Tingkah laku reproduksi ikan Salah satu segi terpenting pada makhluk hidup adalah kemampuannya berkembangbiak (reproduksi). Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam usaha mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara berbeda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (sel telur) dalam suatu proses pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada reproduksi aseksual, keturunan yang terbentuk tanpa melalui proses pembuahan. Ikan merupakan salah satu makhluk hidup yang secara umum bereproduksi secara seksual. Dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku meminang dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya. Pada tulisan ini, diuraikan secara singkat mengenai tingkah laku reproduksi ikan tersebut. Pola Reproduksi pada lkan Pada mayoritas ikan, jantan dan betina merupakan individu yang terpisah, untuk kemudian mereka harus bertemu atau bersama- sama pada masa kawin (reproduksi). Reproduksi seksual pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi secara internal dan reproduksi secara eksternal. Pada reproduksi seksual secara internal, sperma individu jantan membuahi sel telur di dalam tubuh individu betina. Sedangkan pada reproduksi secara eksternal. sperma dilepaskan ke perairan bersamaan atau setelah betina melepaskan atau menempatkan telur-telurnya. Pembuahan Internal Pembuahan internal (di dalam tubuh) relatif jarang terjadi pada ikan. Beberapa modifikasi pada tubuh ikan jantan diperlukan untuk mentransfer sperma ke dalam organ reproduksi betina. Semua ikan bertulang rawan (Chondroichthyes). yaitu bangsa ikan cucut dan pari, mempunyai pola reproduksi dengan pembuahan internal. Sirip perut pada ikan jantan telah dimodifkasi menjadi lebih lancip dan bercelah, yang disebut dengan clasper, dan digunakan untuk menyalurkan sperma selama kopulasi (pembuahan). Sedangkan pada ikan-ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan secara internal, ikan jantan memodifikasi sirip anal menjadi lebih panjang dan lancip, atau pada ujung saluran tempat sperma dilepaskan bentuknya membesar dan berubah. Pada pembuahan secara internal ini, kebanyakan telur-telur yang telah dibuahi di dalam tubuh ikan betina tetap berada di dalam tubuh induknya hingga menetas. Telur-telur tersebut mempunyai kuning telur yang cukup banyak sebagai cadangan makanan bagi embrio yang sedang berkembang. Banyak ikan yang bereproduksi secara internal, membiarkan anakanaknya yang telah menetas tetap berada di dalam tubuh induknya untuk berkembang hingga menjadi cukup besar dan kuat untuk dilahirkan. Dalam beberapa kasus, organ reproduksi pada ikan betina dimodifikasi agar dapat memberikan zat-zat makanan pada embrio yang berkembang di dalam tubuh induk. sementara tubuh embrio tersebut telah diadaptasikan untuk menerima dan menggunakannya. Contoh ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan secara internal dan melahirkan anaknya adalah ikan Coelacanth, atau yang dikenal sebagai ikan fosil hidup. Jenis ikan Coelacanth betina pernah ditemukan dengan lima ekor embrio yang sedang berkembang di dalam ovariumnya. Tiap-tiap anak ikan tersebut memiliki kantung kuning telur di bawah tubuhnya yang berfungsi sebagai sumber makanan. Jenis ikan lain yang melakukan pembuahan internal adalah ikan-ikan pada marga Lutjanus. Ikan- ikan ini bereprodoksi di perairan dangkal. Pembuahan terjadi dengan amat cepat, dimana ikan jantan menyalurkan sperma dan masuk ke dalam tubuh betina dengan cara membengkokkan tubuhnya sambil digetarkan. Seekor ikan betina besar mampu membawa sekitar 20 ekor anak ikan di dalam tubuhnya. Anak-anak ikan tersebut berkembang dengan menyerap makanan dari cairan dalam ovarium. dan mereka telah dapat mencari makan di perairan hanya dalam waktu satu menit setelah dilahirkan. Pembuahan secara Eksternal Kebanyakan ikan laut, melakukan pembuahan secara eksternal. yaitu individu jantan dan betinanya sama-sama melepaskan sperma dan sel telurnya di perairan. Telur- telur yang dilepaskan ke perairan, ada yang mengapung di permukaan dan ada pula yang tenggelam di dasar perairan. Banyak jenis ikan dasar dan ikan-ikan yang hidup di lautan terbuka melepaskan telur dengan cara mengapungkannya di permukaan perairan. Telur-telur yang dilepaskan dengan cara seperti ini cenderung berukuran kecil sehingga mudah untuk mengapung dan dikeluarkan dari dalam tubuh induknya dalam jumlah yang cukup banyak, untuk kemudian mengapung bersama-sama dengan plankton- plankton yang berukuran kecil. Sebagai contoh adalah ikan Makarel Atlantik, ikan ini melepaskan sekitar 500.000 telur dalam satu tahun di permukaan perairan. Sejak ikan betina berusia 4 tahun, mereka mengeluarkan sekitar 2 juta telur sepanjang hidupnya. Contoh lain adalah pada kelompok ikan Acanthuridae, mereka biasa memijah dalam kelompok-kelompok kecil dan berenang lebih ke arah permukaan. Telur-telurnya dibiarkan mengapung di permukaan untuk kemudian menetas dan menjadi larva yang berbentuk transparan dan hidup secara planktonik (PATENT 1976). Menurut WEBBER &THURMAN (1991), telur-telur ikan laut umumnya berukuran kecil (diameter sekitar 1 mm), dan mempunyai fekunditas yang tinggi (mencapai 1 juta telur tiap betina). Ketika menetas, berkembang sebagai larva planktonik yang berbentuk transparan. Kebanyakan larva ikan ini mengkonsumsi larva kopepoda (sta- dia nauplius) sebagai makananya. Pada jenis ikan yang lain, mereka cenderung untuk menenggelamkan telurnya (meletakkan di dasar perairan). Biasanya ikan- ikan yang hidup di perairan dangkal melakukan cara tersebut, mereka meletakkan telur-telurnya di dasar perairan, ataupun di dalam sarang yang mereka buat. Pada jenis-jenis ikan yang melakukan hal ini, ukuran telurnya cenderung lebih besar dan jumlah telurnya lebih sedikit daripada telur-telur yang mengapung. Telur- telur ini mengandung lebih banyak kuning telur untuk makanan embrio di dasar perairan. Ikan-ikan yang kemudian menetas, tetap berada di dasar perairan yang dangkal dimana terdapat banyak makanan. Metode dengan mengapungkan telur- telur cenderung lebih riskan dengan tingkat keberhasilan untuk menetas dan berkembang hingga dewasa yang amat kecil karena banyaknya faktor-faktor pembatas. Faktor- faktor pembatas itu antara lain adalah banyak telur yang disebarkan tidak sempat dibuahi, beberapa telur rusak disebabkan oleh bakteri dan jamur, atau termakan oleh organisme- organisme pemakan plankton. Telur-telur lain mungkin hanyut ke perairan yang terlalu hangat ataupun terlalu dingin di luar kisaran normal bagi telur tersebut untuk berkembang. Hal yang sama juga dapat terjadi pada ikan- ikan yang masih muda, mereka harus bertahan hidup dari bahaya pemangsa yang banyak terdapat di laut. Pada ikan Makarel Atlantik, tingkat kematian ikan-ikan muda amatlah tinggi, hanya sekitar satu persejuta yang dapat tetap hidup hingga bereproduksi.