Resume mata kuliah spi Nama: Alkap Prayoga Nim : 203022002 • Kemunduran tiga kerajaan beasar. A. Kemunduran dan kehancuran kerajaan safawi Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan syah Abbas I selama periode 1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi sebagai kompetitor seimbang bagi Kerajaan Turki Usmani. Bahkan dalam bidang ilmu pengetahuan, kerajaan ini lebih menonjol daripada kerajaan turki usmani, khususnya ilmu filsafat yang berkembang amat pesat. Hurmuz sebagai pelabuhan utama berhasil dikuasai oleh Abbas I sehingga wilayah ini mampu memjamin kehidupan perekonomian Safawi. Tanda-tanda kemunduran kerajaan persia mulai muncul sepeninggalan Syah Abbas I. Secara berturut-turut syah yang menggantikan abbas I adalah: 1. Safi Mirza (1628-1642 M) 2. Abbas II (1642-1667 M) 3. Sulaiman (1667-1694 M0 4. Husain (1694-1722 M) 5. Tahmasp II (1722-1732 M) 6. Abbas III (1733-1736 M). Banyak faktor yang mewarnai kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan Abbas I sangat lemah. Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani.Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang dicurigainya. Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan. Diyakini, konflik dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran. Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi. Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan tehadap Syi’ah. Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi. Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil menduduki Mashad.Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah, keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut wilayah afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai wilayah tersebut.Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan. Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan. Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak, walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang paling jelas tentulah dalam pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini. Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi inti dari yang dulu oleh Safawi rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak dapat dinafikan begitu saja. B. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal di India Sepeninggalan Aurangzeb pada 1707 M, kesultanan mughal mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran karena generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah. Tercatat sultan-sultan pasca Aurangzeb adalah sebagai berikut: 1. Bahadur Syah I (1707-1712 M) 2. zimusyah (1712-1713 M) 3. Farukh siyar (1713-1719 M) 4. Muhammad syah (1719-1748 M) 5. Ahmad Syah (1748-1754 M) 6. Alamghir II (1754-1759 M) 7. Syah Alam (1761-1806 M) 8. Akbar (1806-1837 M). 9. Bahadur Syah II (1837-1858 M) Kemunduran ini ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian.Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram , menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi. Pada 1739 M, Nadir Syah dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau menerima duta bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan pada masa pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas di sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga kelas satu padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan yang membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul pula tekanan dari Inggris.Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan . Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris, dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris.Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu. Maka sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan kekuatan senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M, maka sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh imperialisme Inggris. C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani Secara garis besar kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II yang menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M. Di lihat dari faktorfaktor yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara perlahan selama tiga abad dapat dilihat melalui beberapa faktor. Diantaranya melemahnya semangat Yenisari sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani, hal ini sudah mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu saat kekuasaan Salim II, dimana ia menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus di tahun 1663 M.Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676 M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus menyerahkan seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di asia kecil.Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al qanuni juga membuat hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi dikalangan istana. Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan kerajaan ayng coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani. Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana. Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat perekonomian mulai mengalami kemerosotan yang sangta tajam, apalagi untuk pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu meraih ghanimah malah mengalami kekalahan yang berturutturut.Kemuduran di kalangan istana ini, diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam upaya memerdekakan diri. Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut. Maka walaupun kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka.Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani, di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada !789 M. Lalu ada gerakan wahabisme di tanah arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan turki dengan bantuan tetara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri memproklamirkan sebagai penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor penentu kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali. Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki Muda nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir riwayatnya dan kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler.Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim. Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga Turki Usmani adalah muslim. D. Kemajuan erpa barat. Masuknya Islam ke Andalusia (Spanyol) memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kebudayaan di Eropa. Kebudayaan Islam telah membuka jalan bagi munculnya peradaban Eropa di masa yang akan datang. Kemajuan itu berdampak pada terjadinya Renaisans di Eropa selama abad pertengahan. Hal itu terjadi lantaran Eropa pada masa sebelum Islam datang, masih sangat terbelakang dan diliputi oleh kegelapan. Selama rentang waktu kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.Dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Islam di Spanyol telah mulai membangunnya pada awal abad ke-9 M, selama masa pemerintahan Muhammad Ibn Abd ArRahman. Kebijakan mengenai filsafat kemudian dilanjutkan oleh penguasa selanjutnya, Al Hakam, yang mengeluarkan kebijakan untuk mengirimkan hasil karya ilmiah dari timur dalam jumlah besar ke wilayah Andalusia. Kebijakannya itu telah menjadikan Cordoba sebagai pusat pengetahuan Islam di Eropa, sejajar dengan Baghdad. Beberapa tokoh filsafat yang lahir pada masa itu adalah Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibn Thufail, Ibnu Maimun, Ibnu Arabi, dan masih banyak lagi. Peradaban Islam di Andalusia dalam bidang sains, melahirkan banyak tokoh penting yang mengembangkan ilmu pengetahuan, yang banyak digunakan di dunia timur maupun barat. Seperti Ibnu Sina, yang ahli dalam bidang matematika dan ahli ekologi. Selanjutnya, ada Ibnu Saffat dan Al-Kimmy, yang ahli dalam bidang matematika dan teknik. Dalam bidang fisika, salah satu tokoh paling terkenal adalah Ar-Razi. Ia adalah ilmuwan Islam yang membuat dasar ilmu kimia dan menolak hasil-hasil yang tidak ilmiah. Ar-Razi juga menemukan rumusan klasifikasi bintang, tumbuhan, dan numerial, serta membuat sejumlah substasi proses kimiawi.Tidak hanya perkembangan di bidang ilmu pengetahuan saja, penguasa Islam Spanyol pun sangat memperhatikan pengmbangunan fisik yang terjadi di wilayah Andalusia. Di sana telah dibangun fasilitas-fasilitas publik untuk menunjang kemajuan peradaban, seperti perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan, saluran irigasi, dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan penting itu ditata dengan sedimikian rupa sehingga terlihat sangat rapi.Menurut para ahli, di Cordoba terdapat 700 masjid, dan 300 tempat pemandian umum. Bangunan istana yang sangat megah pun dibangun di sana, seperti Istana Raja Az-Zahra dan Istana Al-Hamra, yang memiliki arsitektur sangat indah dan megah. • Penjajahan barat atas dunia islam dan perjuangan kemerdekaan negara negara islam. 1. Renaisans eropa Sekitar abad ke 15-16 Masehi, Eropa mengalami zaman Renaissance. Kemunculan tersebut akibat dari adanya wabah penyakit, krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis pemikiran Dark Ages (Abad Kegelapan). Secara harfiah, Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti kelahiran kembali. Rennaissance adalah sebuah periode yang menandakan kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan Eropa. Zaman Renaissance ditandai dengan munculnya penghargaan terhadap etika, estetika dan rasionalitas. Krisis pada zaman Dark Ages di Eropa disebabkan oleh pembatasan berpikir, berpolitik, bersosialisasi sesuai dengan doktrin gereja yang berlaku pada masa tersebut. Baca juga: Kejayaan Eropa: Motivasi dan Nafsu Dalam buku Sejarah Eropa : Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) Wahyudi Djaja, terdapat beberapa faktor penyebab kemunculan zaman Renaissance, seperti: Pendidikan hanya diberikan pada sekolah gereja untuk calon pendeta. Peran Uskup dan Paus yang ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan. Kehidupan manusia Eropa yang didominasi oleh gereja. Adanya anggapan bahwa kepentingan duniawi hanyalah perihal yang sia-sia. Perkembangan Renaissance Perkembangan Renaissance bermula dari kesuksesan masyarakat Italia dalam mengelola bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya pada awal abad 15 Masehi. Pada masa tersebut, masyarakat Italia tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat kota yang sejahtera. Kesejahteraan masyarakat Italia menyebabkan munculnya pemikiran duniawi yang mengedepankan rasionalitas. Menurut buku A History of Europe (Sejarah Eropa) : Dari Zaman Kegelapan Hingga era Baru (2018) karya WIllis Mason West, perkembangan masa Renaissance mencapai titik puncak ketika muncul paham sekulerisme, individualisme dan humanisme di Eropa. Dampak Beberapa dampak zaman Renaissance di berbagai bidang, yaitu: Memunculkan berbagai inovasi dalam ilmu pengetahuan Berkembangnya ilmu filsafat Runtuhnya dominasi gereja terhadap tatanan masyarakat Eropa Munculnya paham kapitalisme-liberal dan materialisme Pedagang dan pengusaha memegang peran penting dalam tatanan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Eropa. Baca juga: Alasan Kedatangan Eropa ke Indonesia Tokoh-Tokoh Berikut beberapa tokoh penting pada masa Renaissance : Leonardo da Vinci Francis Bacon Galileo Galilei Rene DescartesPetrarch. 2. Penjajahan barat terhadap dunia islam di anak benua india dan asia. Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan olehdua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasaikerajaan Mughal India. Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849. Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh. Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan. Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris. Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam. India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M,Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama. Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris. Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaankerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh bangsa Eropa. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah. Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di Asia Tenggara dan hanya datang untuk berdagang. Kekuasaan politik negara-negara Eropa di negara-negara Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad ke20. C. KEMUNDURAN KERAJAAN USMANI DAN EKSPANSI BARAT KE TIMUR TENGAH Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa segan untuk menyerang atau menguasai wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam. Namun kekalahan besar Turki Usmani dalam peperangan di Wina pada tahun 1683 M, membuka mata Barat bahwa Turki Usmani telah benar-benar mengalami kemunduran jauh sekali. Sejak kekalahan dalam peperangan Wina itu, kerajaan Turki Usmani menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa, terutama Perancis, untuk mempelajari kemajuan mereka dari dekat. Pada tahun 1720 M, Celebi Muhamad diutus ke Paris dan diinstruksikan untuk mengunjungi pabrik-parbik, benteng-benteng pertahanan dan institusiinstitusi lainnya. Ia kemudian memberi laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-laporan tersebut mendorong Sultan Ahmad III (1703 – 1730 M) untuk memulai pembaharuan. Untuk tujuan itu, didatangkanlah ahli-ahli militer Eropa, salah satunya adalah De Rochefort, Pada tahun 1717, ia datang ke Istambul dalam rangka membentuk korps artileri dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern. Usaha pembaruan yang dilakukan tidak terbatas pada bidang milliter. Dalam bidangbidang lain pembaharuan juga dilaksanakan, seperti pembukaan percetakan di Istanbul pada tahun 1737 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki, sebagaimana telah dilakukan oleh para penguasa Abbasiyah ketika menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan kemunduran Turki Usmani, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan tersebut karena kelemahan raja-raja Turki Usmani karena wewenangnya sudah menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan, tidak mampu menunjang usaha pembaharuan. Faktor terpenting yang menyebabkan kegagalan usaha pembaharuan adalah karena ulama dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik kerajaan Turki Usmani menolak pembaharuan. Usaha pembaruan Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah Sultan Mahmud II membubarkan tentara Yenissari pada tahun 1826 M. Struktur kerajaan dirombak, lembagalembaga pendidikan moderen didirikan, buku-buku Barat diterjemahkan, siswa berbakat dikirimbelajar ke Eropa, dan sekolah-sekolah kemiliteran didirikan. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil yang diperoleh dari gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil menghentikan gerakan Barat terhadap dunia Islam. Selama abad ke-18, Barat menyerang wilayah kekuasaan Turki Usmani di Eropa Timur. Akhir dari serangan itu adalah ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret 1878 M) dan perjanjian Berlin (Juli 1878 M), antara kerajaan Turki Usmani dengan Rusia. Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu kekuasaan kerajaan Turki semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern. Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan Turki Usmani di Asia dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini disebabkan timbulnya nasionalisme pada bangsabangsa yang ada di bawah kekuasaan Turki. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di pegunugan dan Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari cengkeraman penguasa Turki Usmani. D. BANGKITNYA NASIONALISME DI DUNIA ISLAM Sebagaimana telah disebutkan di atas, benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa, mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari pertama kali oleh Turki, karena kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam usaha menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuangpejuang Turki untuk banya belajar dari Eropa. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya didorong oleh dua faktor, yakni pertama: permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam, seperti gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab di Saudi Arabia, Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba gagasangagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris. Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan PanIslamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk pertahanan. Umat Islam, menurutnya, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji bersama. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme dalam Islam. Semangat Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong Sultan Hamid II, untuk mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan hangat dari negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi al-Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama sekutunya Jerman, kalah dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung nasionalisme, rasa kesetiaan kepada negara kebangsaan. Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka. Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari pemukapemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú al-Islamiyaú. Akan tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme redup. Di Mesir, benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi dan Jamludin al- Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini adalah Ahmad Urabi Pasha. Gagasan tersebut menyebar dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di Mesir, Syiria, libanon, Palestina, Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh usaha barat untuk mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab. Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal dengan gerakan óilafaú juga mendapat pengikut. Syed Amir Ali adalah salah seorang pelopornya. Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafah yang dihapuskan Mustafa Kemal tidak memungkinkan lagi. Yang populer adalah gerakan nasionalisme, yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi, gagasan nasionalisme itu segera pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam, karena kaum muslim yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang mayoritas. Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit diwujudkan. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah. E. KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM DARI PENJAJAHAN BARAT Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka. Dalam kenyataannya, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan antara lain: 1. Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata. 2. Pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan. Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu. Disusul oleh Pakistan tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satunya untuk Pakistan. Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir) memperoleh kemerdekaan dari Inggris, namun pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1984 M. Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan dan Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 1992 (Yatim, 2003:187-189). Kedatangan Islam di Indonesia A. Kondisi dan situasi politik Kerajaan-kerajaan di Indonesia Masuknya Islam di daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Pada abad ke 7-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang hanya untuk pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang Islam dalam politik baru terlihat pada abad 9 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Akibat pemberontakan itu, kaum Muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya lari ke Kedah, wilayah yang masuk kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang di Palembang dan membuat perkampungan Muslim di sini (:Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III [Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984 hal. 2). Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang Muslim di wilayah kekuasannya. Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad 12 M. Pada akhir abad ke 12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dagang yang singgah ke pelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi usaha ini tidak mendatangkan keuntungan bagi kerajaan, bahkan sebaliknya karena kapal-kapal dagang asing seringkali menyingkir. Kemunnduran ekonomi ini membawa dampak terhadap perkembangan politik.Kemunduran politik dan ekonomi Sriwijaya dipercepat oleh usaha-usaha kerjaan Singosari yang sedang bangkit di Jawa. Kerjaan Jawa ini melakukan ekspansi Pamalayu tahun 1275 M dan berhasil mengalahkan kerajaan Melayu di Sumatera. Keadaan ini mendorong daerah-daerah di Selat Malaka yang dikuasai kerajaan-kerajaan Sriwijaya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan tersebut.Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang Muslim untuk mendapatkan keuntungan di bidang politik dan pedagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai daerah yang bercorak Islam, yaitu kerjaan Samudera Pasai di pesisir Timur Laut Aceh. Daerah ini sudah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke 7 dan ke 8 M. Proses Islamisasi tentu berjala di sana sejak abad tersebut. Kerajaan Samudera Pasai dengan segera berkembang baik dalam bidang politik maupun perdagangan.Karena kekacauankekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan di istana, Kerajaan Singasari, juga pelanjutnya: Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah Melayu dan Selat Malaka dengan baik, sehingga kerajaan Samudera Pasai dan Malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kekuasaannya hingga abad ke 16 M.Di kerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah di kepulauan Nusantara mengakui berada di bawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah Mada meninggal dunia (1364 M) dan disusul Hayam Wuruk (1389 M), situasi Majapahit kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana dan Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhre Wirabumi meninggal, perebutan kekuasaan di kalangan istana kembali muncul dan berlarutlarut.Pada tahun 1468 M Majapahit diserang Girindrawardhana dari Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Tom Pires (1512-1515 M), dalam tulisannya “Suma Oriental”, tidak lagi menyebut-nyebut nama Majapahit. Kelemahankelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhannya. B. Munculnya pemukiman-pemukimanmuslim di kota-kota pesisir Menjelang abad ke 13 M, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India memang terjadi di daerah ini. Karena itu diperkirakan, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian dapat dipahami mengapa kerajaan Islam pertama di kepulauan Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke 13 M.Setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat Muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke 15 M di daerah ini lahi kerajaan Islam, yang merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudera Pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan masyarakat muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan Majapahit.Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511 M) mata rantai pelayaran beralih ke Aceh, kerajaan Islam yang melanjutkan kejayaan Samudera Pasai. Dari sini, proses Islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari Portugis yang menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal memilih berlayar menyusuri pantai Barat Sumatera. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasaannya ke selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatera, kapal-kapal memasuki Selat sunda menuju pelabuhan-pelabuhan di pantai Utara Jawa.Berdasarkan berita Tome Pires (1512-1515), dalam Suma Oriental-nya, dapat diketahui bahwa daerah-daerah di bagian pesisir Sumatera Utara dan timur Selat Malaka, yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi menurut berita itu, daerah-daerah yang belum masuk Islam juga masih banyak, yaitu Palembang dan daerah-daerah pedalaman Aceh, Sumatera Barat, terutama sejak Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad ke 16 dan 17 M.Sementara itu, di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung, sejak abad ke 11 M, meskipun belum meluas; terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leren Gresik yang berangka tahun 475 H (1082 M). Berita tentang Islam di Jawa pada abad 11 dan 12 M memang masih langka. Akan tetapi sejak akhir abad ke 13 M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika majapahit mencapai puncak kebesarannya, bukti-bukti adanya proses Islamisasi sudah banyak, dengan ditemukannya beberapa puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik. Bahkan, menurut berita Ma-huan tahun 1416 M, di pusat Majapahit maupun di pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat Muslim.Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan di Jawa erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudera Pasai, Malaka, dan Aceh.Tome Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam, yaitu Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, di samping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.Melihat makam-makam Muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit, diketahui bahwa Islam telah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu mencapai puncaknya. Meskipun demikian lazim dianggap bahwa Islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budhis. Islam menyebar ke pesisir pulau Jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak belakangan menyebar ke pedalaman pulau itu. Tome Pires memberi gambaran tentang bagaimana wilayah-wilayah pesisir Jawa berada di bawah pengaruh muslim: “Pada waktu terdapat banyak orang kafir di sepanjang pesisir Jawa, banyak pedagang yang biasa datang: orang Persia, Arab, Gujarat, Bengali, Melayu, dan bangsa-bangsa lain. Mereka mulai berdagang di negeri itu dan berkembang menjadi kaya. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mullah-mullah datang dari luar. Oleh karena itu, mereka datang dalam jumlah yang terus meningkat. Anak-anak orang kaya Muslim sudah menjadi orang Jawa yang kaya, karena mereka telah menetap di daerah ini sekitar 70 tahun. Di beberapa tempat, raja-raja Jawa yang kafir menjadi Muslim, sementara para mullah dan para pedagang Muslim mendapat posisi disana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di sekitar tempat tempat tinggal mereka dan mengambil masyarakat pribuminya, yang berlayar di kapal-kapal mereka.”Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal ini memberi peluang kepada raja-raja Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari Wali Songo, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat. C. . Saluran dan cara Islamisasi di Indonesia. 1. Saluran Perdagangan Saluran yang digunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan dari para pedagang Arab, Persia, maupun Gujarat. Hal ini sesuai dengan perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke 7 sampai 16 masehi.Tidak hanya melakukan transaksi niaga, para pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat mengenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam kepada mitranya dari Indonesia lalu kepada masyarakat sekitar. Sebagai pedagang, mereka bisa bergaul luwes dengan semua orang, sehingga suasana pelabuhan yang ramai menjadi kesempatan baik untuk mengenalkan ajaran Islam.Selanjutnya, sejumlah pedagang memutuskan untuk menetapkan dan mendirikan perkampungan yang tidak jauh dari pelabuhan maupun Bandar perdagangan. Adanya perkampungan itu membuat interaksi semakin intens dan membuka kesempatan masyarakat sekitar untuk mengenal lebih jauh ajaran Islam, apalagi budi dan suri teladan yang ditunjukan para pedagang semakin menarik banyak orang untuk memeluk agama Islam. 2. Saluran Perkawinan Saluran perkawinan adalah salah satu cara penyebaran Islam di Indonesia. Pedagang muslim yang menetap ada yang menikah dengan putri raja atau putri bangsawan setempat, karena kedudukan pedagang ini terhormat di mata masyarakat. Pihak pedagang mensyaratkan pihak calon istri untuk mengucapkan kalimat syahadat terlebih dahulu sehingga anak-anak hasil pernikahan mereka pun menganut agama Islam yang dianut orang tuanya.Perkawinan dengan putri kalangan bangsawan dan kerajaan juga membawa pengaruh lebih kuat dalam penyebaran Islam karena perkawinan yang membuahkan keluarga muslim yang saleh mempengaruhi istana untuk mendukung penyebaran Islam. Bahkan, semakin banyak kalangan keluarga istana memeluk Islam dan lambat laut kerajaan yang tadinya bercorak Hindu-Budha perlahan menjadi bercorak Islam. 