Uploaded by User88772

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KJP

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C 2
1. Dinda Ulta Lismana
I1011181005
2. Veren Evelyn C
I1011181065
3. Reihan Aqsa Putra Iqra
I1011181079
4. Metta Sintia Rahmaddani
I1011181082
5. Avren Elroy Saragi
I1011181100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organik terbesar dari tubuh dimana kulit
membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit mempunyai daya
regenerasi yang besar, misalnya jika kulit terbuka, maka sel-sel dalam dermis
melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan melakukan regenerasi
epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi
sehingga terbentuk jaringan parut yang pada mulanya berwarna kemerahan
karena meningkatnya jumlah kapiler dan akhirnya berubah menjadi serabut
kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel.
Kulit dapat merasakan
sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan tekanan kulit dari jaringan
subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensoris ke medula spinalis atau
otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf
didalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Reseptor
sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi
tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat.
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda
menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan lain-lan). Rasa sakit
disebabkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu benda,
misanya mengenai suatu otot dan tulang atau sendi. Kulit mempunyai banyak
ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf
otak. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons
terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi
dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka
serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan
menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda
memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua
ujung disebut diskriminasi dua titik. Kulit merupakan media ekspresi wajah dan
reflek vaskuler yang penting dalam komunikasi.1,2
B. Tujuan
Pada pengamatan ini mahasiswa harus dapat:
1. Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
3. Memberikan daya (kemampuan) menentukan tempat rangsangan taktil
(lokalisasi taktil)
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada
perangsangan serentak simultan dan perangsangan berurutan (suksesif)
5. Menentukan adanya perasaan iringan (after image) dan menerangkan
mekanisme terjadinya after image
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sikap benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh
8. Mengukur waktu reaksi
9. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan waktu reaksi
BAB II
METODE KERJA
A. Alat
Alat yang diperlukan dalam percobaan:
1. Tiga baskom dengan air bersuhu 20°, 30°, 40°
2. Gelas beker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan
6. Jarum
7. Pemggaris – jangka – berbagai jenis ampelas – benda-benda kecil –
bahan-bahan pakaian
8. Alat pengukur waktu reaksi.
B. Cara Kerja
a. Perasaan subyektif panas dan dingin
1. Sediakan 3 baskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kirakira 20°, 30°, dan 40°
2. Masukkan lengan kanan ke dalam air bersuhu 20° dan tangan kiri ke
dalam air bersuhu 40° selama kurang lebih 2 menir. Catat kesan apa
yang saudara alami
3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air
bersuhu 30°C. Catat kesan apa yang saudara alami
4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak
kurang lebih 10 cm.
5. Kemudian basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup
sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang
saudara alami hasil tiupan pada sub. 4 dan 5
b. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan
tarik garis pada pinggir dan jari-jari sehinggan terdapat gambar
tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan saudara itu suatu daerah
seluas 3x3 cm, dan gambarkan pula daerah itu di gambar tangan
pada kertas
3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan
kanannya santai di meja
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut
dengan menggunakan kerucut kunongan yang telah dipanasi. Cara
memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam
bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air bersuhu
50°C. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta
5. Ulangi percobaan no. 4 dengan kerucut kuningan yang ditempatkan
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
Tandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta
6. Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh
pada lukisan tangan di kertas.
c. Lokalisasi taktil
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu
titik di kulit ujung jari
2. Kemudian perintahkan orang percobaan melokalisasikan tempat
yang baru dirangsang tadi dengan ujung pensil pula
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata
untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas,
dan tengkuk.
d. Perasaan iringan (after image)
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan
di tempat itu selama saudara melakukan percobaan e
2. Setelah selesai dengan percobaan e, angkatlah pensil dari telinga
saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu
dilepaskan
e. Kemampuan membedakan berbagai jenis benda
a) Kekerasan permukaan benda
1. Dengan mata tertutup perintahkan orang percobaan meraba-raba
permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang
berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan
derajat kekasaran ampelas.
b) Kekasaran permukaan benda
1. Dengan mata tertutup perintahkan orang percobaan memegangmegang benda kecil yang saudara berikan.
2. Perintahkan orang percobaan menyebutkan nama/bentuk bendabenda itu.
c) Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup perintahkan orang percobaan memegang
benda kecil yang saudara berikan
2. Perintahkan orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/sifat
bahan pakaian yang dirabanya.
