Uploaded by User87993

Perbandingan Mekanisme Pertahanan Ketika Mengalami Salinitas

advertisement
Anggota Kelompok
1. M. Reza Azhary
2. Miftahul Sukmarini U
3. Intan Mufida
036117022
036117026
036117028
Perbandingan Mekanisme Pertahanan Ketika Mengalami Salinitas
Mekanisme tanaman ketika mengalami cekaman salinitas :
Ketika tanaman mengalami cekaman salinitas maka tanaman tersebut akan mempertahankan
dirinya dengan melakukan pengurangan konduktasi stomata agar menimalkan kehilangan air
melalui transpirasi ketika stomata tertutup dan adaptasi lainnya adalah berkurangnya jumlah
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah ketika tanaman tersebut mengalami cekaman salinitas
hal ini disebabkan karena kebutuhan air yang kurang sehingga menghambat transport dan
mengganggu pembelahan sel.
Dampak yang dialami tanaman ketika mengalami cekaman salinitas :
1. Dampak morfologisnya
 Tanaman terung dan kacang memiliki respon yang sama terhadap respon
morfologis ketika mengalami cekaman salinitas : menurunnya tinngi
tanaman,jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah tajuk, dan akar serta bobot
buah.
2. Dampak fisiologisnya
 Tanaman terung : menurunnya laju fotosintesis, penuruanan laju transpirasi,
menurunnya kandungan air relatif dan meningkatnya kosentrasi prolin
 Tanaman kacang : menurunnya indeks kandungan klorofil daun dan menurunnya
kandungan air relatif daun
Perbandingan Penelitian :
Tanggap Varietas Kacang Hijau terhadap Cekaman Salinitas
1. Pengaruh Salinitas terhadap Sifat Kimia Tanah
Peningkatan daya hantar listrik tanah (DHLs) akibat perlakuan cenderung menurunkan
pH tanah, terutama pada perlakuan DHL tinggi. Penurunan pH tanah kemungkinan disebabkan
oleh peningkatan kandungan SO4 tanah. Kandungan SO4 tanah meningkat drastis dengan
meningkatnya DHL larutan yang diberikan, dan dalam kondisi oksidatif dapat menurunkan pH
(Fageria 2009). Kandungan K-dd relatif konstan, Ca-dd dan Mgdd cenderung lebih tinggi
dibanding kontrol; Na-dd, kejenuhan Na-dd, dan kandungan SO4 meningkat dengan
meningkatnya DHLw yang ditambahkan, KTK meningkat terutama pada perlakuan DHLw
tinggi.
2. Pengaruh Salinitas terhadap Karakter Agronomis
Peningkatan salinitas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan
akar, dan tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun. Perbedaan varietas berpengaruh nyata
terhadap semua peubah tersebut. Interaksi antara salinitas dengan varietas tidak berpengaruh
nyata terhadap peubah-peubah tersebut, kecuali tinggi tanaman. Peningkatan salinitas berdampak
buruk terhadap pertumbuhan tanaman, seperti tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan akar.
Sepuluh varietas kacang hijau yang ditanam pada beberapa tingkat salinitas mempunyai tinggi
tanaman, bobot kering akar dan tajuk berbeda antar varietas pada fase berbunga. Dengan
demikian, urutan tingkat toleransi varietas terhadap salinitas berturut-turut adalah Kutilang >
Vima 1 dan Betet > Murai, Merpati dan Walet > Sampeong, Perkutut, Kenari, dan Sriti.
3. Pengaruh Salinitas terhadap Karakter Fisiologis
Peningkatan salinitas berpengaruh nyata terhadap kandungan air relatif daun (KARD)
dan indeks kandungan klorofil daun (IKK) pada 46 HST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada
umur 36 HST. Pada umur 46 HST, fase pengisian polong, kacang hijau membutuhkan unsur hara
yang lebih banyak, terutama N. Penyerapan unsur hara dari tanah yang terganggu menyebabkan
banyak unsur hara yang ditranslokasi dari daun ke polong, dan akibatnya terjadi kerusakan
klorofil pada daun, pembentukan klorofil terganggu, dan selanjutnya daun cepat mengalami
klorosis. Secara visual, daun sangat cepat menguning dan mengering sejak pengisian polong, dan
polong yang terbentuk banyak yang tidak normal (kecil). Semua varietas mengalami penurunan
IKK mulai salinitas L1 (DHLw 4,0 dS/m, DHLs 2,65 dS/m), dengan tingkat penurunan beragam.
Penurunan IKK menunjukkan terjadinya kerusakan klorofil, dan perbedaan besarnya tingkat
penurunan tersebut mengindikasikan perbedaan tingkat ketahanan kerusakan klorofil akibat
salinitas. Tingkat toleransi tersebut berturut-turut adalah varietas Kutilang dan Sampeong > Betet
dan Walet > Vima 1, Perkutut, Murai, Kenari, Sriti, dan Merpati.
