Uploaded by yogayog48

Yoga Pratama 1910119210002 kelas B pertumbuhan buluh serbuk sari

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM III
GENETIKA
(ABKC 2305)
“PERTUMBUHAN BULUH SERBUK SARI ”
Oleh :
Yoga Pratama
1910119210002
Kelompok VIII B
Asisten Dosen :
Dody Alfayed
Syifa Fauzia
Dosen Pengasuh :
Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd
Dr. Bunda Halang, M.T
Riya Irianti, S.Pd., M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
OKTOBER
2020
PRAKTIKUM III
Topik
: Pertumbuhan Buluh Serbuk Sari
Tujuan
: - Untuk mengamati proses keluarnya serbuk sari
- Untuk mengamti pengaruh larutan sukrosa dan asam borax
terhadap proses tersebut
Hari/Tanggal : Selasa/ 27 Oktober 2020
Tempat
I.
: Daring
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT :
1. Mikroskop
2. Cawan petri
3. Pinset
4. Kaca benda
5. Kaca penutup
6. Pipet tetes
B. BAHAN
1. Larutan sukrosa 2%
2. Larutan sukrosa 5%
3. Larutan sukrosa 10%
4. Larutan asam boraks
5. Serbuk sari bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
6. Serbuk sari bunga waru (Hibiscus tiliaceus)
II. CARA KERJA
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
2.
Mengambil larutan sukrosa 2%, 5%, dan 10% kemudian memasukkan
kedalam cawan petri yang sudah sesuai dengan waktu perendaman yaitu
5 menit, 10 menit dan 20 menit.
3.
Mengambil serbuk sari bunga sepatu atau bunga waru dengan
menggunakan pinset kemudian meletakkannya di atas cawan petri yang
sudah berisi larutan sukrosa tadi.
4.
Menunggu perendaman sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan.
5.
Melakukan perlakuan yang sama dengan larutan sukrosa 5%, 10% dan
asam boraks.
6.
Mengambil serbuk sari yang sudah direndam kemudian meletakkannya
diatas kaca benda.
7.
Mengambil cairan perendaman sedikit menggunakan pipet tetes,
kemudian meneteskannya diatas kaca benda yang sudah berisi bahan agar
selama proses pengamatan serbuk sari tidak kering.
8.
Menutup dengan kaca penutup lalu menggilas/memejet bahan tersebut
agar serbuk sari terurai.
9.
Mengamati dibawah mikroskop, dimulai dari perbesaran kecil hingga
keperbesaran besar agar hasil pengamatan dapat terlihat dengan jelas.
III. TEORI DASAR
Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan seperti
halnya dengan bagian-bagian bunga lain, benang sari pun merupakan suatu
metamorfosis daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat
kelamin jantan. Benang sari merupakan metamorfosis yang masih terlihat
dengan mata. Benang sari terdiri dari 3 bagian, yaitu:
a. Filamentum
Merupakan bagian yang terbentuk benang dengan penampang
melintang yang umumnya berbentuk bulat.
b. Anthera atau kepala sari
Adalah bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari.
Bagian dalam memiliki 2 ruang sari dan setiap ruang sari berasal dari
ruangan kecil, disitulah tempat terbentuknya serbuk sari atau polen yang
kemudian serbuk sari jatuh ke kepala putik ke kepala putik, dimana serbuk
sari itu akan tumbuh suatu buluh menuju ke bakal biji sehingga dapat
bersatu atau melebur dengan sel telur yang terdapat di dalam kandung
lembaga.
c. Penghubung serbuk sari
Merupakan lanjutan dari tangkai sari yang menjadi penghubung kedua
bagian kepala sari atau ruang sari yang terdapat di kanan kiri penghubung
tersebut.
Ruang sari yang merupakan tempat terbentuknya serbuk sari dan
setelah terjadi persarian maka serbuk sari akan tumbuh berupa suatu buluh
yang menuju ke bakal biji, hingga inti sperma yang terdapat dalam serbuk sari
akhirnya akan melebur atau bersatu dengan sel telur yang terdapat dalam
kantung lembaga. Peleburan inti sperma dengan inti sel disebut pembuahan.
Cepat lambatnya serbuk sari membentuk buluh serbuk sari dipengaruhi
oleh beberapa hal, seperti jenis bunga yang menghasilkan serbuk sari. Bunga
yang satu dengan bunga yang lain berada dalam bentuk buluh serbuk sari
terutama dalam hal kecepatannya, ini dipengaruhi juga oleh faktor
lingkungan.
