QUANTITATIVE MICROBIAL RISK ASSESSMENT (QMRA) BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AYAM LALAPAN DI WARUNG MAKAN SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR Amelia Dwi Ayu,1 Agus Bintara Birawida,2 Aminuddin Syam3 1 Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (Email: [email protected]) 2 Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (Email: [email protected]) 3 Bagian Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (Email: [email protected]) Alamat Korespondensi: Amelia Dwi Ayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 082189913535 Email: [email protected] Abstrak Diare tetap menjadi penyebab penting kejadian morbiditas dan mortalitas secara global, serta menyebabkan sekitar 500.000 kematian per tahun, dan menempati urutan keenam dalam beban tahun dunia. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa 31 jenis pathogen bawaan makanan diketahui menyebabkan sekitar 9,4 juta penyakit, 56.000 orang dirawat di rumah sakit, dan terjadi 1.300 kematian setiap tahunnya, salah satunya adalah disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko kuantitatif bakteri Escherichia coli pada ayam lalapan di warung makan sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar terhadap gangguan kesehatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dengan pendekatan analisis risiko mikroba kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 42 orang yang diambil secara accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, observasi, serta pemeriksaan laboratorium. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan SPSS lalu dilakukan perhitungan kemungkinan risiko dalam pendekatan QMRA. Hasil penelitian menunjukkan untuk bakteri Escherichia coli ditemukan pada setiap warung makan dengan nilai Pinf/day tertinggi ditemukan pada warung makan ke-4 sebesar 7,97 x 10-1. Risiko penyakit untuk bakteri Eschericia coli pada semua warung makan memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu, bagi penjamah makanan perlu menerapkan prinsip higiene dan sanitasi yang baik sehingga dapat menyediakan makanan yang berkualitas. Kata Kunci : QMRA, Escherichia coli, Diare, Ayam, Lalapan PENDAHULUAN Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen bawaan makanan selama beberapa dekade telah memiliki dampak besar pada kesehatan masyarakat dan ekonomi. Di Amerika Serikat, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa 31 jenis patogen bawaan makanan diketahui menyebabkan sekitar 9,4 juta penyakit, 56.000 orang dirawat di rumah sakit, dan terjadi 1.300 kematian setiap tahunnya. Di antara 31 patogen terkenal ini, Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang paling banyak dipelajari sebagai model untuk memahami perilaku bakteri (Xu et al., 2016). Escherichia coli adalah bakteri yang hidup di usus manusia dan hewan. Biasanya digunakan sebagai indikator kontaminasi tinja yang sebagian besar berasal dari kontaminasi tinja manusia yang berasal dari sumber air atau makanan. Berbagai macam makanan nabati dan hewani merupakan sumber potensial kontaminasi Escherichia coli, terutama ayam. Escherichia coli juga telah ditemukan di seluruh dunia dalam produk daging unggas. Kehadiran Escherichia coli pada ayam merupakan indikasi praktik higienis yang buruk di rumah potong hewan ataupun di tempat perdagangan ayam. Prevalensi bakteri ini pada unggas dan produk unggas berbeda di berbagai belahan dunia. Prevalensi Escherichia coli tertinggi telah tercatat sebesar 98% di India. Di Sudan, prevalensi Escherichia colisetinggi 57,8%, sementara di Maroko dilaporkan 48,4% dan 16% di Nigeria (Adzitey et al., 2011; Sharma et al., 2015). Escherichia coli adalah kontaminan dalam produk daging dan menimbulkan risiko penyakit bawaan makanan. Bakteri tersebut banyak ditemukan khususnya pada daging dan produk unggas yang masih mentah. Oleh karena itu, untuk daging sapi dan produk unggas direkomendasikan agar dimasak hingga suhu internal masing-masing 71°C dan 74°C. Banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa patogen ini memiliki resistensi termal dalam berbagai produk daging, salah satunya adalah ayam (Webster, 2018; Huang et al., 2019). Ayam adalah salah satu produk daging yang sangat sering dikonsumsi di seluruh dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Tidak jarang produk ayam disediakan dengan sayuran seperti lalapan. Ayam lalapan merupakan salah satu makanan yang sering disajikan di warung-warung makan di Indonesia. Budaya makan ayam disertai dengan lalapan merupakan tradisi makanan yang berasal dari Sunda. Jenis sayuran yang umum dipakai sebagai lalapan mentah adalah daun kemangi, daun jambu mete, kenikir, terong bulat, kacang panjang, tomat, mentimun, dan kol. Sayuran-sayuran tersebut dikenal memiliki efek yang baik untuk kesehatan. Sayur lalapan memiliki kelebihan gizi karena dikonsumsi dalam keadaan mentah sehingga zat-zat yang terkandung didalamnya tidak mengalami denaturasi atau perubahan (Hendariningrum, 2018). Selain memiliki manfaat terhadap kesehatan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan lalapan tersebut juga bebas dari berbagai zat berbahaya ataupun paparan mikroba yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Adanya paparan dari mikroba ke makanan dapat disebabkan dari faktorlingkungan yang buruk, tidak bersihnya tempat mengolah makanan, serta peralatan-peralatan yang tidak steril sehingga menyebabkan kontaminasi pada makanan. Faktor risiko lainnya adalah kurangnya pengetahuan tentang kondisi serta praktik hygiene dan sanitasi yang memadai oleh penjamah makanan. Konsumsi makanan yang terkontaminasi sejauh ini merupakan sumber utama penularan yang disebabkan oleh pathogen (De Lima et al., 2019; Alfiani et al., 2018). Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) adalah proses terstruktur untuk menentukan dan mengkarakterisasi risiko yang terkait dengan bahaya biologis dalam makanan. QMRA sering digunakan untuk mengevaluasi risiko keamanan pangan, karena ia menawarkan pendekatan logis dan terstruktur untuk menilai risiko akibat konsumsi bahaya dalam makanan tertentu. Pendekatan QMRA saat ini telah menjadi metode yang berkembang pesat secara sistematis dengan menggabungkan informasi yang tersedia pada pajanan serta dosis-respon untuk menghasilkan perkiraan beban penyakit akibat pajanan dari pathogen (Tirloni et al., 2018; Membré et al., 2018). Quantitative Microbial Risk Assessment pada penelitian ini digunakan untuk memperkirakan besaran risiko kasus penyakit bawaan makanan yang disebabkan dari pathogen Eschericia coli dan Salmonella terhadap orang yang mengonsumsi ayam lalapan pada warung makan. Olehnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko kuantitatif bakteri Escherichia coli pada ayam lalapan di warung makan sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar terhadap gangguan kesehatan masyarakat. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di warung makan yang berada di sekitar kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational dengan menggunakan pendekatan Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Populasi dan sampel Populasi objek dalam penelitian ini adalah semua warung makan yang menjual ayam lalapan di sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Sampel objek pada penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yang dilihat berdasarkan kriteria inklusi. Populasi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung warung makan yang mengkonsumsi ayam lalapan pada saat pengambilan data. Berdasarkan hasil wawancara pada warung makan yang akan diteliti didapatkan rata-rata jumlah pengunjung untuk 6 warung makan sebanyak 72 orang (perhari). Sehingga jumlah populasi subjek ditetapkan sebanyak 72 orang. Sampel diambil secara accidental sampling yakni responden yang ditemui sedang mengkonsumsi ayam lalapan pada saatpengambilan data berlangsung serta penjamah makanan pada setiap warung makan. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner, pengamatan menggunakan lembar observasi dan pengukuran berat badan pada responden. Sedangkan, konsentrasi bakteri diperoleh melalui pemeriksaan di Laboratorium. Pengukuran sampel makanan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran untuk mengetahui jumlah bakteri Eschericia coli yang terdapat pada makanan. Analisis data Semua data yang telah di cleaning kemudian dilakukan analisis secara univariat untuk melihat distibusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel dan diolah dengan menggunakan SPSS. Selain itu, data hasil pengumpulan juga dianalisis kemungkinan besar risiko infeksi dan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Eschericia coli. HASIL Karakteristik responden Tabel 1 memperlihatkan karakteristik responden yang menjadi sampel pada penelitian ini. Berdasarkan tabel 1dapat dilihat bahwa responden paling banyak berjenis kelamin lakilaki yakni sebanyak 29 orang atau 69%. Kelompok umur responden paling banyak berumur 21-30 tahun yakni 28 orang atau 66,7%. Tingkat pendidikan terakhir paling banyak SMA/sederajat yakni 21 orang atau 50% dan tidak terdapat responden yang pendidikan terakhirnya SMP/sederajat. Jumlah bakteri Eschericia coli pada makanan Tabel 2 memperlihatkan jumlah bakteri Eschericia coli pada makanan yang diambil pada setiap warung makan yang menjadi lokasi penelitian. Hasil pemeriksaan jumlah koloni bakteri Escherichia coli paling banyak ditemukan pada sampel warung makan 4 yakni sebanyak 39 CFU/gr. Sedangkan jumlah koloni bakteri paling sedikit ditemukan pada sampel warung makan 3 yakni sebanyak 4 CFU/gr. Setelah dilakukan uji biokimia untuk melihat jenis bakteri, dari 6 sampel yang diperiksa didapatkan seluruhnya merupakan bakteri Escherichia coli. Adapun bakteri tersebut dapat langsung diketahui keberadaannya pada media ditandai dengan warna hijau metalik. Volume Konsumsi Tabel 3 memperlihatkan volume konsumsi pada setiap warung makan yang diasumsikan sebagai volume konsumsi pada setiap responden pada warung makan tersebut. Volume konsumsi responden dalam penelitian ini diukur perwarung makan. Pada setiap warung makan, menu ayam lalapan ditimbang dan dilihat besar volumenya. Hasil pengukuran volume konsumsi paling besar terdapat pada warung makan 5 dengan volume konsumsi sebesar 650 gram/orang. Sedangkan volume konsumsi paling kecil terdapat pada warung makan 6 sebesar 340 gram/orang. Gangguan Kesehatan Tabel 4 memperlihatkan distribusi gangguan kesehatan pada responden menunjukkan bahwa distribusi responden yang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi ayam lalapan pada warung makan sebanyak 3 orang atau 7,1%. Sedangkan 92,9% lainnya tidak mengalami gangguan kesehatan apapun setelah mengkonsumsi ayam lalapan di warung makan. Selanjutnyadari 3 orang responden yang mengalami gangguan kesehatan, 2 orang atau 66,7% mengalami ganggaun kesehatan sakit perut. Sedangkan sisanya 33,3% mengalami gangguan kesehatan diare. Analisis Risiko Tabel 5 memperlihatkan hasil perhitungan analisis risiko bakteri Escherichia coli pada setiap warung makan. Probabilitasinfeksi per hari (Pinf/hari) untuk bakteri Escherichia coli tertinggi terdapat pada warung makan 4 dengan nilai 0,7975 atau 7,97 × 10 -1. Sedangkan probabilitasinfeksi per hari (Pinf/hari) untuk bakteri Escherichia coli terendah terdapat pada warung makan 3 dengan nilai 0,1162 atau 1,16 × 10 -1. Probabilitas infeksi tahunan (Pinf.annual) untuk bakteri Escherichia coli memiliki nilai yang sama untuk setiap warung makan yakni Pinf.annual= 1, yang berarti akan terjadi risiko apabila dikonsumsi selama setahun. Selanjutnya setelah dilakukan perhitungan nilai probability of illness (Pinf/hari) untuk semua warung makan memiliki risiko terjadinya penyakit sebesar 0,35 atau 3,5 × 10 -1 dan risiko tersebut masuk dalam kategori risiko tinggi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan pada ayam lalapan di 6 warung makan sekitar kampus Universitas Hasanuddin didapatkan bahwa seluruh sampel makanan positif terkontaminasi bakteri. Pada pengujian bakteri Escherichia coli sendiri, media yang digunakan adalah Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) yang merupakan media khusus untuk pemeriksaan bakteri Escherichia coli. Selanjutnya, sampel dikulturkan pada media EMBA lalu di inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C. Suhu 37°C merupakan suhu optimal untuk bakteri Escherichia coli agar dapat berkembang biak. Setelah sampel tersebut diinkubasi selama 1 x 24 jam, selanjutnya dilihat bakteri yang tampak pada media EMBA. Jika terdapat warna hijau metalik pada media tersebut dapat dipastikan sampel yang diperiksa terkontaminasi bakteri Escherichia coli. Warna sebelum pemupukan bakteri pada media EMBA adalah merah keunguan. Perubahan warna menjadi hijau metalik pada media ini dikarenakan bakteri Escherichia coli dapat