Oleh: Aulia Rahman Harahap NIM : 4005193006 Output dari siklus akuntansi adalah angka-angka yang memiliki satuan moneter yang dirangkum dan disajikan dalam laporan keuangan entitas. Laporan keuangan yang berkualitas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki karakteristik sebagai berikut: relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dimengerti. Pada umum laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis (Historical Cost Accounting), dengan asumsi bahwa nilai tukar stabil. Kondisi inflasi menyebabkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan nilai historis tidak mencerminkan adanya perubahan daya beli. Sebagai konsekuensinya jika terjadi perubahan daya beli maka laporan keuangan secara ekonomis tidaklah relevan dan andal dalam penyajiannnya Ikatan Akuntan Indonesia 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengertian Perubahan Harga; Mengapa Laporan Keuangan di Masa Perubahan Harga Berpotensi Menyesatkan; Jenis-Jenis Penyesuaian Inflasi; Penyesuaian Tingkat Harga Umum; Penyesuaian Biaya-Kini, Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat – Harga Umum; Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara Internasional Accounting Standard Board (IASB). Menurut Suwardjono (2011), secara umum, perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama. Dari sudut pandang akuntansi, perubahan harga adalah perbedaan antara nilai yang tercatat dengan jumlah nilai yang menggambarkan nilai objek sebenarnya. Menurut Suwardjono (2011), ditinjau dari karakteristik perubahan harga dan jasa, perubahan harga dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) perubahan harga umum, (2) perubahan harga spesifik, (3) perubahan harga relatif Perubahan harga menurut Suwardjono (2005) adalah perbedaan jumlah rupiah yang dapat digunakan untuk membeli barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda. Rerangka akuntansi pokok didasarkan pada asumsi bahwa daya beli uang stabil sepanjang masa. Kos dianggap merepresentasi nilai. Dalam keadaan terjadi perubahan harga, kos historis dipertahankan karena alasan keterandalan (keobjektifan pengukuran dan keterujian data). Dalam kondisi perubahan harga sangat mencolok, keberpautan informasi dengan keputusan menjadi berkurang, Agar kualitas keterandalan (reliabilitas) dan keberpautan. (relevansi) dapat dicapai, rerangka akuntansi pokok harus dilengkapi dengan informasi perubahan harga untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap laba dan posisi keuangan. nflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, selama periode inflasi nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkinini (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi, (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Akibat laba yang dinilai lebih menyebabkan: Kenaikan dalam proporsi pajak Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar). Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan dalam bentuk pajak, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih besar, suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumber daya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan, pabrik dan peralatan. Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah yaitu daya beli perode ini, kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumber daya yang diperoleh dimasa lampau, misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam, ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis. Inflasi untuk perubahan harga dalam akuntansi, fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu: Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut. Jenis-jenis Penyesuaian Inflasi Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomig bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan. Adapun jenis-jenis penyesuaian inflasi adalah: 1. Penyesuaian tingkat harga umum 2. Penyesuaian biaya kini 3. Biaya kini disesuaikan dengan tingkat harga umum Penyesuaian tingkat harga umum Model biaya historis konstan mempertimbangkan perubahan harga dengan mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut mencerminkan jumlah maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke berbagai pihak. Juga berhak selama periode tertentu, dan pada saat yang sama mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memperoleh jumlah barang dan jasa yang secara umum sama, pada akhir periode, dengan jumlah barang dan jasa yang dapat diperolehnya pada awal periode. Penyesuaian biaya kini Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama. Perbedaan model biaya kini dengan akuntansi konvensional, yaitu: Pertama: Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis, oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan. Pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. Kedua: Laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan. Biaya kini disesuaikan dengan tingkat harga umum Operasi pelaporan ketiga bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini disebut model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak. Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut: a. Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. b. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya. Amerika Serikat Pada tahun 1970 FASB mengeluarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SAFS) No.33 berjudul: Pelaporan keuangan dan perubahan harga. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini. Penemuan pengguna dan penyusun informasi keuangan sesuai SFAS No.33 bahwa: 1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan 2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar 3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan beberapa informasi untuk masing-masing dari 5 tahun terkini. Informasi perusahaan pelapor masing-masing, yaitu: 1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya 2. Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini 3. Keuntungan atau kerugiaan daya beli (moneter) atas pos-poss moneter bersih 4. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi (perubahan tingkat harga umum) 5. Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini yang timbul dari proses konsolidasi 6. Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini 7. Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini 8. Deviden per saham biasa