Uploaded by airiyamanishi

Analisis CVP

advertisement
RMK Analisis Cost Volume Profit
A. Pengertian Biaya Volume Laba (Analisis Cost volume Profit)
Analisis Biaya Volume Laba/BVL (cost volume profit analysis/CVP) merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Hal
ini dikarenakan CVP menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan
harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Seperti kita
ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu
akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode
akan terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Untuk melihat hubungan antara
ketiga variabel itu (biaya, volume, dan laba) diperlukanlah analisis cost volume profit.
B. Hubungan CVP dalam Bentuk Persamaan
Hubungan CVP dalam Bentuk Persamaan Format kontribusi laporan laba rugi dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
Laba operasi = Pendapatan penjualan – Biaya variable –Biaya tetap
Dalam persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan
penghasilan atau laba sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba operasi (operating
income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal
perusahaan. Sedangkan, laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi pajak
penghasilan. Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat dikembangkanlah
persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjulan dan beban
variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan
penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan
total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual.
Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x
jumlah unit terjual ) – Total biaya tetap
C. Representasi Grafis Dari Hubungan CVP
Hubungan antara pendapatan, biaya, laba, dan volume diilustrasikan pada grafik
biaya volume-laba (CVP).
Grafik CVP (terkadang disebut grafik titik impas atau break-even graph),
menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan laba.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci perlu dibuat grafik dengan
dua garis terpisah, yaitu garis total pendaptan dan garis total biaya”. Tiap-tiap garis itu
disajikan dengan persamaan berikut :
Pendapatan
= Harga x Unit
Total biaya
= (Biaya variabel per unit x unit) + Biaya tetap
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan grafik break-even
point yaitu :
ο‚·
Membuat grafik X dan Y , dengan sumbu X menunjukan jumlah unit (output)
dan sumbu Y menunjukan biaya dan permintaan.
ο‚·
Membuat titik pada sumbu Y yang menunjukan nilai Biaya tetap total (Total
Fixed cost = TFC), kemudian tariklah garis lurus dari titik tersebut sejajar
sumbu X.
ο‚·
Membuat titik pertemuan antara jumlah unit terjual dengan jumlah rupiah dari
unit terjual, kemudian menarik garis dari titik 0 melalui titik tersebut. Garis
yang terbentuk disebut garis penerimaan total (Total Revenue = TR)
ο‚·
Menarik garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y (pada
langkah 2 di atas) yang menunjukan garis biaya total (TC).
Keterangan
1. Sumbu datar (sumbu x) menyatakan volume penjualan yang dapat
dinyatakan dalam satuan kuantitas atau rupiah pendapatan penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan dan biaya dalam
rupiah.
3. Impas adalah terletak pada perpotongan garis pendapatan penjualan dengan
garis biaya. Bila dari titik perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke sumbu
x, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan volume penjualan. Jika dari
titik impas ditarik garis tegak lurus ke sumbu y, akan diketahui pencapaian
impas berdasarkan pendapatan penjualan.
4. Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya dengan
garis pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan
penjualan lebih rendah dari total biaya. Sedangkan daerah di sebelah kanan
titik impas yaitu, bidang diantara garis pendapatan penjualan dengan garis
total biaya merupakan daerah laba, karena pendapatan penjualan lebih tinggi
dari total biaya.
D. Konsep Margin Kontribusi
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi semua biaya variabel.
Ini dapat dihitung dengan menggunakan satuan mata uang atau basis per unit. Jika
PT XYZ miliki penjualan sebesar $ 750.000 dan biaya variabel sebesar $ 450.000,
marjin kontribusinya adalah $ 300.000. Dengan asumsi perusahaan menjual 250.000
unit selama tahun, harga per unit penjualan adalah $ 3 dan biaya variabel total per
unit adalah $ 1,80. Margin kontribusi per unit adalah $ 1,20. Rasio margin kontribusi
adalah 40%. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan margin kontribusi dalam
satuan mata uang atau marjin kontribusi per unit. Untuk menghitung rasio margin
kontribusi, margin kontribusi dibagi dengan jumlah penjualan atau pendapatan.
E. Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)
Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan
total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol (zero profit). Untuk menghitung titik
impas (dalam penjualan unit dan penjualan dolar), manajer dapat menggunakan salah
satu dari dua pendekatan, metode persamaan atau metode rumus.
1. Metode Persamaan
Metode persamaan bergantung pada persamaan dasar profit yang diperkenalkan
di awal bab. Misalnya Margin kontribusi adalah $ 100, dan biaya tetapnya adalah
$ 35.000, break-even perusahaan dihitung sebagai berikut:
Profit
=
Unit Contribution Margin (CM) × Q − Fixed expense
$0
=
$100 × Q − $35,000
$100 × Q =
$0 + $35,000
Q
=
$35,000 ÷ $100
Q
=
350
Jadi, titik impas perusahaan (atau menghasilkan nol keuntungan) dengan
volume penjualan 350 unit per bulan.
2. Metode rumus
Metode Rumus adalah versi jalan pintas dari metode persamaan.