Jika serbuk sari ini sudah masak, maka kepala sari pecah untuk
memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi. Agar serbuk sari keluar
dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan jalan yang berbedaberbeda, misalnya:
a.
Dengan celah yang membujur
b.
Dengan celah yang melintang
c.
Dengan sebuah liang pada ujung kepala sari
d.
Dengan klep atau katuk-katuk
Benang sari dapat memperlihatkan perkembangan yang kurang
sempurna, yang mana benang sari tidak lagi menghasilkan serbuk sari yang
mampu menimbulkan persarian, bahkan seringkali berubah bentuk dan
fungsinya (Halang, 2020).
IV.
HASIL PENGAMATAN
A. Table Gambar Pengamtan
1. Serbuk sari Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Larutan
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Sukrosa
10 %
Asam
Borax
Gambar dengan waktu
5 menit
10 menit
20 menit
2. Serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)
Larutan
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Sukrosa
10 %
Asam
Borax
Gambar dengan waktu
5 menit
10 menit
20 menit
B. Table Foto Pengamatan
1. Serbuk sari Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Larutan
Gambar dengan waktu
5 menit
10 menit
20 menit
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 40 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
(Perbesaran : 40 x 10)
Sukrosa
10 %
(Perbesaran : 40 x 10)
Asam
Borax
(Perbesaran : 40 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 40 x 10)
2. Serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)
Larutan
Gambar dengan waktu
5 menit
10 menit
20 menit
Sukrosa
2%
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
Sukrosa
5%
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 40 x 10)
Sukrosa
10 %
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
Asam
Borax
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
(Perbesaran : 10 x 10)
C. Foto Literatur
1. Serbuk sari Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Keterangan :
3
1. Polen
2. Trikoma
3. Buluh serbuk sari
2
1
(Sumber : Rohmana, 2015)
2. Serbuk sari Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus)
Keterangan :
1
1. Buluh serbuk sari
2. Polen
3. Trikoma
2
3
(Sumber : Rohmana, 2015)
V. ANALISIS DATA
Serbuk sari atau dikenal dengan pollen merupakan komponen penting
tanaman untuk berkembang melalui reproduktif. Serbuk sari merupakan
organ jantan pada tumbuhan yang berperan penting dalam proses evolusi
tumbuhan.
Selain sebagai tempat gametofit jantan dan alat penyerbukan pada
tumbuhan berbunga, serbuk sari memiliki fungsi dan penting dalam beberapa
bidang meliputi morfologi serbuk sari dan kaitannya dalam taksonomi,
filogeni dan palinologi fosil. Ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari
disebut palinologi yang umumnya lebih terfokus pada struktur dinding serbuk
sari (Erdtman, 1972).
Beberapa karakter dari morfologi serbuk sari adalah: simetri, ukuran
dan bentuk, struktur dinding serbuk sari (pollen wall), stratifikasi eksin,
ornamentasi eksin, kerutan/alur dan lubang (Agashe dan Caulton, 2009).
Serbuk sari memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi dan memiliki pola
lekukan yang berbeda-beda (Hidayat, 1995).
Morfologi serbuk sari dapat digunakan untuk mengidentifikasi takson di
tingkat familia, genus, species, dan di bawah species, penempatan taksa yang
diragukan, penyusunan kembali, penggabungan dan pemisahan, serta sebagai
penguat bukti yang lain (Davis and Heywood, 1973 dalam Pudjoarinto dan
Hasanudin, 1996).
1. Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) merupakan salah satu
tanaman hias berbunga indah yang tumbuh di dataran rendah ataupun
dataran tinggi. Warna yang dimiliki oleh bunga ini adalah kuning, merah,
pink dan jingga. Bunga tanaman ini hanya bertahan segar dalam sehari
mulai pagi sampai sore. Walaupun tidak bertahan lama, tanaman ini rajin
berbunga terutama dengan cahaya matahari yang cukup dan penyiraman
yang memadai (Ariyanti dan Osman, 1988).
Klasifikasi bunga sepatu :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Malvales
Family
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Species
: Hibiscus rosa-sinensis L.
Sumber
: (Lawrence, 2003)
Pada praktikum kali ini dengan topik “Pertumbuhan Buluh Serbuk
Sari”, dengan bahan serbuk sari bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.).