memfermentasikan laktosa yang meningkatkan kadar asam dalam media. Kadar asam yang tinggi tersebut yang dapat mengendapkan methylen blue dalam EMBA sehingga terbentuk warna hijau metalik (Siregar et al., 2018). Selanjutnya untuk lebih memastikan jenis bakteri yang ditemukan, dilakukan uji biokimia. Setelah dilakukan uji biokimia untuk mengetahui jenis bakteri, semua sampel makanan positif merupakan bakteri Escherichia coli. Lalu dilakukan perhitungan jumlah bakteri Escherichia coli yang teridentifikasi. Berdasarkan perhitungan jumlah bakteri, sampel yang paling banyak terkontaminasi bakteri adalah sampel yang berasal dari warung makan 4 dengan total jumlah bakteri sebanyak 39 CFU/g. Sedangkan jumlah bakteri paling sedikit ditemukan pada sampel yang berasal dari warung makan 3 sebanyak 4 CFU/g. Jika dibandingkan dengan standar dari NSW Food Authority, nilai ini masih masuk kategori aman untuk dikonsumsi. Adapun batas cemaran bakteri Escherichia coli pada makanan yang tidak aman untuk dikonsumsi adalah ≥ 100 CFU/g. Identifikasi bahaya merupakan tahapan awal dalam analisis risiko mikroba. Mikroba yang dapat merugikan kesehatan diidentiikasi melalui informasi epidemiologi surveilans aspek klinis dan mekanisme potensial yang dapat menyebabkan gangguan. Dari hasil pengambilan data di Puskesmas setempat untuk penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri seperti penyakit diare menunjukkan bahwa penyakit diare setiap bulannya masuk ke dalam 10 penyakit tertinggi di wilayah Puskesmas Antara. Jumlah penderita diare pada tahun 2017 sebanyak 110 orang naik menjadi 143 orang di tahun 2018. Pada tahun 2019 jumlah penderita diare dari bulan Januari-Juni mencapai 63 orang dimana jumlah penderita tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan jumlah kasus sebanyak 27%, diikuti bulan Januari dengan jumlah kasus sebanyak 21%. Tingginya jumlah kasus pada bulan-bulan tersebut dikarenakan faktor musim, dimana bulan januari-februari termasuk dalam musim penghujan dan pada saat musim tersebut pertumbuhan agen mikroba juga cenderung meningkat. Pada tahapan penilaian dosis respon, hal pertama yang harus dilakukan yakni mengetahui konsentrasi bakteri pada makanan serta jumlah volume makanan yang dikonsumsi. Terdapat 6 sampel makanan yang diambil untuk selanjutnya diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan sampel makanan menggunakan media EMBA dan diperiksa di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Adapun dari hasil perhitungan jumlah bakteri Escherichia coli pada makanan didapatkan pada warung makan 1 sebanyak 13 CFU/g, warung makan 2 sebanyak 14 CFU/g, warung makan 3 sebanyak 4 CFU/g, warung makan 4 sebanyak 39 CFU/g, warung makan 5 sebanyak 10 CFU/g, serta yang terakhir warung makan 6 sebanyak 7 CFU/g. Selain mengetahui konsentrasi bakteri pada makanan, hal lain yang juga diukur yakni volume makanan yang dikonsumsi oleh responden. Adapun pengukuran dilakukan pada setiap warung makan dengan mengambil satu sampel makanan yang menjadi representasi volume konsumsi untuk setiap responden yang makan pada warung tersebut. Selanjutnya sampel makanan diukur dengan menimbang makanan dengan menggunakan timbangan makanan. Setelah data tersebut telah terkumpul selanjutnya dilakukan perhitungan kemungkinan risiko infeksi harian yang terjadi pada responden yang mengkonsumsi makanan pada setiap warung makan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dimasukkan ke dalam persamaan yang ada lalu dihitung besaran kemungkinan risiko yang dapat terjadi. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kemungkinan risiko harian dari infeksi bakteri Escherichia coli yang tertinggi terdapat pada warung makan 4 dengan besar risiko 7,97 x 10-1. Dan yang terendah didapatkan pada warung makan 3 dengan besar risiko 1,16 x 10 -1. Kemungkinan risiko infeksi harian tertinggi didapatkan pada warung makan 4, sejalan dengan tingginya konsentrasi bakteri pada warung makan tersebut. Sebaliknya kemungkinan risiko infeksi harian lebih rendah pada warung makan 3 karena konsentrasi jumlah bakteri yang ditemukan di warung makan tersebut juga merupakan yang terendah. Sehingga disini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi jumlah bakteri pada makanan, maka semakin besar pula kemungkinan risiko infeksi yang terjadi jika dikonsumsi. Selanjutnya pada tahapanpenilaianpajanandilakukanperhitunganbesarnyarisiko infeksi tahunan dari konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri. Setelah dilakukan perhitungan kemungkinan risiko infeksi harian, selanjutnya dilakukan perhitungan kemungkinan risiko infeksi tahunan yang terjadi pada responden yang mengkonsumsi makanan pada setiap warung makan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dimasukkan ke dalam persamaan yang ada lalu dihitung besaran kemungkinan risiko yang dapat terjadi. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kemungkinan risiko tahunan dari infeksi bakteri Escherichia coli sama pada setiap warung makan yakni Pinf.annual = 1, yang berarti terdapat risiko infeksi jika mengkonsumsi makanan tersebut selama 1 tahun. Penetapan karakteristik risiko merupakan langkah akhir dari analisis risiko dimana informasi tentang daya racun dan pemajanan diintegrasikan ke dalam “perkiraan batas atas” dari risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bakteri. Untuk nilai tingkat risiko dikategorikan ke dalam 3 tingkatan risiko (WHO, 2016), yaitu berisiko jika Pill <10-6, risiko sedang jika Pill = 10-6, dan tidak berisiko jika Pill> 10-6. Adapun hasil analisis untuk bakteri Escherichia coli pada setiap warung makan, nilai Pill yang didapatkan sama yakni 3,5 x 10-1. Hal ini dapat diartikan bahwa ayam lalapan pada setiap warung makan memiliki risiko tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan jika dikonsumsi pada manusia. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Duffy et al (2016) tentang analisis risiko bakteri Escherichia coli O157: H7 pada daging. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat risiko penyakit sebesar 6,4 x 10-4 untuk konsumsi daging pada orang dewasa di Austaralia dan risiko kematian sebesar 7,72 x 10-6. Jika dilihat dari hasil tersebut, risiko kejadian penyakit juga masuk dalam kategori risiko tinggi. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Pang et al (2017) tentang analisis risiko mikroba untuk bakteri Escherichia coli O157: H7 pada selada segar. Hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian yang dilakukan yakni besar risiko penyakit 9,9 x 10 -8, dimana risiko ini masuk dalam kategori risiko rendah. Bahaya atau risiko kesehatan yang berhubungan dengan makanan yang terkotaminasi bakteri Escherichia coli seperti yang telah dijelaskan diatas, masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan (foodborne diseases). Kualitas makanan harus senantiasa terjamin setiap saat agar dapat terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan atau keracunan akibat makanan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengambilan data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat bakteri Escherichia coli pada menu ayam lalapan di warung makan sekitar kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Mengkonsumsi ayam lalapan dapat menyebabkan memiliki risiko tinggi terkena infeksi penyakit terutama jika dikonsumsi secara terus menerus. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat risiko infeksi harian maupun tahunan dari konsumsi ayam lalapan yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli tersebut. Diharapkan kepada penjamah makanan dan pemerintah setempat untuk segera memperbaiki kualitas makanan yang disajikan serta menerapkan aspek higiene dan sanitasi yang baik. Bagi konsumen sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan khususnya ayam lalapan yang tidak diolah dengan tepat dan tidak matang sempurna. DAFTAR PUSTAKA Adzitey F., Teye G., Kutah W. & Adday S. (2011). Microbial Quality of Beef Sold on Selected Markets in The Tamale Metropolis in The Northern Region of Ghana. Livestock Research for Rural Development, 23(1):1-7 Alfiani U., Sulistyani S. & Ginandjar P. (2018). Hubungan Higiene Personal Pedagang dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Telur Cacing Soil Transmitted Helminths (STH) pada Lalapan Penyet di Pujasera Simpang lima Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1):685-695. De Lima D.P., Medeiros C.O., Dardin F.D. & StangarlināFiori L. (2019). Implementation of Good Hygiene Practices in Food Trucks With and Without the Intervention of A Food Safety