KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan pertolongan-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengajar kami yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada suritauladan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Makalah ini kami buat dalam rangka untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya. Kediri, 28 Oktober 2020 Penulis, ii DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2 C. Tujuan............................................................................................ 3 D. Manfaat.......................................................................................... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4 A. Sebab dan Akibat Tanggalnya Gigi Sulung .................................. 4 B. Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Pada Anak..................... 5 C. Teknik Anastesi pada Anak........................................................... 7 D. Cara Ekstraksi Pada Anak ............................................................. 13 E. Armamentarium Pencabutan Pada Anak....................................... 16 F. Macam Pencegahan Kelainan Oklusi Lebih Dini ......................... 23 G. Tata Cara Perhitungan Diskrepansi Model ................................... 24 BAB III. CONCEPT MAPPING .............................................................. 25 BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................................ 26 BAB V. PENUTUP ................................................................................... 28 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 28 5.2 Saran ............................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 30 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan gigi adalah ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi adalah proses mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan patologisnya dari dalam soket gigi dan menanggulangi komplikasi yang mungkin terjadi. Di Indonesia, angka pencabutan gigi masih tinggi. Hal ini dapat diketahui berdasarkan rasio antara penambalan dan ekstraksi di Indonesia yaitu sebesar 1:6, bahkan di beberapa daerah lebih besar dari angka tersebut. Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa prevalensi kerusakan gigi yang memerlukan pencabutan pada usia 12-18 tahun sebesar 72,4%-82,5%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan motivasi penduduk untuk menumpatkan gigi yang karies sangat rendah yaitu hanya 1,5%. Sebesar 74,8% penduduk mengalami keterlambatan penanganan pada gigi yang karies sehingga harus memerlukan pencabutan. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2012 sebanyak 135.710, sementara pencabutan gigi tetap sebanyak 138.355. Perawatan gigi memiliki tujuan utama mempertahankan keberadaan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut, namun terkadang pencabutan gigi diindikasikan sebaga tindakan terbaik untuk mencegah keadaan yang lebih buruk. Indikasi dan kontraindikasi sebaiknya perlu diketahui sebelum Tindakan pencabutan gigi. Beberapa alasan mengapa seseorang mau mencabut giginya antara lain adalah karena 1 karies, trauma, penyakit periodontal, impaksi, dan juga untuk perawatan ortodonsia. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh, atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan gigi dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik pasca penyembuhan. Dokter gigi harus berusaha melakukan setiap pencabutan gigi menjadi ideal, akan tetapi terkadang dalam tindakan pencabutan dapat ditemukan kesulitan yang dapat mengakibatkan komplikasi pada daerah pencabutan. Komplikasi yang sering ditemukan seperti perdarahan, edema, rasa sakit, cedera jaringan lunak. Nyeri pada gigi umumnya dikeluhkan oleh pasien kepada dokter gigi sebagai gejala yang paling sering dialami baik karena penyakit maupun pasca perawatan gigi seperti cabut gigi maupun operasi. 8 Menurut Price (1999) nyeri merupakan persepsi somatis yang meliputi sensasi jasmani yang seperti stimulasi saat kerusakan jaringan, pengalaman yang tidak mengenakkan yang berhubungan dengan sensasi, suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang berdasar pada emosi negatif pada suatu ancaman. Nyeri dikenal sebagai sensasi somatosensori dari ketidaknyamanan dan untuk menimbulkannya membutuhkan suatu sensasi nociceptive dan ketidaknyamanan. B. Rumusan Masalah Apakah pemilihan perawatan pasca ekstrasi gigi sulung yang tepat dapat mempertahankan lengkung rahang pasca ekstrasi gigi? 2 C. Tujuan 1. Mengetahui efektifitas manajemen nyeri pasca ekstraksi gigi 2. Mengetahui efektifitas manajemen nyeripasca ekstraks gigi 3. Membandingkan efektifitas manajemen nyeri pasca ekstraksi gigi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan untuk memperkaya pengetahuan tentang manajemen nyeri pasca ekstraksi gigi. 2. Bagi masyarakat, agar dapat mengetahui efektifitas manajemen nyeri pasca ekstraksi gigi di rumah sakit dan puskesmas. 