TINJAUAN TENTANG PONDASI MESIN GENERATOR SET PADA PABRIK PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT PT.ASIANAGRO GUNG JAYA TANJUNGBALAI Amir Hamzah,S.T,M.T dan Arif Dosen Teknik Sipil Universitas Asahan ABSTRAK Dalam upaya mengantisipasi adanya gangguan pasokan daya listrik dari pembangkit listrik utama di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit PT. Asianagro Agung Jaya maka didatangkanlah sebuah mesin generator set. Seperti umumnya mesin-mesin lain, mesin generator set ini menimbulkan beban statis dan dinamis yang harus dapat dipikul oleh tanah dan struktur pondasi mesin di bawahnya. Pondasi mesin akan menerima beban dinamis yang dihasilkan oleh mesin berulang- ulang selama periode pengoperasian mesin namun besarnya beban dapat bersifat krusial. Sehingga perilaku tanah terhadap pondasinya menjadi elastis, atau dengan kata lain deformasi akan meningkat pada setiap siklus pembebanan dan mungkin akan mengalami penurunan dan kerusakan struktur yang serius. Oleh karena itu, perlu untuk mempertimbangkan perilaku tanah dan beban dinamis maupun statis yang dihasilkan oleh mesin dan pondasi dengan syarat keamanan pondasi mesin sehingga pondasi tersebut dapat aman digunakan. Melihat latar belakang tersebut, permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini apakah desain dimensi yang digunakan dilapangan telah sesuai dengan syarat keamanan pondasi mesin serta adakah desain dimensi yang lebih ideal yang memenuhi syarat keamanan pondasi selain desain yang dipakai dilapangan. Tujuan penelitian meninjau desain dimensi pondasi mesin yang dipakai di lapangan apakah telah sesuai dengan persyaratan keamanan serta dapat menemukan desain alternatif yang lebih ideal selain yang dipakai dilapangan dengan menggunakan data-data yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ataupun sumber rujukan saat mendesain pondasi mesin di masa mendatang. 1.1 PENDAHULUAN Untuk mempercepat proses produksi dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi, PT. Asianagro Agung Jaya yang merupakan perusahaan bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak kelapa sawit membutuhkan banyak peralatan yang dapat beroperasi secara cepat, efektif dan efesien. Sejalan dengan itu dibutuhkan juga bahan bakar yang cukup untuk mengoperasikan peralatan. Ada yang berbahan bakar batu bara, minyak bumi maupun energi listrik. Listrik merupakan sumber energi penting untuk menjalankan kinerja mesin produksi. Sumber energi listrik utama biasanya diperoleh dari PLN. Akan tetapi keberlangsungan ketersedianya tidak dapat dijamin dari waktu kewaktu padahal aliranya tidak boleh terputus karena dapat menghentikan operasi peralatan sehingga dapat mengurangi kwalitas bahkan merusak produk yang dihasilkan. Dalam upaya mengantisipasi adanya gangguan pasokan daya listrik dari pembangkit listrik utama di pabrik pengolahan minyak tersebut maka didatangkanlah sebuah mesin generator set. Seperti umumnya mesin-mesin lain, mesin generator set ini menimbulkan beban statis dan dinamis yang harus dapat dipikul oleh tanah dan struktur pondasi mesin di bawahnya. Dalam pondasi mesin akan menerima beban dinamis yang dihasilkan oleh mesin berulangulang selama periode pengoperasian mesin namun besarnya beban dapat bersifat krusial. Sehingga perilaku tanah terhadap pondasinya menjadi elastis, atau dengan kata lain deformasi akan meningkat pada setiap siklus pembebanan dan mungkin akan mengalami penurunan dan kerusakan struktur yang serius. (Prakash dan Puri, 2006). Dalam perencanaan pondasi mesin kadangkala para perencana atau desaigner lebih memilih cara-cara praktis. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan konsultan proyek renovasi ruang genset di PT.Asianagro Agung Jaya Tanjungbalai. Menurut beliau: “Dalam mendesin dimensi pondasi mesin, hasil perbandingan antara berat mesin dengan berat pondasi tidak boleh lebih besar dari satu banding tiga, ketebalan pondasi itu sebesar 0.6 ditambah sepertiga puluh panjang pondasi”. Peneliti sangat ragu dengan pernyataan tersebut apakah formula tersebut diperoleh dari hasil penelitian ilmiah (hasil empiris) atau hanya penaksiran saja. Walaupun demikian menurut konsultan tersebut, dimensi yang dipakai dilapangan juga tidak sesuai dengan apa yang dikemukakanya. Akan tetapi sampai saat sekarang ini struktur yang mereka buat tidak mengalami kerusakan apapun, lalu apa rahasianya?.Menurut pendapat Blake (1964) Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 dalam merencanakan pondasi mesin yang mengalami beban getaran harus memenuhi kriteria keamanan sebagai berikut: Selain kriteria keamanan tersebut juga kriteria keamanan penulangan untuk perencangan beton bertulang yaitu SNI-03-2847-2002. Kriteria-kriteria tersebut harus menjadi pertimbangan dalam mendesain pondasi mesin. Dalam perencanaanya dilapangan digunakan tiang pancang dan cerocok kayu untuk meningkatkan daya dukung tanah serta menghindari penurunan pondasi akibat beban dinamik maupun beban statis yang terjadi. 1.2 Landasan teori Desain pondasi mesin memerlukan perhatian khusus karena selain harus mampu menyalurkan beban statis dari mesin dan pondasi ke tanah tetapi juga mampu menyalurkan beban dinamis yang berasal dari mesin pada saat beroperasi. Beban dinamis akibat pengoperasian mesin umumnya kecil dibandingkan dengan beban statis mesin dan pondasi pendukung. Pada pondasi mesin beban dinamis dihasilkan berulang-ulang selama periode pengoperasian mesin namun besarnya beban tersebut kecil. Oleh karena itu perilaku tanah pada pondasinya adalah elastis, atau dengan kata lain deformasi akan meningkat pada setiap siklus pembebanan dan mungkin mengalami penurunan dan kerusakan yang serius. (Prakash dan Puri, 2006). Ada banyak jenis mesin yang menghasilkan kekuatan periodik yang berbeda. Yang menjadi bagian kategori penting dari jenis mesin misalnya: (1) Reciprocating machines yaitu Mesinmesin yang menghasilkan kekuatan yang tidak seimbang secara periodik (seperti mesin uap, turbin). Kecepatan operasi mesin tersebut biasanya kurang dari 600 r/min. Untuk analisis pondasi seperti ini, kekuatanya tidak seimbang dapat dianggap bervariasi sinusoidal. (2) Impact machines yaitu mesin ini menghasilkan banyak dampak, misalnya, mesin pembuat pukulan (hammer). Kecepatan operasi biasanya bervariasi 60 – 150 pukulan per menit. Beban dinamis mencapai puncaknya pada interval yang sangat singkat dan kemudian secara praktis mati kembali. (3) Rotary machines yaitu mesinmesin memiliki kecepatan tinggi seperti turbogenerators, kompresor, ataupun generator set, mesin-mesin jenis ini diperkirakan memiliki kecepatan lebih dari 1.000 r/min dan sampai 12.000 r/min. Sebuah pondasi yang cocok dipilih, tergantung pada jenis mesinya. Untuk kompresor dan mesin reciprocating, umumnya dipakai sebuah pondasi tipe blok (Gambar: 2.5 a). Pondasi tersebut terdiri dari alas terletak pada pijakan. Jika dua atau lebih mesin tipe serupa dipasang pada pondasi tersebut, ini dapat menguntungkan bila digabung pada satu tikar menerus (slab). Sebuah pondasi tipe blok memiliki massa yang besar, sehingga frekwensi alami yang dihasilkan akan lebih kecil. Namun, jika pondasi yang relatif ringan dipakai misalnya pondasi tipe kotak atau jenis caisson (Gambar : 2.5 b), maka massa pondasi menjadi berkurang dan frekwensi alaminya meningkat. Mesin Hammer juga dapat dipasang dengan pondasi tipe blok, tetapi bentuk detailnya akan sangat berbeda dari pondasi yang untuk mesin reciprocating. Turbin uap memiliki pondasi yang kompleks yang dapat terdiri dari sistem dinding kolom, balok dan pelat. (Gambar: 2.5 c) Setiap elemen pondasi seperti itu relatif fleksibel dibandingkan dengan pondasi tipe blok yang kaku dan tipe kotak atau caisson. Analisa pondasi blok relatif sederhana dibandingkan dengan Wall Type Fondation. Gambar 1.1 Jenis-jenis pondasi mesin Derajad Kebebasan Pondasi Akibat gaya-gaya dan momen yang bekerja secara dinamis, maka pondasi blok dapat bergetar dalam enam mode yaitu: (1) Translasi searah sumbu z (vertical). (2) Translasi searah sumbu x (lateral / sliding) (3) Translasi searah sumbu y (longitudinal) (4) Rotasi terhadap sumbu x (pitching) (5) Rotasi terhadap sumbu y (rocking) (6) Rotasi terhadap sumbu z (yawing/torsi) Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 Setiap gerakan dari pondasi blok dapat dipecah kedalam enam displacemen secara terpisah. Oleh karena itu pondasi blok mempunyai enam derajat kebebasan dengan enam frekwensi natural. Gambar 1.2 Derajat kebebasan pondasi mesin tipe blok Dari keenam mode getaran, translasi arah sumbu-z dan rotasi terhadap sumbu-z dapat terjadi secara independent terpisah dari mode lainnya. Sedangkan translasi arah sumbu-x dengan rotasi terhadap sumbu-y atau translasi arah sumbu-y dengan rotasi terhadap sumbu-x selalu terjadi secara simultan dan saling mempengaruhi sehingga disebut coupled mode. Jadi pada kenyataannya pondasi blok memiliki empat mode getaran yaitu dua mode tunggal (vertical dan yawing) dan dua mode kopel (rocking lateral dan pitching longitudinal). Metode elastis setengah-ruang untuk menghitung respon dari pondasi tertanam adalah dikembangkan oleh Novak dan Beredugo (1971,1972) dan dan Sachs (1973). Dalam pemakaiannya untuk efek penanaman, kerusakan tanah yang terjadi akibat penggalian dan penimbunan, banyak massa tanah yang turut menyebabkan getaran dan ketidaklinearan dari tanah akan membuat perhitungan makin rumit. Pada teori ini pondasi dianggap homogen isotropik. Teori ini hanya untuk amplitudo yang kecil. Selain metode yang diusulkan oleh Novak dan Beredugo (1971,1972) diatas ada juga metode yang diusulkan oleh Arya, Neill dan Pincus (1979). Dari koefisien embedment Whitman (1972) untuk analisis dinamis pondasi mesin tertanam dengan metode Elastic Half-Space yang dikembangkan oleh Lysmer dan Richart (1966) yang untuk menghitung respon pondasi permukaan. Embedment adalah hasil dasar dalam peningkatan kontak antara tanah dan wajah vertikal pondasi. Untuk pondasi tertanam Arya, Neill dan Pincus (1979) telah merpertimbangkan dimana koefisien embedment digunakan untuk mendapatkan perpindahan dan nilai mode frekwensi ditambah getaran. Solusi ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut: 1) Pijakan adalah kaku. 2) Dasar pondasi terletak pada permukaan Elastic Half-Space Metode Analisa Akibat Beban Dinamis Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam perhitungan amplitudo dan frekuensi pada pondasi mesin Novak (1977) yaitu: 1. Metode Linear Elastic Weightless Spring Method. 