Uploaded by User85803

KMD58B 1

advertisement
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/182/2016
TENTANG
ALOKASI ANGGARAN DEKONSENTRASI
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI PROVINSI TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a. bahwa untuk mewujudkan otonomi daerah secara nyata di
provinsi, perlu adanya dukungan dana pelaksanaan tugas
dekonsentrasi
dalam
penyelenggaraan
program
pembangunan kesehatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Dalam
Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan di Provinsi
Tahun 2016.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor
47,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang
Nomor
Perbendaharaan
Negara
1
Tahun
(Lembaran
2004
tentang
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
-23. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor
66,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
dan
Pembangunan
Nasional
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
5. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
7. Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5767);
-3-
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4663);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5178);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan
Negara
Barang
Republik
Milik
Negara/Daerah
Indonesia
Tahun
2014
(Lembaran
Nomor
92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5533);
13. Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang
Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
2016 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 288);
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan
Tugas
Pembantuan
dengan Peraturan
248/PMK.07/2010;
sebagaimana
Menteri
telah
Keuangan
diubah
Nomor
-415. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011
tentang
Pengukuran
dan
Evaluasi
Kinerja
atas
Pelaksanaan RKA-K/L (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 938);
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 57 Tahun 2015
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya dan Program Penguatan Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat
(KIS) Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2016 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1857);
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 86 Tahun 2015
tentang
Pedoman
Akuntansi
Penyusunan
Laporan
Keuangan Berbasis Akrual di Lingkungan Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 107);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG ALOKASI
ANGGARAN
DEKONSENTRASI
DALAM
PELAKSANAAN
PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI
PROVINSI
TAHUN 2016.
KESATU
:
Alokasi
anggaran
dekonsentrasi
di
provinsi
ditujukan
untuk:
a. program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya;
-5b. program penguatan pelaksanaan jaminan kesehatan
nasional;
c. program kesehatan masyarakat;
d. program pelayanan kesehatan;
e. program pencegahan dan pengendalian penyakit;
f. program kefarmasian dan alat kesehatan; dan
g. program pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan (PPSDMK).
KEDUA
:
Ruang
lingkup
kegiatan
masing-masing
program
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum
dalam
Lampiran
I
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KETIGA
:
Rincian alokasi anggaran dekonsentrasi masing-masing
program per provinsi sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kesatu tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KEEMPAT
:
Alokasi anggaran dekonsentrasi sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Ketiga dialokasikan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dinas kesehatan provinsi.
KELIMA
: Anggaran
Dekonsentrasi
bersumber
dari
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negaran (APBN) Bagian Anggaran
024 Kementerian Kesehatan Tahun 2016.
KEENAM
:
Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Kesatu mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
-6KETUJUH
:
Gubernur
sebagai
penerima
anggaran
dekonsentrasi
melimpahkan pelaksanaan program dan kegiatan anggaran
dekonsentrasi kepada kepala dinas kesehatan provinsi.
KEDELAPAN
:
Kepala dinas kesehatan provinsi menyampaikan laporan
pelaksanaan program dan kegiatan anggaran dekonsentrasi
kepada Gubernur dan pimpinan eselon I unit utama
Kementerian Kesehatan berupa laporan triwulan dengan
batas waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah akhir
triwulan.
KESEMBILAN
:
Kepala dinas kesehatan provinsi menyampaikan laporan
keuangan atas realisasi anggaran dan pengelolaan Barang
Milik Negara kepada Gubernur dan pimpinan eselon I unit
utama Kementerian Kesehatan sesuai dengan pelaksanaan
program dan kegiatan anggaran dekonsentrasi dengan
batas waktu sebagai berikut;
a. laporan triwulan dengan batas waktu paling lambat
tanggal 12 bulan berikutnya;
b. laporan tahunan sebagai akhir pelaksanaan kegiatan
Tahun 2016 pada tanggal 29 Januari 2017.
KESEPULUH
:
Ketentuan
dekonsentrasi
mengenai
laporan
sebagaimana
pelaksanaan
dimaksud
dalam
tugas
diktum
Kedelapan dan laporan keuangan atas realisasi anggaran
dan
pengelolaan
barang
milik
negara
sebagaimana
dimaksud dalam diktum Kesembilan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
-7KESEBELAS
:
Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
HK.02.02/Menkes/66/2015
tentang Alokasi Anggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan
Kesehatan
Anggaran
Pelaksanaan
di
Provinsi
2015
Keputusan
Program
dan
sebagaimana
Menteri
Pembangunan
Kabupaten/Kota
telah
diubah
Kesehatan
Tahun
dengan
Nomor
HK.02.02/Menkes/130/2015, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
KEDUABELAS :
Keputusan Menteri ini berlaku untuk Tahun Anggaran
2016.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Maret 2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
Tembusan:
1. Menteri Keuangan;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas;
4. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
6. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan;
7. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan;
8. Direktur Jenderal/Kepala Badan di lingkungan Kementerian Kesehatan;
9. Gubernur di seluruh Indonesia;
-810. Kepala Biro/Kepala Pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan;
11. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan di seluruh Indonesia;
12. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tingkat Provinsi
di seluruh Indonesia;
13. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi di seluruh
Indonesia; dan
14. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia.
-9LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR HK.02.02/MENKES/182/2016
TENTANG
ALOKASI ANGGARAN DEKONSENTRASI
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI PROVINSI
TAHUN 2016
RUANG LINGKUP KEGIATAN
MASING-MASING PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
I.
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS
TEKNIS LAINNYA
Untuk mendukung penyelenggaraan Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di daerah tahun 2016 disediakan
Dana Dekonsentrasi sebesar Rp126.496.400.000,-.
Anggaran Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya bersumber rupiah murni dialokasikan bagi 34
Provinsi untuk 6 (enam) kegiatan, yaitu:
A.
Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian Rp9.221.000.000,-.
B.
Kegiatan Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan BMN
Rp7.575.000.000,-.
C.
Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan
Kesehatan Rp69.531.900.000,-.
D.
Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah
Tangga, Keuangan dan Gaji Rp6.500.200.000,-.
E.
Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Rp26.167.300.000,-.
F.
Kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji Rp7.501.000.000,-.
- 10 Adapun rincian lebih detail tentang kegiatan anggaran dekonsentrasi
program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
dijelaskan di bawah ini.
