Uploaded by sosisgoreng39

130-237-1-SM

advertisement
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
NASH-NASH IDEOLOGIS DALAM NOVEL
WAJAH SEBUAH VAGINA KARYA NANING PRANOTO:
PERKENALAN MARXISME SASTRA
Juanda
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Samawa (Unsa) Sumbawa. Jln. Raya by Pass Sering Sumbawa
Besar, NTB, Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ideologi-ideologi yang terdapat dalam novel Wajah
Sebuah Vagina karya NP. Studi ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun subjek penelitian adalah para
tokoh novel, sedangkan objek penelitian adalah ideologi-ideologi dan hubungan ideologi-ideologi dengan
kelas sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, mencatat, dan dokumentasi. Teknik
analisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Sementara
teknik uji keabsahan data menggunakan teknik tringgulasi sumber dan member checking. Hasil penelitian
adalah: (1) ideologi dibagia tiga jenis: (a) kapitalisme, (b) sosialisme, dan (c) agama. (2) hubungan antara
kelas sosial dan ideologi, meliputi: (a) kelas sosial dalam ekonomi, (b) kelas sosial dalam sosio-kultural, (c)
kelas sosial dalam bahasa, (d) kelas sosial dalam pendidikan, (e) kelas sosial dalam agama, dan (f) kelas
sosial dalam politik.
Kata-kata kunci: ideologi, novel, dan kelas sosial.
PENDAHULUAN
Para novelis ialah manusia yang ingin
melanjutkan
sejarah
masyarakatnya,
perkembangan
pada
kenyataan
(Berger
dan
Luckmann, 1990: 54). Dalam proses berkarya,
pimpinan
seorang pengarang bukan hidup dalam ruang
Commissie voor de Volkslectuur atau yang
yang hampa, ia pasti hidup dalam ruang dan
dikenal
berusaha
waktu yang menyajikan seputar kehidupan
menyelenggarakan bacaan-bacaan di badan ini
sosial, budaya, politik, dan ekonomi di
dan menerima karangan untuk diterbitkan
lingkungannya. Dengan kata lain, novelis,
(Dojosantoso, 1986: 74). Dengan berkarya,
cerpenis, penyair, dan sastrawan secara umum
novelis, cerpenis, penyair atau sastrawan
berkomunikasi dalam konteks situasi tertentu.
secara tidak langsung telah merekam jejak-
Konteks terdiri dari bayangan mengenai dunia
jejak perkembangan masyarakatnya.
nyata atau dunia mungkin ada atau pola
G.
dengan
A.
J.
Balai
diketahui
mengacu
latar
sosialnya.
ingin
dalam kehidupan sehari-hari, terutama sekali
Hazeu,
Pustaka
Karya sastra bukan hanya sebagai
media relaksasi (Prakoso, 2009: 5), melainkan
kejadian dalam dunia (Luxemburg, dkk, 1984:
91).
juga bisa menjadi media yang mencerminkan
realitas yang terjadi di lingkungan pengarang,
penyampai
pesan
yang
dianut
oleh
masyarakat. Sebab, karya dan bahasa lahir
NASH MARXISME SASTRA
Marx
(Luxemburg,
1984:
24)
mengemukakan bahwa susunan masyarakat
dalam bidang ekonomi, yang dinamakan
64
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
infrastruktur (bangunan bawah) menentukan
sumber
karya,
meskipun
bahasa
yang
kehidupan sosial, politik, intelektual, dan
digunakan
dengan
bahasa
biasa
kultural bangunan atas atau suprastruktur.
(ordinary language), melainkan menggunakan
Marx menyakini bahwa ekonomi sangat
bahasa ironi, parodi, dan metafor. Itulah
memengaruhi struktur lainnya, seperti yang
keistimewaan karya bisa mengubah kenyataan
sudah disebutkan di atas. Determinisme
yang
ekonomi dipandang sebagai sesuatu yang
sastrawi.
sangat mendasar untuk menentukan kesadaran
informasi kepada pembaca sangat penting,
manusia.
terjadi eksploitasi bahasa yang dilakukan
bukan
sesungguhnya
Peran
menjadi
bahasa
dalam
kenyataan
memberi
Ada juga Marxis yang beranggapan
pengarang. Terkait dengan ideologi, Marx
bahwa sastra, kebudayaan, dan agama pada
(Ryan, 1999: 53) berpendapat bahwa ideologi
setiap
dan
adalah aturan gagasan atas aturan kelas (the
superstruktur yang berkaitan secara dialektikal
ruling ideas of the ruling class) merupakan
serta sengaja dikonstruksi merupakan akibat
sebuah
dari struktur atau perjuangan kelas pada
membenarkan susunan ekonomi dan sosial
zamannya (Endraswara, 2008: 81). Dengan
yang mungkin terlihat tidak adil karena itu
kata lain, superstruktur, seperti sastra dan
dicirikan
kebudayaan sangat tendesius disebabkan oleh
ketidakadilan.
