PAPER SWARM LEADERSHIP NADIEM MAKARIM DALAM KEBIJAKAN PROGRAM MERDEKA BELAJAR DAN PROGRAM ORGANISASI PENGGERAK 1 A. PENDAHULUAN Penunjukan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Banyak yang mendukung langkah Presiden tersebut, namun tidak sedikit pula yang meragukannya. Keraguan tersebut muncul karena Nadiem Makarim dinilai kurang memiliki kompetensi di dunia pendidikan Indonesia. Latar belakang pendidikan Nadiem Makarim menjadi modal tersediri bagi beliau untuk melihat dan memecahkan permasalahan pendidikan secara out of the box. Sejak dilantik pada dilantik pada 23 Oktober 2019, Nadiem Makarim telah menghadapi berbagai permasalahan pendidikan. Berbagai inovasi dan kebijakan baru maupun penyempurnaan dan penggantian kebijakan lama diluncurkan. Inovasi dan kebijakan tersebut diantaranya adalah Program Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak yang diyakini mampu menjadi solusi dalam mengatasi berbagai persoalan di dunia pendidikan di Indonesia. Paper ini ditujukan untuk menggali lebih dalam Nadiem Makarim sebagai seorang pemimpin di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ditinjau dari teori kepemimpinan kawanan (swarm leadership) khususnya dalam kebijakannya terkait Program Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak. B. LANDASAN TEORITIS 1. Swarm Leadership (Kepemimpinan Kawanan) Teori tentang kepemimpinan terus berkembang sampai dengan sekarang. Perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi yang juga terus berkembang dan berubah. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah memicu revolusi industri yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Secara umum perkembangan tersebut sering disebut sebagai Revolusi Industri 1.0 sampai dengan Revolusi Industri 4.0, dimana pada setiap fase tersebut teori kepemimpinan baru muncul dan berkembang. Berbeda dengan Revolusi Industri yang sebelumnya, Revolusi Industri 4.0 telah berdampak keadaan dunia yang semakin VUCA (Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous) yang mengharuskan munculnya pola kepemimpinan baru yang secara 2 responsif dapat menjawab tantangan tersebut. Teori Kepemimpinan Kawanan (Swarm Leadership) merupakan suatu model kepemimpinan yang diyakini mampu untuk menjawabnya. Swarm Leadership termasuk dalam kategori kepemimpinan kolektif, merupakan model kepemimpinan yang adaptif, emergent, terhubung, responsif, dan kolaboratif1. Kepemimpinan ini sering dianalogikan seperti lebah, dimana sang ratu lebah sebagai pemimpin tertinggi bukan menjadi penentu tunggal dalam komunitasnya, namun lebih sebagai penghubung, pemberi inspirasi dan inovasi dengan cara berkolaborasi dengan pasukannya untuk membangun sarang lebah secara bergotong-royong2. “Swarm leadership is part of a self-organising complex adaptive system—it is a collaborative networked effort that adapts and self-organises (rather than selfmanages) in the moment, swarming in on a task or challenge and collectively innovating, organising, and collaborating.” (Kelly, 2019) 3 Swarm Leadership menawarkan berbagai karakteristik yang sesuai dengan kondisi masa kini dan dipercaya sebagai solusi kepemimpinan yang efektif di masa depan. Beberapa ciri kepemimpinan efektif masa depan diantaranya adalah mampu berpikir dan belajar cerdas (smart learner), cepat beradaptasi (adaptif), mengambil keputusan dan bertindak secara cepat (responsif), memberdayakan (empower), mampu mewujudkan sesuatu yang sulit dicapai (enabler), mampu mempengaruhi (influencer), berkomunikasi (communicator), menjadi coach yang baik bagi bawahan4. 2. Mengubah Egosistem menjadi Ekosistem Kepemimpinan masa lalu lebih menekankan peranan sentral pemimpin dalam mengatur dan mengelola organisasi sesuai dengan kompetensi, pengetahuan dan selera individu sang pemimpin. Pendekatan kepemimpinan seperti itu lebih mengarah pada individualistik dan ego pemimpin dalam mempengaruhi sistem. 