Dalam video praktikum kali ini, bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
diberlakukan 4 perlakuan, yaitu dengan memberikan larutan memberikan
sukrosa 2%, sukrosa 5%, sukrosa 10%, dan asam boraks. Masing-masing
diberi perlakukan dengan didiamkan selama 5 menit, 10 menit, dan 20
menit.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan buluh
serbuk sari yang dipengaruhi oleh jenis larutan, konsentrasi larutan dan
waktu perendaman. Serbuk sari yang sudah matang akan pecah dan
mengeluarkan butir-butir serbuk sari. Butir-butir serbuk sari tersebut akan
tumbuh dan menjadi buluh serbuk sari apabila substratnya cocok.
Pada video praktikum serbuk sari diberikan larutan sukrosa yang
bertujuan untuk mempercepat dan merangsang pertumbuhan buluh serbuk
sari, sedangkan pemberian larutan asam boraks pada serbuk sari bertujuan
untuk menghambat pertumbuhan buluh serbuk sari.
a. Sukrosa 2%
Berdasarkan hasil foto pengamatan terlihat pada serbuk sari
bunga sepatu dengan diberikan perlakuan larutan sukrosa sebanyak 2%
selama 5 menit, terlihat bahwa terdapat polen atau serbuk sari. Polen
yang terlihat berwarna putih kekuningan berbentuk bulat dengan sisi
yang masih sedikit bergerigi dan sudah mulai nampak perpanjangan
buluh serbuk sari nya. Selanjutnya pada menit ke 10 terlihat bahwa
polennya dan buluh serbuk sarinya sudah mulai tumbuh lebih panjang
dibandingkan pada perlakuan menit ke 5. Hal ini dikarenakan waktu
perendaman yang diberikan sedikit lebih lama dibanding menit ke 5,
sehingga buluh serbuk sari mulai terangsang dan mengakibatkan buluh
serbuk sarinya tumbuh lebih panjang dibandingkan buluh serbuk sari
pada menit ke 5. Sedangkan pada menit ke 20, polen yang terlihat
berwarna hitam dengan duri-duri yang tajam. Hal ini dikarenakan waktu
perendaman yang diberikan cukup lama sehingga buluh-buluh serbuk
sarinya terangsang tumbuh, namun polennya sudah rusak sehingga
warnanya menjadi kehitaman.
b. Sukrosa 5%
Berdasarkan hasil foto pengamatan pada serbuk sari bunga sepatu
dengan perlakuan larutan sukrosa 5% selama 5 menit, terlihat bahwa
terdapat polen. Polen yang terlihat berwarna kuning kejinggaan bulat
dengan sisi yang sedikit bergerigi tapi tidak nampak adanya
pemanjangan buluh. Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan
masih sangat singkat sehingga buluh serbuk sari belum terangsang
untuk melakukan pertumbuhan dan konsentrasi larutan yang masih
cukup rendah sehingga butuh waktu yang sedikit lebih. Selanjutnya
pada menit ke 10 terlihat bahwa polennya berwarna kuning kehitaman
dan lebih bergerigi dibanding pada menit ke 5 tetapi masih belum ada
juga pemanjangan buluh serbuk tetapi sudah muncul sedikit tanda-tanda
pertumbuhannya. Hal ini karena waktu perendaman serbuk sari yang
diberikan sedikit lebih lama dibanding menit ke 5, sehingga buluhbuluh serbuk sari mulai terangsang untuk tumbuh. Namun, polennya
sudah rusak mungkin karena sudah dibuahi oleh lebah sehingga
warnanya menjadi kehitaman. Sedangkan pada menit ke 20, polennya
terlihat berwarna kuning cerah dengan duri-duri yang tajam yang
merupakan buluh-buluh serbuk yang sudah mulai tumbuh memanjang.
Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan lumayan lama
sehingga buluh-buluh serbuk sari terangsang tumbuh.
c. Sukrosa 10%
Berdasarkan hasil foto pengamatan pada serbuk sari bunga sepatu
dengan perlakuan larutan sukrosa 10% selama 5 menit, terlihat bahwa
Polen berwarna hitam bulat dengan sisi bergerigi dan namun tidak
nampak adanya perpanjangan buluh. Hal ini menandakan bahwa belum
ada proses rangsangan yang menyebabkan penumbuhan pada buluh
serbuk sari. Selanjutnya pada menit ke 10 terlihat bahwa polennya
berwarna jingga kehitaman dan lebih sedikit bergerigi
yang
menandakan sudah ada proses rangsangan yang menyebabkan
penumbuhan buluh serbuk. Hal ini karena waktu perendaman yang
diberikan sedikit lebih lama dibanding menit ke 5. Sedangkan pada
menit ke 20, polennya terlihat berwarna putih keabuan dengan duri-duri
yang tajam dan tipis. Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan
lumayan lama dan konsentrasi yang tinggi sehingga buluh-buluh serbuk
sari habis isinya .
d. Asam Boraks
Berdasarkan hasil pengamatan pada serbuk sari bunga sepatu
dengan perlakuan larutan asam boraks selama 5 menit, terlihat bahwa
terdapat polen yang berwarna kuning hitam bulat dengan sisi bergerigi
dan tidak nampak adanya pemanjangan buluh serbuk sari. Hal ini
diakibatkan karena polennya sudah rusak akibat telah dibuahi oleh
lebah sehingga warnanya menjadi hitam. Selanjutnya pada menit ke 10
terlihat bahwa polennya berwarna kuning kehitaman dan duri-durinya
berkurang. Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan sedikit
lebih lama dibanding menit ke 5, sehingga buluh-buluh serbuk sari
menyusut perkembangannya. Selain itu, polennya sudah rusak mungkin
karena sudah dibuahi oleh lebah sehingga warnanya menjadi
kehitaman. Sedangkan pada menit ke 20, polennya terlihat berwarna
kuning dan masih tetap tidak mengalami pemanjangan buluh serbuk.
Hal ini karena larutan asam boraks pada serbuk sari berperan sebagai
penghambat pertumbuhan buluh serbuk sari sehingga tidak terlihat
pertumbuhan buluh serbuk sari.
2. Bunga waru (Hibiscus tiliaceus)
Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: baru
(Gayo, Belitung, Madura, Makassar, Sumba, Halmahera); baru dowongi
(Ternate, Tidore); waru (Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Flores); haru, halu,
faru, fanu (aneka bahasa di Maluku) (Heyne, 1987).
Klasifikasi Bunga waru (Hibiscus tiliaceus) :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus tiliaceus L.
Sumber
: (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)
Pada praktikum kali ini dengan topik “Pertumbuhan Buluh Serbuk
Sari”, dengan bahan serbuk sari bunga war (Hibiscus tiliaceus L.). Dalam
video praktikum kali ini, bunga sepatu (Hibiscus tiliaceus L.)diberlakukan
4 perlakuan, yaitu dengan memberikan larutan memberikan sukrosa 2%,
sukrosa 5%, sukrosa 10%, dan asam boraks. Masing-masing diberi
perlakukan dengan didiamkan selama 5 menit, 10 menit, dan 20 menit.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan buluh
serbuk sari yang dipengaruhi oleh jenis larutan, konsentrasi larutan dan
waktu perendaman. Serbuk sari yang sudah matang akan pecah dan
mengeluarkan butir-butir serbuk sari. Butir-butir serbuk sari tersebut akan
tumbuh dan menjadi buluh serbuk sari apabila substratnya cocok.
Pada video praktikum serbuk sari diberikan larutan sukrosa yang
bertujuan untuk mempercepat dan merangsang pertumbuhan buluh serbuk
sari, sedangkan pemberian larutan asam boraks pada serbuk sari bertujuan
untuk menghambat pertumbuhan buluh serbuk sari.
a. Sukrosa 2%
Berdasarkan hasil foto pengamatan pada serbuk sari bunga waru
dengan diberikan perlakuan mengunakan larutan sukrosa sebanyak 2%
selama 5 menit, terlihat bahwa terdapat polen atau serbuk sari. Polen
yang terlihat berwarna putih pucat bulat dengan sisi yang masih sedikit
bergerigi dan belum nampak adanya pemanjangan buluh serbuk
sarinya. Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan masih sangat
singkat yang belum membuat buluh serbuk sari belum terangsang untuk
tumbuh. Selanjutnya pada menit ke 10 terlihat bahwa polennya lebih
bergerigi dibanding pada menit ke 5. Pemanjangan buluh juga sudah
mulai terlihat. Hal ini dikarenakan waktu perendaman yang diberikan
sedikit lebih lama dibanding menit ke 5, sehingga buluh-buluh serbuk
sari mulai terangsang tumbuh. Sedangkan pada menit ke 20, polen yang
terlihat berwarna hitam dengan duri-duri yang tajam dan terlihat
pemanjangan serbuk sarinya. Hal ini karena waktu perendaman yang
diberikan lumayan lama sehingga buluh-buluh serbuk sari terangsang
tumbuh, namun polennya sudah rusak sehingga warnanya menjadi
kehitaman.
