SEKOLAH ALKITAB CIANJUR GEREJA PANTEKOSTA di INDONESIA Pdt. A.H MANDEY Salah satu keperluan terbesar dalam gereja sekarang ini adalah KEPEMIMPINAN MENURUT FIRMAN ALLAH atau KEPEMIMPINAN ALKITABIAH , yaitu pelayanan yang sesuai dengan Firman Allah. Dan sebabnya ialah : 1. Karena Yesus Kristus sendiri menggunakan banyak waktu untuk melatih keduabelas muridNya yang pertama. Bayangkan, dari 3,5 tahun masa pelayanan Yesus di atas bumi dulu tercatat hanya 30-34 hari untuk pelayanan umum. Apakah yang dilakukannya dengan hari-hari lainnya yang tidak tercatat ? Ia melatih dan mendidik murid-muridNya untuk dikemudian hari menjadi pemimpin-pemimpin umat. Bahwa Ia hanya memilih 12 orang pun membuktikan bahwa untuk mendapat pemimpin-pemimpin yang baik Ia harus melatih mereka secara intensif. Tanpa pimpinan yang baik, umat Tuhan akan menjadi seperti “Domba tanpa gembala”. Sebab itu Gereja perlu mendidik/melatih pemimpinpemimpin yang baik. 2. Karena tanpa pemimpin-pemimpin Alkitabiah dalam Gereja, umat akan jatuh kedalam dosa : a. Hak.2:10-13 “...... bangkitlah suatu angkatan yang lain yang tidak mengenal Tuhan ataupun perbuatan yang dilakukanNya bagi orang Israel. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat dimata Tuhan........” b. Hak.2:16-19 “....... Tuhan membangkitkan hakim-hakim yang meneyelamatkan mereka dari tangan perampok. Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka.....” c. Hak.17:6 “.............. Pada zaman itu tidak ada raja diantara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Mengingat bahwa generasi sekarang “jahat” (Kis.2:40), “berliku-liku jalannya” (Ams.28:18; Yes.40:4; Luk.3:5), “bengkok”, “sesat” (Fil.2:15; Mat.17:17), maka Gereja memerlukan pemimpin-pemimpin Alkitabiah yang bersedia menjadi alat-alat Rohulkudus yang membawa umat kepada jalan dan kebenaran Allah. 3. Karena kecenderungan diantara para pemimpin Gereja sekarang untuk mempersalahkan umat (ganti mempersalahkan diri sendiri) untuk problema-problema yang timbul dalam Gereja. Seorang pemimpin yang benar-benar Alkitabiah, sesuai dengan Firman Allah akan selalu menginstropeksi diri sendiri dulu sebagai kemungkinan penyebab dari problema yang timbul. (Mat.7:1-5) Misalnya : Problema perpecahan dalam Gereja. Sebenarnya bukanlah para anggota yang tidak mau bersatu dengan sesama Kristen lainnya, tetapai adalah para pemimpin yang sibuk sekali bersaingan, kuatir bahwa persatuan akan merupakan ancaman terhadap kekuasaannya. Sebab itu persatuan harus mulai dari para pemimpin. Hal ini akan menjadi teladan bagi para anggota. Dari persatuan adalah suatu bagian dari problema-problema yang timbul karena tidak adanya kepemimpinan Gereja yang Alkitabiah. 4. Karena gereja telah memasuki dan mengadopsi cara-cara mendidik/melatih pemimpinpemimpin yang non Alkitabiah. Kini di seluruh dunia, bermilyard dollar dikeluarkan untuk mendidik/melatih pemimpin-pemimpin yang sangat diperlukan oleh perusahaanperusahaan/mereka yang mempunyai intelegensia, kreativitas, organisasi dan ambisi yang tinggi mendapat bayaran yang luar biasa. Namun demikian, para Psikolog masih saja mengalami problema-problema dalam hal program latihan sehingga mereka terus-menerus mengadakan perobahan-perobahan dalam upaya mendapatkan cara yang terbaik melatih orang-orang yang diperlukan perusahaan-perusahaan. Maka sangatlah merugikan Gereja (karena kekurangan pemimpin) lalu non-Alkitabiah umtuk mendidik/melatih pemimpinpemimpin. Kini Gereja harus kembali kepada cara-cara pendidikan/latihan kepemimpinan yang Alkitabiah yang akan melengkapi para