POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN VENTRICEL SEPTAL DEFECT (VSD) DI RUANGAN HCU ANAK RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH TIKA AMELIA NIM 163110267 PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2019 POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN VENTRICEL SEPTAL DEFECT (VSD) DI RUANGAN HCU ANAK RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan TIKA AMELIA NIM 163110267 PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2019 i KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan Ventricel Septal Defect (VSD) di ruangan hcu anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019” Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar madya keperawatan. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Delima, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM,M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang. 3. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd,M.Kep.Sp.KMB selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. 4. Ibu Heppi Sasmita,M.Kep.Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang. 5. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang membimbing dan memberikan saran masukan untuk bekal penelitian. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penelitian. 7. Bapak Dr. dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.B.Sp.BA(K) selaku Direktur Umum dan seluruh pimpinan, staf dan perawat RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 8. Kedua orang tua dan semua teman-teman yang telah mendoakan dan selalu member semngat dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Seluruh partisipan dalam penelitian ini yang telah memberikan data dan bersedia bekerjasama sehingga penelitian ini bisa diselesaikan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu. Padang, 14 Juni 2019 Peneliti POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis ilmiah, Mei 2019 Tika Amelia “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Penyakit Jantung Bawaan Ventricel Septal Defect (VSD) di Ruangan HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019” Isi : xi + 55 Halaman + 6 tabel + 13 lampiran ABSTRAK Ventricel Septal Defect (VSD) adalah kelainan anatomi jantung dimana adanya sekat diantara ventrikel kiri dan ventrikel kanan yang menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan mengakibatkan aliran darah di ventrikel kiri berkurang dan otot jantung bekerja dengan terpaksa untuk memompakan darah. Akibatnya otot jantung melemah dan terjadi penurunan curah jantung . Di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017 terdapat 296 anak dengan PJB. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan PJB. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan di Ruang HCU Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan waktu penelitian dari tanggal 21-25 Februari 2019. Populasi saat penelitian ada 2 orang lalu pengambilan sampel dilakukan dengan cara purpossive sampling yaitu sesuai dengan kriteria inklusi sehingga didapatkan satu orang partisipan. Keluhan yang didapat dari pasien yaitu tampak sesak napas, tampak pucat, bibir kering, berat badan hanya naik sedikit. Diagnosa yang diangkat pada partisipan ada 4. Sedangkan diagnosa utama adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Intervensi keperawatan sesuai NANDA NIC-NOC sebagian besar dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan sebagian dapat teratasi. Diharapkan perawat di ruang HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan cara meningkatkan pelayanan keperawatan untuk mempermudah penyembuhan. Kata Kunci: Asuhan keperawatan, Penyakit Jantung Bawaan. Daftar pustaka: 18 (2008-2017) v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii LEMBAR ORISINALITAS. ............................................................................. v LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI. ..................................................................................................... viii DAFTAR BAGAN ............................................................................................. x DAFTAR TABEL...............................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................... xii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Perumusan Masalah. ...................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6 A. Konsep Kasus Penyakit Jantung Bawaan. ..................................... 6 B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Penyakit Jantung Bawaan ................................................... 13 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 24 A. Desain Penelitian ............................................................................ 24 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 24 C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 24 D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 25 E. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 25 F. Jenis-jenis Data .............................................................................. 27 G. Analisis .......................................................................................... 27 BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS .................................. 29 A. Deskripsi Kasus. ............................................................................ 29 1. Pengkajian Keperawatan. ......................................................... 29 2. Diagnosa Keperawatan. ............................................................ 31 3. Intervensi Keperawatan. ...........................................................32 4. Implementasi Keperawatan. ..................................................... 35 5. Evaluasi Keperawatan. ............................................................. 36 B. PEMBAHASAN KASUS ............................................................ 37 1. Pengkajian Keperawatan. ......................................................... 37 2. Diagnosa Keperawatan..............................................................40 3. Intervensi Keperawatan. ........................................................... 44 4. Implementasi Keperawatan. ..................................................... 47 5. Evaluasi Keperawatan. ............................................................. 50 BAB V PENUTUP............................................................................................ 54 A. Kesimpulan. 54 B. Saran 55 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 WOC Penyakit Jantung Bawaan. ........................................................ 11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan ............................................................ 26 Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................. 39 Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................41 Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan.................................................................42 Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan .......................................................... 45 Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................. 46 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar konsultasi proposal penelitian pembimbing 1 Lampiran 2 Lembar konsultasi proposal penelitian pembimbing 2 Lampiran 3 Lembar konsultasi karya tulis ilmiah pembimbing 1 Lampiran 4 Lembar konsultasi karya tulis ilmiah pembimbing 2 Lampiran 5 Format Pengkajian Penelitian Lampiran 6 Persetujuan menjadi Responden (Infonmed Consent) Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan data dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan data dari Kepala RSUP Dr.M. Djamil Padang Lampiran 9 Surat selesai penelitian Lampiran 10 Daftar hadir penelitian Lampiran 11 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama NIM Tempat / Tanggal Lahir Suku Status Perkawinan Agama Orang Tua Alamat : : : : : : : Tika Amelia 163110267 Pekanbaru/ 05 Juli 1998 Minang Belum Menikah Islam Ayah : M.Syahril Ibu : Yanti Nova : Balai Pandan Cupak Riwayat Pendidikan No Pendidikan TahunAjaran 1 SDN 05 Balai Gadang Cupak 2004–2010 2 SMPN 2 Gunung Talang 2010–2013 3 SMAN 1 Gunung Talang 2013–2016 4 Poltekkes Kemenkes RI Padang 2016 –2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan anatomi jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir (Hidayat, 2008). Kelainan jantung ini tidak selalu menunjukkan gejala segera setelah lahir, bahkan mungkin saja sampai dewasa gejala tersebut tidak tampak. Tidak jarang gejala baru ditemukan setelah bayi berusia beberapa bulan atau kadang beberapa tahun (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami, 2008). Dampak PJB terhadap angka kematian bayi dan anak cukup tinggi sehingga dibutuhkan tatalaksana PJB yang cepat, tepat, dan spesifik (Kasron, 2016). American Heart Associations (AHA) tahun 2016 menyebutkan penyakit jantung kongenital (PJK) terjadi pada 1% kelahiran hidup dengan prevalensi yang sama diseluruh dunia, sekitar seperempat dari 40.000 anak yang lahir dengan PJK. Di Amerika Utara, lebih dari 1% bayi baru lahir mengalami Coronary Heart Disease (CHD) akibat berbagai penyebab. Prevalensi CHD adalah sekitar 8 dari setiap 1.000 kelahiran hidup; bayi premature memiliki angka CHD yang lebih tinggi (Terri Kyle, 2016). Vidyadhar (2016) dalam penelitiannya mengatakan jenis penyakit jantung bawaan yang paling umum ditemukan di India adalah (Ventrikel Septum Defek) VSD dan Atrium Septum Defek (ASD) dalam 25,2% kasus masingmasing. Lebih dari 50% penyakit jantung bawaan diantara anak-anak sekolah. Yang paling umum berikutnya adalah Patent Duktus Arteriosus (PDA) 14,1% diikuti oleh Tetrallogi of Fallot (TOF) 11,7%. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menyebutkan bahwa prevalensi penyakit jantung pada penduduk semua umur tertinggi di Kalimantan Utara (2,2%). Profil Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2017) menyebutkan bahwa kematian bayi di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 700 orang yang tesebar di 19 Kab/Kota dengan penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 89 orang, Kab.Solok 84 orang, Sijunjung 80 orang, dan Pasaman Barat 79 orang. RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit tersier yang ada di daerah Sumatera Barat. Tahun 2015 sebanyak 20 orang, pasien rawat jalan 8 orang dan rawat inap 12 orang. Tahun 2016 sebanyak 253 orang, pasien rawat jalan 195 orang dan rawat inap 58 orang. Tahun 2017 sebanyak 296 orang, rawat jalan 217 orang dan rawat inap 79 orang (Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2018). Natalia (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa PJB merupakan kelainan kongenital yang paling umum dan sebagai jenis penyakit jantung tersering pada anak. PJB pada anak di Indonesia cukup banyak, dimana sekitar 6 sampai 10 dari 1.000 bayi lahir, mengidap PJB. Sekitar 2-5 persen kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas. Kaunang (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa PJB tidak mudah di deteksi karena hanya 30% yang memberikan gejala pada minggu-minggu awal kehidupan dan 30% pada masa neonatal tetapi bila tidak dideteksi dan ditangani secara tepat dapat menyebabkan kematian pada bulan pertama kehidupan. Budi (2017) dalam penelitiannya menemukan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2013 sampai Desember 2015 dengan jumlah 85 pasien. Ventrikel Septal Defect (VSD) adalah jenis penyakit jantung bawaan terbanyak (40%). Sebaran usia terbanyak pada kelompok >1 tahun (50,59 %). Pada anak yang mengalami PJB ditemukan tanda-tanda serius yang terjadi selama masa bayi, dapat berupa sianosis, tidak mau makan, sesak napas, keringat berlebihan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan pertumbuhan seperti berat bayi tidak bertambah akibat nutrisi tidak adekuat pada bayi, anak menjadi kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya terutama motorik kasar, dan perkembangan psikososial (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami, 2008). PJB pada anak, terutama yang sianotik dapat mengakibatkan kegawatan apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan serangan sianosis (sianotic spell) dan berakhir dengan kematian (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami, 2008). Nindi Zuafni (2018) dalam penelitiannya telah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan. Diagnosa yang ditemukan oleh peneliti yaitu penurunan curah jantung, ketidakefektifan pola nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memonitor vital sign (tanda-tanda vital), memonitor pernafasan, memantau adanya sianosis, mengkaji capillary refill, memberikan terapi oksigen, mendengarkan suara jantung, memonitor pemberian makanan cair seperti susu. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, bukan hanya sampai disitu saja karena sebagai edukator perawat berperan sebagai pemberi informasi kepada keluarga tentang penjelasan penyakit dan memberitahukan tentang yang harus diwaspadai saat kondisi anak makin memburuk, perawat juga perlu memberikan dukungan moral kepada pasien untuk tetap semangat dalam menjalani proses pengobatan hingga akhir selain itu perawat juga berperan dalam kuratif, bekerja sama dengan tim medis lainnya dalam pengobatan dan pemulihan pasien penyakit jantung bawaan. Survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 Desember 2018 di ruang HCU IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil. Padang didapatkan satu orang bayi berusia 5 bulan dengan diagnosa penyakit jantung bawaan sianotik dengan waktu rawatan 4 hari . Diagnosa yang ditegakkan pada anak tersebut yaitu penurunan curah jantung , ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan pola napas tidak efektif. Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan yaitu memberi oksigen, mengatur posisi pasien, memberikan obat sesuai terapi. Evaluasi yang didapat orang tua mengatakan anak tampak pucat, terdapat clubbing finger pada kuku anak, anak sering menangis saat buang air besar, dan tanda-tanda vital normal, orang tua mengatakan tidak tau tentang penyakit anaknya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus penyakit jantung bawaan di ruangan IRNA Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. B. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan PJB di IRNA Kebidanan dan Anak RSUP.Dr. M. Djamil Padang? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Peneliti mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Penyakit Jantung Bawaan ( PJB ) di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang. b. Mampu mendeskrispsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang. c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang. d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang. e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang. D. Manfaat Penulisan 1. Institusi Pelayanan Penulisan KTI diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada anak dengan PJB. 2. Pengembangan Keilmuan a. Bagi Peneliti Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawata pada anak dengan PJB. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan PJB. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kasus Penyakit Jantung Bawaan 1. Pengertian Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan anatomi jantung yang sudah ada sejak dalam kandungan (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami, 2008). Kasron (2016) mengatakan bahwa PJB digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik PJB Asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai dengan warna kebiruan pada mukosa tubuh. Yang termasuk dalam PJB Asianotik adalah : 1. Ventrikel Septal Defect (VSD), yaitu adanya defect atau celah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Defek septum ventrikel adalah suatu lubang pada septum ventrikel. Septum ventrikel adalah dinding yang memisahkan jantung bagian bawah (ventrikel kiri dan ventrikel kanan) (Kasron, 2016). 2. Atrial Septal Defect (ASD), yaitu adanya defect atau celah antara atrium kiri dan kanan. Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri, septum tersebut tidak menutup secara sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur (Kasron, 2016). 3. Patent Duktus Arteriosus (PDA), yaitu kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah (Kasron, 2016). Adanya defect menyebabkan adanya piran (kebocoran) darah dari jantung sebelah kiri ke kanan, karena jantung sebelah kiri mempunyai 6 tekanan yang lebih besar. Besarnya piran bergantung pada besarnya defect. b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik PJB Sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan warna kebiru-biruan pada mukosa tubuh. Beberapa macam PJB Sianotik di antaranya adalah : 1. Tetraloggi Of Fallot (TF), yaitu kelainan jantung yang timbul sejak bayi dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overiding aorta. Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi secara kongenital dimaa secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi pada jantungnya (Kasron,2016). 2. Transposisi Arteri Besar (TAB) atau Transposition of the Great Arteries (TGA), yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan letak aorta dan arteri pulmonalis, sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri. PJB pada anak, terutama yang sianotik, dapat mengakibatkan kegawatan apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan serangan sianosis (sianotic spell). 2. Etiologi Menurut Kasron (2016) penyebab PJB menurut penggolongannya, yaitu : Penyebabnya tidak diketahui. VSD lebih sering ditemukan pada anakanak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil,tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya. Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD : a) Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil b) Gizi ibu hamil yang buruk c) Ibu yang alkoholik d) Usia ibu diatas 40 tahun e) Ibu menderita diabetes 2. Patofisiologi Ventrikel Septum Defek (VSD) Defek septum ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal melalui defek septum. Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian, tekanan di ventrikel kanan meningkat akibat adanya pirau dari kiri ke kanan. Hal ini akan mengakibatkan resiko terjadinya endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan beban kerja jantung sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi peningkatan beban kerja jantung, terjadi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna. Pada VSD berukuran kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti. Pada VSD berukuran sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Pada beberapa hari pasca lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan karena resistensi vaskuler paru masih tinggi, hal ini menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari hingga beberapa minggu setelah bayi lahir. Pirau kiri ke kanan (aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan) karena tekanan ventrikel kiri lebih tinggi dari ventrikel kanan, akibatnya terjadi penambahan volume darah di ventrikel kanan dan menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, kemudian menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan. Jika tekanan di ventrikel kanan terlalu tinggi maka aliran darah dapat berbalik dari kanan ke kiri (ventrikel kanan ke ventrikel kiri), kemudian darah kaya O2 bercampur dengan darah kaya CO2 mengakibatkan darah yang dialirkan ke seluruh tubuh kekurangan oksigen, akan menyebabkan anak mengalami sianosis. Pada defek besar terjadi perubahan hemodinamik akibat peningkatan tekanan terus-menerus pada ventrikel kanan yang diteruskan ke arteri pulmonalis (Aspiani, 2014). 5. Manifestasi Klinis VSD (Ventrikel Septal Defek) Menurut Kasron (2016), tanda gejalanya adalah : a. Sesak nafas, takipnue (nafas cepat). b. Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu. c. Keringat yang berlebihan. d. Berat badan tidak bertambah. e. Infeksi saluran pernafasan berulang. 6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis a. Sistem Kardiovaskular Didapatkan bunyi jantung tambahan (murmur) pada tepi sternum kiri atas. Didapatkan adanya gejala atau keluhan, umumnya didapatkan adanya sesak daat beraktivitas, dispnea, mudah lelah, dan infeksi saluran napas berulang (Kasron, 2016). b. Sistem Pernapasan VSD dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan, karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran oksigen tidak adekuat. Gejala infeksi adalah demam, batuk, dan napas pendek, bayi sukar jika diberi minum (Kasron, 2016). c. Sistem Persyarafan Serangan hipersianotik selama masa bayi, juga dikenal sebagai “Tet spells” dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pernapasan, dispnea awitan mendadak, perubahan kesadaran, iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat berkembang sampai letargi dan sinkop serta akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (Lynn, 2009). d. Sistem Integumen Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut kedalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis (Kasron, 2016). e. Sistem Hematologi Sianosis yang berat dapat menyebabkan polisitemia (peningkatan sel darah merah dalam darah) sehingga mempermudah timbulnya embolus atau trombus. Terjadinya polisitemia berat dan hipoksia maka anak akan mengalami anemia (Kasron, 2016). f. Sistem Muskuloskeletal Umumnya mengalami gangguan tumbuh kembang. Karena kelemahan tubuh atau biasa disebut penurunan toleransi latihan pasien mengalami kesukaran dalam makan/minum (Hidayat, 2008). g. Aspek Tumbuh kembang Pada pasien PJB terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan yaitu berat badan anak tidak bertambah akibat nutrisi tidak adekuat, anak akan kelihatan kurus dan mudah sakit akibat terjadinya infeksi saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangan yang terganggu adalah aspek motorik dan psikososial. Anak dengan PJB tidak bisa melakukan aktifitas seperti anak normal lainnya, seperti bermain, berlari. Anak dengan PJB tidak bisa melakukan aktivitas yang berat karena anak dengan PJB mengalami sesak nafas kemudian bisa terjadinya sianosis. Kemudian anak juga mengalami kesulitan untuk bersosialisasi, anak dengan PJB mengalami gangguan bicara. 7. Penatalaksanaan Ventrikel Septum Defek (VSD) Pasien dengan VSD besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretik, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan pertambahan berat badan, maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong; karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil (Hidayat, 2008). B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Penyakit Jantung Bawaan 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus PJB adalah : a. Identitas Pasien Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. b. Keluhan Utama 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya orang tua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu, keringat yang berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis atau kebiruan pada bibir dan kuku. 2) Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan dan riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, adanya riwayat gerakan jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu dikaji apakah keluarga memiliki riwayat penyakit jantung bawaan atau kelainan kromosom. 4) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan penyakit rubella (sindrom rubella), Adanya riwayat obat-obatan maupun jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil dan riwayat keluarga dengan sindrom down, dan bayi yang lahir premature ( Alimul, 2008). 5) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Sebagian anak yang menderita PJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pada beberapa kasus yang spesifik seperti VSD dan ASD pertumbuhan fisik anak terganggu terutama berat badannya karena keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi saluran nafas. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya (Rekawati dkk, 2008). 6) Riwayat Aktifitas Anak-anak yang mengalami PJB sering tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa, menangis, atau tiba-tiba duduk jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang-kadang anak tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu (Rekawati dkk, 2008). c. Pemeriksaan Fisik 1) Tanda-Tanda Vital a. Nadi Nadi berdasarkan usia, frekuensi nadi usia 1-3 tahun 90150x/menit, usia 4-5 tahun 80-140x/menit, usia 5-12 tahun 70-120x/menit, usia 12-18 tahun 60-100x/menit. b. Pernapasan Pernapasan berdasarkan usia, frekuensi pernapasan 1-3 tahun 24-40x/menit, usia 4-5 tahun 22-34x/menit, usia 5-12 tahun 18-30x/menit, 12-18 tahun 12-16x/menit. c. Suhu Suhu tubuh normal 36,5oC-37,5OC, pada anak PJB suhu normal selama tidak didapatkan tanda-tanda infeksi. 2) Kepala-leher Biasanya tidak ada kelainan pada kepala. 3) Mata Konjungtiva anemis, sklera ikterik. 4) Hidung Nafas cepat dan adanya pernafasan cuping hidung. 5) Mulut Sianosis (warna kebiruan) dapat dilihat pada membran mukosa, seperti lidah, bibir. Sianosis yang terdapat pada daerah tersebut disebut sianosis sentral. Sianosis sentral dapat timbul selama melakukan aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada sianosis yang berat, tanpa melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah tampak (Rekawati dkk, 2008). 6) Leher Terdapat distensi vena jugularis, aneurisma aorta akibat penebalan atau pembengkakan aorta. 7) Thorax a. Paru Biasanya pada anak dengan TOF, hasil inspeksi tampak adanya retraksi dinding dada akibat pernapasan yang pendek dan dalam dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin terdengar suara redup karena peningkatan volume darah paru dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan terdengar suara nafas mendengkur lemah bahkan takipneu. b. Jantung Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat simetris sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri karena pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba pulsasi pada ventrikel kanan akibat peningkatan desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur) pada batas kiri sternum tengah sampai bawah, biasanya bunyi jantung I normal sedangkan bunyi jantung II terdengar tunggal dan keras (Riyadi, 2009). c. Abdomen Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit, pada auskultasi biaanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya pembesaran hepar. Pada perkusi adanya suara redup pada daerah hepar dan saat dipalpasi biasanya ada nyeri tekan. d. Kulit Adanya keringat yang berlebihan dan pucat. e. Ekstremitas Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer. Dan CRT > 3 detik akibat suplai oksigen ke perifer berkurang menyebabkan sianosis dan adanya clubbing finger (jari tabuh). d. Pemeriksaan Penunjang 1) Foto Thoraks Dapat tampak atrium dan ventrikel kanan membesar, pelebaran arteri pulmonalis. 2) Elektro Cardiografi (EKG) Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi akibat peningkatan tekanan ventrikel kanan. 3) Echo Cardiografi Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru. 4) Kateterisasi Kateteriasi diperlukan sebelum dilakukan tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multipel, mendeteksi penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan. 5) Pemeriksaan laboratorium Nilai gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan parsial oksigen (PO2) dan peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2), nilai hemoglobin menurun akibat anemia, dan nilai hematokrit meningkat. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017), kemungkinan diagnosis yang muncul yaitu: a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan, perubahan konraktilitas. b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru. c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan, dan kurang asupan makanan. d. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini. 3. Perencanaan Keperawatan Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan NO 1. Diagnosa Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan konraktilitas. Definisi : Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Batasan Karakteristik : a. Batuk b. Bunyi nafas tambahan c. Keletihan d. Murmur jantung e. Takikardia f. Perubahan warna kulit (sianosis) NOC NIC Setelah dilakukan Monitor tanda vital : tekanan asuhan keperawatan 1. Memonitor darah, nadi, suhu, dan diharapkan curah status pernapasan jantung menjadi 2. Memonitor denyut meningkat dengan jantung kriteria hasil : 1. Keefektivan pompa 3. Memonitor suara paruparu jantung : a. Tekanan darah 4. Memonitor warna kulit sistol dan 5. Menilai CRT diastole dalam Memonitor Pernapasan 1. Memonitor tingkat, batas normal irama, kedalaman, dan b. Denyut jantung respirasi apical dalam 2. Memonitor gerakan batas normal dada c. Denyut nadi bunyi perifer dalam 3. Memonitor pernapasan batas normal 4. Auskultasi bunyi paru d. Keseimbangan dyspnea intake dan 5. Memonitor dan hal yang output dalam meningkatkan dan 24jam dalam memperburuk. batas normal e. Tidak ada Perawatan Jantung distensi vena 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, leher durasi, factor f. Tidak ada presipitasi) disritmia 2. Catat adanya disritmia g. Tidak ada suara jantung jantung 3. Catat adanya tanda dan abnormal gejala penurunan h. Tidak ada cardiac output edema perifer 4. Monitor status dan paru kardiovaskuler i. Tidak ada pucat 5. Memonitor status dan sianosis j. Tidak ada wajah pernapasan yang kemerahan menandakan gagal jantung 6. Memonitor balance cairan 7. 2. Status Sirkulasi a. Tekanan darah, nadi dalam batas normal b. Saturasi oksigen dalam batas normal c. Capilary refill dalam batas normal d. Tidak ada penurunan suhu kulit e. Tidak ada kelelahan 2. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan kongesti paru. Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan Karakteristik : a. Dispnea b. Penggunaan otot bantu pernapasan c. Pernapasan cuping hidung d. Pola nafas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman) e. Takipnea Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola napas menjadi efektif dengan kriteria hasil : 1. Status pernapasan a. Frekuensi napas dalam batas normal b. Irama pernapasan dalam batas normal c. Kedalaman inspirasi dalam batas normal d. Suara napas tambahan tidak ada e. Penggunaan otot bantu napas tidak ada Memonitor adanya perubahan tekanan darah 8. Memonitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti aritmia 9. Mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan 10. Memonitor toleransi aktivitas pasien 11. Memonitor adanya dyspnea, fatigue, takipneu dan ortopenue. 12. Menganjurkan untuk menurunkan stress Terapi Oksigen 1. Mempertahankan jalan napas yang paten 2. Mengatur peralatan oksigenasi 3. Memonitor aliran oksigen 4. Mempertahankan posisi pasien 5. Mengobservasi tandatanda hipoventilasi Monitoring Pernapasan 1. Monitor frekuensi,irama,kedala man dan kekuatan respirasi 2. Memperhatikan gerakan dan kesimetrisan, menggunakan otot bantu, dan adanya retraksi otot intercostal dan supraklavikular 3. Mendengarkan bunyi napas, catat adanya suara tambahan 4. Memonitor pola napas 5. Memonitor adanya dyspnea dan hal yang meningkatkan memperburuk 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan, dan kurang asupan makanan. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan Karakteristik : a. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh menjadi terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. Status nutrisi a. Status nutrisi dalam batas normal b. Asupan gizi dalam batas normal c. Asupan makanan dalam batas normal d. Asupan cairan dalam batas normal e. Energy dalam batas normal f. Rasio berat badan dalam atau Monitor Tanda-tanda Vital 1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan 2. Memonitor kualitas dari nadi 3. Memonitor frekuensi dan irama pernapasan 4. Memonitor pola pernapasan abnormal 5. Memonitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 6. Memonitor sianosis perifer 7. Identifikasi penyebab dari perubahan tandatanda vital Manajemen Berat Badan 1. Mendiskusikan bersama pasien dan keluarga mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB. 2. Mendiskusikan bersama pasien dan keluarga mengenai kondisi medis yang dapat mempengaruhi BB. 3. Mendiskusikan bersama pasien dan keluarga mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor hereditor yang dapat mempengaruhi BB. 4. Mendiskusikan bersama pasien dan keluarga mengenai resiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB. 5. Membantu pasien untuk batas normal b. Cepat kenyang merubah kebiasaan setelah makan makan 2. Nafsu makan c. Penurunan berat a. Hasrat/ 6. Memperkirakan BB keinginan untuk badan dengan ideal pasien. makan tidak Manajemen Nutrisi asupan makanan terganggu 1. Mengkaji adanya alergi adekuat b. Energy untuk makanan d. Membran mukosa makan tidak 2. Kolaborasi dengan ahli pucat. terganggu gizi untuk menentukan c. Intake nutrisi jumlah kalori dan tidak terganggu nutrisi yang d. Intake cairan dibutuhkan pasien. tidak terganggu 3. Menganjurkan pasien e. Adanya untuk meningkatkan rangsangan intake Fe untuk makan 4. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Memberikan substansi gula 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 7. Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 8. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 9. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 10. Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini Definisi : Perasaan nyaman kekhawatiran tidak atau yang Tingkat kecemasan : 1. Tidak dapat beristirahat 2. Berjalan mondarmandir 3. Meremas-remas tangan 4. Perasaan gelisah 5. Wajah tegang Pengurangan Kecemasan : 1. Gunakan Pendekatan Yang Tenang Dan Meyakinkan, 2. Dengarkan Keluarga, 3. Instruksikan Keluarga Untuk Menggunakan Teknik Relaksasi 4. Berada di sisi keluarga samar disertai 6. Rasa takut yang respons otonom disampaikan secara (sumber sering kali lisan tidak spesifik atau 7. Rasa cemas yang tidak diketahui oleh disampaikan secara individu) ; perasaan lisan takut yang 8. Gangguan tidur disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan Terapi relaksasi : 1. Gambarkan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, napas dalam) 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 3. Dorong pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup 4. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi kepada keluarga 5. Dorong keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinkan 6. Dorong pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala Batasan Karakteristik : Perilaku 1. Agitasi 2. Gelisah 3. Insomnia 4. Tampak waspada 5. Perilaku mengintai Afektif 1. Gelisah 2. Gugup 3. Ketakutan 4. Putus asa 5. Sangat khawatir Fisiologis 1. Gemetar 2. Peningkatan keringat 3. Suara bergetar 4. Tremor tangan Sumber : NANDA International ( 2015-2017), NIC-NOC (2016) 4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, kesehatan, dan memfasilitasi koping ( Kodim, 2015). 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Kodim, 2015). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan PJB di RSUP Dr. M. Djamil Padang. B. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah selesai dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan November 2018 sampai bulan Mei tahun 2019. Sedangkan waktu pengambilan kasus dimulai pada tanggal 21-25 Februari 2019. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami Penyakit Jantung Bawaan yang dirawat di Ruangan HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada saat dilakukan penelitian yaitu sebanyak 2 orang. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah satu orang anak yang mengalami Penyakit Jantung Bawaan yang berada di Ruang HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan kriteria. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu: 1. Kriteria Inklusi a. Pasien dan orang tua bersedia menjadi responden b. Pasien yang mengalami PJB asianotik maupun sianotik diruang rawat HCU, Akut/Kronis RSUP Dr. M. Djamil Padang c. Pasien yang di rawat minimal 5 hari 24 2. Kriteria Eksklusi a. Pasien yang dirawat kurang dari 5 hari. D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan proses keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. a. Format pengkajian keperawatan yang terdiri dari : identitas pasien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang, dan program pengobatan. b. Format analisa data yang terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, data, penyebab, dan masalah. c. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, tanggal ditemukannya masalah dan paraf, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah. d. Format rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC. e. Format cacatan perkembangan keperawatan yang terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, hari dan tanggal, jam, implementasi keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan. f. Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari : stetoskop, tensimeter anak, termometer, timbangan, arloji dengan detik, dan penlight. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triagulasi) artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik data dan sumber data yang telah ada. Triagulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi (Kodim, 2015). 1. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Bertujuan untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, dan membantu perawat untuk menentukaan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian (Kodim, 2015). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terpimpin dengan menggunakan format pengkajian keperawatan anak kepada orang tua anak untuk mengetahui kondisi anak secara jelas dan mendapatkan informasi dengan tepat. Hasil wawancara yang didapat dari orang tua seperti biodata klien, biodata penanggung jawab klien, adanya riwayat abortus saat kehamilan, tidak ada riwayat merokok atau alkohol, tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit PJB sebelumnya, dan sindrom down. 2. Observasi Observasi adalah pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran (Kodim, 2015). Observasi yang didapat seperti pasien tampak pucat, kurang aktif dalam beraktivitas, tampak menggunakan oksigen, nafsu makan berkurang, lemah saat menyusu, kulit sianosis pada bagian mukosa (bibir) dan kuku. 3. Pemeriksaan Fisik Dalam metode pemeriksaan fisik, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi: keadaan umum dan pemeriksaan head to toe. Pemeriksaan dilakukan dengan prinsip IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). Pemeriksaan fisik yang didapatkan seperti akral dingin, clubbing finger, napas cepat, adanya pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, otot bantu pernapasan, pemeriksaan jantung terdengar bunyi yang abnormal (mur-mur). 4. Studi Dokumentasi Menurut Kodim (2015) studi dokumentasi merupakan mengumpulkan data dari dokumen, catatan atau laporan kesehatan klien. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari RS untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Dokumen berbentuk hasil pemeriksaan diagnostik, seperti rontgen thorax ditemukan pembesaran jantung (kardiomegali), hasil pemeriksaan EKG ditemukan kelainan irama jantung, hasil ekokardiografi ditemukan hipertrofi ventrikel kanan, analisa gas darah ditemukan peningkatan PCO2 dan penurunan O2, pada pemeriksaan hemoglobin ditemukan nilai hemoglobinnya menurun dan nilai hematokritnya meningkat. F. Jenis-jenis Data 1. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi : identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari rekam medik, serta dari dokumentasi diruang rawat RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti. Data penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic), hasil EKG, ekokardiografi, dan foto thoraks. G. Analisis Data Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien anak dengan PJB. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan dengan kasus PJB. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien. BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS A. Deskripsi Kasus 1. Pengkajian Pasien anak laki-laki berumur 1 bulan dirawat diruang HCU Anak, masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Sabtu, 16 Februari 2019 pada pukul 16.48 WIB melalui rujukan RS Ibu dan Anak Payakumbuh. Pasien masuk dengan keluhan sesak nafas bertambah sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak sejak 15 hari yang lalu, tidak ada kebiruan pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, muntah bila minum asi lewat dot, riwayat tersedak ada, tidak ada riwayat demam. Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis, 21 Februari 2019 pukul 09.00 WIB, pasien dengan rawatan hari ke-5, anak tampak sesak nafas, terpasang O2 binasal 2 liter permenit, terpasang NGT, dan terpasang monitor. Anak tampak pucat, bibir sedikit kering. Ibu mengatakan anak masih sesak, berat badan hanya naik sedikit, pada saat lahir berat badan By.A 3400 gr, sekarang berat badannya 3700 gr. Ibu pasien mengatakan anak sulit menyusu karena lemah saat menghisap. dengan ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya, ibu pasien tampak gelisah, gugup dan suara bergetar. TD : 100/70 (sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5oC (normal 36,5oC -37,5oC, RR: 40kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal 100-150 kali/menit). By.A sebelumnya dirawat di RS Ibu dan Anak Payakumbuh dengan diagnosa PJB VSD dan Down Sindrom. By.A lahir di RS tersebut dengan 28 berat badan lahir 3400 gr, ibu pasien mengatakan By.A belum mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio, dan Hepatitis B. Ibu R mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien, dan tidak ada penyakit keturunan. Ibu By.A mengatakan dulu pernah keguguran dua kali dibulan ketiga kehamilan. Pada bulan ketiga hamil keluar cairan lendir warna hitam kemudian konsul ke dokter dan disuruh untuk menggugurkan kandungannya. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien sedang, berat badan 3700 gram (normal 4000 gram), tinggi badan 52cm, lingkar kepala 35cm, hasil pengukuran TD: 100/70 mmHg, suhu : 36,5oC, pernapasan: 55 kali/menit, nadi: 111kali/menit. Hasil pemeriksaaan fisik yang ditemukan konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir sedikit kering, mulut tidak sianosis, tidak ada pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan thoraks, lingkar dada 36cm, dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dinging dada sama, adanya retraksi dinding dada, fremitus sama kiri dan kanan, saat dilakukan pemeriksaan perkusi sonor, saat dilakukan auskultasi terdengar bunyi ronkhi. Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus cordis teraba 1cm di RIC V mid clavicula sinistra, suara jantung terdengar murmur, irama jantung tidak teratur. Pemeriksaan abdomen tidak tampak adanya distensi abdomen, tidak ada lesi, bising usus normal, saat dilakukan perkusi terdengar timpani. Pemeriksaan kulit turgor kembali lambat, warna kulit tidak merata, tampak pucat pada telapak tangan, kuku tangan, telapak kaki dan kuku kaki, tidak ada perdarahan dibawah kulit. Pemeriksaan ekstremitas atas tampak pucat pada telapak tangan dan kuku tangan, akral teraba hangat, capillar refill kembali lambat lebih dari 2 detik, pada ekstremitas bawah akral teraba hangat, capillary refill kembali lambat lebih dari 2 detik. Pola kebiasaan, By.A memiliki kebiasaan minm ASI lewat NGT setiap 3 jam sekali sebanyak 45cc. Ibu R mengatakan pasien tidak bisa minum lewat dot karena pasien akan muntah dan sesak, pasien sering tersedak ketika minum ASI, sehingga By.A harus minum melalui NGT. Pola tidur siang By.A teratur dengan jumlah jam tidur lebih dari 2 jam. Pola tidur malam By.A tidak teratur dengan jumlah jam tidur 6-7 jam, By.A sering terbangun. Data penunjang yang didapatkan hasil laboratorium yaitu hemoglobin 14,0 g/dl (normal: 10,6-16,7 g/dl), leukosit 10.140/mm3 (normal 6.00018.000), eritrosit 3,89juta (normal 3,1-5,0), trombosit: 329.000/mm3 (normal 150.000-450.000), hematokrit 40% (normal 32-50%). An.A mendapatkan terapi Ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x18mg, catopril 2x1mg, IVFD KAEN IB 21tts/menit, dan binasal 2Liter. 2. Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat 4 prioritas masalah keperawatan : a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kongesti paru c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan d. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini (NANDA, 2015). Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan yang muncul pada By.A adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya tampak lemah, anak sulit menyusu, dan tidak mampu menangis dengan kuat dan tidak ada suaranya. Pada pemeriksaan jantung ditemukan ictus cordis tidak terlihat, ictus cordis teraba 1 jari di RIC V mid clavicula sinistra, terdengar bunyi jantung murmur. . TD : 100/70 (sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5oC (normal 36,5oC -37,5oC, RR : 55 kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal 100-150 kali/menit). By.R mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x8mg, lasix 1x3mg, catopril 2x1mg. Diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pola napas berhubungan kongesti paru yang ditandai dengan ibu R mengatakan anaknya sesak, anak tampak sesak, tampak adanya retraksi dinding dada, terdengar bunyi napas ronkhi, anak terpasang O2 nasal kanul 2Liter, dan frekuensi pernapasan anak 40kali/menit. Diagnosa ketiga adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yang ditandai dengan Ibu R mengatakan anak sulit menyusu, berat badan anaknya hanya naik sedikit semenjak lahir, anak tampak lemah, hasil pemeriksaan konjungtiva anemis, dan berat badan anak 3700gr (normal 4000gr). Diagnosa keempat adalah ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini yang ditandai dengan ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya. Ibu pasien mengatakan takut akan kehilangan anaknya. 3. Intervensi Keperawatan Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien (Kodim, 2015). Pada diagnosa penurunan curah jantung dengan kriteria hasil : tekanan darah normal, kulit tidak pucat dan sianosis, tidak ada suara jantung abnormal, frekuensi napas normal, suara napas tambahan tidak ada. Rencana tindakannya adalah : 1) Monitor tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu) untuk mengetahui terjadinya hipotensi atau hipertensi, hipertermi atau hipotermi, sesak napas agar dapat ditangani segera. 2) Monitor pernapasan (memonitor irama, kedalaman, bunyi pernapasan, memonitor gerakan dada) untuk mengetahui adanya suara napas tambahan apabila terjadinya hipertrofi ventrikel atau atrium, seperti ronkhi, wheezing, krekels dapat mengindikasi kongesti paru terhadap terjadinya gagal jantung. 3) Perawatan jantung (memonitor adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output, frekuensi nadi, auskultasi suara napas, memonitor status pernapasan, memantau adanya sianosis, warna kulit, suhu, kelembaban dan capillary refill time) untuk mengetahui terjadinya penurunan kadar oksigen dalam tubuh, akral pucat, CRT kembali lambat berkaitan dengan terjadinya penurunan curah jantung. Pada diagnosa ketidakefektifan pola napas dengan kriteria hasil : frekuensi napas dalam batas normal, irama pernapasan normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Rencana tindakannya adalah : 1) Monitor pernapasan (memonitor frekuensi pernapasan, memonitor adanya pernapasan cuping hidung, adanya retraksi dinding dada, memonitor pola napas, memonitor adanya dispnea, auskultasi suara napas). 2) Monitor tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, memonitor warna dan kelembaban kulit, memantau adanya sianosis) 3) Terapi oksigen (mempertahankan jalan napas, memonitor aliran oksigen, mempertahankan posisi pasien). Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil : status nutrisi dalam batas normal, asupan makanan dalam batas normal, rasio berat badan normal, intake nutrisi tidak terganggu. Rencana tindakannya adalah : 1) Manajemen berat badan (mendiskusikan dengan keluarga pasien mengenai resiko yang berhubngan dengan berat badan berlebih dan penurunan berat badan, memperkiraan berat badan ideal). 2) Manajemen nutrisi (mengkaji adanya alergi terhadap makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, menganjurkan keluarga pasien untuk meningkatkan intake Fe pasien, menganjurkan keluarga pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c pasien, memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang kebutuhan nutrisi). Pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini dengan kriteria hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat beristirahat dengan tenang, tidak berjalan mondar-mandir, tidak meremas-remas tangannya, tidak gelisah, wajah tidak tegang, rasa takut dan cemas menjadi berkurang, gangguan tidur tidak terjadi. Rencana tindakannya adalah : 1) Pengurangan kecemasan (gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, dengarkan keluarga, berada di sisi keluarga untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi rasa takut, instruksikan keluarga untuk menggunakan teknik relaksasi). 2) Terapi relaksasi (gambarkan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, dan napas dalam), ciptakan lingkungan yang tenang, dorong pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup, tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, dorong keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, dorong pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala). 4. Implementasi Keperawatan Impelementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi koping (Kodim, 2015). Pada diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan, mengukur suhu, mendengarkan suara napas, mendengarkan suara jantung, memantau adanya sianosis, melihat gerakan dada, melakukan pemeriksaan capillary refill time (CRT), memberikan terapi obat ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x8mg, lasix 1x3mg, catopril 2x1mg. Pada diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru, tindakan yang telah dilakukan adalah membantu memberikan oksigen nasal kanul 2liter, menambah air oksigen, menghitung pernapasan, mendengarkan bunyi napas, menghitung nadi, mengukur tekanan darah dan suhu, menilai CRT, melihat gerakan dada. Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan, mengukur suhu, memonitor berat badan, memperkirakan berat badan ideal pasien, mengganti pempers pasien, membantu memberikan susu lewat NGT sebanyak 45cc. Pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, membantu keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, mengajarkan pasien teknik relaksasi (napas dalam) untuk mengurangi cemas, menjelaskan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi (misalnya musik, meditasi, dan napas dalam), menciptakan lingkungan yang tenang, menginstruksikan keluarga untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup, menunjukkan dan mempraktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, menganjurkan keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, menganjurkan pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Kodim, 2015). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam, pada masalah penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas didapatkan bahwa ibu pasien mengatakan anak tampak lemah, mengatakan anak tidak menangis dengan kuat, anak tampak lemah, konjungtiva anemis, ictus cordis teraba 1 jari di RIC V mid clavicula sinistra, TD : 100/70 (sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5℃ (normal 36,5℃-37,5℃, RR : 35 kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal 100-150 kali/menit), CRT >2 detik, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan dengan memonitor tanda-tanda vital. Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam pada masalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru didapatkan bahwa ibu pasien mengatakan napas pasien masih sesak, adanya retraksi dinding dada, anak terpasang oksigen nasal kanul 2liter, terdengar bunyi napas ronkhi, pernapasan kali/menit, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan dengan monitor pernapasan, pola napas efektif dengan target tidak ada suara napas tambahan, pernapasan normal. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam pada masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan didapatkan bahwa ibu pasien mengatakan anak tampak lemah, berat badan anak hanya naik sedikit, anak terpasang NGT, anak mendapatkan ASI sebanyak 45cc setiap 3 jam, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x7 jam pada masalah keperawatan ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini didapatkan ibu pasien mengatakan perasaannya sudah cukup tenang setelah dilakukan dan diajarkan teknik relaksasi, ibu pasien mengatakan belum terlalu bisa melakukan teknik relaksasi, ibu pasien mengatakan paham tentang manfaat teknik relaksasi, ibu pasien bisa mengulang manfaat teknik relaksasi, ibu pasien tampak mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam. B. Pembahasan Kasus Pembahasan pada kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada By.A dengan penyakit jantung bawaan asianotik yaitu VSD diruangan rawat HCU IRNA Kebidanan dan Anak yang dilakukan sejak tanggal 21-26 februari 2019. Kegiatan yang dilakukan meliputi mendeskripsikan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mendeskripsikan implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian yang dilakukan pada By.A (1 bulan) didapatkan keluhan sesak napas, anak tampak pucat, ibu mengatakan anak masih sesak, anak bertambah sesak saat minum susu lewat dot, anak sulit menyusu karena lemah saat menghisap, RR: 40kali/menit (normal 30-60 kali/menit). Menurut Lynn Betz, Cecily & Sowden, Linda A (2009) tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular pulmonal dan dapat menyebabkan pertukaran oksigen tidak adekuat menyebabkan anak sesak napas. Menurut analisa peneliti keluhan yang terdapat pada partisipan seperti sesak napas, dan tampak pucat sesuai dengan teori yang ada. Sesak napas terjadi karena septum diantara ventrikel kanan dan ventrikel kiri menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena tekanan yang terdapat pada ventrikel kiri lebih besar dari ventrikel kanan, menyebabkan naiknya beban pada ventrikel kanan. Naiknya beban pada ventrikel kanan akan membuat darah terdorong ke arteri pulmonalis sehingga arteri pulmonalis mengalami peningkatan tekanan menyebabkan darah memenuhi pembuluh paru, akibatnya beban kerja paru meningkat maka terjadilah hipertensi pulmonalis dan menyebabkan pertukaran oksigen tidak adekuat. Akibat aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke ventrikel kiri berkurang, beban kerja otot jantung meningkat untuk memompakan darah ke aorta. Lama kelamaan otot jantung akan melemah dan terjadi penurunan curah jantung. Terjadinya penurunan curah jantung menyebabkan aliran darah ke tubuh berkurang, akan menyebabkan anak mengalami sianosis. By.A sebelumnya dirawat di RS Ibu dan Anak Payakumbuh dengan diagnosa PJB VSD dan Down Sindrom. Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Ibu mengatakan umurnya 43 tahun. Sindrom down merupakan salah satu penyebab anak lahir dengan PJB. Menurut Aspiani (2014) faktor penyebab VSD adalah faktor genetik yaitu kelainan kromosom misalnya sindrom down, anak yang lahir sebelumnya dengan PJB, ayah atau ibu menderita PJB. Menurut analisa peneliti kelainan kromosom yang terjadi pada partisipan sesuai dengan teori yang ada. Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrom, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah 3 (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatnya munculnya sindrom down. Adanya hubungan antara usia sang ibu diatas 40 tahun dengan kondisi bayi, yaitu semakin tua usia ibu maka semakin tinggi pula resiko melahirkan anak dengan down syndrom. rahim wanita yang sudah mendekati menopause, kemampuan tubuh untuk menyeleksi kecacatan embrio sudah menurun. Usia telur yang sudah tua juga memiliki resiko lebih tinggi terhadap pembagian kromosom yang tidak tepat. Hasil pengkajian pada By.A ditemukan keadaan umum pasien sedang, berat badan By.A susah naik, saat lahir 3,4 kg dan sekarang 3,7 kg (normal 4 kg), konjungtiva anemis, By.A sulit untuk menyusu dan bertambah sesak saat menghisap dot, sehingga By.A terpasang OGT dan diberikan ASI 45 cc. Budi Junio (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasien PJB memiliki frekuensi tinggi terhadap kelainan kongenital yang multiple, berat badan lahir rendah (yang menjadi risiko kedepannya) dan keterlambatan pertumbuhan. Kelainan jantung bawaan yang disertai peningkatan aliran darah ke paru yang hebat dan hipertensi pulmonal akan lebih banyak mengalami malnutrisi, hipoksemia berat atau gagal jantung kongestif dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak dengan VSD, aliran darah diventrikel kiri menjadi berkurang dan darah yang dipompakan keseluruh juga berkurang, akibatnya tubuh akan kekurang oksigen (hipoksia), anak mengalami sesak napas yang menyebaban anak mengalami kesulitan saat menyusu mengakibatkan nutrisi tidak adekuat pada anak. Menurut analisa peneliti gangguan nutrisi yang terjadi pada partisipan karena terjadinya penurunan curah jantung yang mengakibatkan jantung tidak adekuat memompakan darah yang terdapat oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh yang menyebabkan nutrisi pasien tidak cukup. Berkurangnya darah yang beredar kedalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak terhambat, serta anak sulit melakukan aktifitas karena sesak napas yang mengakibatkan anak malas makan, berat badan tidak bertambah, sehingga anak kekurangan nutrisi. Hasil pemeriksaan fisik pada By.A ditemukan pada ekstremitas tampak pucat, akral teraba hangat, capillary refill kembali lambat lebih dari 2 detik, tidak ada jari tabuh (clubbing finger). Forum Ilmiah Kesehatan Anak (2017) menyebutkan bahwa terdapat beberapa tanda dan gejala anak yang mengalami penyakit jantung bawaan yang diantaranya kelainan bentuk ujung jari dan kuku yang dikenal dengan jari tabuh (clubbing finger), pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema), pada beberapa kasus, gejala tersebut bisa tidak terlihat waktu bayi lahir, namun baru muncul sesuai perkembangan usia. Menurut asumsi peneliti, anak yang mengalami PJB saat berusia kurang dari 6 bulan belum terlihat clubbing finger pada kuku jarinya, karena penambahan jaringan ikat yang terjadi pada bagian jaringan lunak didasar kuku yang berkaitan dengan kekurangan oksigen kronik/ hipoksia kronik. 2. Diagnosa Keperawatan Hasil pengkajian menunjukkan bahwa diagnosa yang muncul pada By.A adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung, ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan. Berdasarkan Diagnosis Keperawatan Nanda 2015-2017 terdapat delapan diagnosa yang mungkin muncul antara lain : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi, ketidakefekifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke jaringan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat jaringan. Berdasarkan kasus yang peneliti temukan diagnosa utama yang peneliti angkat untuk By.A yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung ditandai dengan ditandai dengan ibu R mengatakan anaknya tampak lemah, anak sulit menyusu, dan tidak mampu menangis dengan kuat dan tidak ada suaranya. Pada pemeriksaan jantung ditemukan ictus cordis tidak terlihat, ictus cordis teraba 1 jari di RIC V mid clavicula sinistra, terdengar bunyi jantung murmur. . TD : 100/70 (sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65 mmHg), suhu : 36,5℃ (normal 36,5℃-37,5℃, RR : 55 kali/menit (normal 30-60 kali/menit), HR : 111kali/menit (normal 100-150 kali/menit). By.A mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x8mg, lasix 1x3mg, catopril 2x1mg. Menurut Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami (2008) Penurunan curah jantung terjadi akibat adanya kecacatan pada struktur jantung karena adanya septum atau lubang diantara ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang menyebabkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena tekanan pada ventrikel kiri lebih besar dibandingkan dengan ventrikel kanan mengakibatkan hipertrofi pada ventrikel kanan dan dapat menambah beban kerja jantung. Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung karena adanya septum atau lubang diantara venrikel kanan dan ventrikel yang menyebabkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena tekanan ventrikel kiri lebih besar dari ventrikel kanan. Akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan, terjadinya hipertrofi pada ventrikel kanan menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Akibat aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke ventrikel kiri berkurang, beban kerja otot jantung meningkat untuk memompakan darah ke aorta. Lama kelamaan otot jantung akan melemah dan terjadi penurunan curah jantung. Diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya sesak, anak tampak sesak, tampak adanya retraksi dinding dada, terdengar bunyi napas ronkhi, anak terpasang O2 nasal kanul 2Liter, dan frekuensi pernapasan anak 40kali/menit. Menurut Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami (2008) pada anak yang mengalami kesulitan napas/sesak napas sering didapatkan tanda-tanda adanya retraksi oto bantu napas, pernapasan cuping hidung, dan napas cepat; sementara pada bayi sering ditandai dengan minum/menetek yang sering berhenti. Sesak napas ini sering timbul bila melakukan latihan yang lama dan intensif. Menurut analisa peneliti diagnosa yang ditegakkan saat penelitian pada By.A yaitu ketidakefektitan pola napas berhubungan dengan kongesti paru karena darah memenuhi pembuluh darah di paru yang menyebabkan hipertensi pulmonal, mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang dapat menyebabkan sesak napas pada anak. Saat melakukan aktifitas anak akan bertambah sesak karena kurangnya suplai oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yang ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak sulit menyusu, berat badan anaknya hanya naik sedikit semenjak lahir, anak tampak lemah, hasil pemeriksaan konjungtiva anemis, dan berat badan anak 3700gr (normal 4000gr). Menurut Hidayat, Aziz Alimul A (2008) berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Aliran darah ke paru juga bertambah yang menyebabkan anak sering menderita infeksi saluran pernapasan. Pada VSD kecil pertumbuhan anak tidak terganggu. VSD kecil, pertumbuhan anak normal walaupun ada kecendrungan terjadi infeksi saluran pernapasan, toleransi latihan normal; hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih cenderung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. Menurut analisa peneliti berdasarkan diagnosa yang diangkat yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan sudah sesuai dengan teori yang ada karena berat badan pasien berada dibawah batas normal. Tanda dan gejala anak dengan PJB adalah sesak napas dengan frekuensi pernapasan anak 55 kali/menit. Karena darah memenuhi pembuluh darah di paru yang menyebabkan hipertensi pulmonal, mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang dapat menyebabkan sesak napas pada anak. Bayi dengan PJB akan bertambah sesak jika minum ASI dengan menetek atau lewat dot, akibatnya anak akan kekurangan nutrisi maka dipasangkan NGT agar nutrisi nya terpenuhi. Diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini yang ditandai dengan ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya, ibu pasien tampak gelisah, gugup, dan terdengar suara bergetar. Ansietas merupakan Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemberian pendidikan kesehatan kepada orang tua agar bisa mengontrol rasa cemasnya. Menurut analisa peneliti masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini, berdasarkan data yang dilakukan yang diperoleh saat penelitian ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya, ibu tampak gelisah, gugup, dan terdengar suara bergetar. 3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan. Berdasarkan kasus, tindakan yang dilakukan selama 5 hari sesuai dengan intervensi yang telah peneliti susun. Rencana tindakan keperawatan pada By.A untuk diagnosa utama yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, intervensi yang dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital yaitu monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan, memonitor dan warna kulit. Menurut Lynn Betz, Cecily & Sowden, Linda A (2009) intervensi keperawatan seperti monitor tanda-tanda vital yaitu mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan, mengukur suhu, menilai CRT, monitor warna kulit, dan berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dapat mengurangi gejala-gejala yang dialami pasien. Menurut analisa peneliti pemantauan tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan pada anak yang mengalami curah jantung karena untuk mengetahui status kardiovaskuler dan untuk meningkatkan curah jantung dan mengurangi resiko gagal jantung. Tindakan selanjutnya yaitu monitor pernapasan dengan cara memonitor irama dan kedalaman respirasi, memonitor pergerakan dada, monitor bunyi pernapasan, dan auskultasi bunyi paru. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui adanya suara napas tambahan jika terjadi hipertrofi ventrikel atau atrium. Kemudian tindakan selanjutnya perawatan jantung yaitu memantau adanya sianosis, mengamati warna kulit, suhu, kelembaban dan meghitung capillary refill time untuk mengetahui adanya penurunan oksigen dalam darah, adanya warna kulit pucat, akral teraba dingin dan pengisian CRT lambat yang berkaitan dengan penurunan curah jantung. Rencana tindakan keperawatan pada By.A untuk diagnosa kedua adalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru, intervensi yang dilakukan yaitu, terapi oksigen dengan mempertahankan jalan napas, monitor aliran oksigen, memberikan oksigen, observasi tanda-tanda hipoventilasi, atur peralatan oksigenasi, monitor tanda-tanda vital. Kurniawan (2015) melakukan tindakan keperawatan seperti monitor tandatanda vital dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah, pernapasan, nadi, suhu yang dialami pasien, memberikan oksigen nasal kanul pada pasien dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas. Menurut analisa peneliti pemberian terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan jalan napas anak dan mengurangi sesak napas anak saat beraktivitas. Tindakan selanjutnya yaitu monitor respirasi dengan cara monitor kedalaman, frekuensi napas, irama dan kekuatan respirasi, monitor pola napas, monitor gerakan dan kesimetrisan dinding dada dan adanya retraksi dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Rencana tindakan keperawatan pada By.A untuk diagnosa ketiga adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu manajemen berat badan dan aktivitas dengan diskusi bersama keluarga mengenai resiko yang berhubungan dengan penurunan berat badan, dan perkiraan berat badan ideal. Mardiati (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu monitor berat badan, mengkaji adanya alergi, menganjurkan sedikit makan tapi sering, memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pada anak. Menurut analisa peneliti manajemen berat badan sangat perlu dilakukan karena untuk mengetahui berat badan anak setiap harinya dan memperkirakan berat badan ideal anak. Dan manajemen nutrisi juga sangat perlu dilakukan karena untuk jumlah nutrisi yang diperlukan anak. Tindakan selanjutnya yaitu manajemen nutrisi dan aktivitas dengan cara mengkaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan klien, anjurkan keluarga untuk meningkatkan intake Fe anak, monitor jumlah nutrisi, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi kepada keluarga. Intervensi keperawatan yang tidak dilakukan kepada anak adalah mengkaji adanya alergi makanan karena anak masih berusia 1 bulan dan masih diberi ASI oleh ibunya. Rencana keperawatan yang dilakukan pada keluarga pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini adalah Pengurangan kecemasan (gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, dengarkan keluarga, berada di sisi keluarga untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi rasa takut, instruksikan keluarga untuk menggunakan teknik relaksasi), terapi relaksasi (gambarkan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, dan napas dalam), ciptakan lingkungan yang tenang, dorong keluarga untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup, tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, dorong keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, dorong pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala). Erling (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa intervensi yang dilakukan pada orang tua yaitu mengajarkan teknik relaksasi pada keluarga seperti teknik napas dalam, menganjurkan pengulangan teknik napas dalam pada keluarga, menciptakan lingkungan yang tenang. Menurut analisa peneliti rencana keperawatan yang diberikan kepada keluarga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai rasa cemas yang dialami dan pengajaran teknik relaksasi sangat berguna untuk membuat keluarga lebih tenang dan mengurangi rasa cemas. 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa penurunan curah jantung berhubungan perubahan kontraktilitas adalah mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan, mengukur suhu, mendengarkan suara napas, melihat gerakan dada pasien saat inspirasi dan ekspirasi, mendengarkan suara jantung, melakukan penilaian capillary refill time, memberikan obat sesuai order. Menurut Riyadi (2009) tindakan pemantauan tanda-tanda vital bertujuan untuk mengetahui adanya suara bising yang terjadi karena aliran pada septum, pengisian CRT yang lama dapat menandakan jaringan tubuh kekurangan oksigen. Terjadinya pirau dari kiri ke kanan menyebabkan peningkatan tekanan pada ventrikel kanan, dan mengakibatkan aliran darah ke paru meningkat yang menyebabkan beban kerja jantung meningkat yang akhirnya menyebabkan terjadinya gagal jantung. Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini sangat penting untuk mengetahui perubahan status kardiovaskuler anak. Seperti mengetahui kompensasi tubuh terhadap hipotensi atau hipertensi, mengetahui adanya suara tambahan jika terdapat hipertrofi atrium atau ventrikel, adanya suara mengi atau abnormal yang dapat mengindikasikan kongesti paru terhadap terjadinya gagal jantung, pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan penurunan curah jantung. Perubahan seperti ini harus selalu diperhatikan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada proses pengobatan selanjutnya. Implementasi keperawatan dengan diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru adalah menghitung frekuensi pernapasan, menghitung nadi, melakukan penilaian CRT, memonitor pemberian oksigen, menambah air oksigen, mendengarkan suara napas. Hidayat, Aziz Alimul A (2008) tindakan keperawatan mengobservasi tandatanda vital untuk mengetahui frekuensi pernapasan, baringkan dengan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak napas anak, dan memberikan oksigen 24Liter permenit. Menurut analisa peneliti tindakan menghitung frekuensi pernapasan dan memonitor pemberian oksigen sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui apakah anak tambah sesak atau tidak, dan bertujuan untuk mengurangi sesak napas anak. Implementasi keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan adalah menimbang berat pempers anak, memonitor pemberian MC seperti pemberian ASI melalui NGT, memonitor berat badan pasien, mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan, menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi sering. Tindakan yang diberikan kepada By.A yaitu memberikan makanan cair berupa ASI melalui NGT karena daya hisap anak lemah. Menurut Hidayat, Aziz Alimul A (2008) karena bayi susah makan/minum susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan bayi. Makanan bayi yang terbaik adalah ASI. Karena bayi sukar makan, berikan 2kali setiap porsinya. Bayi yang sangat dispnea susah menghisap dot atau menetek maka perlu dipasang infus. Menurut analisa peneliti pemberian makanan seperti ASI sedikiti namun sering dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak secara perlahan. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini adalah menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, membantu keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, mengajarkan pasien teknik relaksasi (napas dalam) untuk mengurangi cemas, menjelaskan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi (misalnya musik, meditasi, dan napas dalam), menciptakan lingkungan yang tenang, menginstruksikan keluarga untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup, menunjukkan dan mempraktikkan teknik relaksasi kepada keluarga, menganjurkan keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, menganjurkan pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala. Menurut Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami (2008) perubahan proses keluarga ini sering terjadi pada keluarga yang memiliki anak yang mengalami kelainan jantung bawaan, karena keluarga akan merasakan ketakutan dan kecemasan atas penyakit anaknya. Tindakan keperawatan seperti diskusikan tentang masalah yang dihadapi seperti adanya ketakutan atau kecemasan, libatkan keluarga dalam berpartisiasi perawatan, mengajarkan teknik relaksasi dapat mengurangi ketakutan atau kecemasan orang tua. Menurut analisa peneliti, tindakan keperawatan seperti diskusikan tentang masalah yang dihadapi seperti adanya ketakutan atau kecemasan, libatkan keluarga dalam berpartisiasi perawatan, mengajarkan teknik relaksasi sangat tepat agar dapat mengurangi ketakutan atau kecemasan orang tua. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dari tanggal 21 sampai 25 Februari 2019 dengan metode penilaian Subjective, Objective, Assesment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas belum teratasi. Hasil evaluasi pada By.A didapatkan ibu pasien mengatakan anak tampak lemah, konjungtiva anemis, anak tidak menangis dengan kuat, akral teraba hangat, suara napas reguler, CRT lebih dari 2 detik, nadi 102 kali/menit, pernapasan 30 kali/menit, suhu 36,9°C, mendapatkan terapi lasix 1x3 mg, ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x8 mg. Menurut Suriadi (2010) salah satu pelaksanaan PJB pada anak yaitu dengan mempertahankan curah jantung yang adekuat yaitu observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, monitor adanya takikardi, tachypnea, sesak lelah saat minum susu, berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai order. Digoxin perlu diberikan untuk mengobati penyakit jantung dengan membuat irama jantung kembali normal, dan memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh. Menurut analisa peneliti diagnosa ini timbul karena terjadinya kelemahan otot jantung akibat bekerja terlalu keras untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Salah satu akibatnya konjungtiva anemis, anak lemah, CRT lebih dari 2 detik. Sangat diperlukan pemberian digoxin (furosemid) agar irama jantung kembali normal dan memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Dengan kriteria hasil tekanan darah dalam keadaan normal, denyut jantung dan nadi dalam batas normal, capillary refill dalam batas normal. Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan diagnosa ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru, sudah ada kemajuan pada hari ke-5. Hasil evaluasi pada By.A didapatkan ibu pasien mengatakan sesak napas anak sudah berkurang, pernapasan: 30 kali permenit, terpasang O2 1 liter. Menurut Hidayat, Aziz Alimul A (2008) akibat pirau kiri ke kanan menyebabkan darah dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran O2 tidak adekuat yang menyebabkan anak akan mengalami sesak napas. Salah satu penatalaksanaannya adalah berikan O2 agar sesak anak berkurang. Berikan O2 sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumat 1-2 L/menit), jika sianosis sekali dapat sampai 4 L. Menurut analisa peneliti masalah ini timbul karena aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan volume darah diventrikel kanan meningkat dan darah dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran O2 tidak adekuat yang menyebabkan anak akan mengalami sesak napas. Untuk mengurangi sesak napas anak maka diberikan O2 agar sesak napas anak berkurang. Dengan kriteria hasil frekuensi napas dalam batas normal, irama pernapasan dalam batas normal, kedalaman inspirasi dalam batas normal, suara napas tambahan tidak ada, tidak ada menggunakan otot bantu napas. Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan pada By.A didapatkan kulit tampak tidak pucat, sesak napas anak sudah berkurang, namun berat badan badan pasien tidak ada kenaikan masih tetap 3,7 kg (normal 4 kg), By.A terpasang OGT dan mendapatkan ASI 45cc. Menurut Suriadi (2010) salah satu pelaksanaan PJB pada anak dengan mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai, sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat, monitor tinggi dan berat badan, catat intake dan output secara benar, berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan. Menurut asumsi peneliti, masalah ini timbul karena darah memenuhi pembuluh darah di paru yang menyebabkan hipertensi pulmonal, mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang dapat menyebabkan sesak napas pada anak. Bayi dengan PJB akan bertambah sesak jika minum ASI dengan menetek atau lewat dot, akibatnya anak akan kekurangan nutrisi maka dipasangkan OGT agar nutrisi nya terpenuhi dan perlu diberikan tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat. Kriteria hasilnya adalah asupan gizi dalam batas normal, rasio berat badan dalam batas normal, status nutrisi dalam batas normal. Hasil evaluasi pada diagnosa ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini didapatkan ibu pasien mengatakan sudah paham mengenai cemas yang dialami, ibu pasien mengatakan sudah lebih tenang, ibu pasien tampak sudah mampu melakukan teknik napas dalam. Menurut Suriadi (2010) salah satu pelaksanaan ansietas terhadap orang tua yang memiliki anak dengan kelainan kongenital adalah memberikan support dengan mengajarkan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, eksplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, berduka, mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas dan mengajarkan teknik relaksasi pada orang tua. Menurut analisa peneliti diagnosa ini muncul karena perasaan cemas dan takut dari orang tua terhadap anaknya yang mengalami penyakit jantung. Sangat diperlukan informasi yang jelas kepada orang tua tentang penyakit, kondisi anaknya untuk mengurangi perasaan cemas orang tua, dan juga sangat diperlukan pengajaran teknik relaksasi (teknik napas dalam) untuk mengurangi perasaan takut dan cemas dan agar lebih tenang. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian yang dilakukan pada By.A (1 bulan) didapatkan By.A lahir dengan Down Sindrom, tampak sesak napas, tampak pucat, bibir sedikit kering. Ibu pasien mengatakan berat badan hanya naik sedikit sejak lahir dan sulit menyusu karena lemah saat menghisap, berat badan 3,7 kg (normal 4 kg). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada By.A yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, ketidakefektifan pola napas berhubungan kongesti paru, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan. 3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang disusun tergantung pada masalah keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan diagnosa kasus yaitu monitor tanda-tanda vital, monitor pernapasan, perawatan jantung, terapi oksigen, manajemen berat badan, dan manajemen nutrisi. 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor tanda-tanda vital, mendengarkan suara jantung, mendengarkan suara napas, melihat gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi, melakukan penilaian CRT, memberikan terapi obat, memberikan terapi oksigen 2 Liter permenit, memonitor dan membantu memberikan makanan cair seperti ASI lewat NGT, memonitor berat badan pasien, menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi sering. 5. Evaluasi Keperawatan Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada pasien untuk diagnosa penurunan curah jantung teratasi sebagian pada hari kelima, ketidakefektifan pola napas pada hari ke-5 sudah teratasi sebagian, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, manajemen berat badan dan nutrisi intervensi dilanjutkan oleh petugas ruangan. 54 B. Saran 1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang Melalui kepala bidang keperawatan RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat memberikan motivasi kepada semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan secara profesional dengan meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien agar dapat meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit. 2. Bagi Ruang Rawat Inap Anak Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sebagai bahan bacaan bagi peraar di ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk melakukan asuhan keperawatan dengan cara meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan dan dapat melanjutkan intervensi pada diagnosa keperawatan yang belum teratasi dan memberikan discharge planning jika pasien diperbolehkan pulang. 3. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa prodi D-III Keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien PJB. 4. Peneliti Selanjutnya a. Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan data awal untuk penelitian selanjutnya dan dapat melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan benar. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam menerapkan asuhan keperawatan yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA AHA, 2016. A Study of Prevalence and Pattern of Congenital Heart Disease Among School Children. Di akses tanggal 16 Desember 2018 https://www.ahajournals.org/doi/abs/10.1161/circulationaha.116.023544 Aspiani, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular : Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC. Bernstein Daniel & P.Shelov Steven , 2016. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Budi Junio. 2017. Profil penyakit jantung bawaan di instalasi rawat inap anak rsup dokter m.djamil Padang periode Januari 2013- Desember 2015. E-Skripsi Universitas Andalas. Diakses tanggal 20 November 2018. http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2456 Carman Susan & Kyle Terri, 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz Alimul A, 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Kasron , 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : TIM. Kaunang, Erling, Kimberly Munaiseche, Rocky Wilar. 2016. Hubungan penyakit jantung bawaan pada anak dengan status pendidikan orang tua. E-Skripsi Universitas Sam Ratulangi. Diakses tanggal 20 November 2018. https://ejournal.unsrat.ac.id. Kementrian kesehatan RI (2018). Hasil Utama RISKESDAS tahun 2018. Jakarta : Kementrian kesehatan RI Kodim, 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: TIM. Lynn Betz, Cecily & Sowden, Linda A, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (Budi Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC. Natalia, 2016. Gambaran pertumbuhan pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Skripsi Universitas Sam Ratulangi Manado. Diakses tanggal 20 November 2018. https://ejournal.unsrat.ac.id. Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami , 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( Untuk Perawat dan Bidan ). Jakarta : Salemba Medika. Profil Kesehatan Sumatera Barat. 