zaman
merupakan
ideologi
sikap subjektif pengarang. Sikap subjektif ini
cara
untuk
dengan
melegitimasi
ketidaksetaraan
dan
dan
Pada masa feodal, ideologi terdiri dari
dibenarkan dalam ajaran Marxisme, terutama
keyakinan
bahwa
Lenin dan Stalin. Sastra harus menjadi saluran
merupakan
perintah
penyampai informasi, media perjuangan, dan
perkataan rakyat biasa. Tambahan pula, aturan
media politis kelas-kelas yang tertindas.
yang
dibuat
aturan
bangsawan
tertinggi
bangsawan
daripada
dijadikan
cara
Karya sastra selalu memiliki bentuk dan
pandang terhadap realitas. Malah ada yang
struktur, tetapi ia juga berada dalam ruang dan
beranggapan bahwa kaum bangsawan ialah
waktu, sejarah dan masyarakat (Ryan, 1999:
wakil pencipta yang diutus kepada umat
52). Bukan sesuatu yang tak mungkin karya
manusia, sehingga apa pun yang dikatakan,
sastra dilahirkan dari fenomena-fenomena
diperbuatnya harus diikuti sebagai perintah
yang penah dialami pengarang atau fakta-
dan wujud pengabdian manusia kepada
fakta
pencipta.
kemanusiaan
yang
terjadi
di
lingkungannya, sehingga ada juga yang
Pada masa modern, ideologi berupa
menuduh karya sastra bersifat tendensius,
keyakinan
yang
menekankan
kebebasan
berpihak pada seorang, suku, agama, ras, dan
individual sebagai makhluk dan pribadi,
antargolongan (SARA).
mereka berjuang untuk meraih kesuksesan
Kelas sosial merupakan salah satu fakta
dalam bidang ekonomi. Keyakinan ini terjadi
kemanusiaan yang pernah ditemukan atau
dalam liberalisme klasik seperti yang sudah
dialami pengarang. Fakta ini pun menjadi
dijelaskan
di
atas.
Pada
perkembangan
65
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
selanjutnya, ideologi itu bukan hanya terjadi
ideologi dalam novel WSV karya NP. Pertama,
dalam
melainkan
ekonomi. Bagi Marx, ekonomi merupakan
terkontaminasi pula dalam ilmu pengetahuan
institusi sosial yang memengaruhi institusi-
secara umum (Ritzer, 2008: 78). Ideologi juga
institusi lainnya, seperti politik, pendidikan,
terkontamisasi dalam pendidikan, politik,
agama, sosio-kultural, bahasa, seni, dan
ekonomi, hukum, agama, dan kebudayaan
sebagainya. Ekonomi menjadi faktor penentu
serta sastra. Mungkin benar anggapan bahwa
dalam perubahan-perubahan sosial, ketika
ideologi hidup di mana-mana. Seperti agama,
ekonomi sudah dikuasai, maka institusi-
sastra juga bekerja dengan perasaan dan
institusi tersebut akan mudah ditaklukkan.
pengalaman,
Dalam
bidang
ekonomi,
bahkan
sastra
tidak
dapat
praktisnya,
Marx
lebih
banyak
dilepaskan dari material praktis, hubungan
menggunakan pendekatan dari bawah ke atas
sosial dan ideologis (Eagleton, 1983: 21-24).
(bottom up) menuju sebuah revolusi sosial dan
sasaran utama revolusi itu adalah menguasai
alat-alat vital produksi. Marx (Simon, 2004:
METODE PENELITIAN
Data dalam penelitian ini adalah teks
novel
WSV
karya
mengungkapkan
NP
ideologi
4), dengan Communist Manifesto, negara
yang
dianggap
hanya digambarkan sebagai alat dominasi
dan
hubungan
kelas—sebagai sebuah badan yang mengatur
antara ideologi dengan kelas sosial. Subjek
masalah-masalah
penelitian
kepada kaum borjuis.
meliputi
para
tokoh
novel,
umum
yang
berpihak
sedangkan objeknya ideologi-ideologi, dan
Bangsa Barat maju disebabkan oleh tiga
hubungan ideologi-ideologi dengan kelas
hal, yaitu: individualisme, materialisme, dan
sosial. Novel WSV karya NP diterbitkan oleh
intelektualisme (Sarwadi, 2004: 64). Marx
Galang
dan
Press
pada
April
2004
dan
didistribusikan oleh Solusi Distribusi Buku.