3. Bagi rumah sakit dan puskesmas, untuk meningkatkan mutu dan kualitas manajemen nyeri pasca ekstraksi gigi. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sebab dan Akibat Tanggalnya Gigi Sulung 1. Tercabutnya gigi sulung yang terlalu cepat dapat disebabkan karena bebrapa hal anatara lain: Tercabutnya gigi sulung karena terjatuh atau kecelakaan Adanya penyakit atau kondisi yang menjadi penyebab premature ekstraksi Karies besar pada gigi yang tidak bisa dirawat lagi 2. Tanggalnya gigi insisvus sulung Pada keadaan crowded tanggalnya gigi seri susu yang karies berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang dapat terjadi. Bila gigi seri sulung tanggal karena benturan maka pergeseran atau luka dari gigi pengganti dapat terjadi. 3. Tanggalnya gigi caninus sulung Tanggalnya gigi caninus yang terlalu cepat dapat diikuti dengan hilangnya ruang. Tanggalnya gigi kaninus secara dini terutama pada rahang bawah, dapat menmbulkan resorpsi akar gigi insisivus lateralis permanent yang crowded. Keadaan ini seringkali unilateral sehingga gigi insisvus yang crowded tergeser ke sisi tersebut dengan disertai pergeseran garis tengah. Keadaan ini merupakan akibat paling serius dari tanggalnya gigi kaninus sulung karena dapat menyebabkan oklusi yang tidak simetris. 4 4. Tanggalnya gigi molar sulung Tanggalnya gigi molar kedua sulung yang terlalu cepat mengakibatkan pergerakan ke depan dari gigi molar pertama tetap yang menutupi ruang untuk erupsi gigi premolar tetap. Tanggalnya gigi molar pertama sulung juga menyebabkan hilangnya ruang untuk erupsi premolar tetap (Linden, 2008). B. Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan pada Anak Indikasi 1. Gigi sulung yang presistensi. 2. Untuk perawatan orthodonti. 3. Supernumery tooth. 4. Gigi penyebab abses dentoalveolar. 5. Gigi yang sudah tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah masa erupsi. 6. Infeksi diperiapikal atau intraradikuler dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan pencabutan. 7. Gigi dengan karies luas, kavitas mencapai bifurkasi dan tidak dapat distorsi sebaiknya dilakukan pencabutan kemudian dibuatkan space maintainer. 8. Natal tooth atau neonatal tooth : natal tooth gigi erupsi sebelum lahir. 9. Neonatal tooth gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi maloklusi. 5 Kontraindikasi 1. Adanya tumor ganas karena dengan adanya pencabutan tersebut dapat menyebabkan metastase. 2. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah dan dapat menyebabkan infeksi sekunder. 3. Anak yang sedang menderita infeksi akut dimulutnya. Misalnya infections stomatitis, herpetic stomatitis, infeksi ini disembuhkan dahulu dan dilakukan pencabutan. 4. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya pendarahan dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi dengan dokter ahli tentang penyakit darah. 5. Pada penderita DM tidak mutlak kontraindikasi. Jadi ada kalanya pada penyakit DM ini boleh dilakukan pencabutan tetapi haruslah lebih dahulu mengadakan konsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut atau konsultasi ke bagian internist. Pencabutan pada penderita DM menyebabkan penyembuhan luka sukar, kemungkinan besar terjadi sakit setelah pencabutan bias terjadi pendarahan berulang kali (Sagung, 2013). 6 C. Teknik Anastesi pada Anak 1. Anastesi umum Pada anastesi umum menggunakan Nitrous Oxide atau inhalasi. Pemberian anastesi ini biasanya dilakukan terhadap pasien Handicaped Children. 2. Anastesi lokal Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam perawatan pasien anak. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik injeksi dan analgetik dapat membantu pasien mendapatkan pengalaman positif selama mendapatkan anastesi lokal. Berat badan anak harus dipertimbangkan untuk memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis dan lamanya waktu kerja anastetikum juga harus diperhatikan, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah. Macam anastesi lokal : a. Anastesi Topikal Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf. b. Anastesi Infiltrasi 7 Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah, mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak. c. Anastesi Blok Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap (Amalia, 2007). 