π‘ˆπ‘›π‘–π‘‘ π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘šπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘– π‘‘π‘–π‘‘π‘–π‘˜ π‘–π‘šπ‘π‘Žπ‘  =
π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘‡π‘’π‘‘π‘Žπ‘
π‘ˆπ‘›π‘–π‘‘ πΆπ‘œπ‘›π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’π‘‘π‘–π‘œπ‘› π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘›
Break-Even Point Penjualan (Dalam Dollar)
1. Metode Persamaan
Profit
=
CM ratio × Sales − Fixed expenses
$40,000
=
0.40 × Sales − $35,000
0.40 × Sales =
$40,000 + $35,000
Sales
=
$35,000 ÷ 0.40
Sales
=
$87,500
2. Metode Rumus
π‘ƒπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› (π·π‘œπ‘™π‘™π‘Žπ‘Ÿ) π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘šπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘– π‘‘π‘–π‘‘π‘–π‘˜ π‘–π‘šπ‘π‘Žπ‘  =
π΅π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘‡π‘’π‘‘π‘Žπ‘
π‘ˆπ‘›π‘–π‘‘ πΆπ‘œπ‘›π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’π‘‘π‘–π‘œπ‘› π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘›
F. Margin Keamanan (Margin Of Safety)
Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang
dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil
perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun
sehingga sampai pada titik impas. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah
di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu
tingkat yang merugikan.
Perhitungannya adalah Sebagai berikut :
π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘› π‘†π‘Žπ‘“π‘’π‘‘π‘¦ 𝑖𝑛 π‘‘π‘œπ‘™π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘  = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐡𝑒𝑑𝑔𝑒𝑑𝑒𝑑 (π‘œπ‘Ÿ π‘Žπ‘π‘‘π‘’π‘Žπ‘™) π‘ π‘Žπ‘™π‘’π‘  − π΅π‘Ÿπ‘’π‘Žπ‘˜ 𝑒𝑣𝑒𝑛 π‘ π‘Žπ‘™π‘’π‘ 
π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘› π‘œπ‘“ π‘†π‘Žπ‘“π‘’π‘‘π‘¦ π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘”π‘’ =
π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘–π‘› π‘†π‘Žπ‘“π‘’π‘‘π‘¦ 𝑖𝑛 π‘‘π‘œπ‘™π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘ 
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐡𝑒𝑑𝑔𝑒𝑑𝑒𝑑 (π‘œπ‘Ÿ π‘Žπ‘π‘‘π‘’π‘Žπ‘™) π‘ π‘Žπ‘™π‘’π‘ 
G. Pemilihan Struktur Biaya Leverage Operasi
Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan
analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-faktor
operating leverage, struktur komisi penjualan, dan bauran penjualan. Leverage
operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan
biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor
leverage operasi mempengaruhi sensitivitas laba bersih terhadap perubahan
penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang
dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.
Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja
peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase yang
besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating leverage rendah,
maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba bersih
adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage operasi tersebut selanjutnya manajemen
dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan menggunakan formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi. Misalnya sebuah perusahaan mendapat
penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama menarik. Salah satunya
mendapat pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya Rp 30.000 per jam. Bila
tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin memaksimumkan laba per jam, tentu
saja secara alamiah akan memilih pekerjaan dengan pembayaran Rp30.000 per jam.
Tetapi bila terdapat kendala sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam
mesin, maka manajemen harus menggunakan sumber daya tersebut dengan cara
yang optimum untuk memaksimalkan laba.
H. Bauran Penjualan
Jika sebuah perusahaan menjual lebih dari satu produk, analisis break-even point
akan menjadi lebih kompleks. Pasalnya, produk yang berbeda akan memiliki harga
jual yang berbeda pula, biaya yang berbeda, dan margin kontribusi yang berbeda.
Akibatnya, titik impas tergantung pada campuran tempat berbagai produk
dijual.Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau bagian dari
pendapatan.
Contohnya; Jika Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput
manual dan 800 pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit
adalah 1.200 : 800, atau 3 : 2.
Bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan yang
dikontribusikan oleh setiap produk. Pada kasus Whittier, pendapatan mesin pemotong
rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200). dan pendapatan mesin pemotong
rumput otomatis adalah $640.000 ($800 x 800).
Pendapatan Mesin pemotong rumput manual
= 480.000/(480.000+640.000)
= 42,86% dari penjualan
Pendapatan mesin pemotong rumut otomatis
= 640.000/(480.000+640.000)
= 57,14% dari penjualan.
Jadi bauran penjualan dalam unit adalah sebesar 3 : 2 atau 60% : 40% yang
berarti bahwa Whittier berharap dapat menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas
setiap penjualan 2 mesin pemotong rumput otomatis. Sedangkan bauran penjualan
dalam pendapatan adalah sebesar 42,86% : 57,14% untuk mesin manual dan mesin
otomatis. Perbedaan perbandingan iini diakibatkan karena bauran penjualan dalam
pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam unit dan memberikan bobot
menurut harganya masing-masing. Untuk analisis CVP, kita harus menggunakan
bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.
Penentuan bauran penjualan terutama memungkinkan kita untuk mengonversi
masalah multiprodduk kedalam format CVP produk tunggal. Karena Whittier berharap
dapat menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas setiap penjualan 2 mesin
pemotong rumput otomatis, Whittier bisa mengidentifikasikan produk tunggal yang
dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan
dua mesin pemotong rumput otomatis.
Dengan menetapkan produk tersebut dalam suatu paket, maslah multiproduk
dikonversi menjadi masalah produk tunggal. Untuk lebih jelasnya lihat perhitungan
berikut:
Bauran
Produk (a)
Harga
Biaya
Margin
Kontribusi
Variabel Per
Kontribusi
Penjualan
per unit
Margin (f)
Unit (b)
Per Unit (c)
(d)
paket (e)
=d x e
Manual
400
325
75
3
225
Otomatis
800
600
200
2
400
Total Paket
625
Berdasar margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat
digunakan untuk menentukan jumlah paket yang harus dijual Whittier pada titik
impas.
Download