f. Tafsiran sikap
1. Perintahkan orang percobaan duduk dan menutup mata
2. Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke
dekat kepalanya, dekat dadanya, dekat lututnya dan akhirnya
gantungkan di sisi badannya
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan
4. Perinntahkan orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh
telinga, hidung dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap
kali mengangkat lurus lenganmya. Perhatikan apakah ada kesalahan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Perasaan subyektif panas dan dingin
a) Suhu 40ᵒC (tangan kiri)
Ketika dimasukkan ke air bersuhu 40ᵒC, tangan praktikan
langsung terdapat rasa panas dan nyeri, semakin lama rasanya
menjadi semakin biasa.
b) Suhu 20ᵒC (tangan kanan)
Ketika dimasukkan ke air bersuhu 20ᵒC, tangan prsktikan
awalnya terasa dingin, semakin lama tangan terasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
c) Suhu 30ᵒC
Tangan kiri praktikan mengalami sedikit tidak berasa dan
semakin lama terasa biasa. Tangan kanan tidak mengalami rasa
berbeda yang cukup signifikan.
d) Setelah ditiup, tangan kiri menjadi lebih dingin dan tangan kanan
seperti biasa saja. Setelah dicelupkan lagi ke air bersuhu 30ᵒC dan
ditiup kembali, kedua tangan terasa kembali seperti biasa.
b. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
c. Lokalisasi taktil
Jarak antara titik rangsang dan titik tunjuk (cm)
1
2
3
4
5
Ratarata
Ujung
jari
0.3
0.3
0.4
0.3
0.3
0.32
Telapak
tangan
0.7
0.5
0.8
0.4
0.3
0.54
Lengan
bawah
2
2
1.5
0.7
0.7
1.38
Lengan
atas
2
1.7
1.3
1
0.7
1.34
Tengkuk
2
2
0.7
2
2
1.74
Posisi
d. Perasaan iringan (after image)
Setelah diletakkan pulpen antara kepala dan daun telinga, awalnya
terasa agak berat. Ketika percobaan VI selesai dikerjakan, dan pulpen
diangkat, praktikan merasakan bahwa pulpen masih ada ditempat
semula yaitu diantara kepala dan daun telinga.
e. Kemampuan membedakan berbagai jenis benda
a) Kekasaran permukaan benda
b) Praktikan dapat merasakan ampela dengan sisi yang kasar dan lebih
kasar.
c) Kekasaran permukaan benda
d) Praktikan dapat mendeskripsikan dan menebak benda yang
diberikan, seperti ujung pulpen.
e) Bahan pakaian
f) Praktikan dapat merasakan bahan pakaian yang bertekstur kasar dan
halus.
f. Tafsiran sikap
a) Kepala, praktikan mengetahui letak tangan berada di sebelah kanan
tubuh.
b) Dada, praktikan mengetahui letak tangan berada di sebelah kiri
tubuh.
c) Lutut, praktikan mengetahui letak tangan berada di sebelah kiri
tubuh.
d) Praktikan dapat menunjuk tangan, hidung dan dahi dengan benar.
B. Pembahasan
a. Perasaan subyektif panas dan dingin
Pada percobaan rasa panas dan dingin, ketika tangan kanan di
celupkan ke air panas akan terasa panas dan tangan kiri di celupkan ke
air dingin maka tangan kiri akan terasa dingin. Akan tetapi ketika kedua
tangan kanan dan kiri setelah di celupkan ke air panas dan dingin segera
di celupkan ke air biasa, akan terasa kebalikannya dimana tangan kanan
yang terasa panas setelah di celupkan ke air panas menjadi terasa dingin
saat di celupkan di air biasa, tetapi ketika tangan kiri yang sebelumnya
di celupkan ke air dingin akan terasa dingin kemudian dicelupkan ke air
biasa akan terasa panas. Hal ini karena kulit sebagai thermoreseptor
mendeteksi panas dan dingin.1,2
Tangan kanan terasa dingin dan kebas karena adanya badan Krausse
pada kulit sensorik tangan, sementara tangan kiri terasa panas atau
hangat karena adanya badanruffini pada kulit sensorik tangan. Saat
kedua tangan dimasukkan kedalam waskom yang bersuhu 30 derajat
celcius tangan kanan terasa hangat, sedangkan tangan kiri terasa sejuk
atau dingin. Ini dikarenakan pada tangan kanan terjadi penerimaan kalor
sehingga terasa panas.Sementara pada tangan kiri terjadi pelepasan
kalor sehingga terasa dingin.3,4
Saat bagian kulit punggung tangan yang kering ditiup dirasakan
hangat, sementara bagian kulit punggung tangan yang basah ditiup
dirasakan dingin karena terjadi penguapan air yang mengambil kalori
dari bagian kulit yang basah.3,4
b. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
Pada permukaan kulit, distribusi reseptor berbeda dan tidak merata.
reseptor dingin lebih banyak dibandingkan dengan reseptor panas dan
reseptor nyeri lebih banyak dibandingkan dengan reseptor sentuh/tekan.