3. Anastesi Topikal Beberapa klinis menyarankan penggunaan anastesi topikal sebelum injeksi. Sulit untuk menentukan seberapa efektifnya cara ini namun memiliki nilai psikologis, karena dapat memperkecil rasa sakit saat pemberian anastesi lokal, tetapi anastesi topikal tidak dapat menggantikan teknik injeksi. Anastesi topikal efektif pada permukaan jaringan (kedalaman 2-3 mm). Cara melakukan anastesi topikal adalah : 1) Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal. 2) Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif. 8 3) Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan topikal aplikasi. 4) Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang akan disuntik. Bagian palatal (kiri) dan bukal (kanan). 5) Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum. 4. Infiltrasi Anastesi Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi : 1) Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit 2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi 2) Tarik mukosa 3) Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat. 4) Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit 5) Aspirasi 9 6) Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik) 5. Infiltrasi bukal maksila / mandibula Menggunakan tahap 1- 6 seperti diatas, anastetikum dideponir pada sulkus bukal ± 2 cc untuk pencabutan molar satu sulung. Sambil jarum ditarik deponir kembali anastestikum 0,2 cc untuk memperoleh patirasa maksimum. Bukal infiltrasi 0,5 – 1,0 cc cukup untuk menganastesi jaringan lunak sekitar gigi yang akan dicabut regio molar atas susu dua bawah sulung 6. Palatal anastesi Injeksi langsung ke palatal pada sebagian anak dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman, untuk meminimaliskannya gunakan topikal anastesi yang diaplikasikan menggunakan cotton bud dan tekanan ringan pada lokasi yang akan disuntik sambil memasukkan jarum suntik. Namun cara ini tidak selalu berhasil. Cara lain adalah menggunakan jarum suntik pendek, ukuran 30 gauge (12 mm). Jarum dimasukkan melalui papila interdental dengan sudut 90° ke permukaan. Jarum didorong ke palatal ke arah bukal papila sambil mendeponir anastetikum, dilakukan pada sisi 10 mesial dan distal dari gigi yang akan dicabut. Palatal gingiva margin akan terlihat memucat setelah penyuntikan tersebut. 7. Anastesi Tambahan A. Anastesi Intraligamen Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Caranya : 1) Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil. 2) Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi. 3) Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan jarum 4) Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira- kira 2 mm. 5) Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum mungkin tidak benar 11 posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut. 6) Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml. 7) Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar. 8) Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar. 9) Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan. Keuntungan injeksi ligament periodontal baik sebagai anastesi utama atau anastesi tambahan adalah sebagai berikut : 1) Dapat dilakukan pengontrolan rasa sakit secara cepat dan mudah 2) Pulpa dapat teranastesi selama 30-45 menit, sehingga waktu untuk perawatan satu gigi cukup tanpa menambah waktu lagi. 3) Lebih nyaman bila disbanding dengan teknik anastesi local yang lain 4. Tidak menimbulkan rasa sakit bila digunakan sebagai tambahan 12 4) Membutuhkan anastetikum yang lebih sedikit 5) Tidak memerlukan aspirasi sebelum dideponir 6) Dapat digunakan tanpa menyingkirkan rubber dum 7) Dapat digunakan pada pasien dengan gangguan perdarahan yang merupakan kontraindikasi bagi teknik yang lain 8) Dapat digunakan pada pasien anak atau cacat, karena adanya pertimbangan kemungkinan terjadinya trauma setelah prosedur injeksi karena tergigitnya bibir atau lidah (akibat rasa kebas) (Noerdin, 2000). D. Cara Ekstraksi Pada Anak Teknik pencabutan tidak berbeda dengan orang dewasa. Karena pada anak-anak ukuran gigi dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar, maka bentuk tang ekstraksi lebih kecil untuk ukuran. 