A.
Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian
Penyelenggaraan
kegiatan
pembinaan
administrasi
kepegawaian
diprioritaskan untuk:
B.
1.
Honorarium pengelola administrasi SIMPEG;
2.
Rapat koordinasi tenaga PTT/Tugsus/P3K;
3.
Monev/reviu/pembinaan tenaga PTT/Tugsus/P3K;
4.
Konsultasi ke pusat;
5.
Operasional pengelolaan tenaga PTT/Tugsus/P3K Kemenkes.
Kegiatan Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan BMN
Penyelenggaraan
kegiatan
pembinaan
pengelolaan
administrasi
keuangan dan BMN diprioritaskan untuk:
1.
Pengelolaan Satker (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/
Barang);
2.
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang-Wilayah;
3.
Pertemuan Pengelolaan Keuangan dan BMN Semester dan
Tahunan;
4.
Operasional SAK dan SIMAK BMN;
5.
Kegiatan Tindak Lanjut dan Rekonsiliasi LHP BPK, BPKP, dan
Itjen.
C.
Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan
Kesehatan
Penyelenggaraan kegiatan perencanaan dan penganggaran program
pembangunan kesehatan diprioritaskan untuk:
1.
Rapat Koordinasi Perencanaan Program Prioritas;
2.
Rakontek DAK;
3.
Sosialisasi Juknis dan RKA DAK TA 2017;
- 11 4.
Pra Rakerkesnas Tingkat Daerah;
5.
Pra Rakerkesnas Tingkat Nasional;
6.
Rakerkesnas;
7.
Rakorpop;
8.
Penelitian/Reviu RKA-K/L 2017;
9.
Pra Rakontek Perencanaan;
10. Rakontek Perencanaan;
11. Reviu RKA-K/L Pagu Anggaran Sekretariat Jenderal TA 2017 di
Pusat;
12. Penyusunan
Dokumen
Anggaran
Dana
Dekonsentrasi
Sekretariat Jenderal T.A. 2017 di Pusat;
13. Evaluasi Program dan Kegiatan Bersumber APBN di Pusat;
14. Evaluasi Program dan Kegiatan Bersumber APBN di Provinsi;
15. Pemantapan Implementasi e-Renggar; dan
16. Updating Pelatihan e-Renggar.
D.
Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah
Tangga, Keuangan dan Gaji
Penyelenggaraan
kegiatan
pengelolaan
urusan
tata
usaha,
keprotokolan, rumah tangga, keuangan dan gaji yang diprioritaskan
untuk percepatan pembayaran gaji dan insentif PTT di daerah.
E.
Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi
Penyelenggaraan
kegiatan
pengelolaan
data
dan
informasi
diprioritaskan untuk:
1.
Honor petugas SIK provinsi dan kabupaten/kota;
2.
Pertemuan Pemutakhiran dan Analisis Data di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota;
3.
Pembinaan Teknis SIK/SIKDA;
4.
Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA;
5.
Pelatihan SIK (GIS, Website, PMKDR (Penilaian Mandiri Kualitas
Data Rutin), Profil Kesehatan, dll); dan
6.
Diseminasi Data dan Informasi.
- 12 F.
Kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
Penyelenggaraan
kegiatan
peningkatan
kesehatan
jemaah
haji
diprioritaskan untuk:
1.
Sekretariat Tim Seleksi Rekrutmen PKHI Kloter;
2.
Pengadaan Seragam PKHI;
3.
Honor Petugas Data Entry Hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama
Jemaah Haji; dan
4.
II.
Penguatan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji.
PROGRAM PENGUATAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN)/KARTU INDONESIA SEHAT (KIS)
Untuk mendukung penyelenggaraan Program Penguatan Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) di daerah
tahun 2016 disediakan Dana Dekonsentrasi sebesar Rp53.524.800.000,Anggaran
Dekonsentrasi
Program
Penguatan
Pelaksanaan
Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dialokasikan untuk
1 (satu) kegiatan, yaitu: Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan
Jaminan
Kesehatan
Nasional
(JKN)/Kartu
Indonesia
Sehat
(KIS)
Rp53.524.800.000,-.
Kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) bersumber dari rupiah murni
dialokasikan pada 34 provinsi untuk menyelenggarakan tugas pemerintah
pusat dalam penyelenggaraan program yang diprioritaskan untuk:
A.
Operasional Tim Monev dan Pertimbangan Klinis JKN Provinsi;
B.
Dukungan Operasional Pelaksanaan Pertimbangan Klinis dalam JKN;
C.
Operasional Tim Monev JKN Kabupaten/Kota;
D.
Adminsitrasi Pengelola DIPA;
E.
Koordinasi
Teknis
Pengembangan
Pembiayaan
JKN/KIS tingkat Provinsi (Rakon Teknis);
Kesehatan
dan
- 13 F.
Koordinasi
Teknis
Pengembangan
Pembiayaan
Kesehatan
dan
JKN/KIS tingkat Kabupaten/Kota (Rakon Teknis);
G.
Rapat/Koordinasi Linsek/Linprog di Provinsi dan Kabupaten/Kota;
H.
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan dan
JKN/KIS Provinsi keKabupaten/Kota;
I.
Monitoringdan Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan dan
JKN/KIS Kabupaten/Kota ke Puskesmas;
J.
Pengelolaan
Data
dan
Informasi
Pembiayaan
Kesehatan
dan
JKN/KIS di Provinsi dan Kabupaten/Kota;
K.
Konsultasi Teknis Program;
L.
Desiminasi dan Advokasi Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan
JKN/KIS;
M.
Penguatan Peran Daerah dalam Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan
dan JKN/KIS sesuai UU No. 23/2014;
N.
Evaluasi Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS di
Tingkat Provinsi; dan
O.
Penguatan SDM Pelaku Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan
JKN/KIS.
III. PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
Untuk mendukung penyelenggaraan Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat di daerah tahun 2016 disediakan dana Dekonsentrasi sebesar
Rp1.446.483.979.000,Anggaran Dekonsentrasi Program Kesehatan Masyarakat bersumber
rupiah murni dialokasikan bagi 34 (tiga puluh empat) Provinsi untuk 6
(enam) kegiatan, yaitu:
A.
Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Rp337.341.237.000,-.
B.
Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga
C.
