu kelompok posttest-only (sering disebut sebagai studi kasus satu kesempatan) dianggap tidak eksperimental dan desain "lemah". Meskipun desain satu kelompok posttest-only adalah non-eksperimental, ancaman terhadap validitas internal masih harus menjadi pertimbangan - yaitu, ancaman utama terhadap validitas internal yang terkait dengan desain ini adalah yang menentukan batasan dalam menilai hasil. Ancaman yang jelas adalah bias seleksi dan perlakuan khusus. Karena hanya ada satu pengamatan yang ditunjuk tanpa kelompok pembanding atau beberapa pengamatan dalam subjek, hampir tidak mungkin untuk mengesampingkan penjelasan alternatif yang masuk akal (yaitu, penyebab yang teridentifikasi tidak dapat ditentukan sebagai satu-satunya penjelasan untuk efek). B. Observasi Lapangan Pendekatan observasional dianggap sebagai pendekatan penelitian korelasional. Peneliti tidak mengintervensi atau menggunakan kontrol eksperimental (yaitu, manipulasi, eliminasi, inklusi, kelompok atau kondisi tugas), maka ini dianggap penelitian noneksperimental. Penyelidik, gunakan pendekatan ini ketika mereka tertarik untuk mengukur tingkat asosiasi (yaitu, hubungan). antara variabel atau untuk memprediksi beberapa hasil (kriteria) berdasarkan variabel prediktor. Satu-satunya jenis kontrol yang dapat digunakan untuk penelitian noneksperimental dan pendekatan observasi adalah prosedur statistik. Karena teknik statistik adalah satu-satunya bentuk kontrol yang akan diterapkan pada pendekatan observasional, beberapa peneliti dan penulis cenderung merujuk pada analisis aktual sebagai desain penelitian. Hal ini menyesatkan dan tidak akurat karena analisis statistik merupakan alat yang digunakan untuk meringkas data yang disusun melalui pertanyaan penelitian dan desain penelitian. Dua desain yang paling umum dalam pendekatan observasi adalah desain penjelas dan desain prediktif. 3. QUALITATIVE METHODS 4. MIXED METHODS