1. Untuk gigi sulung berakar tunggal Gerakan rotasi dengan satu tujuan diikuti dengan gerakan ekstraksi 2. Untuk gigi sulung berakar ganda Gerakan untuk melakukan ekstraksi adalah gerakan luksasi pelan pelan. Gerakan luksasi ini kearah bukal dan palatal, diulang dan juga harus hatihati serta tidak dengan kekuatan yang besar. Gerakan luksasi diikuti dengan gerakan ekstraksi (Novadela, 2014). Caranya: a. Penghilangan kalkulus jika terdapat kalkulus pada servikal gigi. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntyikan anaestesi, bersihkan 13 sulkus gingival dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan dapat diberikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil. b. Masukkan jarum anaestesi kedalam sulkus gingival pada bagian mesial dan distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi c. Tekan beberapa tetes larutankedalam sulkus gingival untuk anaestesi jaringan didepan jarum d. Gerakkan jarum keapikalsampai tersendat diantara gigi dan crast alveolar biasanya kira-kira 2mm. e. Tekan perlahan-lahan jika jarum ditempatkan dengan benar, jika harus ada hambatan pada penyuntikan dan jaringan disekitar jarum memutih. f. Suntikkan perlahan-lahan sekitar 0,2ml. g. Untuk gigi posterior, berikan suntikan disekitar setiap akar. h. Bisa juga diberikan penyuntikan dibagian mesial dan distal akar tetapi dilanjutkan bahwa tidak lebih dari 0,4ml larutan disuntikkan disetiap akar i. Catridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan. j. Setelah tindakan anaestesi dilakukan isolasi daerah kerja dengan cotton roll yang diletakkan pada bagian bukal pasien. k. Dapat dilakukan ekstraksi gigi sulung menggunakan tang ekstraksi 14 Teknik Pencabutan : 1. Gigi Anterior Maksila Gerakan pertama kearah apical kemudian dengan tekanan ringan kearah lingual (melebarkan tulang gingival bagian lingual), kemudian gerakan berlawanan arah jarum jam kemudian kearah labial (melepaskan gigi dari soketnya). 2. Gigi Anterior Mandibula Diawali pada insisal apical gigi, arah gerakan berikutnya adalah kearah labial dalam satu gerakan, setelah gigi terasa longgar dari soketnya, gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan gigi dari soketnya. 3. Gigi Molar Sulung Maksila Karena bagian akarnya melengkung, gerakan untuk pencabutan gigi diarahkan ke palatal dengan tekanan ringan (tidak mematahkan akar palatal yang melengkung). Kemudian diteruskan dalam satu gaya kearah bukal, lalu digerakkan berlawanan searah jarum jam. 4. Gigi Molar Sulung Mandibula Gerakan rotasi merupakan kontraindikasi. Gaya oklusal pertama adalah tekanan ringan kearah lingual kemudian diteruskan kedalam satu gaya kebukal sampai gigi longgar dari soketnya. Kemudian gerakkan berlawanan arah jarum jam. Apabila ekstraksi telah selesai, dapat menginstruksikan pasien untuk menggigit tampon selama 30menit untuk mengontrol pendarahan (Novadela, 2014). 15 E. Armamentarium Pencabutan pada Anak Beberapa dokter gigi memilih menggunakan instrumen bedah untuk anak-anak seperti instrument yang digunakan pada dewasa. Bagaimanapun juga, banyak dokter gigi anak dan oral and maxilofacial surgeons lebih memilih tang ekstraksi anak-anak yang lebih kecil seperti no.150S dan 151S, karena beberapa sebab yaitu: 1. Ukuran tang yang lebih kecil lebih memudahkan untuk masuk dalam kavitas oral dari pasien anak-anak. 2. Tang ekstraksi yang lebih kecil lebih mudah disembunyikan dalam tangan operator. 3. Bentuk paruh dari tang yang lebih dapat beradaptasi dengan bentuk anatomi gigi sulung (Pinkham, 2005). Dilihat pada gambar diatas perbandingan tang untuk dewasa dan tang untuk anak anak. 16 a) Instrumen untuk pencabutan gigi sulung RA Tang untuk rahang atas biasanya berbentuk tang biasa yang lurus antara kepala dan badang tang tersebut, diantaranya : 1. Tang yang digunakan untuk gigi sulung anterior Tang dengan kepala yang lurus dengan badan tang. 2. Tang yang digunakan untuk gigi sulung posterior Tang dengan kepala agak membengkok dari badan tang. 17 3. Tang yang digunakan untuk akar gigi Tang dengan kepala tang agak tertekuk dan kedua ujung tang saling bertemu. b) Instrumen untuk pencabutan gigi sulung RB Berbeda dengan tang untuk rahang atas, pada tang untuk rahang bawah rata rata kepalanya membentuk sudut 90° terhadap badannya sehingga terlihat seperti bengkok, diantaranya yaitu: 1. Tang yang digunakan untuk gigi sulung anterior Tang dengan kepala yang sedikit runcing penyerupai capit pada ujungnya. 