Reseptor untuk sensasi tekanan terletak langsung di bawah kulit.
Hilangnya sensasi disebabkan oleh kenyataan bahwa reseptor
beradaptasi terhadap stimuli. Dengan demikian tidak membentuk
impuls saraf sampai terjadi perubahan stimulus. Nyeri acuan adalah
fenomena asing penerimaan nyeri dalam satu cara tubuh jika area lain
menerima stimulus.1,2
Korpuskula Ruffini sebagai reseptor panas. Korpuskulus ini
ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.
Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung
akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan
mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. 1,2
Korpuskula Krause sebagai reseptor dingin. Korpuskulus pada dermis
dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini jumlahnya semakin
berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai
mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.1,2
Korpuskula Meissner sebagai reseptor sentuhan. Korpuskulus
peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung
jari, bibir, puting dan genetaliaKorpuskel ini merupakan kapsul jaringan
ikat tipis yang menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap
korpuskel. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua
titik yang letaknya berdekatan).1,2
Korpuskula Pacini sebagai reseptor tekanan. Korpuskula Pacini
(vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan,
telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan
genetalia eksterna. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.1,2
Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi menjadi dua
golongan menurut phylogenesisnya, jalur-jalur saraf spinalnya, dan
daerah integrasi pada korteks serebri. Golongan pertama, yaitu paleosensibilities. Golongan ini meliputi rasa-rasa primitif atau rasa-rasa
vital, yaitu rasa raba, tekan, nyeri, dingin dan panas. Saraf-saraf afferen
dari rasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron, kemudian
akan bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medula spinalis,
thalamus, dan korteks serebri melalui traktus spinothalamikus. Terdapat
dua jalur yang tergabung dalam sistem ini, yaitu traktus spinotalamikus
lateral dan traktus spinotalamikus anterior. Traktus spinotalamikus
lateral berfungsi membawa sensasi nyeri dan suhu, sedangkan traktus
spinotalamikus anterior berfungsi membawa sensasi raba dan tekanan
ringan.3,4
c. Lokalisasi taktil
Kemampuan sensori taktil dikategorikan dalam dua hal yaitu
diskriminasi intensitas dan diskriminasi spasial. Diskriminasi intensitas
(misal sensitivitas) merujuk kepada kemampuan menilai kekuatan
simulus; diskriminasi spasial merupakan kemampuan membedakan
lokasi atau titik asal rangsang. Basis saraf dari sensitivitas membedakan
taktil terletak pada jumlah cabang sensori dan unit sensori pada setiap
area di kulit.1,2
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons
terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami
depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya
cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan
potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak.
Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan
mengirim impuls yang berbeda pula,1,2 seperti pada ujung jari dan
telapak tangan yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding
lengan bawah, lengan atas dan tengkuk. Istilah kemampuan seseorang
untuk menentukan tempat rangsangan taktil disebut Two Point
Localization
(TPL).3,4
Dikriminasi
titik
adalah
Kemampuan
membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung
disebut diskriminasi dua titik.1,2
Pada percobaan penempatan tekanan dan pengenalan sentuhan
dasar, mulanya mata praktikan di tutup kemudian praktikan mengambil
pulpen yang telah di sediakan. Setalah itu teman dari praktikan
memberikan tanda pada kulit praktikan menggunakan pulpen dan
praktikan mengikuti tanda tersebut setelah itu di ukur jarak dari kedua
tanda pulpen sebagai jarak kesalahannya. Bila jarak kurang dari 5 cm
berarti syaraf raba baik dan bila jarak lebih dari 5 cm menunjukkan
syaraf raba kurang baik. Berdasarkan data yang diperoleh pada telapak
tangan, lengan bawah,1,2 lengan atas, dan tengkuk jarak antara titik tekan
dan titik yang ditunjuk dengan rata-rata jarak yang didapat antara lain,
0,32 cm; 0,54 cm; 1,38 cm; 1,34 cm; 1,74 mm, menunjukkan bahwa
persyarafan kulit praktikan yang diuji masih dalam keadaan baik.