Kegiatan
Pembinaan
Rp117.188.893.000,-.
Upaya
Kesehatan
Rp554.364.328.000,-.
Kerja
dan
Olahraga
- 14 D.
Kegiatan
Promosi
Kesehatan
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Rp149.129.628.000,-.
E.
Kegiatan Penyehatan Lingkungan
Rp223.364.893.000,-.
F.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Rp65.095.000.000,-.
Adapun rincian lebih detail tentang kegiatan anggaran dekonsentrasi
program kesehatan masyarakat dijelaskan dibawah ini.
A.
Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
Penyelenggaraan kegiatan pembinaan gizi masyarakat diprioritaskan
untuk:
1.
Pelatihan
tata
laksana
gizi
buruk
bagi
tim
asuhan
gizi
Puskesmas;
2.
Orientasi implementasi surveilans gizi dan kegiatan gizi dalam
penanggulangan bencana;
3.
Orientasi implementasi pedoman pelayanan gizi Puskesmas dan
pencegahan dan penanggulangan anemia dan KEK pada ibu
hamil;
4.
Orientasi implementasi pemberian makanan bayi dan anak
(IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI) dan pedoman gizi seimbang;
5.
Koordinasi
LP/LS
kabupaten/kota
dari
tingkat
(dukungan
Provinsi
aspek
legal
sampai
dengan
pelayanan
gizi,
manajemen obat gizi, surveilans gizi, penguatan sistem rujukan,
dll);
6.
Koordinasi
peningkatan
dan
Sosialisasi
status
gizi
di
dalam
64
rangka
percepatan
kabupten/kota
prioritas
(modifikasi usulan daerah/spesifik lokal);
7.
Bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan perbaikan gizi ke
Kabupaten/Kota dan Puskesmas;
8.
Pelacakan dan konfirmasi kasus gizi;
9.
Pelaksanaan surveilans gizi di Provinsi dan Kabupaten/Kota;
- 15 10. Penguatan program dan percepatan pencapaian target indikator
pembinaan perbaikan gizi;
11. Biaya sewa gudang dan distribusi untuk PMT ibu hamil, PMT
Balita, dan barang pengadaan dari pusat; dan
12. Dukungan manajemen program kesehatan dan gizi berbasis
masyarakat untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota TA 2016.
B.
Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga
Penyelenggaraan
kegiatan
pembinaan
kesehatan
keluarga
diprioritaskan untuk:
1.
Peningkatan Kesehatan Maternal dan Neonatal;
2.
Peningkatan Kesehatan Balita dan Usia Prasekolah;
3.
Peningkatan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja;
4.
Peningkatan Kesehatan Usia Reproduksi; dan
5.
Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut.
Melalui kegiatan :
1.
SDM Kesehatan yang ditingkatkan kapasitasnya baik teknis
maupun manajemen;
2.
Fasilitasi/Pembinaan/Pendampingan/Bimbingan
Teknis
dan
Evaluasi;
C.
3.
Sistem Informasi dan Surveilans; dan
4.
Dukungan Sarana dan Prasarana.
Kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
Penyelenggaraan kegiatan pembinaan upaya kesehatan kerja dan
olahraga diprioritaskan untuk:
1.
Orientasi kesehatan kerja dan olahraga;
2.
Peningkatan kapasitas kesehatan kerja dasar bagi petugas
kesehatan;
3.
Peningkatan kapasitas diagnosis penyakit akibat kerja bagi
dokter layanan primer;
4.
Peningkatan kesehatan nelayan;
- 16 5.
Penguatan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP);
6.
Peningkatan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI);
7.
Penguatan Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja;
8.
Peningkatan kesehatan olahraga;
9.
Penguatan Balai Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM) dan Balai
Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM);
10. Koordinasi kesehatan kerja dan olahraga tingkat provinsi dan
kabupaten/kota; dan
11. Bimbingan teknis dan evaluasi kesehatan kerja dan olahraga
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
D.
Kegiatan Penyehatan Lingkungan
Penyelenggaraan kegiatan penyehatan lingkungan diprioritaskan
untuk:
1.
Peningkatan
kapasitas
SDM,
pembinaan
teknis
serta
pelaksanaan sistem informasi dan surveilans dalam rangka
peningkatan jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM;
2.
Peningkatan
kapasitas
SDM,
pembinaan
teknis
serta
pelaksanaan sistem informasi dan surveilans dalam rangka
peningkatan persentase sarana air minum yang dilakukan
pengawasan;
3.
Peningkatan
kapasitas
SDM,
pembinaan
teknis
serta
pelaksanaan sistem informasi dan surveilans dalam rangka
peningkatan persentase tempat-tempat umum yang memenuhi
syarat kesehatan;
4.
Peningkatan
kapasitas
SDM,
pembinaan
teknis
serta
pelaksanaan sistem informasi dan surveilans dalam rangka
peningkatan persentase tempat pengelolaan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan;
- 17 5.
Peningkatan
kapasitas
SDM,
pembinaan
teknis
serta
pelaksanaan sistem informasi dan surveilans dalam rangka
peningkatan
persentase
Rumah
Sakit
yang
melakukan
pengelolaan limbah medis; dan
6.
Peningkatan
kapasitas
SDM,
pembinaan
teknis
serta
pelaksanaan sistem informasi dan surveilans dalam rangka
peningkatan
jumlah
kabupaten/kota
yang
melaksanakan
tatanan kawasan sehat.
E.
Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat diprioritaskan untuk:
1.
Advokasi dalam rangka kebijakan publik berwawasan kesehatan
dalam peningkatan perilaku sehat;
2.
Advokasi
dalam
rangka
Kabupaten/Kota
yang
memiliki
kebijakan PHBS;
3.
Advokasi
dalam
rangka
meningkatkan
jumlah
desa
yang
memanfaatkan dana desa untuk UKBM;
4.
KIE kepada masyarakat melalui berbagai saluran;
5.
Peningkatan
kapasitas
tenaga
promosi
kesehatan
di
kabupaten/kota;
6.
Peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan di Puskesmas
dan UKBMS;
7.
Kerjasama
dalam
negeri
dengan
dunia
usaha/organisasi
kemasyarakatan dan pihak lain di bidang kesehatan; dan
8.
Aktivasi kelompok kerja operasional UKBM atau forum peduli
kesehatan dalam peningkatan perilaku sehat.