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan
Engels
tidak
memungkiri
negara
memainkan peran yang sangat dominan dalam
melahirkan kelas-kelas sosial, yaitu kelas
borjuis dan kelas proletar.
pencatatan, sementara teknik analisis data
Bagi Marx (Luxemburg, dkk., 1984:
mengacu pada model analisis interakif Milles
25), sastra sama dengan fenomena-fenomena
& Humberman, yaitu: pengumpulan data,
kebudayaan lainnya, yang mencerminkan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
hubungan ekonomi. Sebuah sastra hanya
simpulan. Adapun untuk menguji keabsahan
dimengerti dan dipahami kalau disintesiskan
data digunakan trianggulasi sumber dan
dengan hubungan-hubungan tersebut. Sastra
member checking.
dilihatnya
sebagai
bangunan
atas
yang
memiliki korelasi dengan realitas, misalnya
PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas ideologi dan
novel WSV karya NP, maka karya tersebut
dapat dianggap menyampaikan pesan sosial
hubungan ideologi dengan kelas sosial dengan
66
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
(satire)
yang
sesuai
ISSN: 2301-6671
dengan
konteks
zamannya.
alam, dan sebagainya yang terdapat di dalam
masyarakat (Ratna, 2007: 33). Adat-istiadat
Lenin (Fokkema dan Ibsch, 1998: 116)
mengatakan
bahwa
dapat
membedakan antara dirinya dengan orang
membangkitkan kesadaran pembaca untuk
lain, kelompoknya dengan kelompok lain,
bertindak revolusioner, karena sastra sendiri
sukunya dengan suku lain, dan bangsanya
memberikan motivasi dan dorongan supaya
dengan bangsa lain. Ini menjadi pembeda
pembaca memberontak terhadap realitas yang
khas antara bangsa Mira dengan Totti. Mira
tidak manusiawi. Bahkan, Lenin berpendapat
sendiri sama sekali tidak pernah makan ulat
bahwa sastra dapat memengaruhi saraf dan
bakar, sedangkan lidah Totti sudah terbiasa
membuat darah pembaca mendidih karena apa
dengan makanan tersebut, malah sudah
yang
itu
menjadi konsumsi sehari-hari. Oleh karena
berhubungan dengan realitas yang sedang
itu, Totti makan ulat seperti dia mengunyah
terjadi. Lebih lanjut Lenin menjelaskan fungsi
nasi dan makan ikan, sedangkan Mira
sastra: (1) sastra harus memunyai fungsi
berusaha
sosial; (2) sastra harus mengabdi kepada
menghargai hidangan Totti.
terdapat
karya
dalam
teks
sastra
merupakan identitas sosial seseorang, yang
sastra
menutupi
rasa
jijiknya
untuk
kepetingan rakyat; dan (3) sastra harus liner
Marx telah meletakkan dasar-dasar
dengan kegiatan partai komunis. Tiga fungsi
kajian budaya, yang memengaruhi Marxis
sastra ini yang mendasari teori sastra Marxis,
Italia, seperti Gramsci dan Marxis Barat,
meskipun sastra Marxis Uni Soviet memiliki
seperti Lukâcs, terutama para tokoh teori
kekhasan tersendiri. Kaum revolusioner harus
sosial kritis, misalnya, Adorno, Horkheimer,
memanfaatkan media perjuangan kelas ini,
Marcuse, dan Habermas. Dalam Teori Sosial
karena tidak mungkin hanya partai yang
Kritis (2008) dikatakan bahwa budaya terikat
memobilisasi
pada ideologi yang sedang berkuasa, yang
massa
untuk
melakukan
revolusi.
sedang mengendalikan hajat hidup orang
Dalam novel WSV karya NP terdapat
banyak dan ideologi inilah yang biasanya
isu-isu seputar ekonomi yang dieksploitasi
membedakan status sosial seorang, misalnya,
oleh bangsa tertentu, sedangkan pribumi tidak
kaum borjuis itu elitis, individualis, hedonis,
mendapat apa-apa. Ekonomi selalu menjadi
pragmatis sampai kapitalis, sedangkan kaum
persoalan
proletar identik dengan budaya populer dan
dalam
masyarakat,
bahkan
cenderung ekonomi itu merupakan sesuatu
sosialis.
yang paling utama bagi kehidupan (Thoha,
Para Marxis, termasuk Marx sendiri,
2004: 5). Hal ini sejalan dengan pendapat
mengakui bahwa budaya itu melindungi status
Marx mengenai struktur bawah dan struktur
quo kapitalis. Marx (Agger, 2008: 250)
atas.
memahami ideologi sebagai sistem mistifikasi
Kedua,
budaya.