18 2. Tang yang digunakan untuk gigi sulung posterior: Tang dengan kepala yang sedikit membulat dibanding tang anterior dan ujungnya terdapat takik. 3. Tang yang digunakan untuk akar gigi: Tang untuk akar ini menyerupai tang untuk gigi posterior namun tidak memiliki takik pada ujungnya, dan kedua ujung tang ini saling bertemu. 19 Selain instrumen tang, dalam ekstraksi gigi untuk anak anak juga menggunakan alat bantu seperti bend atau elevator, dan beberapa instrumen standar untuk pemeriksaan seperti: a. Kaca mulut b. Sonde c. Pinset d. Injektor e. Ekskavator f. Cotton roll g. Betadine cane yg diisi betadin Alat yang harus dipersiapkan sebelum pencabutan gigi pada anak (Pinkham J., 2005) ARMAMENTARIUM EKSTRAKSI GIGI PERMANEN 1. Tang untuk mahkota gigi anterior rahang atas permanen Ciri-Ciri: a. Handle sampai beeknya lurus b. Kedua paruh/ beek tidak bertemu 20 c. Tang untuk gigi kiri dan kanan sama 2. Tang untuk mahkota gigi premolar rahang atas permanen Ciri-ciri: a. Antara handle dengan beaknya seperti S b. Kedua paruh beak bila ditutup tidak bertemu c. Tang untuk gigi kiri dan kanan sama 3. Tang untuk mahkota gigi posterior rahang atas permanen Ciri-ciri: a. Handle sampai beeknya seperti huruf “S” b. Kedua paruh beek tidak bertemu c. Bagian bucal berlekuk dan yang tidak berlekuk bagian palatal 4. Tang akar gigi anterior rahang atas permanen Ciri-ciri: 21 a. Handle sampai beeknya lurus b. Kedua paruh bila ditutup bertemu c. Tang gigi anterior kiri dan kanan sama 5. Tang akar gigi posterior rahang atas permanen Ciri-ciri: a. Handle sampai beeknya seperti bayonet b. Kedua paruh beek bertemu 6. Tang molar tiga rahang atas permanen Ciri-ciri: a. Handle sampai beeknya seperti ” Bayonet ” b. Kedua paruh beek bila ditutup tidak bertemu 22 c. Tang gigi posterior premolar rahang bawah permanen d. Tang gigi posterior rahang bawah permanen e. Tang akar gigi anterior rahang atas permanen f. Tang akar gigi posterior rahang bawah permanen (Fragiskos F., 2007) F. Indikasi dan Kontraindikasi Macam Pencegahan Kelainan Oklusi Lebih Dini 1. Space Maintaner Indikasi : a. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan masih terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya. b. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, misalnya menempatkan lidah di tempat yang kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer ini dapat diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk. c. Adanya tanda-tanda penyempitan ruang d. Kebersihan mulut (OH) baik (Ferawati, 2008). Kontra Indikasi : a. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan erupsi. 23 b. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen c. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan pencabutan dan perawatan orthodonti d. Gigi permanen penggantinya tidak ada (ferawati, 2008) 2. Space Regainer Indikasi: a. Premature loss of single tooth b. Menegakkan gigi yangmesial drifting c. Space closure karena adanya gigi yang tanggal prematur d. Kekurangan tempat 3-4 mm (Barberia, 2006). KontraIndikasi: a. Pada kasus kelebihan tempat, misalnya karena diastema b. Pada kasus kekurangan tempat sangat banyak, dengan impaksi atau banyakgigi permanen yang belum erupsi c. Pada kasus yang membutuhkan analisis komprehensif serta kasuskasus yang membutuhkan pemakaian peranti cekat (Barberia, 2006). G. Tata Cara Perhitungan Diskrepansi Model Deskripansi model adalah perbedaan tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan. Diskrepansi model digunakan untuk menemukan macam perawatan. Ada 2 macam cara untuk mengukur tempat yang tersedia yaitu : 24 1. Menggunakan kawat tembaga Dengan membuat lengkungan dari kawat mulai dari mesial M1 kiri melewati fisura gigi-gigi didepannya terus melewati fissure gigi-gigi posterior didepannya hingga mesial M1 kanan. Kemudian kawat diluruskan kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tersebut merupakan pengukuran tempat yang tersedia pada rahang atas dan rahang bawah, lengkung kawat tidak melewati gigi posterior, tetapi melewati tonjol bukal gigi posterior rahang bawah 2. Menggunkaan jangka Dengan cara membagi lengkung gigi menjadi beberapa segmen. Biasanya dari mesial M1 kiri sampai mesial C kiri, dari mesial C kiri sampai mesial insisif sentral dari mesial M1 sentral sampai distal C kanan, dari distal C kanan sampai mesial M1 kanan. Masing masing segmen diukur dengan membentangkan jangka. Kemudian lebar 2 sisi jangka yang terbuka dihitung dengan menggunakan penggaris dijumlahkan (Handrak, 2015). 25