4. Pengaruh Salinitas terhadap Hasil Biji dan Komponen Hasil
Salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang polong, bobot polong kering,
Jumlah polong isi, jumlah biji/polong, bobot biji/tanaman dan bobot 100 biji. Peningkatan
salinitas menurunkan komponen hasil dan hasil biji, yang meliputi panjang polong, bobot polong
kering, jumlah polong isi, jumlah biji, bobot biji, dan bobot 100 biji. Tingkat penurunan bobot
polong kering, jumlah polong isi, jumlah biji, dan bobot biji lebih besar dibandingkan dengan
panjang polong dan bobot 100 biji. Artinya, makin tinggi salinitas makin tinggi penurunan nilai
peubah-peubah tersebut. Peningkatan salinitas menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
terjadinya kerusakan klorofil pada daun sehingga menghambat pembentukan dan perkembangan
polong dan biji sehingga menurunkan hasil dan komponen hasil. Urutan tingkat toleransi varietas
berdasarkan penurunan hasil agak berbeda dengan penurunan tinggi tanaman (Kutilang > Vima 1
dan Betet > Murai, Merpati dan Walet > Sampeong, Perkutut, Kenari, dan Sriti), terutama pada
varietas Kutilang. Hal ini mengindikasikan bahwa ada varietas yang peubah vegetatifnya lebih
sensitif dipengaruhi oleh salinitas dibanding peubah hasil, sehingga pemilihan peubah sangat
penting dalam penilaian toleransi terhadap salinitas.
5. Kandungan K dan Na Tanaman
Kandungan K dalam tajuk dan akar cenderung makin turun dengan makin meningkatnya
salinitas. Ada indikasi bahwa penyerapan K terganggu akibat meningkatnya kandungan Na
dalam tanah. Berdasarkan penurunan hasil telah disusun urutan tingkat toleransi dari yang
toleran, yaitu Vima 1 > Murai, Kenari, Sriti, Betet > Kutilang, Sampeong, Perkutut, Merpati, dan
Walet. Akan tetapi dari segi kandungan K dan Na dalam tajuk dan akar, tidak ada indikasi yang
jelas bahwa semakin tinggi tingkat toleransi terhadap salinitas akan mempunyai kandungan K
yang lebih tinggi dan atau Na yang lebih rendah.
Tanggap Varietas Terung terhadap Cekaman Salinitas
1. Respon Morfologi Tanaman Terung terhadap Cekaman Salinitas
Pengaruh salinitas yang tinggi dapat menghasilkan buah yang berukuran kecil,
berkerut bahkan terdapat buah yang memperlihatkan gejala membusuk. Salinitas dapat
mempengaruhi bobot basah buah terung, bahkan pada perlakuan NaCl 100% tanaman
tidak dapat menghasilkan buah. Transport air yang terganggu dapat menghambat proses
fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan untuk pertumbuhan dan pembentukan
buah juga tidak maksimal. Pada peubah morfologi hanya bobot basah akar yang terdapat
interaksi antara perbedaan genotipe dan perlakuan salinitas, cekaman salinitas pada 8-10
mS cm-1 menyebabkan genotipe 081 mengalami penurunan bobot basah akar paling
tinggi (68.64%), sedangkan genotipe 061 dan 072 berturut-turut hanya mengalami
penurunan bobot basah akar paling rendah 15.25 dan 14.59% dari bobot basah akar pada
perlakuan kontrolnya. Hal ini mengindikasikan bahwa genotipe 081 kurang mampu
beradaptasi dengan cekaman salinitas. Bintoro (1983) menyatakan bahwa salinitas dapat
menurunkan bobot akar kultivar terung.
2. Respon Fisiologi Tanaman Terung terhadap Cekaman Salinitas
Perlakuan salinitas dapat menurunkan laju fotosintesis, cekaman salinitas
menyebabkan peningkatan konsentrasi ion yang bersifat racun bagi tanaman sehingga
dapat menyebabkan penuaan dini dan mengurangi kemampuan fotosintesis tanaman.
pertumbuhan tanaman dibatasi oleh penurunan laju fotosintesis secara berlebihan akibat
serapan garam. Selain menurunkan laju fotosintesis, salinitas juga dapat menurunkan
konduktansi stomata, pengurangan konduktansi stomata merupakan mekanisme adaptasi
untuk mengatasi garam yang berlebihan. Salinitas juga menyebabkan penurunan laju
transpirasi akibat kurangnya pasokan air yang masuk ke dalam jaringan tanaman,
sehingga tanaman melakukan penghematan air yang keluar dari jaringan tanaman melalui
proses penguapan dengan cara mengurangi laju transpirasi. Salinitas menurunkan
kandungan air relatif (KAR) daun . Hal ini juga disebabkan karena terhambatnya
penyerapan dan transport air ke dalam jaringan tanaman disebabkan oleh gangguan
osmotic.
3. Indeks Kepekaan Salinitas
Hasil analisis indeks kepekaan terhadap cekaman salinitas tanaman terung yang
dicerminkan oleh nilai Stress Susceptibility Index (SSI). Berdasarkan rata-rata nilai SSI
peubah morfologi dan fisiologi pada salinitas 5- 7 dan 8-10 mScm mengindikasikan
bahwa dari 6 genotipe yang diuji dua genotipe, yaitu 061 dan 072 dapat dikelompokkan
sebagai genotipe moderat karena memiliki nilai SSI 0.71-0.73 dan genotipe 072 memiliki
nilai SSI 0.66-0.91, sedangkan genotipe 002, 032, 034 dan 081 merupakan genotipe peka
karena memiliki nilai SSI 0.96-1.29. (Gambar 3). Pendekatan yang sama juga digunakan
Khaled et al. (2014) pada tanaman barley.
Download