1 Kelly R. 2019 Introductory Chapter: Towards Leadership 4.0. In: Constructing Leadership 4.0. Palgrave Macmillan, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-98062-1_1 2 Waluyo, Suryantoro. 2020. Swarm Leadership dan Penerapannya Di Era Millenial. Insight on Innovation. https://www.youtube.com/watch?v=vMjgKSOIJGA. Diakses tanggal : 18 Desember 2020 3 Kelly R. 2019 Hal 16 4 Waluyo, Suryantoro. 2020. 3 Swarm Leadership menawarkan pendekatan yang berbeda dimana pemimpin berperan dalam membentuk suatu ekosistem kerja yang mendorong terciptanya lingkungan yang responsif, adaptif dan kolaboratif. Ekosistem merupakan suatu jaringan kompleks dimana para agen seperti karyawan, pemangku kepentingan, rekanan dan komunitas pelanggan yang berada diluar organisasi saling terhubung secara independen dan kolaboratif. Masing-masing agen tersebut tidak memiliki otoritas yang sentralistik dalam berperilaku melainkan suatu perilaku koheren yang timbul dari adanya kerja sama dan kolabarasi serta persaingan antara manusia dan juga mesin5. Hal ini sejalan dengan teori governmentality dalam relasi kuasa yang dikemukakan oleh Foucault dalam Kamahi (2017) 6. Kelly (2019) menjabarkan ekosistem yang dibentuk ini dalam konteks suatu perusahaan dengan istilah swarm enterprice dan mencirikannya dengan suatu bentuk perusahaan yang dirancang untuk menjadi fleksibel, efisien, kuat dan memiliki ketahanan yang tinggi, emergent, dan mengatur dirinya sendiri 7. Beberapa karakteristik swarm enterprice diantaranya memiliki tingkat kolaboratif yang tinggi dalam jaringan yang kolaboratif, struktur, pengelolaan dan peraturan yang dibatasi pada konektivitas jaringan disekitarnya serta terdesentralisasi dengan otoritas dan manajemen terdistribusi. C. PEMBAHASAN 1. Nadiem Makarim dan Inovasi Kebijakan Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. dilahirkan di Singapura, 4 Juli 1984 dari pasangan Nono Anwar Makarim, seorang aktivis dan pengacara terkemuka dan Atika Algadri, seorang penulis. Jenjang pendidikan dasar hingga SMA beliau ditempuh di Jakarta dan Singapura. Pendidikan tinggi beliau ditempuh pada tahun 2002 di Universitas Brown, Amerika Serikat jurusan hubungan internasional dan pernah mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics serta 5 Kelly R. 2019 Hal 78 Kamahi, Umar. 2017. Teori Kekuasaan Michel Foucault: Tantangan bagi Sosiologi Politik. Al-Khitabah(117–133) 7 Kelly R. 2019 Hal 84 6 4 pendidikan pascasarjana di Harvard Business School pada tahun 2009 dan meraih gelar Master of Business Administration. Nadiem Makarim dikenal sebagai seorang pengusaha. Karir beliau di dunia usaha antara lain sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company (2006–2009), pendiri Zalora Indonesia (2011–2012), sebagai Chief Innovation Officer Kartuku (2013–2014) dan sebagai pendiri Gojek (2010–2019) salah satu dekakorn dari Indonesia yang mengantarkan beliau termasuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan mencapai US$100 juta versi Majalah Globe Asia. Pada 23 Oktober 2019 beliau dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo-K.H Ma'ruf Amin8. Tidak lama sejak dilatik, Nadiem Makarim mengeluarkan inovasi kebijakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diantaranya Program Merdeka Belajar, Program Organisasi Penggerak, mengubah mekanisme penyaluran dana BOS langsung ke rekening sekolah, mengambil kebijakan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi, memberikan subsidi internet, merevisi kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan lain sebagainya. 