Pertemuan 5 Akhlak dan Adab mulia dalam keluarga adalah buah dari Agama yang Baik Ikhwatal Iman Ahabbakumulloh, saudara saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh Jalla wa ‘Alaa.. Setelah pada audio lalu membahas Tajdiidun Niat, memperbarui niat, yakni salah satu adab dan akhlak yang sering dilupakan dalam rumah tangga. Poin berikutnya adalah Syukur II. Syukur Untukmu wahai para istri, lengkapi adabmu dengan rasa syukur. Perhatikan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, َ ﻻ َﺗ ْﺸ ُﻜ ُﺮ ِﻟ َﺰ ْو ِﺟﻬَﺎ َو ِﻫ َﻲ َ ْﺮَأ ٍة َ ﻻ َﺗ ْﺴَﺘ ْﻐِﻨﻲ َﻋ ْﻨ ُﻪ َ ﻻ َﯾ ْﻨ ُﻈ ُﺮ اﷲُ ِإَﻟﻰ اﻣ “Alloh tidak melihat kepada wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya, padahal ia membutuhkan suaminya“ [HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrok no 2825, Hadits dengan Sanad Shahih] Hadits ini mengajarkan kepada para istri bahwa rasa syukur kepada suami, baik itu atas keberadaannya, atas tanggung jawabnya, atau atas kebaikannya adalah hal yang tidak boleh dilupakan. Dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa esensi utama dari rasa syukur adalah taat, ketika seorang hamba diberi nikmat oleh Alloh maka ia wujudkan rasa syukurnya dengan taat kepadaNya, itulah hukum asal hamba kepada penciptaNya. Begitupula dalam rumah tangga.. Hukum asal istri adalah taat kepada suami, karena keberadaan suami adalah nikmat, tanggung jawab suami adalah nikmat, apalagi kebaikan suami jelas jelas sebuah nikmat. Berapa banyak wanita yang mendambakan suami tapi yang dinanti tak bernyali dan tak kunjung datang? Berapa banyak wanita yang bersuami tapi tak peduli dengan nafkah? Berapa banyak wanita yang bersuami tapi tiap hari makan ati karena terus disakiti? Karenanya wahai para istri bersyukurlah kepada suami anda, taatlah kepadanya dalam hal yang tidak menyelisihi syariat, sejatinya suami anda-lah jalan surga anda, yang dengan ridhonya anda dapat memasuki pintu surga mana saja, jangan sampai ancaman yang disebut dalam hadits menimpa anda, ُﻻ َﯾ ْﻨ ُﻈ ُﺮ اﷲ َ “Tidak akan dilihat oleh Alloh, tidak akan ditatap oleh Alloh, Na’udzubillah” Siapa yang tidak akan ditatap oleh Alloh? َ ﻻ َﺗ ْﺸ ُﻜ ُﺮ ِﻟ َﺰ ْو ِﺟﻬَﺎ َو ِﻫ َﻲ َ ْﺮَأة ﻻ َﺗ ْﺴَﺘ ْﻐِﻨﻲ َﻋ ْﻨ ُﻪ َ اﻣ “Seorang istri yang tidak berterima kasih kepada suaminya, padahal ia membutuhkan suaminya“ III. Amanah bersama Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin, berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam urusan agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya. Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan ketaatan seorang istri pada suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam urusan agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting seorang istri. UNTUK PARA SUAMI: ISTRIMU ADALAH AMANAH DI PUNDAKMU…! Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullah berkata, ، وﻋﺪم اﻹﺳﺎءة إﻟﯿﻬﻦ، وﻋﺪم اﻹﺿﺮار ﺑﻬﻦ، ﻓﻌﻠﯿﻜﻢ أن ﺗﻘﻮﻣﻮا ﺑﺮﻋﺎﯾﺔ ﻫﺬه اﻷﻣﺎﻧﺔ، وﻫﻦ أﻣﺎﻧﺎت ﻋﻨﺪﻛﻢ،ﺗﺰوﺟﺘﻢ ﺑﻬﻦ ﺑﺸﺮع اﷲ وﺗﻌﺎﺷﺮوﻧﻬﻦ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف،وإﻧﻤﺎ ﺗﺤﺴﻨﻮن إﻟﯿﻬﻦ “Kalian wahai para suami telah menikahi istri-istri kalian dengan syari’at Allah, maka mereka adalah amanah-amanah di pundak kalian, hendaklah kalian berusaha menjaga amanah ini. Tidak boleh menyakiti istri-istri kalian dan tidak boleh berlaku jelek kepada mereka, tapi hendaklah kalian berbuat baik kepada mereka dan bergaul dengan cara yang ma’ruf” [Syarhu Sunan Abi Daud, 10/112, Asy-Syaamilah] UNTUK PARA ISTRI: RUMAH TANGGA ADALAH AMANAH DI PUNDAKMU...! Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda; ٌ اﻋﯿ َ َُﺴﺌ ﻮﻟ ٌﺔ َﻋ ْﻦ َر ِﻋﯿﱠِﺘﻬَﺎ ْ َو ْاﻟﻤ ْ َﺔ َو ْﻫ َﻰ ﻣ ِ ْﺖ َز ْو ِﺟﻬَﺎ َر ِ َﺮَأ ُة ِﻓﻰ َﺑﯿ “Dan wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai orang yang diurusnya” [HR Bukhori 2232] ٌ اﻋﯿ ْﺖ َز ْو ِﺟﻬَﺎ َو َوَﻟ ِﺪ ِه ْ َو ْاﻟﻤ ِ َﺔ َﻋَﻠﻰ َﺑﯿ ِ َﺮَأ ُة َر “Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya" [HR Bukhori 4801] Kita semua telah tau bahwa sekecil apapun suatu pekerjaan jika dilakukan dengan hati terpaksa diiringi keluh kesah, niscaya akan terasa berat bak menanggung beban sebesar gunung. Sebaliknya, seberat apapun sua tu pekerjaan jika dilakukan dengan penuh keikhlasan, kegembiraan dan harapan, niscaya akan terasa ringan dan menyenangkan. Memang benar! Tanggung jawab seorang ibu tidaklah ringan. Tugas dan kewajiban yang dipikulnya tidaklah sedikit. Siapapun tak bisa menyangkal, seorang ibu rumah tangga hampir-hampir tak mempunyai waktu istirahat. Pekerjaannya seolah selalu tampak di depan mata tak pernah ada habisnya. Kalau seorang ayah bisa tidur nyenyak di malam hari, lain halnya dengan seorang ibu, tangis si kecil terkadang mengusik tidur malamnya. Tugas seorang wanita begitu universal. Sebagai seorang permaisuri pendamping suami, seorang ibu, pengasuh sekaligus guru bagi para anaknya, bahkan sebagai pelayan yang harus selalu siap dipakai tenaganya. Tak jarang para ibu merasa jenuh, letih dan menganggapnya sebagai suatu himpitan yang begitu menyiksa. Inilah celah yang dimanfaatkan setan untuk melancarkan aksinya. Bak gayung bersambut, para wanita yang lemah imannya pun berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka. Mereka berusaha mencari solusi pemecahan dengan meneriakkan slogan emansipasi dan menuntut persamaan hak dengan kaum pria. Mereka menutup mata dari bahaya yang timbul akibat semua itu. Akibat amanah dan tanggung jawab yang disia-siakan seorang ibu. Anak menjadi liar, suami tidak lagi mendapatkan kedamaian. Akhirnya keharmonisan rumah-tangga pun terancam. Jerih Payah Seorang Istri Tidak Akan Sia-Sia Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang telah menciptakan manusia. Menciptakan syari’at, yang didalamnya ada aturan, perintah dan larangan. Ketika ada perintah pasti ada hasil, ketika ada larangan pasti ada solusi. Karena itu, sudah barang tentu Dia pulalah yang paling mengetahui perkara-perkara yang dapat mendatangkan mashlahat maupun mudharat. Dia pula yang paling mengethui tugas dan amanat apa yang paling sesuai dan selaras bagi masing-masing makhluk-Nya. Demikian halnya dengan kaum wanita. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling mengetahui tugas dan tanggung jawab apa yang paling sesuai bagi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ُﻮِﺗ ُﻜ ﱠﻦ ْ َو َﻗ ْﺮ َن ﻓﻲ ﺑُﯿ “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” [QS Al-Ahzab 33] Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum wanita untuk melazimi rumahnya. Bahkan hukumnya makruh bagi seorang wanita keluar dari rumahnya, tanpa adanya suatu keperluan, berdasarkan ayat di atas dan juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: َ ﱠ َ ﱠ َ ْ ِ ﻻَﺗ ُﻜ ْﻮ ُن َأ ْﻗ َﺮ َب إَﻟﻰ ا َ َوإﻧﱠﻬَﺎ،ﺎن َ ْ ْ ٌ ُ َ ْ َا ْﻟﻤ ْﺮ َﺑ ْﯿِﺘﻬَﺎ ِ ﷲ ِﻣﻨﻬَﺎ ِﻓ ْﻲ ﻗﻌ ِ ِ ُ َوِإﻧﻬَﺎ ِإذا َﺧ َﺮ َﺟﺖ ِﻣ ْﻦ َﺑ ْﯿِﺘﻬَﺎ ِا ْﺳَﺘﺸ َﺮﻓﻬَﺎ اﻟﺸﯿْﻄ، َﺮأة َﻋ ْﻮ َرة “Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan mengikutinya. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allah (ketika shalat) melainkan di dalam rumahnya” [HR Tirmidzi 1173] Sebagian kita kemudian bertanya : Mengapa wanita harus selalu tinggal di rumah? Bukankah wanita juga mempunyai potensi? Bahkan tidak sedikit kaum wanita yang memiliki tingkat intelegensi dan skill lebih dari kaum pria. Bukankah kita mampu bersaing dengan kaum pria? Demikianlah syubhat-syubhat yang sering dihembuskan setan dan bala tentaranya. Sekarang mari kita renungkan! Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa wanita adalah makhluk yang lemah. Lemah dari segi fisik, lemah dalam akal maupun agamanya. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga mereka dengan penjagaan terbaik. Melindungi kaum wanita dengan sebaik-baik hijab yaitu rumah mereka. Selain itu, realita membuktikan bahwa tugas-tugas di dalam rumah tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan sempurna kecuali oleh seorang wanita. Karena itulah Allah Yang Maha bijaksana menjadikan rumah sebagai amanah bagi mereka. Sebagaimana hadits yang tadi telah kita sampaikan diatas; ٌ اﻋﯿ ْﺖ َز ْو ِﺟﻬَﺎ َو َوَﻟ ِﺪ ِه ْ َو ْاﻟﻤ ِ َﺔ َﻋَﻠﻰ َﺑﯿ ِ َﺮَأ ُة َر “Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya" [HR Bukhori 4801] Jadikan Seluruh Aktivitasmu Sebagai Ibadah Bila suatu amal yang besar bisa hancur karena niat yang melenceng, maka sebaliknya sebuah amal yang tampaknya sepele bisa menjadi sebuah ibadah yang bernilai tinggi karena niat yang lurus. Sekilas rutinitas seorang istri sehari-hari memang tampak sepele. Seperti menyediakan hidangan, mengurus pakaian, merapikan rumah, melayani suami dan lain sebagainya. Tidaklah kita ingin semua itu menjadi ibadah yang bernilai. Tentu saja! Karena itu, hendaknya setiap wanita menata hati dan menjaga ketulusan niat semata-mata untuk meraih keridhaan Allah. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’a memerintahkan setiap istri untuk meraih ridha suami. Kerjakanlah setiap tugasmu sebaik mungkin dan profesional untuk mendapatkan keridhaan suami. Siapa wanita yang tidak mendambakan di dunia suami semakin cinta dan di akhirat ia mendapat surga’? Demikian juga halnya dengan tugas-tugas sebagai seorang ibu. Mengasuh dan mendidik anak-anak kita, mendampingi dan membimbing mereka. Hendaknya kita lakukan semua itu dengan mencurahkan segenap kemampuan yang ada. Karena mereka adalah tabungan bagi kita, pada saat pahala seluruh amalan telah terputus. Saat pahala shalat dan puasa tak lagi bisa kita raih. Namun doa anak yang shalih, dan ilmu yang yang bermanfaat yang kita ajarkan kepada mereka akan terus mengalirkan pahala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. ْ َ إ َذا َﻣ َ َ ﺎن ا ْﻧ َﻘ َﻄ َﻊ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻋ َﻤﻠُ ُﻪ إﱠﻻ ِﻣ ْﻦ َﺛ َﻼَﺛ ٍﺔ إﱠﻻ ِﻣ ْﻦ ُ اﻹ ْﻧ َﺴ ﺻﺎِﻟ ٍﺢ َﯾ ْﺪ ُﻋﻮ َﻟ ُﻪ َ ﺎرَﯾ ٍﺔ َأ ْو ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﯾُ ْﻨَﺘ َﻔ ُﻊ ِﺑ ِﻪ َأ ْو َوَﻟ ٍﺪ ِ ﺻ َﺪﻗ ٍﺔ َﺟ ِ ِ ِ ﺎت ِ “Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya” [HR Muslim 1631] Ini mungkin yang bisa kita sampaikan pada pertemuan kali ini, Insya Alloh kita lanjutkan pekan depan tentang Hak Istri dan Hak Suami dalam rumah tangga. Dan jangan lupa bahwa akhlak dalam rumah tangga bukan 3 hal ini saja; Bukan hanya seruan untuk selalu memperbarui niat karena Alloh, syukur atau terimakasih, dan menjaga amanah bersama. Ingatlah bahwa akhlak adalah buah dari agama, maka tingkatkan kualitas agama dengan ilmu dan amal. Sering-seringlah pergi ke kajian bersama keluarga.. Hadir di majelis ilmu.. Saling berbagi faedah dari ceramah yang didengar atau buku yang dibaca, Insya Alloh jika rumah tangga berporos pada agama, dan akhlak jadi buahnya, maka tentrem adem ayem pun akan dirasakan bersama Wallohu A’lam