2017. Profil Kesehatan 2017. Sumatera Barat: Dinas Kesehatan. Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Vidyadhar, 2016. A Study of Prevalence and Pattern of Congenital Heart Disease and Reumatic Heart Disease Among School Children. Di akses tanggal 16 Desember 2018. https://www.ijmedicine.com/index.php/ijam/article/view/35 FORMAT PENGKAJIAAN KEPERAWATAN ANAK Waktu pengkajian Hari Kamis Tanggal 21 Februari 2019 Jam 09.00 Rumah sakit/ klinik/ puskesmas : RSUP Dr. M. Djamil Padang Ruangan : HCU Anak Tanggal masuk RS : 16 Februari 2019 No. Rekam Medik : 01.04.06.84 Sumber informasi : Keluarga dan status pasien I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA 1. IDENTITAS ANAK Nama/ panggilan By.A Tanggal lahir/ umur 12 Januari 2019 / 1 bulan Jenis kelamin Laki-laki Agama Islam Pendidikan Anak ke/ jumlah saudara 2 Diagnose Medis Sindrom Down + PJB Asianotik VSD 2. IDENTITAS ORANGTUA Nama Umur Agama Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat IBU Ny.R 41 tahun Islam Minangkabau, Indonesia SMK Ibu Rumah Tangga AYAH Tn.N 43 tahun Islam Minangkabau, Indonesia STM Pedagang 3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH No Nama Usia Jenis Hub. pendidikan Status ket (inisial) (bl/th) kelamin Dg KK kesehatan 1. An.R 5 tahun LK Anak Sehat 2. 3. II. RIWAYAT KESEHATAN KELUHAN UTAMA By. R masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 16 Februari 2019 pukul 16.54 WIB melalui IGD dirujuk oleh RS Ibu dan Anak Payakumbuh dengan keluhan sesak nafas bertambah sejak 3 hari sebelum masuk RS, batuk sejak 15 hari sebelum masuk RS, berdahak tapi tidak pilek, tidak ada kebiruan. Ibu By.R mengatakan anak muntah bila minum ASI lewat dot dan akan tambah sesak napas, ada riwayat tersedak. 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis, 21 Februari 2019 pukul 09.00 WIB, pasien dengan rawatan hari ke-5, Ibu R mengatakan By.A napasnya sesak, jarang menangis, anak tampak sesak nafas, adanya retraksi dinding dada, terpasang O2 binasal 2 liter permenit, terpasang NGT, dan terpasang monitor. Anak tampak pucat, bibir sedikit kering. Ibu mengatakan anak masih tampak sesak, terpasang infus IVFD KAEN 1B 21tetes/menit. Ibu R mengatakan berat badan By.A hanya naik sedikit, pada saat lahir berat badan By.A 3400 gr, sekarang berat badannya 3700 gr. By.A sulit menyusu karena lemah saat menghisap. Ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya, Ibu pasien tampak gelisah, Ibu pasien tampak gugup, Suara bergetar Didapatkan TD : 100/70 mmHg, suhu : 36,5℃, RR : 40kali/menit, HR : 111kali/menit. 2. Riwayata kesehatan dahulu a. Prenatal Riwayat gestasi HPHT Pemeriksaan kehamilan Frekuensi Imunisasi HB 0 Masalah waktu hamil Sikap ibu sewaktu kehamilan Emosi ibu sewaktu hamil Obat- obat yang digunakan Perokok Alkohol b. Intranatal Tanggal persalinan BBL/PBL Usia gestasi saat lahir G4P2A2H2 20 April 2018 Dokter 1kali dalam sebulan Tidak ada Tidak ada masalah Sensitif Labil Obat tambah darah, vitamin Tidak Tidak 12 Januari 2019 BBL: 3400gr 37 minggu PBL: 49cm Tempat persalinan Penolong persalinan Jenis persalinan penyulit persalinan c. Post natal (24 jam) APGAR skor RS Ibu dan Anak Payakumbuh Dokter Sectio Caesarea Tidak ada Menit 1 : 7 (warna kulit kemerah-merahan, menangis, tonus otot lemah, pernapasan baik) Menit 5 : 7 (warna kulit kemerah-merahan, menangis, tonus otot lemah, pernapasan baik) Inisiasi menyusui dini (IMD Ada Kelainan congenital Ada d. Penyakit yang pernah diderita anak 3. Riwayat kesehatan keluarga Anggota keluarga pernah sakit Riwayat penyakit keturunan Ibu R mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita PJB. Ibu R mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita PJB, gagal jantung dan sindrom down. Genogram Ket: : laki- laki : perempuan III. RIWAYAT IMUNISASI BCG DPT Polio Hepatitis B Campak IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN Ussai anak saat: 1. Simpulan: Tidak lengkap Berguling :- 2. Duduk 3. 4. 5. 6. 7. 8. :Merangkak :Berdiri :Berjalan :Tersenyum pertama kali kepada orang tua : Bicara pertama kali (satu kosa kata) :Berpakaian tanpa bantuan :- Hasil penilaian perkembangan anak dengan Denver II Kesimpulan: V. LINGKUNGAN Rumah: semi permanen Halaman pekarangan: pekarangan sedang (tidak besar/kecil) Jamban/ WC: PDAM (wc didalam) Sumber air minum: galon Sampah: tempat sampah VI. PENGKAJIAN KHUSUS A. ANAK 1. Pemeriksaan fisik a. Kesadaran Compos mentis GCS: E: 4 M : 6 V: 5 jumlah: 15 b. tanda vital Suhu: 36,5 ℃ RR: 40 x/m HR:111 x/m TD:71/58mmHg c. posture BB: 3700gr PB/TB: 52cm d. kepala Bentuk : Mongoloid face Kebersihan : Bersih Lingkar kepala: 35cm Fontalel anterior : Fontale posterior: Benjolan: tidak teraba benjolan Data lain: e. mata Simetris kiri dan kanan Sklera: tidak ikterik Refleks cahaya : positif Pupil : isokor Konjungtiva : anemia Palpebra : tidak edema f. hidung Letak : simetris Pernafasan cuping hidung : tidak ada Kebersihan : bersih Mukosa bibir sedikit kering, tidak ada sianosis Bentuk : simetris Kebersihan : bersih Posisi puncak pina : low set ear (daun telinga yang letaknya rendah) Pemeriksaan pendengaran : normal Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening g. mulut h. telinga i. leher j. dada - thoraks - Jantung k. Abdomen l. Kulit m. ekstremitas atas n. ekstremitas bawah o. genitalia dan anus Inspeksi : simetris dada kanan dan kiri, adanya retraksi dinding dada. Auskultasi : Ronkhi Palpasi : fremitus kanan dan kiri Perkusi : sonor Lingkar dada: 36cm Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat Auskultasi : murmur Palpasi : iktus cordis teraba 1cm di RIC V mid clavicula sinistra Inspeksi : tidak ada benjolan Auskultasi : bising usus 5kali/menit Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : timpani Lingkar perut: 38cm Turgor : kembali lambat Kelembaban: lembab Warna : pucat Lingkar lengan atas: 14cm Capillary refil: >2 detik Akral teraba hangat Akral teraba hangat Bersih p. pemeriksaan tanda Kaku kuduk : negatif bruzinsky : negatif rangsangan meningeal Kerning : negatif babinsky : negatif 2. tempramen dan Easy child 1. Karakteristik santai (√) daya adaptasi 2. Beradaptasi dengan mudah dengan situasi yang baru (√) Difficult child 1. Sangat aktif (-) 2. Peka rangsangan (√) 3. Lambat adaptasi dengan aktivitas orang baru (-) 4. Sering menangis (-) Slow- to- warm up child 1. Reaksi negatif saat stimulasi baru (-) 2. Lambat beradaptasi (-) 3. Tidak aktif (-) 3. kebiasaan sehari- hari a. nutrisi dan cairan By Ny.R diberi ASI setiap 3jam sebanyak 45cc. Ibu R mengatakan kalau By.R sulit menggunakan dot karena anak akan sesak napas dan muntah, sehingga By.R harus minum susu melalui NGT. b. istrahat dan tidur Siang: Malam: Pola tidur: teratur Pola tidur: tidak teratur Jmlh jam tidur: >3jam Jmlh jam tidur: 6-7jam Masalah: tidak ada Masalah: sering masalah terbangun sebentar c. eliminasi d. personal hygiene BAK: By.R pakai pempers BAB: Jumlah: 100 Warna: kuning kecoklatan Masalah: tidak ada masalah Mandi: sekali sehari Cuci rambut: sekali sehari Sikat gigi: tidak ada e. aktifitas bermain Tampak lemah, By. R hanya berbaring ditempat tidur, sesekali digendong ibunya f. rekreasi Pola rekreasi keluarga: VII. DATA PENUNJANG Laboratorium Hemoglobin : 14,0 g/dl (normal 11,05-15,05g/dl) 3 Leukosit : 10.140/mm (normal 6.000-18.000/mm3) Terapi medis Eritrosit : 3,89jt (normal 3,1-5,0jt) Trombosit : 329.000/mm3 (normal 150.000-450.000/mm3) Hematokrit : 40% (normal 35-51%) Ceftriaxon 2x180mg Gentamicin 2x8mg Catopril 2x1mg Lasix : 1x3mg Perawat Yang Melakukan Pengkajian Tika Amelia ANALISA DATA No 1. 2. Data Etiologi Ds : Perubahan - Ibu R mengatakan kontraktilitas anak tampak lemah - Ibu R mengatakan anak sulit menyusu - Ibu R mengatakan anak tidak mampu menangis dengan kuat Do : - By.R tampak lemah - Konjungtiva anemis - Terdengar adanya murmur jantung - Terdengar bunyi napas ronkhi - TD : 100/70 mmHg - Nadi : 111kali/menit - RR : 40kali/menit Ds : Kongesti paru - Ibu R mengatakan nafas anak sesak Do : - By.R tampak sesak - Adanya retraksi dinding dada - Bunyi napas ronkhi - Terpasang O2 nasal kanul 2L - RR : 40kali/menit Masalah Penurunan curah jantung Ketidakefektifan pola napas 3. Ds : - Ibu R mengatakan anak sulit menyusu dan sesak - Ibu R mengatakan berat badan anak hanya naik sedikit semenjak lahir - Ibu R mengatakan anak tampak lemah Do : - By.R tampak lemah - Konjungtiva anemis - Berat badan 3700gr Kurang asupan makanan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 4. Ds : - ibu pasien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakit yang diderita anaknya - ibu pasien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, - ibu pasien mengatakan sangat khawatir saat melihat anak bertambah sesak. Do : - Ibu pasien tampak sangat antusias saat dijelaskan tentang penyakit anaknya. - Ibu pasien tampak gelisah - Ibu pasien tampak gugup - Suara bergetar Ancaman pada status kesehatan terkini Ansietas pada orang tua DIAGNOSA KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas Ketidakefektifan pla napas berhubungan dengan kongesti paru Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan Ansietas pada orang tua berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini 2. 3. 4. Ditemukan Masalah Tanggal Paraf 21 Februari 2019 21 Februari 2019 21 Februari 2019 21 Februari 2019 Dipecahkan Masalah Tanggal Paraf INTERVENSI KEPERAWATAN No 1. Diagnosa Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas NOC NIC Setelah dilakukan Monitor tanda vital : asuhan keperawatan 6. Memonitor tekanan diharapkan curah darah, nadi, suhu, jantung menjadi dan status pernapasan meningkat dengan 7. Memonitor denyut kriteria hasil : Definisi : jantung 8. Memonitor suara Ketidakadekuatan 1. Keefektivan pompa paru-paru darah yang dipompa jantung : 9. Memonitor warna kulit oleh jantung untuk k. Tekanan darah 10. Menilai CRT memenuhi sistol dan Memonitor Pernapasan kebutuhan metabolik diastole dalam tubuh. batas normal 6. Memonitor tingkat, l. Denyut jantung irama, kedalaman, Batasan apical dalam dan respirasi Karakteristik : batas normal 7. Memonitor gerakan m. Denyut nadi dada a. Batuk perifer dalam 8. Memonitor bunyi b. Bunyi nafas batas normal pernapasan tambahan n. Keseimbangan 9. Auskultasi bunyi intake dan c. Keletihan paru output dalam 10. Memonitor dyspnea d. Murmur 24jam dalam dan hal yang jantung batas normal meningkatkan dan e. Takikardia o. Tidak ada memperburuk. f. Perubahan distensi vena Perawatan Jantung warna kulit leher (sianosis) Evaluasi adanya p. Tidak ada 13. nyeri dada disritmia (intensitas, lokasi, durasi, factor presipitasi) 14. Catat adanya disritmia jantung 15. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output 16. Monitor status kardiovaskuler 17. Memonitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung 18. Memonitor balance cairan Setelah dilakukan Terapi Oksigen asuhan keperawatan 6. Mempertahankan diharapkan pola napas jalan napas yang menjadi efektif dengan paten kriteria hasil : 7. Mengatur peralatan oksigenasi 2. Status pernapasan 8. Memonitor aliran f. Frekuensi napas oksigen dalam batas 9. Mempertahankan normal posisi pasien g. Irama 10. Mengobservasi pernapasan tanda-tanda dalam batas hipoventilasi normal Monitoring Pernapasan h. Kedalaman inspirasi dalam 6. Monitor batas normal frekuensi,irama,kedal i. Suara napas aman dan kekuatan tambahan tidak respirasi ada 7. Memperhatikan j. Penggunaan otot gerakan dan bantu napas kesimetrisan, tidak ada menggunakan otot bantu, dan adanya retraksi otot intercostal dan supraklavikular 8. Mendengarkan bunyi napas, catat adanya suara tambahan 9. Memonitor pola q. Tidak ada suara jantung abnormal r. Tidak ada edema perifer dan paru s. Tidak ada pucat dan sianosis t. Tidak ada wajah kemerahan 2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan Karakteristik : a. Dispnea b. Penggunaan otot bantu pernapasan c. Pernapasan cuping hidung d. Pola nafas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman) e. Takipnea napas 10. Memonitor adanya dyspnea dan hal yang meningkatkan atau memperburuk Monitor Vital 8. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan Karakteristik : a. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang Tanda-tanda Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan 9. Memonitor kualitas dari nadi 10. Memonitor frekuensi dan irama pernapasan 11. Memonitor pola pernapasan abnormal 12. Memonitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 13. Memonitor sianosis perifer 14. Identifikasi penyebab dari perubahan tandatanda vital Setelah dilakukan Manajemen Berat Badan asuhan keperawatan 7. Mendiskusikan diharapkan kebutuhan bersama pasien dan nutrisi tubuh menjadi keluarga mengenai terpenuhi dengan hubungan antara intake kriteria hasil : makanan, latihan, peningkatan BB dan 2. Status nutrisi penurunan BB. g. Status nutrisi 8. Mendiskusikan dalam batas bersama pasien dan normal keluarga mengenai h. Asupan gizi kondisi medis yang dalam batas dapat mempengaruhi normal BB. i. Asupan 9. Mendiskusikan makanan dalam bersama pasien dan batas normal keluarga mengenai j. Asupan cairan kebiasaan, gaya hidup dalam batas dan factor hereditor normal yang dapat k. Energy dalam mempengaruhi BB. batas normal berat badan ideal 10. Mendiskusikan l. Rasio berat bersama pasien dan b. Cepat kenyang badan dalam keluarga mengenai setelah makan batas normal resiko yang c. Penurunan berat 3. Nafsu makan berhubungan dengan badan dengan f. Hasrat/ BB berlebih dan asupan makanan keinginan untuk penurunan BB. adekuat makan tidak 11. Membantu pasien terganggu untuk merubah d. Membran g. Energy untuk kebiasaan makan mukosa pucat. makan tidak 12. Memperkirakan BB terganggu ideal pasien. h. Intake nutrisi Manajemen Nutrisi tidak terganggu adanya i. Intake cairan 11. Mengkaji alergi makanan tidak terganggu 12. Kolaborasi dengan j. Adanya ahli gizi untuk rangsangan menentukan jumlah untuk makan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 13. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 14. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 15. Memberikan substansi gula 16. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 17. Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 18. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 19. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 20. Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan terkini Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Batasan Karakteristik : Perilaku 6. Agitasi 7. Gelisah 8. Insomnia 9. Tampak waspada 10. Perilaku mengintai Afektif 6. Gelisah 7. Gugup 8. Ketakutan 9. Putus asa 10. Sangat khawatir Fisiologis 5. Gemetar 6. Peningkatan Tingkat kecemasan : Pengurangan Kecemasan : 9. Tidak dapat beristirahat 10. Berjalan mondar-mandir 11. Meremas-remas tangan 12. Perasaan gelisah 13. Wajah tegang 14. Rasa takut yang disampaikan secara lisan 15. Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 16. Gangguan tidur 5. Gunakan Pendekatan Yang Tenang Dan Meyakinkan, 6. Dengarkan Keluarga, 7. Instruksikan Keluarga Untuk Menggunakan Teknik Relaksasi 8. Berada di sisi keluarga untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan Terapi relaksasi 7. Gambarkan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, napas dalam) 8. Ciptakan lingkungan yang tenang 9. Dorong pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup 10. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi kepada keluarga 11. Dorong keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinkan 12. Dorong pengulangan teknik-teknik keringat 7. Suara bergetar 8. Tremor tangan relaksasi berkala secara IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Tgl/hari 21 Februari 2019 Diagnosa Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas Implementasi Evelauasi 1. Menghitung nadi 2. Menghitung pernapasan 3. Mengukur tekanan darah 4. Mengukur suhu 5. Mendengarka n suara nafas 6. Mendengarka n suara jantung 7. Melihat gerakan dada pasien 8. Melakukan pemeriksaan Capillary refill 9. Membantu memberikan obat ceftriaxon, gentamicin, dan catopril 10. Memberikan S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan anak tidak menangis dengan kuat O: 1. Konjungtiva anemis 2. Terdengar bunyi murmur jantung 3. Terdengar bunyi nafas ronkhi 4. Iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra 5. TD : 100/70 mmHg 6. Nadi : Paraf terapi obat lasix 1x3mg Ketidakefetikfan pola napas berhubungan dengan kongesti paru 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ketidakseimbang 1. Membantu memberikan oksigen nasal kanul 2Liter Menghitung pernapasan Mendengarka n bunyi napas Mengukur suhu Menghitung nadi Mengukur tekanan darah Menilai CRT Melihat gerakan dada Memonitor 111kali.menit RR : 40kali/menit 8. Suhu : 36,5℃ 9. CRT : >2detik A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 7. S: 1. Ibu R mengatakan napas anak masih sesak O: 1. Adanya retraksi dinding dada 2. Anak terpasang oksigen nasal kanul 2liter 3. Terdengar bunyi napas ronkhi 4. TD : 100/70 mmHg 5. Nadi : 111kali/menit 6. RR : 40kali/menit 7. Suhu : 36,5℃ 8. CRT : >2 detik A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan S: an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan 2. 3. 1. 2. Ibu R mengatakan anak tampak lemah Ibu R mengatakan berat badan anak hanya sedikit naik O: 1. Anak terpasang NGT 2. Anak mendapatkan ASI sebanyak 45cc 3. Berat badan anak 3700gr A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1. Menggunakan S : Ibu pasien Pendekatan mengatakan Yang Tenang cemas terhadap Dan kondisi anaknya Meyakinkan O: 2. mendengarkan - Ibu pasien Keluarga, tampak gelisah 3. Menginstruksi kan Keluarga - Terdengar Untuk suara bergetar Menggunakan ketika Teknik berbicara Relaksasi - Tampak 4. Berada di sisi meremaskeluarga untuk remas meningkatkan rasa aman dan tangannya 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini berat badan Memberikan informasi kepada orang tua tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan anak Memonitor muntah Membantu memberikan ASI lewat NGT sebanyak 45cc mengurangi ketakutan 22 Februari 2019 Penurunan curah 1. Menghitung jantung nadi berhubungan 2. Menghitung dengan perubahan pernapasan kontraktilitas 3. Mengukur tekanan darah 4. Mengukur suhu 5. Mendengarka n suara nafas 6. Mendengarka n suara jantung 7. Melihat gerakan dada pasien 8. Melakukan pemeriksaan Capillary refill 9. Membantu memberikan obat ceftriaxon, gentamicin, dan catopril 10. Memberikan terapi obat lasix 1x3mg Ketidakefetikfan pola napas berhubungan 1. A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan anak tidak menangis dengan kuat O: 1. Konjungtiva anemis 2. Terdengar bunyi murmur jantung 3. Terdengar bunyi nafas ronkhi 4. Iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra 5. TD : 100/80mmHg 6. Nadi : 111kali.menit 7. RR : 40kali/menit 8. Suhu : 36,5℃ 9. CRT : >2detik A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan Membantu S: memberikan 1. Ibu R oksigen nasal mengatakan dengan kongesti paru 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan kanul 2Liter Menghitung pernapasan Mendengarka n bunyi napas Mengukur suhu Menghitung nadi Mengukur tekanan darah Menilai CRT Melihat gerakan dada 1. Memonitor berat badan 2. Memberikan informasi kepada orang tua tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan anak 3. Memonitor muntah 4. Membantu memberikan ASI lewat NGT sebanyak napas anak masih sesak O: 1. Adanya retraksi dinding dada 2. Anak terpasang oksigen nasal kanul 2liter 3. Terdengar bunyi napas ronkhi 4. TD : 100/80mmHg 5. Nadi : 111kali/menit 6. RR : 40kali/menit 7. Suhu : 36,5℃ 8. CRT : >2 detik A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan berat badan anak hanya sedikit naik O: - Anak terpasang NGT - Anak tampak lemah - Anak 45cc Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini 23 Februari 2019 mendapatkan ASI sebanyak 45cc - Berat badan anak 3700gr A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1. Menggunakan S : Ibu pasien Pendekatan mengatakan Yang Tenang cemas terhadap Dan kondisi anaknya Meyakinkan 2. mendengarkan O : - Ibu pasien Keluarga, tampak gelisah 3. Menginstruksi kan Keluarga - Terdengar Untuk suara bergetar Menggunakan ketika Teknik berbicara Relaksasi - Tampak 4. Berada di sisi meremaskeluarga untuk remas meningkatkan rasa aman dan tangannya mengurangi A : masalah belum ketakutan teratasi P : intervensi dilanjutkan Penurunan curah 1. Menghitung jantung nadi berhubungan 2. Menghitung dengan perubahan pernapasan kontraktilitas 3. Mengukur tekanan darah 4. Mengukur suhu 5. Mendengarka n suara nafas 6. Mendengarka S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan anak tidak menangis dengan kuat O: 7. 8. 9. 10. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. n suara jantung Melihat gerakan dada pasien Melakukan pemeriksaan Capillary refill Membantu memberikan obat ceftriaxon, gentamicin, dan catopril Memberikan terapi obat lasix 1x3mg Membantu memberikan oksigen nasal kanul 2Liter Menghitung pernapasan Mendengarka n bunyi napas Mengukur suhu Menghitung nadi Mengukur tekanan darah Menilai CRT Melihat gerakan dada 1. Konjungtiva anemis 2. Terdengar bunyi murmur jantung 3. Terdengar bunyi nafas ronkhi 4. Iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra 5. TD : 104/74mmHg 6. Nadi : 118kali.menit 7. RR : 40kali/menit 8. Suhu : 36,5℃ 9. CRT : >2detik A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan S: 1. Ibu R mengatakan napas anak masih sesak O: 1. Adanya retraksi dinding dada 2. Anak terpasang oksigen nasal kanul 2liter 3. Terdengar bunyi napas ronkhi 4. TD : 104/74mmHg 5. Nadi : 105kali/menit 6. RR : 40kali/menit 7. Suhu : 36,5℃ 8. CRT : >2 detik A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan Memonitor berat badan Memberikan informasi kepada orang tua tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan anak Memonitor muntah Membantu memberikan ASI lewat NGT sebanyak 45cc S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan berat badan anak hanya sedikit naik O: 1. Anak terpasang NGT 2. Anak mendapatkan ASI sebanyak 45cc 3. Berat badan anak 3700gr A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1. Menjelaskan manfaat relaksasi serta S : ibu pasien mengatakan perasaannya masih 1. 2. 3. 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini 2. 3. 4. 5. 6. 24 Februari 2019 jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, napas dalam) Menciptakan lingkungan yang tenang Menganjurkan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup Menunjukkan dan mempraktikka n teknik relaksasi kepada keluarga Menganjurkan keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinka n Menganjurkan pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala Penurunan curah 1. Menghitung jantung nadi berhubungan 2. Menghitung dengan perubahan pernapasan kontraktilitas 3. Mengukur tekanan darah 4. Mengukur suhu 5. Mendengarka belum tenang O: - Ibu pasien tampak belum mampu melakukan teknik napas dalam - Ibu tampak masih gelisah - Tampak meremasremas tangannya A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan anak tidak menangis Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru n suara nafas 6. Mendengarka n suara jantung 7. Melihat gerakan dada pasien 8. Melakukan pemeriksaan Capillary refill 9. Membantu memberikan obat ceftriaxon, gentamicin, dan catopril 10. Memberikan terapi obat lasix 1x3mg dengan kuat O: 1. Konjungtiva anemis 2. Terdengar bunyi murmur jantung 3. Terdengar bunyi nafas ronkhi 4. Iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra 5. TD : 100/80mmHg 6. Nadi : 110kali.menit 7. RR : 40kali/menit 8. Suhu : 36,5℃ 9. CRT : >2detik A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 1. S: 1. Ibu R mengatakan napas anak masih sesak O: 1. Adanya retraksi dinding dada 2. Anak terpasang oksigen nasal kanul 2liter 3. Terdengar bunyi napas ronkhi 4. TD : 100/80mmHg 5. Nadi : 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Membantu memberikan oksigen nasal kanul 2Liter Menghitung pernapasan Mendengarka n bunyi napas Mengukur suhu Menghitung nadi Mengukur tekanan darah Menilai CRT Melihat gerakan dada Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan 1. 2. 3. 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman Memonitor berat badan Memberikan informasi kepada orang tua tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan anak Memonitor muntah Membantu memberikan ASI lewat NGT sebanyak 45cc 1. Menjelaskan manfaat relaksasi serta 110kali/menit 6. RR : 40kali/menit 7. Suhu : 36,5℃ 8. CRT : >2 detik A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan berat badan anak hanya sedikit naik O: 1. Anak terpasang NGT 2. Anak mendapatkan ASI sebanyak 45cc 3. Berat badan anak 3700gr A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan S : ibu pasien mengatakan perasaannya sudah terhadap status kesehatan terkini 2. 3. 4. 5. 6. 25 Februari 2019 jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, napas dalam) Menciptakan lingkungan yang tenang Menganjurkan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup Menunjukkan dan mempraktikka n teknik relaksasi kepada keluarga Menganjurkan keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinka n Menganjurkan pengulangan teknik-teknik relaksasi secara berkala Penurunan curah 1. Menghitung jantung nadi 2. Menghitung berhubungan pernapasan dengan perubahan sedikit tenang O: - Ibu pasien tampak sudah mampu melakukan teknik napas dalam - Ibu tampak sudah tidak gelisah - Meremasremas tangannya sudah berkurang - Ibu pasien tampak masih lupa dengan tahapan teknik napas dalam A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak kontraktilitas 3. Mengukur tekanan darah 4. Mengukur suhu 5. Mendengarka n suara nafas 6. Mendengarka n suara jantung 7. Melihat gerakan dada pasien 8. Melakukan pemeriksaan Capillary refill 9. Membantu memberikan obat ceftriaxon, gentamicin, dan catopril 10. Memberikan terapi obat lasix 1x3mg lemah 2. Ibu R mengatakan anak tidak menangis dengan kuat O: 1. Konjungtiva anemis 2. Terdengar bunyi murmur jantung 3. Terdengar bunyi nafas ronkhi 4. Iktus cordis teraba 1 cm di RIC V mid clavicula sinistra 5. TD : 100/70 mmHg 6. Nadi : 111kali.menit 7. RR : 36kali/menit 8. Suhu : 36,5℃ 9. CRT : >2detik A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongesti paru 1. Membantu memberikan oksigen nasal kanul 2Liter 2. Menghitung pernapasan 3. Mendengarkan bunyi napas 4. Mengukur suhu 5. Menghitung S: 1. Ibu R mengatakan sesak napas anak sudah berkurang O: 1. Adanya retraksi dinding dada 2. Anak terpasang oksigen nasal Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan nadi 6. Mengukur tekanan darah 7. Menilai CRT 8. Melihat gerakan dada kanul 1liter 3. Terdengar bunyi napas ronkhi 4. TD : 100/70mmHg 5. Nadi : 110kali/menit 6. RR : 36kali/menit 7. Suhu : 36,5℃ 8. CRT : >2 detik A: Masalah sebagian teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1. Memonitor berat badan 2. Memberikan informasi kepada orang tua tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan anak 3. Memonitor muntah 4. Membantu memberikan ASI lewat NGT sebanyak 45cc S: 1. Ibu R mengatakan anak tampak lemah 2. Ibu R mengatakan berat badan anak hanya sedikit naik O: 1. Anak terpasang NGT 2. Anak mendapatkan ASI sebanyak 45cc 3. Berat badan anak 3700gr A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan terkini 1. Menjelaskan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, napas dalam) 2. Menciptakan lingkungan yang tenang 3. Menganjurkan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan tertutup 4. Menunjukkan dan mempraktikka n teknik relaksasi kepada keluarga 5. Menganjurkan keluarga untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinka n 6. Menganjurkan pengulangan teknik-teknik relaksasi S: 1. ibu pasien mengatakan perasaannya sudah sedikit tenang 2. ibu mengatakan sudah paham mengenai manfaat teknik relaksasi O: - Ibu pasien tampak sudah mampu melakukan teknik napas dalam - Ibu tampak sudah tidak gelisah - Meremasremas tangannya sudah berkurang A : masalah sudah teratasi P : intervensi dihentikan secara berkala