- 18 F.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Penyelenggaraan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya diprioritaskan untuk:
1.
Bimbingan teknis/pembinaan Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat;
2.
Koordinasi
tingkat
provinsi
dalam
rangka
penyusunan
perencanaan dan anggaran serta sosialisasi indikator Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat;
3.
Koordinasi tingkat Provinsi dalam rangka evaluasi dan pelaporan
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat;
IV.
4.
Pengadaan alat pengolah data dan informasi;
5.
Honorarium pengelola Satuan Kerja; dan
6.
Honorarium Kelompok Kerja (POKJA) Pengadaan.
PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
Untuk mendukung penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan di
daerah
Tahun
2016
disediakan
Dana
Dekonsentrasi
sebesar
Rp279.308.789.000,Anggaran Dekonsentrasi Program Pelayanan Kesehatan bersumber rupiah
murni dialokasikan bagi 34 (tiga puluh empat) provinsi untuk 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
A.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Rp36.762.669.000,-.
B.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer
Rp50.581.519.000,-.
C.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Rp67.873.720.000,-.
D.
Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rp16.244.201.000,-.
E.
Kegiatan
Pelayanan
Mutu
dan
Akreditasi
Kesehatan
Rp31.130.453.000,-.
F.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya
pada Program Pembinaan Pelayanan KesehatanRp76.716.227.000,-.
- 19 Adapun rincian lebih detail tentang kegiatan anggaran dekonsentrasi
program pelayanan kesehatan dijelaskan dibawah ini:
A.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Penyelenggaraan
kegiatan
pelayanan
kesehatan
rujukan
diprioritaskan untuk:
1.
Workshop RS Rujukan Provinsi dan Regional yang ditetapkan
sebagai RS Pendidikan;
2.
Workshop Pembentukan BPRS Provinsi;
3.
Workshop Keselamatan Pasien di Rumah Sakit;
4.
Workshop Penyusunan Panduan Praktek Kedokteran Clinical
Pathways di RS;
5.
Implementasi SPGDT melalui Call Center 119 dan Pembentukan
PSC Kabupaten/Kota;
6.
Workshop Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI);
7.
Workshop Program Pengendalian Resistensi Anti Mikroba (PPRA);
8.
Pelatihan Petugas Laboratorium RS Kelas C dan B;
9.
Pelaksanaan
Program
Pemantapan
Mutu
Eksternal
(PME)
Laboratorium Kesehatan di Fasyankes;
10. Perijinan Radiologi;
11. Jejaring Telemedicine; dan
12. Implementasi pelayanan laboratorium untuk penyakit wabah.
B.
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan primer diprioritaskan
untuk:
1.
Peningkatan Kemampuan Teknis Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD);
2.
Kegiatan Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak dalam rangka
Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di DTPK;
3.
Workshop
Penguatan
Pembinaan
Kesehatan Kabupaten/Kota;
Puskesmas
bagi
Dinas
- 20 4.
Workshop Teknis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) Update;
5.
Peningkatan Kemampuan Teknis Puskesmas dalam Perekrutan
dan Seleksi Donor Darah Mendukung Quick Wins;
6.
Peningkatan Kemampuan Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut dalam Mendukung SDG’s;
7.
Lokakarya Panduan Praktik Klinis dan Panduan Ketrampilan
Klinis bagi Dokter di FKTP dalam rangka Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional yang bermutu; dan
8.
Advokasi Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil/Sangat
Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan.
C.
Kegiatan Pelayanan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan pelayanan kesehatan tradisional
diprioritaskan untuk:
1.
Pelatihan Akupresur bagi Petugas Puskesmas;
2.
Rakontek Yankes Tradkom di Tingkat Provinsi;
3.
Fasilitasi
Pembentukan
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Tradisional;
4.
Penilaian Pemanfaatan TOGA;
5.
Tatalaksana Peningkatan Puskesmas dalam Asuhan Mandiri
Kesehatan Tradisional;
6.
Orientasi Perizinan dan Wasdal;
7.
Jaringan Informasi dan Dokumentasi (JID);
8.
Konsolidasi Sentra P3T;
9.
Penapisan Pelayanan Kesehatan Tradisional;
10. Sosialisasi Akupresur bagi Petugas Puskesmas;
11. Workshop Akupresur Haji, Perkantoran, Lansia, dan Mengurangi
Kebiasaaan Merokok;
- 21 12. Sosialisasi Program Pelayanan Kesehatan Integrasi di FKTP;
13. Sosialisasi Program Pelayanan Kesehatan Integrasi di FKTL;
14. Pemantapan Binwasdal Pelayanan Kesehatan Tradisional di
Tingkat Kabupaten/Kota;
15. Bimtek/Pemantauan
dan
Evaluasi
Pelayanan
Kesehatan
Tradisional Provinsi ke Kabupaten/Kota; dan
16. Bimtek Yankes Integrasi di FKTP dan FKTL.
D.
Kegiatan Pelayanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan
diprioritaskan untuk:
1.
Workshop Peningkatan Mutu Program Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan;
2.
Pelatihan Ketrampilan Teknis dalam Pengelolaan SPA PKM;
3.
Pelatihan Ketrampilan Teknis dan Perawatan Alkes RS B, C, D;
dan
4.
E.
Sosialisasi Penyelenggaraan KSO SPA.
Kegiatan Pelayanan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan diprioritaskan untuk:
1.
Workshop Teknis Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP);
2.
Pelaksanaan Pelatihan Pendamping Akreditasi Fasyankes Primer
Bagi Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; dan
3.
F.
Bimbingan Teknis Survei Akreditasi RS.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya
Penyelenggaraan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas lainnya diprioritaskan untuk:
1.
Pertemuan
Konsultasi
Perencanaan
Dan
Monev
Program
Pelayanan Kesehatan antara Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan dengan Dinas Kesehatan Provinsi;
- 22 2.
Rapat Perencanaan (Raper) DAK Program Pelayanan Kesehatan;
3.
Konsolidasi Perencanaan, Anggaran dan Monev DAK Program
Pelayanan Kesehatan;
4.
Monev dan Bimbingan Teknis (Bimtek) oleh Dinkes Provinsi ke
Satker Kabupaten/Kota Penerima Anggaran APBN;
5.
Pertemuan Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen RS;
6.