Perbendaan antara lokasi penekanan dan lokasi yang ditunjuk orang
coba dipengaruhi oleh lapangan reseptif yang berada di bawah bagian
tengah ujung pensil tempat rangsangan paling kuat segera terangsang,
namun lapangan reseptif yang berada disekitarnya juga terangsang,
walaupun dengan tingkat yang lebih rendah karena lapangan-lapangan
tersebut tidak perlu terdistorsi. Saat informasi dari serat-serat aferen
yang terangsang secara marginal di bagian tepi daerah rangsangan ini
sampai ke korteks, lokalisasi ujung pensil akan menjadi kabur. Hal ini
yang menyebabkan pada percobaan ini terdapat jarak antara tempat
ditekankannya pensil dan tempat yang ditunjuk oleh orang coba.3,4
d. Perasaan iringan (after image) dan kemampuan membedakan
berbagai jenis benda
Adapatasi merupakan sebuah fenomena dimana sebagian reseptor
dapat mengalami penurunan tingkat depolarisasi meskipun kekuatan
rangsangan yang diberikan tetap. Mekanisme terjadinya adaptasi
bervariasi tergantung reseptornya dan belum diketahui sepenuhnya pada
setiap jenis reseptor. Umumnya reseptor beradaptasi akibat inaktivasi
kanal yang membuka sebagai respon terhadap stimulus. Banyak
dilakukan penelitian terhadap adaptasi pada badan Pacini. Badan Pacini
adalah ujung reseptor khusus yang terdiri dari laipisan konsentrik
jaringan ikat mirip lapisan kulit bawang yang mengelilingi ujung perifer
suatu neuron aferen. Ketika tekanan pertama kali dikenakan pada badan
Pacini, ujung saraf dibawahnya akan merespon dengan potensial
reseptor yang besarnya mencerminkan intensitas rangsangan. Seiring
dengan berlanjytnya rangsangan, energi tekanan menyebar karena
energi tersebut menyebabkan lapisan-lapisan reseptor selip (seperti
tekanan tetap pada bawang yang dikupas yang menyebabkan lapisanlapisan kulitnya selip). Karena efek fisik ini menyerang komponen tetap
pada tekanan tersebut, ujung saraf dibawahny tidak lagi berespon
dengan potensial reseptor, yaitu terjadi adaptasi.2
Dalam praktikum kelima, praktikan melakukan uji coba dengan
perasaan iringan (after image). Dari hasil praktikum menunjukkan
bahwa telinga telah mengalami adaptasi terhadap beban yang diberikan
selama beberapa saat. Namun, setelah beban di angkat akan terasa lebih
ringan diakibatkan beban yang menjadi stimulus pada reseptor telah
hilang. Hal ini, berkaitan dengan sensasi yang diberikan dalam durasi
waktu tertentu, sehingga menjadi memori yang disimpan dalam otak.3,4
Praktikan merasakan setelah pensil diambil, masih terasa adanya
pensil di telinga walaupun pensilnya sudah tidak berada di belakang
telinga lagi. Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat
beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup
reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau
menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah
terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini. Adanya adaptasi reseptor
terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran
dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai
benda tersebut. sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor
tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan adanya sirkuit
reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa
benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan
paccini. Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus
beredar dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang,
walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.3,4
Dalam praktikum keenam, praktikan melakukan uji coba untuk
membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur dan juga jenis atau
sifat benda. Dari praktikum ini, OP dapat menyebutkan secara tepat
semua benda yang di berikan saat OP menutup matanya. Hal ini,
disebabkan karena adanya reseptor taktil. Impuls taktil kasar
dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan impuls
taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus
cunneatus. Untuk dapat membedakan benda – benda tanpa melihat
bentuknya, adalah reseptor kinaesthesi.3,4
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat
benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan) maka kelainan neurologis
yang dideritanya adalah adanya lesi pada lobus parietal yang tidak
dominan gangguannya disebut “agnosia”. Jika pasien mempunyai daya
visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut “agnosia visual”.
Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan
palpasi tanpa adanya gangguan sensorik disebut “agnosia taktil”.3,4
e. Tafsiran sikap
Untuk membuktikan kepekaan syaraf peraba terhadap kehalusan
benda
sampai
kekerasan
benda;
serta
bentuk-bentuk
benda
(streognostik). Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat
bentuknya. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor
tekanan yang digeserkan. Pada percobaan ini praktikan diberikan benda
berbeda dan diminta menebak nama bendanya pada saat matanya
ditutup. Apabila praktikan menjawab benar maka hal tersebut
menandakan bahwa system peraba praktikan masih berfungsi dengan
baik. Berdasarkan data hasil pengamatan, jawaban perkiraan praktikan
sudah benar. Apabila ditemukan kesalahan penafsiran kekasaran
maupun kemampuan deskriminasi bentuk dapat disebabkan oleh
variabel pengganggu seperti ketidak fokusan atau waktu yang terlalu
singkat berkontak dengan benda.1,2
Praktikan akan menutup mata dan menggerakkan tangan serta jari
untuk menunjuk ke arah yang diperintahkan rekan OP. berdasarkan hasil
uji coba, OP dapat menunjukkan dan menggerakkan lengan ke arah yang
tepat sesuai dengan prosedur dari rekan OP. Hal ini, menunjukkan
bahwa koordinasi sistem saraf berjalan dengan baik. Sebab, gerak
merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi
di tubuh kita tak lepas dari peranan sistem saraf.3,4
Apabila praktikan tidak mampu mengenali tubuh sendiri disebut
“autopagnosia”. Jika tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter
tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi
motorik disebut “apraksia”, dan jika dapat mendengar dan memahami
perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang
akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”3,4
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama; 2009.
2. Perdanakusuma, David. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka.
Surabaya: Airlangga University School of Medicine-Dr. Soetomo General
Hospital; 2007.
3. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran: EGC; 2014.
4. Guyton & Hall.Textbook of Medical Physiology, 12st. Jakarta: EGC; 20
LAMPIRAN
A. Perasaan subyektif panas dan dingin
1. Sediakan 3 baskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira
20°, 30°, dan 40°
2. Masukkan lengan kanan ke dalam air bersuhu 20° dan tangan kiri ke
dalam air bersuhu 40° selama kurang lebih 2 menir. Catat kesan apa
yang saudara alami
3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air
bersuhu 30°C. Catat kesan apa yang saudara alami
4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak
kurang lebih 10 cm.
5. Kemudian basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup
sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang
saudara alami hasil tiupan pada sub. 4 dan 5
B. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik
garis pada pinggir dan jari-jari sehinggan terdapat gambar tangan.
2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan saudara itu suatu daerah seluas
3x3 cm, dan gambarkan pula daerah itu di gambar tangan pada kertas
3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya
santai di meja
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi
kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi
kikiran kuningan yang direndam dalam air bersuhu 50°C. Tandai titiktitik panas yang diperoleh dengan tinta
5. Ulangi percobaan no. 4 dengan kerucut kuningan yang ditempatkan
dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
Tandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta
6. Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh
pada lukisan tangan di kertas.
C. Lokalisasi taktil
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik
di kulit ujung jari
2. Kemudian perintahkan orang percobaan melokalisasikan tempat yang
baru dirangsang tadi dengan ujung pensil pula
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk
kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.
D. Perasaan iringan (after image)
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di
tempat itu selama saudara melakukan percobaan e
2. Setelah selesai dengan percobaan e, angkatlah pensil dari telinga
saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu dilepaskan
E. Kemampuan membedakan berbagai jenis benda
a) Kekerasan permukaan benda
1. Dengan mata tertutup perintahkan orang percobaan meraba-raba
permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang
berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat
kekasaran ampelas.
b) Kekasaran permukaan benda
1. Dengan mata tertutup perintahkan orang percobaan memegangmegang benda kecil yang saudara berikan.
2. Perintahkan orang percobaan menyebutkan nama/bentuk bendabenda itu.
c) Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup perintahkan orang percobaan memegang
bahan pakaian yang saudara berikan
2. Perintahkan orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/sifat
bahan pakaian yang dirabanya.
F. Tafsiran sikap
1. Perintahkan orang percobaan duduk dan menutup mata
2. Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke
dekat kepalanya, dekat dadanya, dekat lututnya dan akhirnya
gantungkan di sisi badannya
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan
4. Perintahkan orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga,
hidung dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali
mengangkat lurus lenganmya. Perhatikan apakah ada kesalahan.
Download