Kebudayaan
itu
yang membingungkan, mendistorsi realitas,
mengacu pada adat-istiadat, bahasa, makanan,
dan mempropagandakan kepalsuan. Berbicara
67
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
budaya selalu dihubungkan dengan kelas yang
seluruh segi kehidupan pun ikut dikuasainya,
dominan dalam suatu masyarakat, karena
termasuk bahasa. Dari bahasa, manusia bisa
merekalah
menunjukkan kelasnya, status sosialnya, atau
yang
memproduksi
budaya
menurut kepercayaan dan dalil-dalil ekonomi,
tingkat
yang tentu saja menguntungkan. Penciptakan
memengaruhi cara pandang orang terhadap
budaya layaknya sebuah komoditas disebut
orang lain. Kalau lawan bicaranya buruk,
industri budaya oleh teoretisi kritis.
maka itu ada hubungannya dengan kelas
Yang
lebih
canggih
lagi,
budaya
pendidikannya.
Bahasa
itu
sosial yang bersangkutan.
kapitalis itu bukan hanya menyajikan tentang
Dari tinjauan Marx sendiri, kapitalisme
adat-istiadat, bahasa atau makanan, melainkan
sebagai sebuah sistem ekonomi yang sedang
semua itu sudah diciptakan dan divisualisasi
menjelma menjadi sistem yang dominan,
sedemikian rupa supaya kaum proletar tertarik
memeras
dengan sajian tersebut. Seperti dalam novel
mengeksploitasi alam atau Sumber Daya
WSV karya NP, bagaimana seorang Totti
Alam (SDA) merupakan indikator bahwa
memandang makan Pizza, burger, dansa,
sistem
clubbing, bar, sebagai sesuatu yang maju dan
kemanusiaan. Atas dasar itulah, sosialisme
tentu saja modern. Apa yang diperbuat Barat
lahir sebagai bentuk perlawanan.
dinilainya
sebagai
sebuah
kemajuan
tenaga
ini
Jones
tidak
kelas
pekerja
menghargai
(Ibrahim,
2007:
dan
nilai-nilai
213-214)
(modernity), sedangkan adat-istiadat Zulu
mengungkan bahwa kelas sosial memengaruhi
dilihatnya
bahasa dalam bertindak tutur seseorang.
sebagai
kemunduran
dan
ketinggalan zaman (let behind).
Pada masa kini, budaya kapitalis mulai
merasuki seluruh sendi kehidupan umat
manusia, terutama kaum proletar. Bagaimana
kapitalis mampu menciptakan budaya yang
dapat menghipnotis para kaum proletar agar
tidak menyadari kondisi sosialnya dan menilai
kondisi tersebut merupakan sesuatu yang baik,
adil dan niscaya. Selain itu, ada yang lebih
update (terkini), yaitu kapitalis secara sengaja
menciptakan budaya atau memvisualisasi
kehidupan manusia dan realitas menjadi
Perhatikan petikan berikut ini:
“Hubungan kelas sosial dan bahasa
sudah pernah diteliti oleh Labov
(1966) terhadap variasi bahasa di
kawasan
New
York
City,
menentukan kelas sosial dengan
menggunakan kriteria pendidikan,
pekerjaan
dan
pendapatan.
Penelitian Shuy, dkk (1968) di
Detroit
menggunakan
kriteria
pendidikan, pekerjaan, dan tempat
tinggal. Penelitian Trudgill di
Inggris
dengan
menggunakan
tingkat pendapatan, pendidikan,
kawan tempat tinggal, kawasan
sekitar dan jenis pekerjaan orang
tuanya.”
sebuah hiburan, seperti film, sinetron, komedi,
dan sebagainya.
Ketiga bahasa. Bahasa dipandang oleh
Marx adalah struktur atas. Asumsi dasarnya,
jika kelas borjuis yang berkuasa, maka
Penelitian yang dilakukan oleh Labov
(1966), Shuy, dkk (1968), dan Trudgill
merupakan penelitian sosiolinguistik yang
hanya terbatas pada bahasa dan masyarakat
68
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
saja, sedangkan penelitian ini bukan hanya
meneliti
kelas
sosial
(penggunaannya),
dalam
Bangsa Portugis-lah pertama kali yang
bahasa
menyelenggarakan pendidikan di Nusantara di
juga
bawah pimpinan Franciscus Xaverius, lebih
melainkan
menghubungkannya dengan ideologi.
baik daripada VOC. Namun, penguasaan
Dalam novel WSV karya NP, kelas
Portugis atas Nusantara tidak dapat bertahan
sosial dalam bahasa jelas terlihat pada sosok
lama karena segera direbut oleh VOC. Kedua
Mira dan Totti, bagaimana Mira berbahasa
bangsa Eropa ini pun menjadikan wilayah
Inggris dengan dialek Jawa, bunyi lafalnya
timur (sekarang Kawasan Indonesia Timur),
(pronounciation) yang tidak tepat, yang
seperti di Maluku dan Batavia (Kawasan
menimbulkan efek (makna) yang multitafsir
Indonesia Barat) sebagai sentral pendidikan.