Pertemuan Penyusunan SIPERMON dan e-Planning program
Yankes oleh Dinas Kesehatan Provinsi kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, RS Provinsi Kabupaten/Kota dan Sarana
Kesehatan Lainnya di Wilayah Binaannya;
7.
Pertemuan Penyusunan Laporan Barang Milik Negara (BMN)
Tingkat Provinsi dengan Satker Kabupaten/Kota Penerima APBN
8.
Pertemuan SAI (SAK dan SIMAK-BMN) Program Yankes antara
Dinas Kesehatan Provinsi Dengan Satker di Kabupaten/Kota
Penerima APBN;
9.
Pertemuan Sosialisasi dan Advokasi Program Prioritas Nasional
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan
10. Pertemuan Sosialisasi NSPK Bidang Pelayanan Kesehatan.
V.
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (P2P)
Untuk
mendukung
Pengendalian
penyelenggaraan
Penyakit
di
daerah
Program
tahun
2016
Pencegahan
disediakan
dan
Dana
Dekonsentrasi sebesar Rp 468.463.853.000,Anggaran Dekonsentrasi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
bersumber rupiah murni dialokasikan bagi 34 provinsi untuk 5 kegiatan,
yaitu:
A.
Kegiatan Surveilans dan Karantina Kesehatan Rp101.553.821.000,-.
B.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik Rp165.945.438.000,-.
C.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Rp98.829.177.000,-.
- 23 D.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Rp87.735.417.000,-.
E.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Rp14.400.000.000,-.
Adapun rincian lebih detail tentang kegiatan anggaran dekonsentrasi
program pencegahan dan pengendalian penyakit dijelaskan dibawah ini.
A.
Kegiatan Surveilans dan Karantina Kesehatan
Penyelenggaraan
kegiatan
surveilans
dan
karantina
kesehatan
diprioritaskan untuk:
1.
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) kepada Bayi 0-11
Bulan melalui:
a.
Advokasi, sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan imunisasi;
b.
Peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana imunisasi;
c.
Bimbingan teknis pelaksanaan imunisasi;
d.
Pengadaan logistik kegiatan;
e.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan imunisasi; dan
f.
Monitoring,
Evaluasi
Koordinasi
dan
Tindak
Lanjut
pelaksanaan imunisasi lanjutan dan Desa UCI.
2.
Penyusunan Rencana Kontinjensi Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM) di Wilayah melalui:
a.
Sosialisasi rencana kontijensi penanggulangan KKM;
b. Workshop penanggulangan KKM;
c.
Penyusunan rencana kontijensi penanggulangan KKM;
d. Uji Rencana Kontijensi (Table Top/Simulasi); dan
e. Reviu Rencana Kontijensi.
3.
Pelaksanaan Kegiatan Deteksi Dini dan Respon KKM Terintegrasi
Dengan Pintu Masuk Negara melalui:
a. Koordinasi,
integrasi,
sinkronisasi
program
karantina
kesehatan;
1) Pengembangan instrumen pemetaan faktor risiko;
- 24 2) Pemetaan
dan
penilaian
faktor
risiko
kedaruratan
kesehatan masyarakat; dan
3) Sosialisasi hasil penilaian/mapping faktor risiko.
4.
Penguatan kewaspadaan dini melalui:
a.
Asistensi teknis dan monitoring evaluasi kewaspadaan dini
dan respon;
5.
6.
7.
8.
b.
Jejaring surveilans dan kemitraan;
c.
Penguatan/refreshing Petugas TGC; dan
d.
Koordinasi dan konsultasi ke Pusat.
Penemuan Kasus Discarded Campak melalui:
a.
Konfirmasi kasus discarded campak;
b.
Surveilans campak berbasis kasus;
c.
Bimtek dan monitoring evaluasi kegiatan; dan
d.
Penguatan surveilans sindrome rubella bawaan.
Penemuan Kasus AFP non polio melalui:
a.
Konfirmasi kasus AFP non polio;
b.
Bimtek dan monitoring evaluasi kegiatan; dan
c.
Koordinasi dan konsultasi ke Pusat.
Respon terhadap sinyal kewaspadaan melalui:
a.
Koordinasi penyakit menular dan berpotensi KLB;
b.
Penyelidikan epidemiologi;
c.
Verifikasi rumor penyakit berpotensi KLB; dan
d.
Surveilans berbasis kejadian.
Respon terhadap situasi khusus melalui:
a.
Koordinasi lintas program dan sektor pada situasi khusus;
b.
Penyediaan logistik habis pakai pada situasi khusus; dan
c.
Asistensi teknis dan bimbingan teknis terkait situasi
khusus (penyelaman, TKIB, transmigrasi, dan kegiatan
khusus lainnya).
- 25 -
B.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik
Penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit
tular vektor dan zoonotik diprioritaskan untuk:
1.
Pengendalian Kasus Malaria Melalui:
a.
Penatalaksanaan Kasus Malaria Sesuai Standar
1)
Peningkatan /Penguatan Tata Laksana Malaria;
2)
Peningkatan
/Penguatan
Diagnosis/Laboratorium
Malaria;
3)
Koordinasi LS/LP, Kemitraan (Forum Gebrak Malaria)
dan Kemandirian Masyarakat;
4)
Penguatan Surveilans Migrasi dalam Rangka Cegah
Tangkal Penularan Malaria;
b.
5)
Monitoring dan Evaluasi P2 Malaria;
6)
Assesment Peningkatan Kasus dan SKD/KLB Malaria;
7)
Penguatan Sistem Surveilans Malaria (e-Sismal).
Pendistribusian Kelambu
1)
Peningkatan Kemampuan SDM Malaria di KTI, Fokus,
eliminasi dan pasca eliminasi;
2)
Penguatan Kemandirian Masyarakat dan Koordinasi
Mitra Terkait;
3)
Evaluasi SDM Malaria di KTI, Fokus, eliminasi dan
pasca eliminasi;
4)
Evaluasi
Kemandirian
Masyarakat
dan
Koordinasi
Mitra Terkait; dan
5)
c.
Monitoring dan evaluasi kelambu.
Pelaksanaan
penemuan
survei
dan
darah
massal
penatalaksanaan
malaria
malaria
melalui
secara
aktif
melalui pemeriksaan sediaan darah massal malaria;
d.