2. Metode Elastic Half – Space. 3. Metode Lumped Parameter System. Pada metode Linear Elastic Weightless Spring Method dikembangkan oleh Barkan (1962). Dalam hal ini tanah dianggap pegas redaman dimasukkan sebagai nilai yang belum dicari (diabaikan), walaupun redaman tidak begitu mempengaruhi terhadap frekwensi resonansi dari sistem tetapi redaman memberi pengaruh yang cukup signifikan pada amlitudo saat terjadi resonansi. Selama zona resonansi dapat dihindarkan dalam perencanaan pondasi, pengaruh redaman pada amplitudo saat frekwensi kerja juga kecil bila dibanding dengan amplitudo yang ada saat resonansi. Metode Elastic Half-Space menggunakan pendekatan teori elastisitas. 3) Reaksi tanah di dasar independen dari kedalaman embedment. Metode Lumped Parameter System merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari metode Elastic HalfSpace, dimana untuk mendapatkan harga suatu parameter dengan mengunakan cara atau rumus dari teori Elastic Half-Space. Teori Lumped Parameter System adalah sistem yang digunakan untuk memperkaku blok pondasi dengan menggunakan massa, pegas, dan dashpot. Sistem ini menerapkan semua komponen massa, pegas, dan redaman. Metode ini dikembangkan oleh Lysmer dan Richart (1966) yang bersumber dari ”Dynamic Bou Problems”. Metode ini dikembangkan untuk pondasi lingkaran dengan radius “ mana pondasi berada diatas tanah (tidak tertanam). Dalam teori Lumped Parameter System, respon dinamis tanah terhadap pondasi dan beban dinamis dapat dimodelkan sebagai: (1) Pegas atau spring dengan harga kekakuan ”k”, Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 (2) Dashpot atau damping atau redaman dengan harga koefisien damping ”c”. digambarkan sebagai berikut: Model pegas dan dumping tersebut bisa untuk memodelkan baik respons vertikal, horisontal, torsi, maupun rocking. Berikut adalah pemodelan sistem pondasi mesin dan tanah pada metode Lumped Parameter System: Gambar 1.4 Pemodelan sistem massa, pegas, redaman. Getaran dengan Gaya Penggerak Gambar 1.3 Model Lumped Parameter System Berbicara mengenai pondasi mesin yang merupakan bagian dari pondasi beban dinamis maka tidak lepas dari teori mengenai getaran harmonik. Getaran harmonik didefinisikan sebagai perpindahan bolak balik suatu titik di dalam suatu garis sedemikian rupa sehingga percepatan dari titik tersebut proporsional terhadap jarak dari suatu posisi setimbang dan selalu mengarah menuju posisi setimbang tersebut Bowles (1977). Hal ini digambarkan pada gambar dibawah ini. Gambar 1.5 representatif Alur gerakan harmonik Jika suatu sistem massa-pegas digetarkan oleh suatu gaya external sehingga mengalami getaran harmonik, kemudian gaya external tersebut dihilangkan maka sistem akan bergetar secara harmonik terus menerus dengan amplitudo dan frekwensi getaran yang sama. Getaran tersebut akan berkurang sedikit demi sedikit yang pada akhirnya akan berhenti jika pada sistem tersebut terdapat peredam yang berfungsi sebagai pereduksi getaran. Getaran bebas atau transient vibration adalah getaran tanpa gaya eksternal. Jika terdapat unsur peredam pada getaran ini, maka getaran akan hilang perlahan-lahan seiring dengan berjalannya waktu. Pernyataan tersebut dapat Forced vibration adalah getaran dengan gaya eksternal yang bekerja pada sistem. Getaran pada pondasi mesin merupakan forced vibration. Karena terdapat gaya eksternal yang bekerja maka persamaan (2.6) menjadi : Persyaratan Pondasi Mesin Agar mesin yang ditopang bisa berfungsi sebagai mana mestinya dan getarannya tidak membahayakan maka setiap pondasi mesin harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut (Prakash,1981): (a) Untuk beban statis: 1. Mampu menahan atau memikul beban statis yang ditimbulkan oleh mesin tanpa menyebabkan keruntuhan geser atau keruntuhan total. 