pemimpin untuk segala keperluan rohani dalam Gereja. Kita perlu pemimpin-pemimpin yang secara rohani sanggup memimpin umat Tuhan pada jalan Tuhan. Mereka harus mengerti prinsip-prinsip Alkitabiah untuk Rumah Tuhan (Yes.2:1-4; Mikha 4:1,2). Merekapun harus sanggup menyelamatkan umat Tuhan dari kejahatan-kejahatan yang akan bertambah di akhir zaman ini (II Tim.3:1-5). Untuk memenuhi kebutuhan rohani dari umat Tuhan sekarang ini, kita perlu pemimpin-pemimpin yang 1 mengenal Allah, mempunyai sifat/karakter Allahi dan yang sanggup merupakan prinsip-prinsip Firman Allah ke dalam kehidupan sehari-hari dengan urapan Rohulkudus. 5. Karena para pemimpin yang bukan dipanggil dan tidak dilengkapi oleh Allah, tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan Gereja yang terutama dan pada umumnya bersifat rohani. Hanya para pemimpin yang secara pribadi sudah mempunyai pengalaman dalam kebenarankebenaran Alkitabiah yang dari Allah yang akan dapat memimpin orang lain kepada pengalaman yang sama. Perhatikan Roma 2:19-24. Yang penting mengenai seorang pemimpin dalam Gereja adalah : Ia harus dipanggil dan ditetapkan oleh Tuhan, bukan oleh manusia. Perhatikan Galatia 1:10. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ALKITAB PERJANJIAN LAMA : MEMIPMPIN DENGAN MELAYANI. Ams.14:35 – “Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.” Ams.17:2 – “Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara anak-anak itu.” Dalam Perjanjian Lama seorang pemimpin umat Allah, pertama-tama adalah seorang HAMBA (pelayan) Allah dan umatNya. Menjadi seorang Hamba (pelayan) bukan hanya mendahului kepemimpinan seseorang, tetapi juga merupakan bagian yang vital seorang pemimpin. Perhatikan beberapa contoh ini : 1. ABRAHAM hamba Allah (Kej.26:24). 2. MUSA hamba Allah (Kel.14:32; Bil.12:7,8; Ul.34:5; Yos.1:1,2,7). 3. YOSUA hamba Allah (Kel.33:11). 4. KALEB hamba Allah (Bil.14:24). 5. SAMUEL hamba Allah (I Sam.3:9). 6. DAUD hamba Saul (I Sam.29:3); Hamba Allah (I Taw.17:4). 7. ELIA hamba Allah (II Raj.9:36). 8. NEHEMIA hamba Allah (Neh.1:6). 9. YESAYA hamba Allah (Yes.20:2). Kata bahasa Ibrani untuk “PEMIMPIN” adalah “NAGIYD”. Kata ini pada dasarnya bukan hanya mengandung arti “hamba”, tetapi juga artinya “memberi teladan kepada orang banyak”. Latar belakang arti kata bahasa Ibrani ini adalah “menerangi, menyinari, berkerlap, membawa terang kepada umat, yang pertama bangun pagi, menjadi komandan di front depan.” Jadi seorang pemimipin atau seperti dalam Alkitab terjemahan lama disebut juga “penganjur”, harus dapat/sanggup melakukan hal seperti arti kata “nagiyd” itu. Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita membaca dari hal pemimpin-pemimpin yang diangkat Tuhan dalam Gereja (Ef.4:11—12): Rasul Nabi Pemberita Injil Gembala Pengajar (guru) --- Jemaat / Umat --- untuk Allah melengkapi --- PELAYANAN PEMBANGUNAN TUBUH KRISTUS Maksud Allah supaya tubuh itu akan dapat melakukan pekerjaan pelayanan sedangkan pimpinan adalah melengkapi, menyediakan dan memimpin Tubuh supaya dapat bekerja dengan sebaiknya. Namun, harap diperhatikan, ada perbedaan nyata antara pelayanan pimpinan dengan pelayanan jemaat (yang dipimpin), yaitu perbedaan FUNGSI dan dalam KEKUASAAN. Persamaannya adalah bahwa kedua-duanya merupakan pelayanan dalam Rumah Tuhan dan sama pentingnya bagi Gereja FUNGSI DARI PELAYANAN PIMPINAN digambarkan dalam kata “memperlengkapi” (Ef.4:12) yang dalam bahasa Yunani adalah “KATARISMOS” sama dengan memperlengkapi, memperbaiki atau menyetel. “Katarismos” terdiri dari dua kata : “kata” dan “artismos”. “Kata” adalah suatu standard yang dipakai untuk menjatuhkan hukum. Standar ini kita lihat ada para pemimpin. Mereka itulah buluh pengukur yang sempurna, Tuhan Yesus Kristus. (Ef.4:13, Wah.11:1; I Kor.11:1). “Artismos” berarti memperbaiki atau menyetel sebagai saeorang ahli, dan kata ini diterjmahkan kedalam bahasa Indonesia dengan beberapa kata : 1. Membereskan jala Mat.4:21 2. Menyiapkan benda Roma 9:21-22 3. Erat bersatu I Kor.1:10 2 4. Menyediakan Ibr.10:5 5. Menjadi alam semesta Ibr.11:3 – Bhs. Inggris “to frame” – bukan perbuatan penciptaan alam semesta yang dilakukan dengan Firman Allah, melainkan pengaturannya dan penyiapan apa yang sudah ada untuk dipergunakan/dioperasikan. Dalam bahasa Yunani klassik “katarismos” mempunyai 3 arti yang menarik perhatian juga : 1. Memperbaiki (“to set in order”) kota yang hancur oleh perpecahan. 2. Menyiapkan/melengkapi kapal untuk berlayar. 3. Melengkapi tentara untuk peperangan. Salah satu fungsi yang terpenting bagi seorang pemimpin adalah mempunyai pandangan (mata) rohani yang dapat melihat orang-orang yang terpanggil untuk sesuatu pelayanan dalam Tubuh Kristus, lalu dapat melepaskan dia untuk pelayanan itu. Yesus Kristus sudah melakukan hal ini, misalnya dengan Lewi (Matius) si pemungut cukai. Ia memakai Yesaya 11:3-4 sebagai dasar. Dibalik kesalahan dan dosanya, Yesus melihat potensi dalam Lewi (Matius) ini. Demikian juga yang dilakukan oleh Yesus dengan murid-muridNya yang lain. Rasul Paulus pun berbuat hal yang sama; ia “mencetak” orang yang kemudian dilepas masuk ke dalam ladang Tuhan. Maka, adalah juga kewajiban kita untuk mendidik/melatih orang-orang yang berpotensi untuk melayani Tuhan. Untuk itu prinsip-prinsip tersebut dibawah ini perlu diperhatikan : 1. melihat dan mengakui kesanggupan dan potensial seseorang. 2. pusatkan perhatian pada hal-hal yang positif dalam diri seseorang. 3. beri dorongan kepadanya untuk memenuhi potensialnya dan mengembangkan talentanya. 4. bersedia untuk mengorbankan waktu untuk dia. 5. bersedia untuk ber”frustasi” dengan dia tanpa menyerah kalah. 6. beri semangat kepadanya saat dia berbuat kesalahan. 7. beri dia kesempatan untuk berkembang. 8. beri kepercayaan kepada pelayanannya. 9. berdoalah semoga pelayanannya menjadi suatu kenyataan. Pemimpin dan hati hamba. Biasanya orang menghubungkan seorang pemimpin dengan tugas-tugas memimpin, mengorganisir, mengambil keputusan, mendelegasikan tanggung jawab dan membuat rencana untuk masa depan. Namun hal ini masih kekurangan satu bagian yang sangat esensial bagi seorang pemimpin yang sungguh, yaitu HATI HAMBA. Seorang pemimpin umat Allah harus mewakili sikap, motivasi dan pelayanan sebagai seorang HAMBA. Dalam Alkitab PL terdapat beberapa kata bahasa Ibrani untuk kata HAMBA, antara lain: 1. EBED Penggunaan kata ini menunjukkan cara bagaimana seorang pemimpin harus menjalankan tugasnya : a. Kejadian 24:1-67 Seorang hamba dalah seorang yang sama sekali tersedia bagi tuannya. Demikian seorang pemimpin umat Allah harus sama sekali tersedia bagi Tuhan Yesus Kristus dan mereka yang terpanggil untuk melayani. b. Ulangan 15:12-18 Seorang hamba yang bekerja umtuk tuannya. Demikian juga seorang pemimpin umat Allah bekerja untuk Tuhannya. c. Ulangan 15:12-18 Seorang hamba telah melepaskan hak pribadinya untuk melayani tuannya.Demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan menyerahkan semua hak pribadinya kepada Tuhan. d. I Raja-raja 19:47 Seorang hamba yang melayani raja. Demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan sebagai seorang hamba –kasih melayani Tuhan Yesus Kristus sebagai raja segala raja. e. I Raja-raja 3:9 Seorang hamba yang melayani dalam tempat ibadah, demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan melayani dalam Kaabah Allah yang benar, Gereja dengan penyembahannya kepada Allah, dan dengan pelayanannya kepada umat Allah. 