atau ambigu. Sebaliknya, karena Totti sering
Kedua
bergaul dengan orang Inggris selama sekolah
menguasai, baik dalam pendidikan maupun
tingkat SLTA yang dikelolah oleh seorang
bahasa dan agama. Bangsa Portugis berusaha
pendeta Inggris, terlihat bahasanya lebih
menyebarkan
sempurna baik secara struktur (structure)
sedangkan Belanda sendiri membumikan
maupun tata bahasanya (grammar). Namun,
agama Kristen.
di balik kelas sosial dalam bahasa tersebut,
ternyata
pembentukan
sama-sama
ajaran
agama
ingin
Katolik,
Di Nusantara, sekolah pertama yang
didirikan adalah Europese Lagere School
berlangsung disebabkan oleh ideologi tadi,
(ELS) tahun 1817 di Batavia. Anak-anak
yaitu dengan menguasai bahasa Inggris, yang
bersekolah di sini, yaitu hanya untuk anak-
bersangkutan
status
anak Belanda dan anak-anak para priayi
Inggris
dengan harapan bisa diajak kerja sama, yang
merupakan bahasa kaum kapitalis, yang tentu
kelak kemudian bisa mendukung segala
saja dengan kekayaan yang mereka miliki
kebijakan
dapat memengaruhi pola pikir manusia “lain”
kolonial.
sosialnya.
lebih
Misalnya,
sosial
ini
itu
akan
kelas
bangsa
tinggi
bahasa
supaya menguasai bahasa Inggris.
yang
Tanam
dibuat
Paksa
oleh
pemerintah
(1830-1870)
yang
Keempat, pendidikan. Bangsa Barat
digagas oleh van de Bosch adalah sebagai
yang pertama kali datang ke Nusantara adalah
upaya menutupi kerugian Perang Diponegoro
orang Portugis, disusul oleh Spanyol dan
(1825-1830) dan perang melawan Belgia
Belanda, lalu satu bangsa Asia, yaitu Jepang.
(1830-1839). Van Hoevel, salah seorang
Orang Portugis adalah para pelaut yang gagah
Belanda justru tidak mendukung Tanam
berani
mereka
Paksa, malah dia mendukung kaum pribumi
bawah
agar merdeka dari tanah tumpah darahnya.
pimpinan d’Albuquerque—seorang bangsa
Van Deventer menulis Een Eereschuld (Utang
Portugis akhirnya tiba di daerah impiannya,
Kehormatan) yang dimuat di majalah de Gids
kawasan
(1899), Douwes Dekker (Multatuli) dengan
menantang
menaklukkan
Malaka
ombak,
(1511)
rempah-rempah,
(Ratna, 2008: 43).
di
yaitu
Maluku
karyanya Max Havelaar (1860). Akibat dari
69
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
karya-karya tersebut lahirlah istilah politik
(Hardiknas).
etis (1901), dengan salah satu pokoknya
pendidikan Amerika
adalah
Horace Mann, seorang Bapak Pendidikan
pendidikan.
Pada
1910-1930,
pendidikan dan pengajaran mulai berkembang
Umum
secara signifikan.
berdirinya
Mari
Amerika.
bandingkan
yang digagas
Dialah
Sekolah
dengan
yang
Keguruan
oleh
merintis
(Normal
Sekolah dibedakan menjad dua macam,
School), yang pada awalnya mendidik para
yaitu: (1) Sekolah Angka Satu (Eerste
calon guru Sekolah Dasar dengan masa studi
School), masa studinya selama 5 tahun, tetapi
selama dua tahun, kemudian dijadikan empat
dikhususkan untuk anak-anak Belanda; (2)
tahun. Setelah Perang Dunia II (1945), banyak
Sekolah Angka Dua (Tweede School), masa
sekolah keguruan yang dilebur menjadi
studinya selama 3 tahun, dikhususkan untuk
perguruan tinggi umum, kemudian menjadi
anak-anak pribumi. Tahun 1914 dikotomi
fakultas keguruan (O’neil, 2008: 697-698).
dalam dunia pendidikan, ada sekolah anak
Kelima, agama. Terbitnya buku Marx
Belanda dan anak Pribumi dihapus dan
Weber yang berjudul The Protestant Ethic
digantikan oleh HIS (Hollannds-Inlandsche
and The Spirit of Capitalisme (1904), menjadi
School)
salah satu referensi berharga dalam bidang
atau
setingkat
Sekolah
Dasar
sekarang. Tahun 1914, didirikan MULO
sosiologi
(Meer
memperhatikan semangat kapitalisme dan
Uitgebreid
Laager
Onderwijs),
agama.
Di
sini,
setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat
Kalvinisme
(Calvinism)
Pertama, kemudian disusul AMS (Algemeene
Protestan.
