Uploaded by aryaweda70

Tingkah laku reproduksi ikan (1)

advertisement
Tingkah laku reproduksi ikan
Salah satu segi terpenting pada makhluk hidup adalah kemampuannya berkembangbiak
(reproduksi). Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam usaha
mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara berbeda pada
makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan secara
aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya gamet jantan (sperma) dengan gamet
betina (sel telur) dalam suatu proses pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada reproduksi
aseksual, keturunan yang terbentuk tanpa melalui proses pembuahan.
Ikan merupakan salah satu makhluk hidup yang secara umum bereproduksi secara seksual.
Dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda,
mulai dari tingkah laku meminang dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan
anak-anaknya. Pada tulisan ini, diuraikan secara singkat mengenai tingkah laku reproduksi
ikan tersebut.
Pola Reproduksi pada lkan
Pada mayoritas ikan, jantan dan betina merupakan individu yang terpisah, untuk kemudian
mereka harus bertemu atau bersama- sama pada masa kawin (reproduksi). Reproduksi
seksual pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi secara internal dan
reproduksi secara eksternal. Pada reproduksi seksual secara internal, sperma individu jantan
membuahi sel telur di dalam tubuh individu betina. Sedangkan pada reproduksi secara
eksternal. sperma dilepaskan ke perairan bersamaan atau setelah betina melepaskan atau
menempatkan telur-telurnya.
Pembuahan Internal
Pembuahan internal (di dalam tubuh) relatif jarang terjadi pada ikan. Beberapa modifikasi
pada tubuh ikan jantan diperlukan untuk mentransfer sperma ke dalam organ reproduksi
betina. Semua ikan bertulang rawan (Chondroichthyes). yaitu bangsa ikan cucut dan pari,
mempunyai pola reproduksi dengan pembuahan internal. Sirip perut pada ikan jantan telah
dimodifkasi menjadi lebih lancip dan bercelah, yang disebut dengan clasper, dan digunakan
untuk menyalurkan sperma selama kopulasi (pembuahan). Sedangkan pada ikan-ikan
bertulang sejati yang melakukan pembuahan secara internal, ikan jantan memodifikasi sirip
anal menjadi lebih panjang dan lancip, atau pada ujung saluran tempat sperma dilepaskan
bentuknya membesar dan berubah.
Pada pembuahan secara internal ini, kebanyakan telur-telur yang telah dibuahi di dalam tubuh
ikan betina tetap berada di dalam tubuh induknya hingga menetas. Telur-telur tersebut
mempunyai kuning telur yang cukup banyak sebagai cadangan makanan bagi embrio yang
sedang berkembang. Banyak ikan yang bereproduksi secara internal, membiarkan anakanaknya yang telah menetas tetap berada di dalam tubuh induknya untuk berkembang hingga
menjadi cukup besar dan kuat untuk dilahirkan. Dalam beberapa kasus, organ reproduksi
pada ikan betina dimodifikasi agar dapat memberikan zat-zat makanan pada embrio yang
berkembang di dalam tubuh induk. sementara tubuh embrio tersebut telah diadaptasikan
untuk menerima dan menggunakannya.
Contoh ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan secara internal dan melahirkan
anaknya adalah ikan Coelacanth, atau yang dikenal sebagai ikan fosil hidup. Jenis ikan
Coelacanth betina pernah ditemukan dengan lima ekor embrio yang sedang berkembang di
dalam ovariumnya. Tiap-tiap anak ikan tersebut memiliki kantung kuning telur di bawah
tubuhnya yang berfungsi sebagai sumber makanan. Jenis ikan lain yang melakukan
pembuahan internal adalah ikan-ikan pada marga Lutjanus. Ikan- ikan ini bereprodoksi di
perairan dangkal. Pembuahan terjadi dengan amat cepat, dimana ikan jantan menyalurkan
sperma dan masuk ke dalam tubuh betina dengan cara membengkokkan tubuhnya sambil
digetarkan. Seekor ikan betina besar mampu membawa sekitar 20 ekor anak ikan di dalam
tubuhnya. Anak-anak ikan tersebut berkembang dengan menyerap makanan dari cairan dalam
ovarium. dan mereka telah dapat mencari makan di perairan hanya dalam waktu satu menit
setelah dilahirkan.