3. Saluran Tasawuf Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke 13 yaitu masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama Islam, dan baru berkembang pesat sekitar abad ke 17.Pengaruh ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam seni sastra berupa babad dan hikayat. Ajaran ini terutama berkembang di Jawa karena ajaran Islam melalui tasawuf disesuaikan dengan pola piker masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu. Adapun tokoh tasawuf nusantara yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani, Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung. 4. Saluran Pendidikan Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan tempat para pemuda dari berbagai kalangan masyarakat untuk menimba ilmu agama Islam, setelah tamat mereka akan menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerah masing-masing.Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren berperan melahirkan guru agama, kiai, atau ulama. Maka dari pesantren inilah muncul tokoh ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui dakwah dan pendidikan. Disamping memberikan dakwah kepada masyarakat, banyak juga lulusan dari pondok pesantren mendirikan pondok-pondok pesantren baru, sehingga saluran pendidikan Islam di Indonesia semakin tersebar. 5. Saluran Seni Budaya Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni budaya seperti seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan seni sastra. Melalui seni budaya para kalangan ulama seperti Wali Sanga mengajarkan Islam melalui pendekatan budaya agar mudah diterima oleh kalangan masyarakat.Salah satunya Sunan Bonang yang menciptakan Gending Durama dan kitab Gending Sunan Bonang. Selain itu, ada Sunan Giri yang dikenal sebagai seniman yang menciptakan Gending Asmarandana dan Pucung. Adapun Sunan yang menonjol di antara Wali Sanga adalah Sunan Kalijaga yang memanfaatkan media wayang untuk dakwahnya kepada masyarakat. • Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sebelum penjajahan Belanda Kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera A. Samudera Pasai Kerajaan Samudera Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya pertama kali diperkirakan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan samudera pasai dan merupakan pendiri kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja- Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjanasarjana Barat, khususnya Belanda, seperti SnouckHurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer,H.K.J.Cowan, dan lain-lain. B. Aceh Darussalam Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan namaKabupaten Aceh Besar yang terletak di ibu kotanya. Kerajaan Aceh berdiirpada abad ke-15 M oleh Muzaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yangmembangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya, pada masapemerintahannya Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidangperdagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagangdengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malakadikuasai oleh Portugis (1511 M). Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. A. Demak Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta , walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para ulama, Wali Songo. Palembang dan Banjarmasin mengakui kekusaan Demak.Sementara dareah Jawa Tengah bagian selatan sekita Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka Islam, Sayikh Siti Jenar dan Sunan Tembayat. C. Pajang Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaan dan kebesarannya diambil alih oleh kerajaan Mataram. Sultan atau raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusasteraan dari kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman besar Jawa. Pengaruh agama islam yang kuat di pesisir menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman. Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618.Kerajaan Pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram ketika itu di bawah Sultan Agung.Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya D. Mataram Awal kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adijaya dari Pajangmeminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang. Senopati dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa anak Sultan Adiwijaya menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati. Senopati kemudian berkeinginan menguasai semua Raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timursebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang.Masa pemerintahan Amangkurat I hampir tidak pernah reda dari konflik.Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai.Ia yakin ulamadan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Pada tahun 1677 M dan 1678 M,pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Radenkajoran.Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkanruntuhnya Kraton Mataram D. Cirebon Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di JawaBarat.Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati lahirtahun 1448 dan wafat 1568 M dalam usia 120 tahun. Setelah Cirebon resmiberdiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran,Sunan Gunung masihbelummenganut Jati berusaha islam.Keutuhan meruntuhkan Cirebon kerajaan sebagai Pajajaran suatu yang kerajaan hanyasampaiPangeranGirilaya.Sepeningggalnya Cirebon diperintah oleh dua putranya, Marta Wijayaatau Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom.Panembahan Sepuhmemimpin kesultanan Kasepuhan sebagai Rajanya yang pertama denagn gelarSamsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin kesultanan Kanomandengan gelar Badruddi. E. Banten Sejak sebelum zaman islam, ketiak masih berada di bawah kekuasaanraja – raja Sunda, Banten sudah menjadi kota yang berarti. Kekuasaan SunanGunung Jati atas Banten diserahkan kepada putranya, Hasanuddin. Hasanuddinkawin dengan putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten tahun1552. Tumbuh Dan Berkembangnya Kerajaan – Kerajaan Islam Di Kalimantan, Maluku Dan Sulawesi A. Kalimantan Kalimantan terlalu luas untuk berada di bawah satu kekuasaan padawaktu datangnya islam. Daerah barat laut menerima islam dari Malaya, daerahtimur dari Makassar dan wilayah Selatan dari Jawa. a) Berdirinya Kerajaan Banjar Di Kalimantan SelatanKerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yangberagama hindu. Berawal dari pertentangan dalam keluarga istana, antarapangeran Samudra sebagai pewaris sah kerajaan Daha dengan pamannyapangeran Temanggung.Atas bantuan Patih Asih, Pangeran Samudera dapatmenghimpun kekuatan perlawanan.Patih masih mengusulkan kepada pangeranSamudra untuk meminta bantuan kepada kerajaan Demak. Sultan Demakbersedia membantu asal pangeran Samudra nanti masuk islam. Sultan Demakkemudian mengirim bantuan seribu orang tentara beserta seorang penghulubernama Khatib Dayan untuk mengislamkan orang Banjar.Pangeran Samudra setelah masuk islam diberi nama Sultan Suryanullohatau Suriansyah yang dinobatkan sebagai raja pertama dalam kerajaan islamBanjar. b) Kutai Di Kalimantan Timur Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masapemerintahan Raja Mahkota. Salah seorang di antaranya adalah Tuan dibandang, yang dikenal dengan Dato’Ri Bandang dari makassar; yang lainnyaadalah Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu, Dato’Ri Bandangkembali ke Makassar sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai.Melalui yang terakhir inilah Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam.Setelah itu, segera dibangun sebuah mesjid dan pengajaran agama dapatdimulai. Yang pertama sekali mengikuti pengajaran itu adalah Raja MahkotaSendiri, kemudian pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. B. Maluku Islam mencapai Kepulauan rempah-rempah atau yang sekarang lebihdikenal dengan Maluku ini yaitu pada pertengahan terakhir abad ke-15. Sekitartahun 1460 M raja Ternate Vongi Tidore memeluk agama Islam, ia menikahiseoarang wanita keturunan ningrat dari Jawa. Namun, H.J. de Graafberpendapat bahwa raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-’Abidin (1486-1500 M). C. Sulawesi Di Sulawesi Kerajaan Gowa-Tallo merupakan Kerajaan kembar yangsaling berbatasan biasanya disebut Kerajaan Makasar. Kerajaan ini terletak disemenanjung barat Daya pulau Sulawesi yang merupakan daerah transit yangsangat strategis.Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, Kerajaan inimejalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dariGresik/Giri. Di bawah pemerintahan Sultan Babullah Ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo. Ketika itulah raja Ternateberusaha mengajak penguasa Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, tetapigagal. Baru pada waktu Datu’ Ribandang datang ke Kerajaan Gowa-Talloagama Islam mulai masuk di dalam Kerajaan ini. Alauddin (1591-1636 M)adalah sultan pertama yang menganut Islam yaitu pada tahun 1605 M. Hubungan Politik dan Keagamaan antara Kerajaan-kerajaan Islam. Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lainnyapertama-tama memang terjalin karena persamaan agama. Hubungan itu padamulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut setelahkerajaan-kerajaan Islam berdiri. Demikianlah misalnya antara Giri dengandaerah-daerah Islam di Indonesia bagian timur, terutama Maluku. Adalahdalam rangka penyebaran Islam itu pula Fadhillah Khan dari Pasai datang keDemak, untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Sunda Kelapa.Dalam bidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untukmemperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaankerajaan yangbukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Persekutuan antara Demak dengan Cirebon dalam menaklukkan Banten danSunda Kelapa dapat diambil sebagai contoh. Contoh lainnya adalahpersekutuan kerajaan-kerajaan Islam dalam menghadapi Portugis dan KompeniBelanda yang berusaha memonopoli pelayaran dan perdagangan.Meskipun demikian, kalau kepentingan politik dan ekonomiantarkerajaan-kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama tidakmenjamin bahwa permusuhan tidak ada. Peperangan di kalangan kerejaankerajaanIslam sendiri sering terjadi. Misalnya, antara Pajang dan Demak,Ternate dan Tidore, Gowa-Tallo dan Bone. Oleh karena kepentingan yangberbeda di antara kerajaan-kerajaan itu pula, sering satu kerajaan Islammeminta bantuan kepada pihak lain, terutama Kompeni Belanda, untukmengalahkan kerajaan islam yang lain.Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalambidang budaya dan keagamaan. Samudera Pasai dan kemudian Aceh yangdikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaranIslam. Tiga pola "pembentukan budaya" Yang terlihat dalam proses A. Pola Samudra Pasai Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kapan berdirinya Kesultanan Samudera Pasai belum bisa dipastikan dengan tepat dan masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Namun, menurut Uka Tjandrasasmita (Ed) dalam buku Badri Yatim, menyatakan bahwa kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7 dan seterusnya. Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah, dikatakan bahwa pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini dibuktikan dengan adanya batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (1297 M), Raja pertama Samudra Pasai. Semenjak lahirnya kerajaan samudra pasai telah mengalami perubahan yang cukup jelas, berawal dari negara segmenter menuju ke negara yang terpusat. Artinya pada awalnya terbentuknya budaya islam di samudra pasai dimulai dari masyarakat pedalaman sampai ke masyarakat kerajaan. Sejak awal perkembangannya, samudra pasai menunjukan banyak pertanda dari pembentukan suatu negara yang baru. Kerajaan samudra pasai tidak saja harus berhadapan dengan golongan – golongan yang belum ditundukkan dan diIslamkan dari wilayah pedalaman, tetapi harus menyelesaikan pertentangan politik serta pertentangan keluarga yang berkepanjangan. Dalam proses perkembangannya menjadi negara yang terpusat, samudra pasai juga menjadikan kerajaan/negara itu sebagai pusat pengajaran Agama. Perkembangan dan masa keemasan sebagai pusat Agama tersebut terus berkelanjutan walaupun suatu ketika kedudukan perekonomian dan politik semakin menyusut.Dengan demikian pola samudra pasai yang menbentuk negara Aceh memilki suatu kebebasan budaya untuk menformulasikan struktur dan sistem kekuasaan, yang mencerminkan gambaran tentang dirinya. B. Pola Sulawesi Selatan Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone,Sopeng,WajodanSidenreng.Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing.Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi SelatanSecara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasaldariIndonesiabagianBarat.Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.Karena sebagai jalur perdagangan Nusantara, tak jarang dari sebagian pedagang menyebarkan keislaman dalam kerajaan gowa tallo, sehingga muncul kebudayaan islam dikerajaan tersebut. Untuk hal itu mereka menyebutkan pola yang diterapkan dalam pembentukan budaya, yang sering kita kenal dengan pola Sulawesi selatan. Pola itu adalah pola islamisasi melalui konversi keraton atau pusat kekuasan. Dalam sejarah Islam di Asia Tenggara, pola dimulai oleh kerajaan malaka. Proses islamisasi berlangsung dala suatu struktur negara yang telah memiliki basis legitimasi geneologi. Konversi agama menunjukkan kemampuan raja. Karena seorang penguasa terhindar dari penghinaan rakyatnya dalam masalah kenegaraan. Pola islamisasi melalui konversi keraton atau pusat kekuasaan seperti itu. Di indonesia terjadi juga di sulawesi selatan, Maluku dan banjarmasin. Tidak seperti Samudra Pasai, islamisasi di Gowa- Tallo, Ternate, Banjarmasin dan sebagainya yang mempunyai pola yang sama, tidak memberi landasan bagi pembentukan negara. C. Pola Jawa Di Jawa tampaknya islam tidak punya kebebasan untuk memformulasikan struktur dan sistem kekuasaan, sebagaimana di Pasai. Karena Islam sudah harus berhadapan dengan sistem politik dan kekuasaan yang sudah lama mapan, dengan pusatnya dipegang oleh keraton Majapahit. Pada abad ke 11 para pedagang muslim baru mendapat tempat di pusat- pusat politik dan kemudian berkembang memasuki abad ke 14 .Barulah pada abad ke-14 komunitas pedagang muslim itu menjadi ancaman yang serius bagi keraton pusat. Ini pun setelah Majapahit melemah, menyusul konflik internal keluarga kerajaan dan berbagai pemberontakan lokal. Setelah keraton pusat mulai tergoyahkan kedudukannya, maka keraton – keraton kecil mulai bersaing merebutkan kekuasaan/kedudukan dipusat. Tapi pada akhirnya Majapahit yang kala itu menjadi pusat kerajaan digantikan oleh kerajaan Demak. Sebagai Kerajaan baru, Demak tidak saja