Peningkatan kualitas mikroskopis malaria melalui uji silang
sediaan darah malaria; dan
e.
Penyemprotan insektisida malaria pada dinding rumah.
- 26 -
2.
Pengendalian DBD melalui:
a.
Peningkatan kemitraan dalam pengendalian DBD dan
penyakit arbovirosis lainnya;
b.
Peningkatan pengawasan, pembinaan, dan kewaspadaan
dini dalam pengendalian DBD dan penyakit arbovirosis
lainnya;
c.
Pencatatan
dan
pelaporan
kasus
DBD
dan
penyakit
arbovirosis lainnya;
d.
Pencatatan dan pelaporan Angka Bebas Jentik (ABJ);
e.
Peningkatan
kapasitas
pengelola
program/petugas
kesehatan di tingkat kab/kota dalam pengendalian DBD
dan penyakit arbovirosis lainnya;
f.
Evaluasi kinerja jumantik; dan
g.
Advokasi dalam pengendalian DBD dan penyakit arbovirosis
lainnya.
3.
Pengendalian rabies melalui:
a.
Advokasi Pengendalian Rabies;
b.
Bimbingan Teknis Pengendalian Rabies ke Kabupaten
Endemis;
c.
Sosialisasi
Pengendalian
Rabies
Untuk
Petugas
Kabupaten/Puskesmas; dan
d.
Surveilans
Dalam
Rangka
Sistem
Kewaspadaan
Dini
Penyakit; Rabies (pelacakan kasus/kewaspadaan dini KLB).
4.
Surveilans / Kewaspadaan Dini Pengendalian Pes dan Penyakit
Zoonosis Lainnya;
5.
Advokasi/sosialisasi/koordinasi
POMP
Filariasis
pada
kabupaten/kota endemis;
6.
Penguatan tenaga pelaksana pengendalian filariasis tingkat
kabupaten/kota;
7.
Pelaksanaan
Filariasis;
Pemberian
Obat
Pencegahan
Massal/POPM
- 27 -
8.
Pengendalian Schistosomiasis melalui:
a. Monitoring prevalensi kasus schistosomiasis pada manusia;
b. Koordinasi di tingkat Kabupaten/Kota, dengan Puskesmas,
Lintas Sektor dan Lintas Program terkait;
c. Advokasi/Sosialisasi
pemangku
di
kepentingan
tingkat
untuk
Kabupaten/Kota
mendapatkan
pada
komitmen
penyediaan biaya operasional POMP; dan
d. Pelaksanaan Pemberian Obat Pada Masyarakat.
9.
Pengendalian vektor melalui:
a. Pelatihan tenaga entomologi;
b. Pelaksanaan
kegiatan
evaluasi
efektifitas
pengendalian
vektor; dan
c. Sosialisasi Surveilans dan Pengendalian Vektor bagi Lintas;
Program dan Lintas Sektor.
10. Surveilans
Vektor/Efektifitas
Kelambu/Monev
Kerentanan
Vektor/Pengambilan Spesimen Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit.
C.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit
menular langsung diprioritaskan untuk:
1.
Pengendalian kusta dan frambusia melalui:
a. Kegiatan penemuan kasus aktif dan penatalaksanaan kasus
kusta sesuai standar (Survei cepat desa-Itensifikasi kusta,
Pemeriksaan kontak pada penderita baru kusta);
b. Advokasi, sosialisasi dan koordinasi lintas sektor maupun
lintas program terkait kusta;
c. Bimtek dan Monev, konsultasi;
d. Mapping kasus kusta perdesa;
e. Kemoprofilaksis kusta;
f.
Peningkatan kapasitas
petugas dalam pemantauan fungsi
saraf (POD) dan pencegahan cacat;
- 28 g. Peningkatan kapasitas/pelatihan petugas dalam tatalaksana
kasus kusta; dan
h. Pengadaan bahan KIE (leaflet-poster-spanduk-lembar balik).
2.
Pengendalian TB melalui:
a. Monitoring Tatalaksana Pengendalian TB di Kabupaten/Kota;
b. Pertemuan
Penguatan
Surveilan
Pengendalian
TB/Pertemuan Perencanaan dan Monev TB; dan
c. Pertemuan Konsolidasi Lintas Program dan Sektor
TB
(pertemuan PPM, Pertemuan dengan NGO/CSO, Pertemuan
dengan organisasi profesi, dll).
3.
Pengendalian HIV AIDS melalui:
a. Bimbingan teknis layananan pengawasan dan asistensi
pengendalian HIV dan IMS;
b. Monev pelaksanaan pengendalian HIV dan IMS;
c. Penguatan
Jejaring
Kerja
dan
Partisipasi
Masyarakat
Program Pengendalian HIV dan IMS;
d. Peningkatan kemampuan SDM pengendalian HIV dan IMS;
dan
e. Distribusi logistik pengendalian HIV dan IMS.
4.
Pengendalian ISPA melalui:
a. Koordinasi, Sosialisasi dan Advokasi dalam pengendalian
ISPA;
b. Deteksi Dini Kasus dan Pencegahan ISPA/pneumonia;
c. Peningkatan Kapasitas tatalaksana pneumonia balita;
d. Peningkatan Kapasitas
dalam pencatatan dan pelaporan
pneumonia;
e. Peningkatan Kapasitas
dalam sistem kewaspadaan dini
pneumonia; dan
f.
5.
Bahan KIE (leaflet-poster-spanduk-lembar balik, Banner).
Pengendalian hepatitis, diare dan ISP melalui:
a.
Koordinasi, Sosialisasi dan Advokasi dalam pengendalian
Hepatitis;
b. Deteksi Dini Kasus dan Pencegahan Hepatitis;
- 29 c.
Bimtek dan Monev, konsultasi;
d. Peningkatan kapasitas/pelatihan
program pengendalian
Hepatitis bagi tenaga kesehatan; dan
e. Penggandaan media KIE.
D.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular diprioritaskan untuk:
1.
Monitoring faktor risiko PTM di posbindu melalui:
a.
Advokasi dan Sosialisasi Monitoring FR PTM;
b. Pelatihan Monitoring FR PTM;
c.
Surveilans PTM;
d. Penditribusian logistik posbindu PTM;
2.
e.
Jejaring kerja pelaksanaan monitoring;
f.