Pembuahan secara Eksternal
Kebanyakan ikan laut, melakukan pembuahan secara eksternal. yaitu individu jantan dan
betinanya sama-sama melepaskan sperma dan sel telurnya di perairan. Telur- telur yang
dilepaskan ke perairan, ada yang mengapung di permukaan dan ada pula yang tenggelam di
dasar perairan. Banyak jenis ikan dasar dan ikan-ikan yang hidup di lautan terbuka
melepaskan telur dengan cara mengapungkannya di permukaan perairan. Telur-telur yang
dilepaskan dengan cara seperti ini cenderung berukuran kecil sehingga mudah untuk
mengapung dan dikeluarkan dari dalam tubuh induknya dalam jumlah yang cukup banyak,
untuk kemudian mengapung bersama-sama dengan plankton- plankton yang berukuran kecil.
Sebagai contoh adalah ikan Makarel Atlantik, ikan ini melepaskan sekitar 500.000 telur
dalam satu tahun di permukaan perairan. Sejak ikan betina berusia 4 tahun, mereka
mengeluarkan sekitar 2 juta telur sepanjang hidupnya. Contoh lain adalah pada kelompok
ikan Acanthuridae, mereka biasa memijah dalam kelompok-kelompok kecil dan berenang
lebih ke arah permukaan. Telur-telurnya dibiarkan mengapung di permukaan untuk kemudian
menetas dan menjadi larva yang berbentuk transparan dan hidup secara planktonik (PATENT
1976). Menurut WEBBER &THURMAN (1991), telur-telur ikan laut umumnya berukuran
kecil (diameter sekitar 1 mm), dan mempunyai fekunditas yang tinggi (mencapai 1 juta telur
tiap betina). Ketika menetas, berkembang sebagai larva planktonik yang berbentuk
transparan. Kebanyakan larva ikan ini mengkonsumsi larva kopepoda (sta- dia nauplius)
sebagai makananya.
Pada jenis ikan yang lain, mereka cenderung untuk menenggelamkan telurnya (meletakkan di
dasar perairan). Biasanya ikan- ikan yang hidup di perairan dangkal melakukan cara tersebut,
mereka meletakkan telur-telurnya di dasar perairan, ataupun di dalam sarang yang mereka
buat. Pada jenis-jenis ikan yang melakukan hal ini, ukuran telurnya cenderung lebih besar
dan jumlah telurnya lebih sedikit daripada telur-telur yang mengapung. Telur- telur ini
mengandung lebih banyak kuning telur untuk makanan embrio di dasar perairan. Ikan-ikan
yang kemudian menetas, tetap berada di dasar perairan yang dangkal dimana terdapat banyak
makanan.
Metode dengan mengapungkan telur- telur cenderung lebih riskan dengan tingkat
keberhasilan untuk menetas dan berkembang hingga dewasa yang amat kecil karena
banyaknya faktor-faktor pembatas. Faktor- faktor pembatas itu antara lain adalah banyak
telur yang disebarkan tidak sempat dibuahi, beberapa telur rusak disebabkan oleh bakteri dan
jamur, atau termakan oleh organisme- organisme pemakan plankton. Telur-telur lain mungkin
hanyut ke perairan yang terlalu hangat ataupun terlalu dingin di luar kisaran normal bagi telur
tersebut untuk berkembang. Hal yang sama juga dapat terjadi pada ikan- ikan yang masih
muda, mereka harus bertahan hidup dari bahaya pemangsa yang banyak terdapat di laut. Pada
ikan Makarel Atlantik, tingkat kematian ikan-ikan muda amatlah tinggi, hanya sekitar satu
persejuta yang dapat tetap hidup hingga bereproduksi.
Download