2. Program Merdeka Belajar Program “Merdeka Belajar” berawal dari gagasan untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia yang terkesan monoton dengan berfokus pada pengembangan SDM melalui pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan guru yang implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Program Merdeka Belajar digagas oleh Nadiem Makarim mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment) dan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang mencakup: 1) mengubah Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) menjadi ujian (asesmen); 2) mengganti format Ujian Nasional dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter; 3) menyederhanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan 4) fleksibilitas kebijakan sistem zonasi. 8 Wikipedia.com. 2020. “Nadiem Makarim”. https://id.wikipedia.org/wiki/Nadiem_Makarim. Terakhir diubah pada 26 Oktober 2020, pukul 13.41. Diakses tanggal 30 November 2020. 5 3. Program Organisasi Penggerak (POP) Program Organisasi Penggerak, merupakan program yang digagas untuk percepatan peningkatan kompetensi abad 21 dalam proses dan hasil belajar peserta didik dengan meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui sinergitas antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan. Program ini dituangkan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 dengan membentuk Sekolah Penggerak dan Komunitas Penggerak. Sekolah Penggerak merupakan sekolah yang ditunjuk yang mampu mendemonstrasikan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) kepala sekolah dan guru untuk menjadi penggerak dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, sementara Komunitas Penggerak adalah komunitas antara lain orang tua, tokoh masyarakat dan adat, organisasi, cendekiawan, relawan, dan pemangku kepentingan lainnya yang berkomitmen untuk menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran 9. 4. Swarm Leadership Nadiem Makarim Bermodal pengalaman yang dimilikinya, Nadiem Makarim berusaha menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi di dunia pendidikan di Indonesia sejak hari pertama kepemimpinanya. Realitas perubahan masyarakat dampak dari terjadinya Revolusi Industri 4.0 dapat sangat dipahami olehnya. Model kepemimpinan yang sesuai dengan perubahan tersebut diterapkan untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi. Sebagai seorang menteri dengan sedikit pengalaman di dunia pendidikan, Nadiem perlu belajar dengan cepat serta beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi yang ada. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Nadiem telah menunjukkan kapasitas adaptif dan smart learner-nya dalam memahami berbagai persoalan pelik di dunia pendidikan serta memahami tantangan berat sebagai dampak dari revolusi industri 4.0 bagi para pelajar, guru, institusi pendidikan dan bagi negara secara umum. Berbagai persoalan secara responsif diselesaikan melalui inovasi kebijakan yang dimunculkan. Kemampuannya tersebut dapat dicapai dengan dukungan penuh dalam 9 Kemendikbud.go.id, 2020. “Program Organisasi Penggerak”. https://p3gtk.kemdikbud.go.id/laman/programorganisasi-penggerak. Diakses tanggal 30 November 2020. 6 tim kerjanya dimana setiap persoalan secara kolaboratif dibahas dengan tuntas dan dirumuskan pemecahannya. Ia memberdayakan (empower) bawahannya serta para stakeholders lain dalam mengambil setiap keputusan sehingga keputusan yang diambil merupakan hasil dari kolaborasi efektif timnya. Dalam memimpin, Nadiem mencoba menunjukkan kerendahan hati dengan tidak berperilaku seperti seorang atasan, melainkan lebih sebagai coach yang memberikan inspirasi, motivasi dan menjalin hubungan dengan bawahannya. Ia mencoba mengubah sistem kerja yang individulistik menjadi ekosistem yang responsif, adaptif dan kolaboratif. Dalam proses pengambilan keputusan, Nadiem berusaha menggeser pola demokrasi dari sentralistik yang memusatkan segala keputusan kepada pemimpin menjadi demokrasi lebih deliberatif, direktif, dan kolektif. Keputusan dan respons yang diambil merupakan keputusan kolektif berdasarkan hasil musyawarahnya dengan berbagai pihak, termasuk