Expert. Journal of Food Safety, 39(3):1-7. Duffy G., Cummins E., Nally P., O’Brien S. & Butler F. (2016). A Review of Quantitative Microbial Risk Assessment in The Management of Escherichia coli O157: H7 on Beef. Meat science, 74(1):76-88. Hendariningrum R. (2018). Budaya dan Komunikasi Kesehatan (Studi Pandangan Kesehatan Pada Masyarakat Sunda Dalam Tradisi Makan Lalapan). Jurnal Komunikasi LUGAS, 2(1):13-19. Huang L., Hwang C.A. & Fang T. (2019). Improved estimation of thermal resistance of Escherichia coli O157: H7, Salmonella spp., and Listeria monocytogenes in Meat and Poultry–The effect of Temperature and Fat and A global Analysis. Food control, 96(3):29-38. Membre J.M. & Boué G. (2018). Quantitative Microbiological Risk Assessment in Food Industry: Theory and practical application. Food Research International, 106(5):1132-1139. Pang H., Lambertini E., Buchanan R.L., Schaffner D.W. & Pradhan A.K. (2017). Quantitative Microbial Risk Assessment for Escherichia coli O157: H7 in Fresh-Cut Lettuce. Journal of food protection, 80(3):302-311. Sharma K.P. & Chattopadhyay U. (2015). Assessment of Microbial load of raw meat Samples sold in the Open Markets of city of Kolkata. IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science, 8(2):24-27. Siregar C.S., Erina, E. & Abrar, M. (2018). Isolasi Escherichia coli pada Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang Gagal Menetas di Peternakan Desa Garot Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 2(1):161169. Tirloni E., Stella S., de Knegt L., Gandolfi G., Bernardi C. & Nauta M. (2018). A Quantitative Microbial Risk Assessment Model for Listeria monocytogenes in RTE Sandwiches. Microbial Risk Analysis, 9(2):11-21. Webster J.B. (2018). Heat Resistance of Escherichia coli and Salmonella enterica in Ground Beef and Chicken. Department of Agricultural, Food and Nutritional Science, University of Alberta. WHO. (2016). Quantitative Microbial Risk Assessment: Application for water safety management. Afrika : World Health Organization. Xu M., Wang R. & Li Y. (2016). Rapid detection of Escherichia coli O157: H7 and Salmonella Typhimurium in Foods Using an Electrochemical Immunosensor Based on Screen-Printed Interdigitated Microelectrode and Immunomagnetic Separation. Talanta, 148:200-208. LAMPIRAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, dan Pendidikan Terakhir di Warung Makan Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2019 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 11-20 21-30 31-40 41-50 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SMP/sederajat SMA/sederajat D3/S1 S2/S3 Jumlah (n) Persen (%) 29 13 69 31 12 28 1 1 28,6 66,7 2,4 2,4 1 0 21 18 2 2,4 0 50 42,9 4,8 Tabel 2. Distribusi Jumlah Koloni Bakteri Escherichia coli pada Ayam Lalapan di Warung Makan Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2019 Sampel Warung Makan 1 Warung Makan 2 Warung Makan 3 Warung Makan 4 Warung Makan 5 Warung Makan 6 Jumlah Koloni (CFU/gram) 13 14 4 39 10 7 Jenis Bakteri Escherichia coli Escherichia coli Escherichia coli Escherichia coli Escherichia coli Escherichia coli Tabel 3. Distribusi Volume Konsumsi pada Setiap Warung Makan di Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2019 Sampel Warung Makan 1 Warung Makan 2 Warung Makan 3 Warung Makan 4 Warung Makan 5 Warung Makan 6 Volume konsumsi (gr/orang) 440 360 390 440 650 340 Tabel.4 Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Kesehatan Setelah Konsumsi Ayam Lalapan di Warung Makan Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2019 Mengalami Gangguan Kesehatan Tidak Ya Jumlah (n) 39 3 Persen (%) 92,9 7,1 Tabel.5 Distribusi Perhitungan Analisis Risiko Mikroba Kuantitatif Bakteri Escherichia coli pada Ayam Lalapan di Warung Makan Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2019 Sampel Warung Makan 1 Warung Makan 2 Warung Makan 3 Warung Makan 4 Warung Makan 5 Warung Makan 6 Volume (V) The probability of infection Per day (Pinf / day) Probability Infection Annual (Pinf.annual) 13 440 3.77E-01 1 14 360 3.94E-01 1 4 390 1.16E-01 1 39 440 7.98E-01 1 10 650 3.08E-01 1 7 340 2.04E-01 1 Konsen trasi (C) Proba bility of Illness (Pill) 3.50E01 3.50E01 3.50E01 3.50E01 3.50E01 3.50E01 Notes High risk High risk High risk High risk High risk High risk