Monev kegiatan; dan
g.
KIE dan Bimtek kegiatan.
Pembentukan Forum komunikasi masyarakat Pengendalian PTM
melalui:
3.
a.
Pelatihan Monitoring FR PTM;
b.
Advokasi dan Sosialisasi Monitoring FR PTM;
c.
Surveilans PTM;
d.
Penditribusian logistik posbindu PTM;
e.
Jejaring kerja pelaksanaan monitoring;
f.
Monev kegiatan; dan
g.
KIE.
Pelaksanaan posbindu PTM pada masyarakat khusus melalui:
a.
Advokasi dan sosialisasi deteksi dini dan monitoring FR
PTM pada kelompok masyarakat khusus;
b.
Pelatihan monitoring dan deteksi dini FR PTM pada
kelompok masyarakat khusus;
c.
Surveilans FR PTM;
- 30 -
4.
d.
Jejaring Kemitraan;
e.
Pendistribusian peralatan (logistik); dan
f.
Monitoring dan evaluasi.
Deteksi dini kanker serviks dan payudara pada perempuan usia 30 –
50 tahun melalui:
a.
Deteksi dini dan tindak lanjut dini IVA , Papsmear, dan CBE
pada masyarakat;
b.
Advokasi dan sosialisasi deteksi dini kanker;
c.
Peningkatan kapasitas SDM;
d. Penyediaan media informasi kanker kepada masyarakat;
e.
Penyediaan bahan habis pakai;
f.
Pengumpulan data;
g.
Handling cost;
h. Jejaring kemitraan; dan
i.
5.
KIE.
Pemeriksaan gula darah pada Penduduk usia > 15 tahun yang
melalui:
a.
Advokasi dan sosialisasi pengendalian PTM Pada Fasyankes
Primer dan Youth Center;
b. Pelatihan pengendalian PTM pada Fasyankes Primer;
c.
Surveilans pengendalian PTM pada Fasyankes Primer;
d. Jejaring Kemitraan; dan
e.
6.
Pendistribusian logistik.
Deteksi dini, tindak lanjut dini, rehabilitasi dan paliatif PTM dan
cedera melalui:
a.
Peningkatan
kapasitas
tenaga
kesehatan
dalam
pengendalian PTM terintegrasi dan Cedera di fasyankes
primer;
b.
Peningkatan
kapasitas
tenaga
kesehatan
rehabilitatif/paliatif PTM Terintegrasi dan Cedera;
c.
Pelatihan surveilans PTM;
d.
Pendistribusian peralatan (logistik);
dalam
- 31 -
7.
e.
Jejaring kerja;
f.
Monitoring dan evaluasi;
g.
Bahan habis pakai; dan
h.
KIE;
Pemeriksaan tekanan darah pada penduduk usia >15 tahun
melalui:
a.
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam deteksi dini
Hipertensi;
8.
b.
Monitoring dan deteksi dini tekanan darah tinggi;
c.
Sosialisasi pengendalian Hipertensi;
d.
Surveilans FR PTM/ Hipertensi;
e.
Pendistribusian logistik;
f.
Monitoring dan evaluasi; dan
g.
Jejaring kerja.
Pengendalian Hipertensi melalui:
a.
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam
tata laksana Hipertensi;
9.
b.
Deteksi dini tekanan darah tinggi, dan tindak lanjut dini;
c.
Sosialisasi pengendalian Hipertensi;
d.
Surveilans Hipertensi;
e.
Pendistribusian logistik; dan
f.
Monitoring dan evaluasi.
Pengendalian Diabetes Melitus (DM) melalui:
a.
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam deteksi dini
DM;
b.
Sosialisasi NSPK DM;
c.
Surveilans DM;
d.
Pendistribusian logistik;
e.
Monitoring dan evaluasi; dan
f.
KIE.
- 32 10. Peningkatan jumlah peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
kab/kota melalui:
a.
Advokasi dan penyusunan peraturan tentang KTR;
b.
Pelatihan KTR;
c.
Surveilans KTR;
d.
Monitoring dan Evaluasi KTR;
e.
Penguatan dan Pembentukan Jejaring KTR; dan
f.
KIE.
11. Layanan upaya berhenti merokok di fasyankes primer melalui:
a.
Advokasi dan Sosialisasi Upaya Berhenti Merokok;
b.
Pelatihan
kabupaten/kota dan fasyankes dalam
Upaya
Berhenti Merokok;
c.
Surveilans;
d.
Monitoring dan Evaluasi; dan
12. Pengendalian obesitas melalui:
a.
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam deteksi dini
obesitas;
E.
b.
Sosialisasi NSPK obesitas;
c.
Surveilans obesitas;
d.
Pendistribusian logistik; dan
e.
Monitoring dan evaluasi.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya.
Penyelenggaraan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya diprioritaskan untuk:
1.
Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) dan penyusunan Eplanning;
2.
Penyusunan dokumen RKA-KL;
3.
Pembahasan, penajaman, dan penelaahan usulan dokumen
perencanaan dan penganggaran;
- 33 4.
Penyusunan profil, buku situasi dan kecenderungan penyakit
serta
media
KIE
program
pencegahan
dan
pengendalian
penyakit;
5.
Penyusunan laporan pelaksanaan program P2P, laporan PP 39
dan laporan tahunan;
6.
Penyusunan laporan Barang Milik Negara (BMN);
7.
Penyusunan laporan keuangan tingkat Satker, Rekonsiliasi
Anggaran
Satker
dengan
Kementerian
Keuangan,
penatausahaan laporan pertanggungjawaban keuangan dan
konsolidasi pelaksanaan anggaran;
8.
Penyusunan
Rencana
Pelaksanaan
Kegiatan
dan
Rencana
Penarikan Dana Tingkat Satker dan perubahannya; dan
9.
Penyediaan
honorarium
dan
operasional
dalam
rangka
pengelolaan program, kegiatan, dan anggaran dekonsentrasi.
VI.
PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Untuk mendukung penyelenggaraan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan di daerah tahun 2016 disediakan Dana Dekonsentrasi sebesar
Rp65.000.000.000,Anggaran Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
bersumber dari rupiah murni pada 34 provinsi dialokasikan untuk 6
kegiatan, yaitu:
A.
Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Rp14.114.132..000,-.
B.