bawahan, para guru dan kepala sekolah, para profesional di dunia pendidikan dan stakeholders lainnya. Nadiem menangkap semua masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menghasilkan keputusan dan respons yang cepat dan tepat. Munculnya pandemi direspons dengan kebijakan pembelajaran pembelajaran jarak jauh, kelemahan yang ditemukan dalam implementasi kebijakan zonasi direspons dengan kebijakan menambah proporsi siswa berprestasi, ekosistem pembelajaran di sekolah yang monoton dan tidak mendukung pemikiran kreatif dan inovatif direspon dengan mengeluarkan kebijakan Program Merdeka Belajar, dan kompetensi guru yang rendah direspon dengan mengeluarkan kebijakan Program Organisasi Penggerak, serta berbagai kebijakan lainnya. 5. Program Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak sebagai Cikal Bakal Swarm Enterprice di Sektor Pendidikan. Nadiem menyadari bahwa perkembangan dunia di era revolusi industri 4.0 sangat mengancam dunia pendidikan Indonesia. Sejak Indonesia merdeka hingga kini, pola pembelajaran di sekolah-sekolah formal tidak mengalami perubahan yang signifikan. Suasana permbelajaran hari ini dengan beberapa puluh tahun yang lalu secara substansi belum berubah. Hal tersebut menggugah kesadaran Nadiem untuk segera menyiapkan strategi adaptif mengatasi perubahan zaman. 7 Nadiem memusatkan perhatiannya pada dua subjek utama di dalam pembelajaran, yaitu pelajar dan pengajar. Strateginya untuk mengubah para pelajar agar lebih tangguh dimasa depan dilakukan melalui Program Merdeka Belajar, sementara strateginya dalam meningkatkan kapasitas pengajar dilakukan melalui Program Organisasi Penggerak. Kedua program ini secara substansi dapat mendukung terwujudnya swarm enterprice di dunia pendidikan. Program Merdeka Belajar pada intinya ingin mengubah pola pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan berfokus pada pengembangan SDM. Kompetensi pembelajaran difokuskan hanya untuk mencapai kompetensi utama yang sangat dibutuhkan dimasa depan dan pola pengajaran diserahkan sepenuhnya kepada para guru. Selain itu pola penilaian siswa juga diubah dari penilaian yang sentralistik melalui Ujian Nasional menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter yang terdesentralisasi sepenuhnya diserahkan kepada guru dan sekolah. Para guru dan kepala sekolah secara kolektif dan kolaboratif diberikan otoritas mandiri untuk menentukan aksi terbaik demi tujuan bersama, yaitu meningkatkan kompetensi para murid sesuai dengan kondisinya masing-masing. Hal tersebut merupakan karakteristik yang menonjol dari swarm enterprice. Nadiem mengungkapkan bahwa seburuk-buruknya kurikulum, guru yang baik akan memastikan siswanya mampu menguasai pelajaran dengan baik.10 Keberhasilan Program Merdeka Belajar sangat bergantung pada kualitas dan kapabilitas para guru. Untuk membentuk murid yang kreatif dan inovatif dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif pula serta ditunjang dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang mendukung terciptanya kemampuan berfikir kreatif dan inovatif tersebut. Berbagai kebijakan yang lama dievaluasi dan dibahas bersama oleh Nadiem beserta timnya dan melalui keputusan kolektif, Program Organisasi Penggerak diluncurkan. Program Organisasi Penggerak pada intinya ingin membentuk komunitas-komunitas penggerak yang mencakup guru, sekolah dan organisasi lain, yang mampu menciptakan metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mampu menyebarkan dan mendorong proses adopsi metode pembelajaran tersebut kepada 10 CokroTV. 2020. “Nadiem Habisi Tiga Dosa Di Dunia Pendidikan | The One”. https://www.youtube.com/watch?v=c-tqIgULIlU. Diakses tanggal 30 November 2020. 