Untuk
Middelbaare
dengan
menjustifikasi tesis Weber mengenai peran
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat.
agama Protenstan Kalvinisme, tahun 1900
Lalu setingkat dengan AMS, didirikan pula
dilakukan survei publik oleh sosiolog Jerman
HBS (Hoogere Burger School). Setingkat
yang bernama Max Offenbacher (dalam
dengan Perguruan Tinggi (PT) didirikan GHS
Wrong (Ed), 2003: 200) tentang “Kondisi
(Geneeskudige Hooge School) dan STOVIA
Ekonomi Umat Katolik dan Protestan” di
(School tot Opleiding van Inlandsche Arsten),
Grand Duchy of Baden. Hasil penelitiannya
setingkat fakultas kedokteran. Tahun 1920,
menunjukkan
didirikan Sekolah Tinggi Teknik (Technische
Protestan di sana memiliki persentase aset
Hooge School) di Bandung. Orang Indonesia
modal yang sangat besar dan menduduki
pertama yang berhasil meraih gelar doktor di
jabatan birokrasi, seperti pimpinan, kualifikasi
Universitas
pendidikan, posisi akademis, dan pekerjaan-
School),
Laiden
setingkat
adalah
Hoesein
Djajadiningrat (1913) (Ratna, 2008).
pekerjaan
Pendidikan nasional dimulai dengan
didirikannya Taman Siswa oleh Ki Hadjar
Dewantara. Kelahiran 2 Mei 1889 sekaligus
sebagai
Hari
Pendidikan
Nasional
bahwa
yang
agama
Weber
mendukung
penganut
menuntut
Kristen
dan
agama
keterampilan,
bahkan orang Yahudi pun dikatakannya ikut
berperan dalam profesi komersial dan liberal.
Dalam agama
Protestan Kalvisme,
terdapat ajaran-ajaran yang mengarah pada
70
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
kapitalisme, seperti bekerja keras, mandiri,
dihabiskan untuk menghasilkan barang itu dan
dan kompetitif. Kalau dibandingkan dengan
ini yang menjadi acuan bagi nilai tukarnya.
pendapat John Locke mengenai hak dasar
Kembali pada persoalan agama Kristen
manusia yang tidak dapat digugat itu, seperti
Protestan Kalvinisme yang menurut Weber
hak bebas, hak milik, dan hak bertahan hidup.
memiliki
Tiga
kapitalisme,
hak
asasi
manusia
inilah
yang
hubungan
dengan
ajaran-ajaran
kehadiran
bekerja
keras,
memengaruhi dua tokoh peletak dasar-dasar
mandiri dan kompetitif sangat mirip dengan
kapitalisme, yaitu Adam Smith dan Ricardo.
cara kerja kapitalisme, sedangkan Buddha
Pendapat Smith ini jelas sepertinya
berhubungan
dengan
gagasan
Locke
radikal mengajarkan manusia supayu bersih
dari dosa, dari lingkaran abadi kematian dan
mengenai hak asasi manusia tadi. Bagaimana
kelahiran
Smith memandang manusia sebagai individu
(bersemedi)
yang
karena
individu. Jadi, ada perbedaan fundamental
kebebasan sendiri merupakan hak yang
antara ajaran Protestan Kalvinisme dan ajaran
melekat,
Buddha
harus
diberi
tidak
dapat
kebebasan
diganggu
gugat.
kembali
melalui
kontemplasi
dan penghancuran kehendak
radikal.
Pertama,
Protestan
Kebebasan dalam pengertian Smith adalah
Kalvinisme bersifat keduniaan, sedangkan
kebebasan terkendali, yaitu kebebasan itu
Buddha
tetap dikontrol melalui hukum yang berlaku.
kepentingan sesudah hidup, yaitu akhirat.
Namun, inti dari kutipan di atas, betapa Smith
Kedua, ada indikasi bahwa ajaran Protestan
memberikan
untuk
Kalivinisme
berkompitisi dalam industri untuk mengejar
kapitalisme,
modal atau kapita (Prasetyo, 2004: 114).
menyerah
setiap
individu
radikal
justru
mengedepankan
mendukung
misalnya
(kerja
ikut
semangat
keras),
lahirnya
pantang
mandiri
dan
Bandingkan dengan David Ricardo
kompetitif (bersaing dalam dunia usaha),
(Prasetyo, 2004: 115), nilai komoditi terdapat
sedangkan ajaran Buddha radikal justru
pada kerja manusia berikut bahan-bahan
mengancurkan
mentah
Ricardo
melenyapkan hal-hal yang bersifat materi.
menemukan bahwa harga jual suatu komoditi,
Bagaimana Marx memandang agama sebagai
kira-kira akan setara dengan jumlah kerja
sebuah ajaran dogmatik yang juga ikut
yang digunakan untuk memproduksi. Jadi,
menjustifikasi eksistensi kapitalisme (status
Ricardo
qou) dan ikut berperan melahirkan kelas
dan
alat-alat
(Engels,
2006:
kerja.