b. Sukrosa 5%
Berdasarkan hasil foto pengamatan pada serbuk sari bunga waru
dengan diberi perlakuan menggunakan larutan sukrosa sebanyak 5%
selama 5 menit, terlihat bahwa terdapat polen atau serbuk sari. Polen
yang terlihat berwarna putih keabuan bulat dengan sisi yang sedikit
bergerigi tetapi tidak ada pemanjangan buluh. Hal ini dikarenakan
waktu perendaman yang diberikan masih sangat singkat dan konsentrasi
larutan yang masih cukup rendah. Selanjutnya pada menit ke 10 terlihat
bahwa polennya berwarna putih kekuningan dan lebih bergerigi
dibanding pada menit ke 5 tetapi tidak ada aterjadi pemanjangan. Hal
ini karena waktu perendaman yang diberikan sedikit lebih lama
dibanding menit ke 5, sehingga buluh-buluh serbuk sari terangsang
untuk tumbuh. Sedangkan pada menit ke 20, polennya terlihat berwarna
kehitaman dengan duri-duri yang menyusut. Hal ini karena waktu
perendaman yang diberikan lumayan lama sehingga buluh-buluh serbuk
sari sudah habis keluar dari serbuk sari. Namun, polennya sudah rusak
mungkin karena sudah dibuahi oleh lebah sehingga warnanya menjadi
berwarna kehitaman.
c. Sukrosa 10%
Berdasarkan hasil foto pengamatan pada serbuk sari bunga waru
dengan perlakuan larutan sukrosa 10% selama 5 menit, terlihat bahwa
terdapat polen atau serbuk sari. Polen yang terlihat berwarna putih bulat
dengan sisi bergerigi namun tidak nampak adanya pemanjangan buluh
serbuk. Hal ini karena waktu perendaman yang masih cenderung terlalu
singkat. Selanjutnya pada menit ke 10 terlihat bahwa polennya
berwarna hitam dan sedikit bergerigi, namun masih tidak nampak
adanya pemanjangan buluh serbuk sari. Hal ini karena waktu
perendaman yang diberikan sedikit lebih lama dibanding menit ke 5.
Namun, polennya sudah rusak mungkin sehingga warnanya menjadi
hitam. Sedangkan pada menit ke 20, polennya terlihat berwarna hitam
dengan duri-duri yang tajam tapi pemanjangan buluh serbuk masih
tetap tidak terlihat. Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan
lumayan lama dan konsentrasi yang tinggi sehingga buluh-buluh serbuk
sari habis isinya dan polennya sudah rusak.
d. Asam Boraks
Berdasarkan hasil foto pengamatan pada serbuk sari bunga waru
dengan diberikan perlakuan mengunakan larutan asam boraks selama 5
menit, terlihat bahwa terdapat polen atau serbuk sari. Polen yang terlihat
berwarna hitam bulat dengan sisi berduri tajam dan tidak nampak adanya
pemanjagnan buluh serbuk sari. Hal ini diakibatkan karena polennya
sudah rusak akibat telah dibuahi oleh lebah sehingga warnanya menjadi
hitam dan waktu perendaman yang masih cenderung sebentar.
Selanjutnya pada menit ke 10 terlihat bahwa polennya putih dan durinya
berkurang dan masih tetap tidak terjadi pemanjangan buluh serbuk sari.
Hal ini karena waktu perendaman yang diberikan sedikit lebih lama
dibanding menit ke 5, sehingga buluh-buluh serbuk sari menyusut
perkembangannya.. Sedangkan pada menit ke 20, polennya terlihat
berwarna putih keabuan dengan duri-duri yang tajam dan tetap tidak
terlihat adanya pemanjangan buluh serbuk sari. Hal ini karena waktu
perendaman yang diberikan lumayan lama mengakibatkan warnanya
memudar, tapi waktu perendaman yang terlalu lama ini pula yang
menyebabakan jaringan dari sel mati sehingga tidak terjadi pemanjangan
buluh serbuk sari. larutan asam boraks pada serbuk sari berperan sebagai
penghambat pertumbuhan buluh serbuk sari sehingga tidak terlihat
pertumbuhan buluh serbuk sari.