8 organisasi, sekolah, ataupun pengajar lain. Dalam kebijakan ini, organisasi profesional diluar pendidikan pun dilibatkan. Hal ini untuk mendukung terjadinya kolaborasi antar semua pihak untuk menghasilkan formulasi pembelajaran yang efektif dan inovatif. Komunitas yang terlibat dalam Program Organisasi Penggerak saling terhubung, berkolaborasi, saling belajar dan berbagi pengalaman antar sesama mereka serta memiliki komitmen bersama untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas ini memiliki tugas yang dibatasi dan hanya difokuskan untuk meningkatkan kompetensi pengajar dalam mengajar dengan mendpatkan dukungan penuh dari pemerintah berupa dana serta otoritas dalam menentukan mengembangkan metode pelatihan yang paling tepat bagi para pengajar. Karakteristik kolaboratif dalam jaringan, tugas spesifik dan terbatas serta otoritas mandiri tersebut merupakan karakteristik dari swarm enterprice. 6. Tantangan Masa Depan Program Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak tersebut secara khusus dibuat untuk mengatasi tantangan di masa depan. Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 membuka cakrawala berfikir kita tentang semakin VUCA (Volatile, Uncertain, Complex and Ambiguous)-nya dunia yang membutuhkan kapasitas adaptif dan responsif dalam mengadapi permasalahan serta kreatif dan inovatif dalam mencari solusinya. Program Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak diyakini mampu menjawab tantangan tersebut. Di sisi lain ditemukan pula realitas yang mencengangkan di dunia pendidikan, dimana ketimpangan sangat besar telah terjadi. Kualitas pendidikan di desa terpencil sangat jauh tertinggal dengan di kota-kota besar, pulau jawa berbeda dengan pulau lainnya. Hal ini terjadi di semua aspek pendidikan, mulai dari kualitas pengajar, sarana dan prasarana belajar, tingkat literasi, tingkat kesejahteraan masayarakat dan aspek lain. Berbagai kebijakan yang telah ditetapkan apabila tidak dikelola dengan baik akan semakin memperlebar ketimpangan ini. Pola penilaian siswa yang terdesentralisasi kepada sekolah pada Program Merdeka Belajar akan berdampak pada sulitnya mengukur kualitas hasil pendidikan diantara dua daerah dengan ketimpangan yang tinggi. Pola pembelajaran yang diserahkan 9 sepenuhnya kepada guru akan lebih menguntungkan dan lebih berdampak baik pada daerah perkotaan dan disebabkan akses informasi dan wawasan yang terbatas, hal tersebut akan merugikan bagi daerah pedesaan. Program Organisasi Penggerak juga akan mengalami hal yang sama. Kunci dari permasalahan diatas adalah adanya jaringan kolaboratif yang efektif antara desa dengan kota, antara Pulau Jawa dengan luar jawa. Nadiem Makarim dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memerankan peran penting dalam menciptakan jaringan kolaboratif tersebut serta memastikan terwujudnya ekosistem yang responsif, adaptif dan kolaboratif sebagaimana karakteristik dan ciri-ciri dari swarm leadership. D. KESIMPULAN Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang relatif masih baru, Nadiem Makarim telah menunjukkan karakteristik swarm leadership (kepemimpinan kawanan) dalam mengatasi berbagai permasalahan di dunia pendidikan di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dalam kemampuannya dalam memahami persoalan secara cepat (smart lerner), mampu beradaptasi dengan perubahan serta responsif terhadap permasalahan yang muncul. Proses penyusunan kebijakan dilakukan secara deliberatif, direktif dan kolektif dengan mengesampingkan sikap individualistik dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal tersebut menghasilkan kebijakan yang inovatif dalam bentuk Program Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak. Kedua program ini merupakan cikal bakal terbentuknya swarm enterprice di dunia pendidikan, dan dengan menerapkan swarm leadership secara maksimal, Nadiem Makarim dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan mampu menciptakan jaringan kolaboratif yang efektif untuk mengatasi ketimpangan yang terjadi serta menjawab tantangan di masa depan. 10