2. Penurunan pondasi akibat beban arus berada dalam batas-batas yang diijinkan. (b) Untuk beban dinamis: 1. Tidak boleh terjadi resonansi, yaitu frekwensi natural sistem tanahpondasi-mesin tidak boleh sama dengan frekuensi operasi mesin. 2. Amplitudo pada frekwensi operasi tidak boleh melebihi amplitudo batas yang umumnya ditentukan oleh pembuat mesin tersebut. 3. Bagian-bagian mesin yang bergerak atau bergetar harus sedapat mungkin setimbang untuk mengurangi ketidakseimbangan dari gaya-gaya dan momen. 4. Getaran yang terjadi tidak boleh mengganggu orang-orang yang bekerja atau merusak mesin-mesin lainnya. Tata letak geometris dari pondasi juga dapat juga mempengaruhi persyaratan operasional mesin. Kondisi kegagalan pondasi mesin tercapai ketika gerakan yang melebihi nilai batas yang mungkin dapat di tetapkan pada percepatan, kecepatan atau amplitudo. Richart (1962) mendefinisikan kriteria kegagalan pondasi mesin dengan menetapkan batasan Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 perpindahan amplitudo pada frekuensi tertentu. Batasan amplitudo yang diijinkan dapat dibentuk dari gambar 2.16 Blake (1964), yang juga memperkenalkan konsep faktor layanan. Menurut Blake (1964) Batasan getaran amplitudo untuk frekwensi pondasi mesin paling aman terletak pada rasio frekwensi High Tuned lebih kecil dari nilai 0.7 dan Low Tuned yaitu lebih besar dari nilai 1.3 Gambar 1.8 Batasan amplitudo horizontal masuk zona B Karena tingkat kepentingan dari setiap mesin berbeda-beda maka diperlukan angka keamanan untuk menjaga keberlangsungan dari mesin dan pondasinya. Istilah angka keamanan dalam pondasi mesin lebih dikenal dengan sebutan service factor. Penggunaan angka keamanan ini dengan cara mengalikannya dengan amplitudo dan hasilnya digunakan untuk pembacaan pada grafik sebagai amplitudo. Gambar 1.6 Batasan getaran amplitudo untuk frekuensi tertentu Kegagalan pondasi mesin terjadi ketika getaran telah melampaui batas yang telah ditentukan. Batasan pondasi mesin biasanya merujuk pada amplitudo dan kecepatan dari getaran pada operasi kerja mesin. Berikut adalah grafik yang berisi batasan-batasan amplitudo pada pondasi mesin. Gambar 1.7 Batasan amplitudo vertikal masuk zona “Troublesome to Persons. Metode dan Persamaan Arya, Neill dan Pincus Metode ini diusulkan oleh Arya, Neill dan Pincus (1979) dari pengembangan metode Elastic Half-Space Analog dari Lysmer dan Richart (1966) dengan koefisien embedment (Untuk Pondasi tertanam) oleh Whitman (1972). Respon getaran pondasi dihitung menggunakan persamaan seperti metode Elastic Half-Space Analog untuk pondasi permukaan dan mengalikan nilai kekakuan pegas dan redaman dengan nilai-nilai yang sesuai koefisien faktor embedment untuk pondasi tertanam. Untuk dasar memiliki basis melingkar mengingat nilai-nilai yang dihitung dapat lebih dikonversi untuk pijakan persegi panjang dengan menggunakan jari-jari pijakan setara cocok sebagai faktor konversi. Frekwensi alami dan amplitudo yang dihasilkan dalam modus getaran serta ditambah getaran dihitung untuk mendapatkan amplitudo resultan dalam arah vertikal dan horisontal Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 Metode Penelitian (b) Data tahapan calculation Data pada tahapan calculation