Kegiatan Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Rp19.077.913.000,-.
C.
Kegiatan
Peningkatan
Produksi
dan
Distribusi
KefarmasianRp10.243.664.000,-.
D.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
pada
Program
KesehatanRp15.683.256.000,-.
Kefarmasian
dan
Alat
- 34 E.
Peningkatan
Penilaian
Alat
Kesehatan
(Alkes) Dan
Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Rp1.496.550.000,-.
F.
Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) Dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Rp4.384.485.000,-.
Adapun rincian lebih detail tentang kegiatan anggaran dekonsentrasi
program kefarmasian dan alat kesehatan dijelaskan dibawah ini.
A.
Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Penyelenggaraan Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
diprioritaskan untuk:
1.
Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian dalam pelayanan
kesehatan pada era JKN;
2.
Evaluasi
penggunaan
obat
dalam
pelaksanaan
JKN
di
puskesmas dan RS;
3.
Advokasi
implementasi
FORNAS
kepada
stakeholder
dan
prescriber di fasilitas kesehatan milik pemerintah;
4.
Wokshop antibiotik di RS dalam rangka mendukung PRA
(Pengendalian Resistensi Antimikroba); dan
5.
Pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan penggunaan obat
rasional dalam rangka GEMA CERMAT.
B.
Kegiatan Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
Penyelenggaraan Kegiatan Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekalan diprioritaskan untuk:
1.
Pembiayaan pengelolaan dan pengemasan kembali obat program
di Provinsi;
2.
Pembekalan tenaga kefarmasian dalam pengelolaan vaksin
instalasi farmasi Kabupaten/Kota;
- 35 3.
Monitoring ketersediaan obat dan vaksin;
4.
Harmonisasi dan integrasi perencanaan kebutuhan obat (RKO)
dan implementasi pengelolaan obat satu pintu (one gate policy);
dan
5.
C.
Penerapan e-logistic dan e-catalog;
Kegiatan Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Penyelenggaraan
kegiatan
peningkatan
produksi
dan
distribusi
kefarmasian diprioritaskan untuk:
1.
Pembekalan dan pemetaan UJG dan UJR;
2.
Peningkatan kapasitas SDM industri kosmetika;
3.
Peningkatan kapasitas SDM IRTP;
4.
Pembekalan terhadap sarana produksi dan atau distribusi obat;
5.
Sosialisasi integrasi sistem perizinan dan pelaporan produksi
dan distribusi kefarmasian; dan
6.
D.
Penerapan pengembangan software SIPNAP untuk unit layanan.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Penyelenggaraan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya diprioritaskan untuk:
1.
Pembiayaan rapat konsultasi nasional program kefarmasian dan
alat kesehatan;
2.
Perencanaan dan evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) sub
bidang pelayanan kefarmasian;
3.
Pemutakhiran data kefarmasian dan Alkes tingkat Propinsi –
Profil Kefarmasian; dan
4.
Pembiayaan administrasi kegiatan.
- 36 E.
Kegiatan
Peningkatan
Penilaian
Alat
Kesehatan
(Alkes)
dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Penyelenggaraan kegiatan peningkatan penilaian alat kesehatan
(alkes)
dan
perbekalan
kesehatan
rumah
tangga
(PKRT)
diprioritaskan untuk monitoring dan evaluasi sarana produksi dan
distribusi alkes oleh PKRT.
F.
Kegiatan Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Penyelenggaraan kegiatan peningkatan pengawasan alat kesehatan
(alkes)
dan
perbekalan
kesehatan
rumah
tangga
(PKRT)
diprioritaskan untuk:
1.
Sampling Produk Alkes dan PKRT; dan
2.
Peningkatan kemampuan SDM dalam implementasi sistem
elektronik pada Binwasdal Alkes dan PKRT.
VII. PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
Untuk
mendukung
penyelenggaraan
Program
Pengembangan
dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan di daerah tahun 2016 disediakan Dana
Dekonsentrasi sebesar Rp200.746.302.000,Anggaran Dekonsentrasi Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan bersumber rupiah murni bagi 34 provinsi dialokasikan untuk 4
kegiatan, yaitu:
A.
Kegiatan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Rp37.848.085.000,-.
B.
Kegiatan Pelatihan SDM Kesehatan Rp99.693.945.000,-.
C.
Kegiatan
Perencanaan
dan
Pendayagunaan
SDM
Kesehatan
Rp44.295.846.000,-.
D.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program PPSDM Kesehatan Rp18.908.426.000,-.
- 37 Adapun rincian lebih detail tentang kegiatan anggaran dekonsentrasi
program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan dijelaskan
dibawah ini.
A.
Kegiatan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Penyelenggaraan
kegiatan
peningkatan
mutu
SDM
Kesehatan
diprioritaskan untuk:
B.
1.
Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan; dan
2.
Operasional MTKP.
Kegiatan Pelatihan SDM Kesehatan
Penyelenggaraan kegiatan pelatihan SDM Kesehatan diprioritaskan
untuk:
1.
Pelatihan Manajemen Puskesmas;
2.
Pelatihan Surveilans yang Mendukung Advokasi Kesehatan;
3.
Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan Jemaah Haji;
4.
Pelatihan Keluarga Sehat;
5.
Pelatihan Manajemen Posyandu;
6.
Pelatihan Promosi Kesehatan;
7.
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi Masyarakat Awam;
8.
Pelatihan Sanitasi Makanan dan Minuman pada Penyelenggara
Makanan; dan
9.
C.
Pelatihan Manajemen Kesehatan bagi Pengelola Poskestren.
Kegiatan Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
Penyelenggaraan kegiatan Perencanaan dan Pendayagunaan SDM
Kesehatan diprioritaskan untuk:
1.
Penyusunan Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja;
2.
Penyusunan Rencana Kebutuhan dan Rencana Pendayagunaan
SDM Kesehatan; dan
3.
Penyusunan Dokumen Rekomendasi Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA).
- 38 D.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan.
Penyelenggaraan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya diprioritaskan untuk:
1.
Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Program
dan Anggaran;
2.
Penyusunan Laporan Keuangan dan Kekayaan Negara;
3.
Penyusunan Laporan Kinerja; dan
4.
Penyusunan Dokumen Data dan Informasi PPSDM Kesehatan
Indonesia.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NILA FARID MOELOEK
Download