83-84)
yang
meletakkan dasar-dasar nilai suatu barang
kehendak
individu,
sosial?
tergantung pada berapa lama dan kuantitas
Menurut Marx, agama itu merupakan
energi untuk memproduksi komoditi tersebut
candu masyarakat. Perlu dipahami bahwa
serta tenaga pekerja pun dibeli dengan uang.
yang dimaksud dengan candu masyarakat itu
Nah, inilah yang akan menentukan harga
mengacu pada agama Kristen Protestan, yang
komoditi di pasar. Dengan kata lain, nilai
oleh Weber dinamakan Kalvinisme, yaitu
suatu komoditi dinilai dari berapa tenaga yang
ajaran
agama
yang
mengindikasikan
71
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
keberpihakan kepada kapitalisme. Penulis
oleh sembilan jenderal yang menurutnya
sudah menjelaskan mengenai hal tersebut.
adalah kapitalis dan kamu kafir.
Oleh karena itu, penulis menekankan bahwa
PKI yang saat itu sudah memunyai
agama cenderung bersikap pasif terhadap
massa yang signifikan, khususnya di Propinsi
realitas, bahkan lebih parah lagi agama justru
Jawa Tengah, menyebarkan isu penculikan
menjadi tameng atau pelindung kapitalis atau
Dewan Jenderal (Sembilan Jenderal Angkatan
pemodal.
Darat) yang dituduh sebagai kaki tangan
Keenam, politik. Kata sebagian orang,
politik
itu
tidak
menghargai
moral,
kapitalis oleh D.N. Aidit, yaitu: Jenderal A. H.
Nasution (berhasil
meloloskan diri
dari
perikemanusiaan, sebab berpolitik artinya
penculikan dan yang tertangkap adalah Leitu
menghilangkan
kemanusiaan.
Pierce T.), Letjen A.Yani, Mayjen S. Parman,
Politik juga bisa menciptakan kekacauan
Brigjen Suprapto, Mayjen M. T. Haryono
sosial, konflik, dan sarat dengan kepentingan.
(Albert Nailborhu ialah anak laki-lakinya
Menurut Soekarno (1965), berpolitik berarti
yang meningga), Polisi Saktiawan, Brigjen
siap melakukan sesuatu yang berada di luar
D.I.
kebiasaan manusia pada umumnya, seperti
sedangkan Hairul Saleh dan Kindro tidak
melakukan pemberontakan atau revolusi.
dijadikan target dengan pertimbangan untuk
Menurut Aristoteles (dalam Ridwan, 2007: 1),
mengefisiensikan
manusia adalah zoon politicon, yaitu makhluk
menguasi Telekom RRI, PT Kereta Api.
sosial, yang dapat berkembang dan meraih
Artinya, hanya tujuh jenderal yang dianggap
kebahagiaan
penting
nilai-nilai
jika
ia
hidup
bersama
masyarakat.
dan
dan
Jenderal
waktu,
harus
Supair,
kemudian
disingkirkan
PKI
karena
Angkatan Darat merupakan institusi yang
Indonesia pernah terjebak pertarungan
politik yang melibatkan Partai Komunis
Indonesia,
Pandjaitan,
Angkatan
Darat
kontra revolusioner progresif.
Ini merupkan bukti historis di mana
Republik
Indonesia hampir menjerumuskan bangsa ini
Indonesia. Pemberontakan PKI ini tidak lepas
ke dalam perang saudara, seperti Amerika
dari ketidakpuasaan mereka terhadap keadaan
Serikat,
para petani dan keinginan untuk berkuasa.
Peristiwa penculikan ini dikenal dengan
Ketika itu Presiden Ir. Soekarno divonis oleh
sebutan Gerakan 30 Septermber 1965 atau
salah seorang Tim Dokter Kepresidenan
G/30 S/PKI. Di sini jelas ada pertarungan
bahwa dia ada kemungkinan bisa sembuh,
ideologi yang sedang berusaha merebutkan
namun kemungkinan terburuk ada dua, yaitu
kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan
bisa lumpuh total dan meninggal. D.N. Aidit
(status quo), yaitu Angkatan Darat dan PKI.
Sudan,
Irak,
dan
sebagainya.
yang berdiskusi langsung dengan dokter
Jadi apa yang diyakini oleh Marx dan
tersebut merasa sudah waktunya PKI harus
para Marxis lainnya, sastra dapat menjelaskan
bergerak lebih awal, jangan sampai didahului
suatu peristiwa (historisitas) yang pernah
terjadi dengan berpegang teguh pada nilai72
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
nilai sastrawi dan kepentingan orang banyak.
Penerapan
Sastra juga dapat menjadi pengontol dan
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
pengawas
kebijakan
pemerintah
dan
Aplikasinya.
atau
Berger, P. L., & Luckmann, T. (1990). Tafsir
penguasa (Wellek dan Warren, 1956: 100).