merupakan bagian yang terpenting untuk diisi dan disini kitalah yang menentukan apakah perhitungan akan digunakan mode analisa dinamis atau analisa statis. Untuk analisa dinamis dipakai data mesin dan pondasi yang diuraikan dalam poin-poin sebagai berikut : 1. Σ Mdisp diisi dengan (W pondasi + W mesin) 2. Σ MloadB disi dengan gaya unbulanced force 3. Untuk harmonic load multipliers diisi dengan nilai amplitudo yang akan dicapai dalam perhitungan dan nilai frequency natural yang dihasilkan oleh mesin berulang-ulang. ANALISA DATA Metode Analisa Plaxis Untuk dapat menggunakan progam komputer Plaxis 8.2 diperlukan data-data yang dipakai untuk mengisi input program. Data-data tersebut antara lain: (a) Data meterial set yaitu data spesifikasi tanah. Dalam perhitungan dengan alat ini untuk mendapatkan sifat-sifat tanah yang sesuai dengan ciri-ciri dilapangan sedekat mungkin dipakai model Mohr-Coulomb yang telah disediakan oleh sang pembuat aplikasi. Data tanah yang diperlukan dalam mode ini adalah : 1. Berat volume kering / dry soil weight (γ dry) dan berat volume basah / wet soil weight 2. (γ wet) 3. Permeabilitas tanah (k) 4. Poisson ratio (μ) 5. Nilai kohesi tanah (c) 6. Sudut geser tanah (θ) untuk dilatasi maupun translasi 7. Modulus geser tanah (G) Perencanaan perhitungan pondasi mesin yang baik memerlukan data-data penunjang yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pembebanan pada pondasi mesin. Data-data penunjang tersebut antara lain adalah data mesin, data tanah, dan data-data lainya yang membantu menyelesaikan perhitungan. Adapun data-data yang digunakan untuk membantu menyelesaikan perhitungan pondasi mesin adalah sebagai berikut: Data Spesifikasi Mesin Data mesin generator set ini adalah yang diperoleh dari spesifikasi produk yang dikeluarkan oleh pabrik asal mesin yaitu: a. Data Motor generator set Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Model mesin : Nissan C-800D5P, K38 series’ direct injection. Bahan bakar : Solar (disel) Tipe : 4 cycle, water cooled engine. Jumlah silinder : 12 silinder. Dimensi (mm) : 4650 × 2145 × 1500 Berat kosong mesin : 7495 kg Engine speed : 1500 rpm Engine output : 858 HP Unbulanced Force : 585 kg = 5.74 kN b. Data alternator 1) Model alternator : 2) Berat total alternator : 3) Speed operation : 4) Frekwensi : 5) Daya maksimum Data rencana pondasi mesin UCI 2310 F 2844 kg 1500 rpm 50/60 Hz 800 kVA / 640 kW Data rencana pondasi berikut ini merupakan data rencana yang telah digunakan dilapangan antara lain: (a) Menggunakan beton bertulang 1. Kekuatan karakteristik beton (fc) : 21 Mpa 2. Kekuatan leleh baja (fs) : 400 Mpa 2 3. γ beton : 2400 kg/m (b) Mengunakan cerocok kayu dan tiang pancang 1. 2. Gambar 1.9 Pondasi genset 3. Square pile ukuran (mm): 200 × 200 × 18000 × 4 titik Cerocok kayu mahang berdiameter: 4” × 5 m × 12 titik Ukuran pondasi blok (mm) : 5500 × 3000 × 700 Merencanakan Desain Alternatif Memenuhi Syarat Keamanan Gambar 1.10 Detail Yang Berdasarkan perhitungan diatas teryata dimensi pondasi yang digunakan dilapangan telah sesuai dan memenuhi syarat keamanan pondasi mesin. Akan tetapi, kita tidak mengetahui apakah desain tersebut dimensi yang paling ideal atau tidak. Oleh sebab itu diperlukan perhitungan dengan menggunakan trial and error untuk mencari dimensi yang lebih ideal lagi. Untuk merencanakan desain yang memenuhi syarat keamanan pondasi mesin dan SNI-032847-2002 perlu untuk menetapkan tinggi pondasi efektif mula-mula untuk melakukan perhitungan trial and