2. ABAD Yang pada umumnya berarti bekerja dan melayani. Juga kata ini mempunyai variasi dalam penggunaannya : a. Kej.2:5; 3:23 – seorang yang mengusahakan tanah. Demikian juga seorang pemimpin umat Allah bekerja mengusahakan tanah hati orang supaya mereka dapat menerima benih Firman Allah. 3 b. Kej.2:15 – seorang yang mengusahakan dan memelihara taman. Demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan mengusahakan dan memelihara taman Allah yaitu Gereja – Kid.4:12. c. Bil.18:7,23 – seorang imam yang melayani umat. Demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan menyerahkan hidupnya untuk melayani umat Tuhan. 3. SAKIYR Yang pada umumnya berarti seorang yang bekerja menerima upah harian atau tahunan. Juga kata ini mempunyai variasi dalam penggunaannya : a. Kel.12:3-45 – seorang hamba upahan yang tidak diperbolehkan makan Pasah. Demikian seorang pemimpin umat Tuhan yang bukan hamba upahan hanya harus makan dari Anak Domba Pasah, Yesus Kristus. b. Im.25:39-42 – seorang hamba upahan bukan hamba kasih. Maka seorang pemimpin umat Tuhan harus datang pada kesadaran bahwa ia harus meninggalkan legalisme untuk mendapat hubungan kasih dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus. c. Ul.15:18 – seorang hamba upahan bernilai setengah dari hamba kasih. Demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan harus menyadari bahwa segala kegiatan yang tidak bermotivasi kasih Allah nilainya tidak senilai seperti yang diberi oleh hamba kasih. d. Im.25:6 – seorang asing yang dipekerjakan sebagai seorang hamba upahan di rumah. Demikian juga seorang pemimipin umat Tuhan harus menyadari bahwa tadinya ia hanya seorang asing dihadapan Yesus Kristus, tetapi kemudian ia dibeli dengan darahNya lalu ditetapkan sebagai hamba dalam rumah Allah. 4. SHARATH Yang pada umumnya berarti seorang yang melakukan pekerjaan kasar dan tugas-tugas kurang penting. Juga kata ini mempunyai variasi dalam penggunaannya . a. Kel.28:35-43 – seorang imam yang bekerja/melayani. Demikian pula seorang pemimpin umat Tuhan harus bekerja sebagai seorang hamba dalam pelayanannya kepada gereja. b. I Taw.16:37 – imam yang senantiasa melayani di muka peti perjanjian. Demikian pula seorang pemimpin umat Tuhan harus menyadari bahwa tugas dan tanggung jawabnya yang pertama ialah masuk ke hadirat Tuhan dengan pujian dan penyembahan yang kelak akan memberi kepadanya kuasa untuk pelayanan. c. Kel.24:13; Bil.11:28 – Yosua sebagai hamba Musa. Demikian juga seorang pemimpin umat Tuhan harus menyadari bahwa ia hanya akan mempunyai kekuasaan kalau ia berada dibawah kekuasaan yang layak, dan melayani mereka yang diatasnya dengan hati hamba. Dalam bahsa Yunani salah satu kata yang dipakai untuk “hamba” ialah DOULOS. Umumnya kata ini memberi keterikatan (bondage), tetapi biasanya dipergunakan untuk seorang hamba yang dengan sukarela tunduk kepada tuannya. Rasul Paulus menggunakan kata ini untuk dirinya sendiri – Roma 1:1; Filipi 1:1; Titus 1:1; Filemon 1:9. Latar belakang dari kata DOULOS ini dapat kita baca dalam PL – Ul.15:1-23. Demikian juga hendaknya seorang pemimpin umat Tuhan hanya melayani Tuhan karena/berdasarkan kasih kepada Tuhan. Seorang pemimpin yang demikian ini bukan bekerja/melayani untuk mendapat uang, reputasi, posisi, kuasa atau keuntungan diri sendiri, sekalipun pekerjaannya memakan banyak waktu dan pengorbanan. Karena pemimpin yang demikian itu mempunyai hati hamba, pasti dalam hubungannya dengan Tuhan, maka ia sanggup bekerja tanpa keinginan akan keuntungan atau nama pribadi. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ALKITAB PERJANJIAN BARU : MELAYANI Dalam PB ada beberapa kata bahasa Yunani yang berisi konsep tentang pelayanan seorang diaken atau syamas. Tetapi sangat disayangkan bahwa kini diaken lebih banyak merupakan gelar yang DIANUGERAHKAN KEPADA SESEORANG DALAM GEREJA YANG MEMUNGUT KOLEKTE dan MELAYANI PERJAMUAN KUDUS Kis.6:1-6 – memberi kepada kita catatan Alkitab tentang pemilihan diaken, tetapi dari syarat-syarat yang dikemukakan kita mengetahui bahwa SEBELUM mereka dipilih, merea sudah harus memenuhi syarat-syaratnya, artinya bahwa sebelum mereka dipilih mereka SUDAH bekerja melakukan pekerjaan pelayanan. Apalagi sebagai seorang pemimpin, seharusnya ia sudah mempunyai pelayanan sebagai seorang diaken dalam arti kata yang luas. Karena ia seorang hamba, maka ia sanggup menjadi seorang pemimpin. Hati hamba adalah juga dasar dari pelayanan Yesus dan para rasulnya. Yesus telah berkata bahwa Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mrk.10:45; Luk.22:27). Kepada murid-muridNya yang sangat berambisi Yesus berkata : “Barangsiapa terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat.23:11). Dalam Mat.20:20-28 – kitapun membaca bahwa tidak ada tempat bagi mereka yang berambisi duduk disebelah kanan dan disebelah kiri Yesus. Para pemimpin umat Allah hendaknya berkeinginan untuk melayani, bukan dilayani. Keinginan mementingkan diri sendiri bukan hanya berlawanan dengan hukum hamba kasih (Rm 1:1; Ul.15:1-23), tetapi juga bertentangan dengan hukum promosi Kerajaan (Mat.23:12), hukum kasih (I Kor.13:4-6), 4 hukum kehidupan kekal (Luk.10:25-27), hukum hikmat (Ams.22:9), Injil (Luk.9:24-26) dan hukum kerendahan hati ( Flp.2:3-5; I Kor.10:24,33). Kata “diaken” dapat diartikan dalam dua cara : 1. Semua orang Kristen yang dipanggil untuk melayani Yesus Kristus dan umatNya. Hal ini dapat dilihat dalam pelayanan para hamba rumah tangga. 2. Mereka yang ditunjuk sebagai “diaken” dan ditetapkan oleh pimpinan Jemaat setempat (Kis.6:1-4). Bahwa Stefanus dan Filipus mempunyai mempunyai pelayanan yang kuat membuktikan bahwa jabatan diaken bukanlah sesuatu yang dapat diremehkan dalam Gereja Perjanjian Baru. 3. Gereja dulu menganggap jabatan diaken begitu penting sehingga hanya mengangkat orangorang tertentu saja untuk itu (Flp.1:1) dan menentukan syarat-syarat bagi mereka dan isteri mereka (I Tim.3:8-14). Nasihat dalam I Tim.3:10,13 menunjukkan bahwa jabatan diaken dapat saja disalahgunakan. Sebab itu hendaknya para diaken hendaknya menjalankan tugas sesuai dengan arti dari kata “diaken” yang berasal dari kata “DIAKONEO” – kata kerja untuk melakukan pelayanan, “DIAKONIA” – kata benda untuk seorang pelayan atau pelayanan kepada seseorang lain; dan “DIAKONOS” kata untuk seorang pelayan, menunggui meja atau melakukan pekerjaan kasar. Teladan terbaik kita lihat dalam Yesus Kristus. Ia seorang hamba sejak lahirNya di dunia sampai matiNya. Ayat-ayat seperti Luk.12:37; 22:27; Yoh.13; Mrk.10:43; Yoh.12:24-26; Flp.2:8 – menunjukkan kepada kita hati hamba dari Yesus ! Kiranya setiap pemimpin umat Tuhan mengembangkan hati hamba seperti Yesus ! Cisarua, 13-15 Oktober 1986 Diperbanyak untuk : Sekolah Alkitab Cianjur Gereja Pantekosta di Indonesia Oleh : Ibu M. Ichwan. 5