Sosial atas Kenyataan: Risalah
Bagi Marx, sastra dapat menjadi media
tentang
propaganda dan perjuangan. Boleh jadi, apa
Jakarta: LP3ES.
yang terdapat dalam novel WSV karya NP
merupakan
bentuk
perlawanan
Sosiologi
Pengetahuan.
Dojosantosa. (1986). Unsur Religius dalam
seorang
Sastra Jawa.
pengarang terhadap keadilan yang seharusnya
Semarang:
Aneka
Ilmu.
diperoleh oleh Mira. Dia juga memiliki hak
Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian
yang sama dengan warga negara lain. Penulis
Sastra: Epistemologi, Model, Teori,
perlu
dan
tekankan
bahwa
pengarang
pun
sepertinya menganut ideologi tertentu, dalam
kasus ini, pengarang ambigu, dia boleh jadi
Aplikasi.
Yogyakarta:
Medpress.
Eagleton, T. (1983). Literary Theory: An
seorang feminis, agamawan, antikapitalis, dan
Introduction.
pro sosialis-komunis. Untuk menentukan
Blackwell Publisher Limited.
ideologi pengarang, maka peneliti harus
meneliti
seluruh
karyanya
baru
London:
Brasil
Engels, F. (2006). Tentang Kapital Marx.
bisa
Terjemahan oleh Oey Hay Djoen.
mengategorikannya.
Bandung: Ultimus dan Yayasan
Sastra Marxis harus tunduk dan patuh
Akatiga.
terhadap khittah perjuangan partai politik
Fokkema, D.W., & Kunne-Ibsch, E. (1998).
tertentu, yang tentu saja membela hak-hak
Teori Sastra Abad Kedua Puluh.
kaum proletar yang cenderung dimarginalkan
Terjemahan oleh J. Praptadiharja
oleh kaum borjuis. Itulah sebenarnya fungsi
dan
nyata sastra karena karya sastra dapat
Gramedia Pustaka Utama.
melukiskan kenyataan yang sesungguhnya
Ibrahim,
A.
Kepler
S.
(Ed).
Silaban.
(2007).
Bahasa,
dengan bahasa-bahasa metafor. Kelebihan
Masyarakat,
melukiskan kenyataan ini merupakan senjata
Terjemahan oleh Sunoto, Gatut
ampuh untuk memberi penyadaran kepada
Susanto, Imam Suyitno, Suwarna,
kaum
Sudjalil, Eko Suroso, Siti Halidjah,
proletar
mengenai
problematik
kehidupannya.
dan
Jakarta:
Kekuasaan.
Darmanto, dan Nuria Reny H.
yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Luxemburg, van Jan, dkk. (1984). Pengantar
DAFTAR RUJUKAN
Agger, B. (2008). Teori Sosial Kritis, Mazhab
Frankfurt,
Karl
Marx,
Cultural
Ilmu Sastra. Terjemahan oleh Dick
Hartoko. Jakarta: PT Gramedia.
Studies, Teori Feminisme, Derrida,
dan
Postmodernisme:
Kritik,
73
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017
ISSN: 2301-6671
O’neil, W. F. (2008). Ideologi-Ideologi
Pendidikan.
Terjemahan
oleh
Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prakoso, A. (2009). Belajar dari Anak-anak.
Buletin Tsu Chi. No. 49.
Ryan,
M.
(1999).
Practical
Massa-
Sarwadi. (2004). Sejarah Sastra Indonesia
Simon, R. (2004). Gagasan-Gagasan politik
Gramsci.
Press.
Pelajar.
Pranoto, N. (2004). Wajah Sebuah Vagina.
Yogyakarta: Galang Press.
oleh
Muhammad
Taufik. Jakarta: Kreasi Wacana.
Ratna, N.K. (2007). Estetika Sastra dan
Yogyakarta:
Yogyakarta:
Pustaka
Wrong, D.(Ed). (2003). Max Weber: Sebuah
Khazanah. Terjemahan oleh
Ritzer, G. 2008. Teori Sosial Postmodern.
Pustaka
Pelajar.
Asnawi.
Yogyakarta:
A.
Ikon
Teralitera.
Thoha, M. (2004). Paradigma Baru Ilmu
Pengetahuan
Humaniora:
Sosial
Dialog
dan
Antarper-
adaban Islam, Barat, dan Jawa.
-----------.2008. Postkolonialisme Indonesia:
Relevansi
Introduction.
A
chusetts: Blackwell Publisher Inc.
Revolusi Sosial. Yogyakarta: Insist
Budaya.
Theory:
Modern. Yogyakarta: Gama Media.
Prasetyo, E. (2004). Islam Kiri: Jalan Menuju
Terjemahan
Literary
Sastra.
Jakarta:
Teraju.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
74
Download