Uploaded by User89745

5.BAB I HACCP (1)

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus rumah sakit harus
optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi
penyakit pasien, penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses perawatan,
juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang atau infeksi nosokomial
(infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang diantaranya dapat melalui
makanan. Selain timbulnya infeksi nosokomial, penyelenggaraan makanan di
rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak higienis) juga dapat
menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010).
Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis
seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan
teknologi, maka diperlukan suatu sistem dalam mengawasi pangan sejak
diproduksi, diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan
serta
dihidangkan kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas
kimiawi terhadap bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan
dari mulai saat pra-panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan
didistribusikan dan dikonsumsi (Seto, 2001).
Banyaknya permasalahan pangan di Indonesia, disebabkan rendahnya
pengetahuan cara mengolah makanan dan minuman secara aman dan
2
kurangnya kinerja bagian Quality Control, serta kurangnya kontrol terhadap
kebersihan dan keamanan pangan. Untuk memproduksi produk pangan yang
aman dikonsumsi, perlu menggunakan standar-standar keamanan pangan.
Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan menerapkan sistim
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau analisa bahaya dan
pengendalian titik kritis. HACCP adalah suatu sistem yang memiliki landasan
ilmiah dan yang secara sistematis mengidentifikasi potensi-potensi bahaya
terentu serta cara-cara pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan
(Susilo, 2006).
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimiawi, dan fisik harus
dipertahankan. Kualitas makanan harus terjamin setiap saat, agar
masyarakat sebagai konsumen dapat terhindar dari penyakit/gangguan
kesehatan serta keracunan (Depkes, 2002).
Hidangan Sayur manis daun katu merupakan menu makan sore pada
siklus menu ke VI di RSUD Damanhuri Barabai yang memerlukan tindakan
HACCP karena menggunakan bahan baku sayuran yang rentan terhadap
bahaya biologi, fisika, dan kimia. Selain itu, bahaya juga dapat timbul pada saat
proses penerimaan bahan baku, kontaminasi dengan bahan makanan lain dan
kebersihan alat yang digunakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun mencoba
melakukan pengkajian penerapan terhadap HACCP pada pengolahan Sayur
3
manis daun katu di RSUD Damanhuri Barabai.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan
HACCP pada pengolahan produk Sayur manis daun katu di RSUD Damanhuri
Barabai ? “
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian terhadap penerapan HACCP pada pengolahan Sayur
manis daun katu RSUD Damanhuri Barabai.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian analisa potensi bahaya
b. Melakukan pengkajian titik-titik
pengendalian kritis atau Critical
Control Point (CCP)
c. Melakukan pengkajian batas kritis
d. Melakukan pengkajian suatu sistem untuk mengawasi pengendalian
CCP
e. Melakukan pengkajian tindakan-tindakan perbaikan
f. Melakukan pengkajian prosedur pengecekan ulang
g. Melakukan pengkajian dokumentasi atau pemeliharaan catatan.
Download