Buluh serbuk sari merupakan saluran masuknya inti sel serbuk sari
menuju bakal biji (ovulum). Buluh serbuk sari terbentuk dari
perkembangan serbuk sari yang menempel pada putik. Buluh serbuk sari
tumbuh dengan nutrisi yang berasal dari jaringan putik. Berdasarkan arah
masuknya, terdapat 3 tipe cara masuknya buluh serbuk sari. Arah
tumbuhnya buluh serbuk sari ditentukan dari jarak yang akan
ditempuhnya. Buluh serbuk sari akan selalu memilih jarak yang paling
dekat untuk tumbuh menuju bakal biji. Buluh serbuk sari dapat tumbuh
melewati bagian manapun dengan tujuan secepat-cepatnya mencapai bakal
biji agar pembuahan dapat segera terjadi (Jayaprakash, 2017).
Sukrosa dalam konsentrasi medium bertindak sebagai pengatur
osmotik yang mengatur laju difusi air dari konsentrasi medium menjadi
butiran serbuk sari dan sukrosa umumnya digunakan dalam konsentrasi
medium polen. Kegagalan serbuk sari untuk berkecambah dan meledaknya
mungkin mengindikasikan kurangnya konsentrasi dalam butir serbuk sari
dan ketergantungan kritis pada pasokan eksternal. Sukrosa telah
memberikan perkecambahan serbuk sari untuk pigeonpea, pigeonpeas liar
dan brinjal liar yang cukup sedangkan brinjal liar merupakan pengatur
osmatik yang buruk untuk serbuk sari gandum, gandum hitam dan brinjal
(Jayaprakash, 2017).
VI. KESIMPULAN
1.
Serbuk sari merupakan organ jantan pada tumbuhan yang berperan
penting dalam proses evolusi tumbuhan.
2.
sukrosa
yang
berfungsi
untuk
mempercepat
dan
merangsang
pertumbuhan buluh serbuk sari.
3.
larutan asam boraks pada serbuk sari merupakan penghambat
pertumbuhan buluh serbuk sari.
4.
Buluh serbuk sari merupakan saluran masuknya inti sel serbuk sari
menuju bakal biji (ovulum).
5.
Larutan yang digunakan adalah sukrosa 2%, sukrosa 5%, sukrosa10%,
dan asam boraks.
6.
Perlakuan yang diberikan pada serbuk sari adalah 5 menit, 10 menit, dan
20 menit.
7.
Buluh serbuk sari akan tumbuh jika serbuk sari telah masak dan kepala
sari akan pecah.
8.
Serbuk sari bunga sepatu berwarna lebih cerah dibandingkan serbuk sari
bunga waru.
9.
Berdasarkan
perbandingan
Larutan
sukrosa
2%,
sukrosa
5%,
sukrosa10%, dan asam boraks, buluh serbuk sari lebih cepat keluar pada
sukrosa 5%,
VII. DAFTAR PUSTAKA
Agashe, S. N. and E. Caulton. 2009. Pollen And Spores: Applications With
Special Emphasis On Aerobiology And Allergy. United States of
America: Science Publishers.
Ariyanti B dan Osman F. 1988. Hibiscus. Penebar Swadaya. Jakarta.
Erdmant, G. 1972. Pollen Morphology and Plant Taxonomy. London:
Hafner Publishing Company
Halang, Bunda. 2020. Penuntun Praktikum Genetika. Banjarmasin: PMIPA
FKIP ULM.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid 3:1312-1314.
Terjemahan
Yayasan
Sarana
Wana
Jaya,
Jakarta:
id.wikipedia.org/wiki/Waru
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Jayaprakash. (2017). Pollen Germination in vitro. Intechopen.
Lawrence, J. dan May, D. 2003. Infection Control in the Community.
Churchill Livingstone. London.
Pudjoarinto, A. dan Hasanudin. 1996. Kedudukan Taksonomi Duku,
Kokosan, dan Pisitan: Ditinjau dari Morfologi Serbuk Sari. Jurnal
Biologi. 1(II).
Rohmana. (2015). Sitologi Penebalan Dinding Sel Dan Plasmolisis. Diakses
https://google/ejurnal/Sitologi_Penebalan_Dinding_Sel_Dan_Plasmolis
-rohma.com tanggal 20 Maret 2020.
Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia, 305-306, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarata.
Download