error. Menurut SNI-032847-2002 pasal 17.7 tebal minimum pondasi telapak tidak boleh kurang dari 150 mm apabila berada diatas tanah dan tidak boleh kurang dari 300 mm apabila berada di atas pancang. Pada perhitungan ini hanya akan dicari tebal pondasi saja, karena luasan pondasi sudah cukup ideal dan tidak mungkin untuk diperkecil lagi agar jarak titik angkur ke tepi pondasi dapat Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017 memenuhi syarat perletakan sehingga menghindari keretakan pondasi. Menurut SNI03-2847-2002 pasal 14.6.2 untuk angkur mekanis jarak titik ankur dengan tepi pondasi tidak boleh kurang dari 20 kali diameter angkur. Perhitungan dilakukan dengan sistem trial and error dengan dimensi pondasi ditetapkan panjang pondasi 5.5 meter dan lebar pondasi 3 meter. Untuk perhitungan dengan metode trial and eror tebal mula-mula ditetapkan 0.5 m s/d 1.0 m dengan interval 10 cm. KESIMPULAN Adapun yang menjadi kesimpulan penulis adalah: (1) Dimensi pondasi yang digunakan dilapangan menurut metode yang dikemukakan oleh Arya, Neil dan Pincus dan dengan program Plaxis 8.2 ternyata telah sesuai dan memenuhi syarat keamanan pondasi mesin serta SNI-032847-2002. (2) Dimensi pondasi yang dipergunakan dilapangan dengan menetapkan tinggi pondasi 0.7 m dengan kedalaman penanaman 0.6 m merupakan desain dimensi peringkat yang kedua setelah tinggi pondasi 0.6 m dengan kedalaman penanaman 0.5 m DAFTAR PUSTAKA 1. Arya,Suresh C. O’Neill, Michael. Pincus,George.1981. Design of Structures and Foundations for Vibrating Machines. Gulf Publishing Company.Houston, London, Paris, Tokyo 2. Das, Braja M. 1993.Mekanika Tanah jilid 2.Penerbit Erlangga.Jakarta 3. Bowles, Joseph E.Foundation Analysis and Design.International Student Edition 4. Richart, F.E Jr. .1970. Vibration of Soils and Foundations.Prentice-Hall, Inc. New Jersey 5. Carters, W.W.1938. Pure Research For The Citizen. New York. 6. Nazir, M.1988.Metodelogi Penelitian. Penerbit Galia Indonesia. Darussalam 7. Chowdhury, Indrajit. Dynamic response of machine foundations considering soil damping and embedment. Petrofac Int.Ltd.Jour,Sharjah UAE 8. Bhatia, K.G. 2008. Foundations for Industrial Machines A Handbook for Practising Engineers, D-CAD Publishers, New Delhi. 9. Prakash, S. and Puri, V.K. 1988. Foundations for Machines: Analysis and Design, John Wiley & Sons, New York, U.S.A. 10. Novak, M. and Y.O. Beredugo. 1972. Vertical vibration of embedded footings, J. Soil Mech.Found. Div., ACSE, 98(SM-12): 1291-1310 11. Richart, F.E., Jr., J.R. Hall and R.D. Woods. (1970). Vibrations of Soils and Foundations.Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersy. 12. Blake, M.P.1964, New Vibration Standards for Maintenance. Hydrocarbon Processing Petroleum Refiner, Vol.43 , No.1, pp 111-114. 13. Lysmer, L. and F.E. Richart, Jr. 1966. Dynamic response of footing to vertical loading. J.Soil Mech. Found. Div., ACSE, 92(SM-1):65-91 Major, A. (1980). Dynamics in Civil Engineering, Vol. I-IV, Akademical Kiado, Budapest. 14. Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman Umum Konstruksi Bangunan Sipil: Penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 498/KPTS/M/2005 15. Clarke, B.G.(1995), “Pressuremeters in Geotechnical design”, International Thomson Publishing /UK, and BiTech Publishers, Vancouver. 16. SNI-03-2874-2002.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta Version). Bandung: 2002. Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol.1 No.2 Edisi Januari – Juni 2017