memegang hegemoni politik, tetapi juga menjadi “jembatan penyeberangan” Islam yang paling penting di Jawa. Walaupun mencapai keberhasilan politik dengan cepat. Demak tidak hanya menghadapi masalah legitimasi Politik, tetapi panggilan kultural untuk konstinuitas. Hal tersebut semakin memperjelas sebab keraton dipindahkan oleh Joko Tingkir ke Pajang dipedalaman dan semakin jelas ketika mataram berhasil menggantikan kedudukan Pajang tahun 1588. Menurut Taufiq Abdullah, Pola Pertama dan kedua menujukan cara yang berbeda, suatu kecenderungan kearah pembentukan tradisi yang bercorak integritas. Islam menjadi bagian intrinsik dari sistem kebudayaan dan kehidupan pribadi. Islam dipandang sebagai landasan masyarakat budaya dan kehidupan pribadi. Islam merupakan unsur dominan dalam komunikasi kognitif yang baru maupun dalam paradigma politik, baik dipakai sebagai pengukuran batas kewajaran maupun tidak.Di kerajaan Aceh Darussallam, dengan raja Sultan Iskandar Muda telah membangun masjid Baiturrahman dan masjid lain - lainya untuk dijadikan pusat kegiatan keislaman. Dengan begitu Sultan Iskandar Muda mengkonsolidasikan dirinya sebagai Serambi Mekkah. Pada masa itu telah dirumuskan juga hukum dan adat adalah ibarat kuku dan daging.Di kerajaan Bone, Kerajaan islam yang paling besar tahun 1610 yaitu kerajaan Bugis, dengan Rajanya La Maddaremmeng Ke-13 Tahun ( 1631- 1644). Raja tersebut telah menggabungkan hukum islam kedalam lembaga tradisional Bone, dengan mencanangkan “ gerakan pembaharuan Keagamaan “.Dalam tradisi integrasi ini, tidak semua budaya pra islam otomatis ditinggalkan Sisa – sisa pra islam masih terdapat dalam kehidupan mayarakat. Tetapi sudah dijadikan sebagai bagian dari apa yang dianggap dalam tahap perkembangan sejarah sebagai bagian dunia Islam. Dan makna itu mengalami proses Islamisasi. Pencarian kearah bentuk ortodoksi yang sesuai adalah salah satu corak dinamika tradisi integrasi ini.Sebagaimana yang telah diterangkan diatas bahwa diJawa terutama Kerajaan demak tidak hanya menghadapi legitimitas politik, tetapi juga berupa panggilan kultural untuk kontunuitas yang masih berpegang teguh dengan konsep kekuasaan lama sebagai sesuatu yang jatuh dari orang yang terpilih. Konsep ini memberi dasar yang sah bagi penguasa keraton yang baru dan menjadikan idiologi bagi monopoli kekuasaan. Dengan ini Seorang raja menjadi Sumber kekuasaan dengan gelar Susuhunan . Gelar tersebut dapat digunakan sebagai Para Pemimpin Agama dan Panatagama: pengatur dan pelindung Agama. Tradisi jawa ini memperlihatkan wujudnya setelah hegemoni politik Jawa bergeser dari pesisir pedalaman.Perpindahan keraton itu menyebabkan 3 lembaga utama keraton sebagai pusat kekuasaan, pasar, dan pesantren sebagai pusat keagamaan terpisah. Untuk memantapkan diri sebagai penegang kekuasaan hegemoni politik, pasar dan pesantren diperangi. Akan tetapi pesantren tidak lenyap bahkan ia berkembang menjadi saingan keraton. Dalam proses itu, muncul suatu tipe tradisi tertentu “ tradisi dialog”. Tradisi ini adalah arena tempat pengertian kontinuitas dan dorongan kearah perubahan sosial budaya yang harus menemukan lapanga bersama. Dalam perspektif politk. Secara antropologis, tradisi dialog itu merupakan ranah tempat unsur abangan harus menghadapi peneteasi terus menerus dari pemikiran yang diajukan oleh unsur santri. Ada saat antara tradisi pesantren dan tradisi kraton bertengkar, tetapi ada pula saatnya mereka mesra tugas rja adalah menciptakan keserasian, bukan menyebarkan agama. Karena itu , kalo Aceh, Sultan membangun masjid, dijawa membangun masjid Demak oleh Wali songo. A. Situasi dan Kondisi Kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda Datang Bicara tentang situasi dan kondisi mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia pada masa menjelang kedatangan bangsa Belanda pada akhir abad ke-16 dan abad ke-17 bisa dikatakan bahwa secara garis besar keadaannya berbeda-beda baik dalam proses islamisasi yang terjadi di dalamnya maupun kemajuan politik yang dialaminya. Pada saat Belanda datang, di pulau Sumatera penduduk Islam sudah ada sekitar tiga abad, sementara di pulau Maluku dan pulau Sulawesi proses islamisasinya baru saja berlangsung. Di pulau Sumatera kondisi kerajaan dan masyarakat Islam sudah lama terbentuk. Pada abad ke-16, kerajaan Aceh menjadi sangat dominan, terutama karena para pedagang di sana menghindar dari Malaka dan memilih Aceh sebagai pelabuhan transit. Aceh berusaha menarik perdagangan internasional dan antar kepulauan Nusantara. Bahkan, ia mencoba menguasai pelabuhan-pelabuhan pengekspor lada, yang ketika itu sedang banyak permintaan. Setelah berhasil menguasai daerah-daerah di Sumatera bagian Utara, Aceh berusaha menguasai Jambi, pelabuhan pengekspor lada yang banyak dihasilkan di daerah-daerah pedalaman, seperti di Batanghari. Jambi, yang ketika itu sudah Islam, juga merupakan pelabuhan transito, tempat beras dan bahan-bahan lain dari Jawa, Cina, India, dan lain-lain diekspor ke Malaka. Selain itu, ekspans Aceh ketika itu berhasil menguasai perdagangan pantai barat Sumatera dan mencakup Tiku, Pariaman, dan Bengkulu. Ketika itu, Aceh memang sedang berada pada masa kejayaannya di bawah Sultan Iskandar Muda. Beliau wafat dalam usia 46 tahun pada 27 Desember 1636. 3 Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, beliau digantikan oleh Sultan Iskandar Tsani, yang berasal dari Pahang. Di zaman pemerintahannya, Aceh dan Semenanjung Tanah Melayu telah melalui satu zaman yang berbeda dari yang pernah dialami sejak Iskandar muda berkuasa. Secara khusus, Kerajaan Aceh yang dipimpin Iskandar Tsani tidak lagi mengikuti satu dasar luar yang militan. Sebagai seorang yang wara’, Iskandar Tsani mencurahkan perhatiannya ke arah pembangunan masyarakat dan mengembangkan pendidikan Islam. Usahanya untuk menyebarkan ajaran Islam tidak saja terbatas di daerah-daerah Aceh besar, tetapi beliau juga mengirimkan surat dan dua buah kitab, yaitu, “Surat Al Mustaqim” dan “Babun Nikah”, kepada Sultan Kedah (sekarang Malaysia) ketika mengetahui bahwa Islam telah berkembang pesat di sana.4 Setelah beliau meninggal dunia Aceh secara berturut-turut dipimpin oleh tiga orang wanita selama 59 tahun. Ketika itulah Aceh mulai mengalami kemunduran. Daerah-daerah di Sumatera yang dulu berada di bawah kekuasaannya mulai memerdekakan diri. Meskipun sudah jauh menurun, Aceh masih dapat bertahan lama menikmati kedaulatannya dari intervensi kekuasaan asing. Di pulau ƒawa, pada saat kedatangan bangsa Belanda, pusat kerajaan Islam sudah pindah dari pesisir ke pedalaman, yaitu dari Demak ke Pajang kemudian ke Mataram. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaan Mataram, yang ketika itu di bawah Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah, kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Meskipun ekspansi Mataram telah menghancurkan kota-kota pesisir dan mengakibatkan perdagangan setengahnya menjadi lumpuh, namun sebagai penghasil utama dan pengekspor beras, posisi Mataram dalam jaringan perdagangan di Nusantara masih berpengaruh. Sementara itu, di pantai ƒawa bagian Barat, Banten muncul sebagai daerah penting karena perdagangan ladanya dan sebagai tempat penampungan pelarian dari pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di samping itu, Banten juga menarik perdagangan lada dari Indrapura, Lampung, dan Palembang. Produksi ladanya sendiri sebenarnya kurang berarti. Merosotnya peran pelabuhanpelabuhan Jawa Timur akibat politik Mataram dan munculnya Makassar sebagai pusat perdagangan membuat jaringan perdagangan dan rute pelayaran dagang di Indonesia mulai bergeser. Kalau di awal abad ke-16, rute yang ditempuh ialah Maluku - Jawa - Selat Malaka, maka di akhir abad itu menjadi Maluku - Makassar - Selat Sunda. Di pulau Sulawesi, pada akhir abad ke-16, pelabuhan Makassar berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan letaknya memang sangat strategis, yaitu tempat persinggahan ke Maluku, Filipina, Cina, Patani, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kepulauan Indonesia bagian Barat. Sementara itu Maluku, Banda, Seram, dan Ambon sebagai pangkal atau ujung perdagangan rempah-rempah menjadi sasaran pedagang Barat yang ingin menguasainya dengan politik monopolinya. Ternate dan Tidore dapat terus dan berhasil mengelakkan dominasi total dari Portugis dan Spanyol, namun ia mendapat ancaman dari Belanda yang datang ke sana. 5 B. Latar Belakang Kedatangan VOC Hindia Belanda Fakta telah menunjukkan bahwa perkembangan dan pertumbuhan Islam di Indonesia telah menyebabkan berdirinya beberapa kerajaan Islam. Fakta yang juga tidak terbantahkan adalah kondisi Indonesia yang kaya raya dengan rempah-rempah dan hasil alam lainnya. Hal tersebut membuat bangsa-bangsa Barat berdatangan ke Indonesia, diantaranya Portugis di tahun 1512, kemudian disusul Spanyol pada tahun 1521, lalu Prancis pada tahun 1529, dan Belanda tahun 1596, baru Inggris datang kemudian.6 Dalam makalah ini penulis hanya akan mengupas secara khusus kedatangan bangsa Belanda saja sesuai dengan topik pembahasan. Perlu diketahui bahwa tujuan Belanda datang ke Indonesia, pertama-tama adalah untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Perseroan Amsterdam mengirim armada kapal dagangnya yang pertama ke Indonesia tahun 1595, terdiri dari empat kapal, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Menyusul kemudian angkatan kedua tahun 1598 di bawah pimpinan Van Nede, Van Heemskerck dan Van Warwijck. Di samping dari Amsterdam, juga datang beberapa kapal dari berbagai kota di Belanda. Angkatan ketiga berangkat tahun 1599 di bawah pimpinan Van der Hagen, dan angkatan keempat tahun 1600 di bawah pimpinan Van Neck. Melihat hasil yang diperoleh Perseroan Amsterdam itu, banyak perseroan lain berdiri yang juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia. Pada bulan maret 1602 perseroan-perseroan itu bergabung dan disahkan oleh Staten-General Republik dengan satu piagam yang memberi hak khusus kepada perseroan gabungan tersebut untuk berdagang, berlayar, dan memegang kekuasaan dikawasan antara Tanjung Harapan dan kepulauan Solomon, termasuk kepulauan Nusantara. Perseroan itu bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), serikat dagang ini berdiri pada maret 1602. Isi piagam itu memberikan mandat bahwa VOC, di samping berdagang dan berlayar, juga diberi hak untuk melakukan kegiatan-kegiatan politik dalam rangka menunjang usaha perdagangannya. Boleh jadi, hak politik itu diberikan karena hal yang sama juga berlaku bagi negara-negara Eropa lainnya, seperti Portugis yang datang ke kepulauan Indonesia hampir seabad sebelum Belanda. Dalam pelayaran angkatan pertama, VOC sudah mencapai Banten dan Selat Bali. Pada pelayaran kedua, mereka sampai ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Dalam pelayaran angkatan ketiga, mereka sudah terlibat perang melawan Portugis di Ambon tetapi gagal, yang memaksa mereka untuk mendirikan benteng tersendiri. Mereka kali ini sudah berhasil membuat kontrak dengan pribumi mengenai jual beli rempah-rempah. Dalam pelayaran angkatan keempat, mereka membuka perdagangan dengan Banten dan Ternate, tetapi mereka gagal merebut benteng Portugis di Tidore.7 Kehadiran VOC di kepulauan nusantara ini tak diragukan lagi memberikan efek atau akibat yang tidak menyenangkan bagi penduduk pribumi dalam hal perdagangan. Lebih dari itu, kedatangan orang-orang Belanda di Indonesia tersebut juga telah mengancam institusi perpolitikan umat Islam saat itu. Bahaya ini belum mengancam ketika motif petualangan dan ekonomi masih dijalankan secara wajar, banyak penguasa lokal muslim yang menyambutnya dengan ramah. Akan tetapi ketika keinginan memonopoli perdagangan telah mulai timbul, orangorang Belanda pun mulai mengintervensi institusi perpolitikan Islam di Indonesia yang pada umumnya memang tidak stabil.8 Adapun tujuan Belanda mendirikan serikat dagang yang disebut VOC ini adalah untuk menyaingi pelayaran dan perdagangan bangsa-bangsa Barat lainnya. Seperti serikat dagang dari bangsa Barat lainnya, maka VOC juga ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dalam perdagangan mereka. Untuk tujuan inilah VOC merasa perlu untuk memonopoli ekspor dan impor perdagangan.9 Karena keinginan dan aktivitasnya yang ingin menguasai perdagangan di Indonesia maka VOC mendapatkan perlawanan dari pedagang-pedagang pribumi yang merasa kepentingan ekonominya terancam. Karena sistem monopoli itu bertentangan dengan sistem tradisional yang dianut oleh masyarakat pribumi. Sikap Belanda yang memaksakan kehendak dengan kekerasan itu makin memperkuat sikap permusuhan pribumi tersebut. Namun, secara politis VOC dapat menguasai sebagian besar wilayah Indonesia dalam waktu yang cepat. Pada tahun 1798, VOC dibubarkan dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta gulden. Sebelumnya, pada 1795 izin operasinya dicabut. Kemunduran, kebangkrutan dan dibubarkannya VOC disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain pembukuan yang curang, pegawai yang tidak cakap dan korup, hutang besar, dan sistem monopoli serta sistem paksa dalam pengumpulan bahan-bahan atau hasil tanaman penduduk menimbulkan kemerosotan moril baik para penguasa maupun penduduk yang sangat menderita. Setelah VOC bubar pada pergantian abad ke-18 (1798), maka secara resmi Indonesia pindah ke tangan pemerintah Belanda. Pemerintahan Belanda ini berlangsung sampai tahun 1942, dan hanya diinterupsi pemerintahan Inggris selama beberapa tahun pada 1811-1816. Sampai tahun 1811, pemerintahan Hindia Belanda tidak mengadakan perubahan yang berarti. Bahkan pada tahun 1816, Belanda malah memanfaatkan daerah jajahan untuk memberi keuntungan sebanyak- banyaknya kepada negeri induk, guna menanggulangi masalah ekonomi Belanda yang sedang mengalami kebangkrutan akibat perang. Pada tahun 1830, pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem tanam paksa. Setelah terusan Suez dibuka dan industri di negeri Belanda sudah berkembang pemerintah colonial Belanda menerapkan politik liberal di Indonesia. Perusahaan dan modal swasta dibuka seluasluasnya. Meskipun dalam politik liberal itu kepentingan dan hak pribumi mendapat perhatian, tetapi pada dasarnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Baru pada tahun 1901 Belanda menerapkan politik etis, politik balas budi.10 C. Penetrasi Politik dan Politik Islam Hindia Belanda 1. Penetrasi Politik Belanda Dengan perlengkapan yang lebih maju, VOC melakukan politik ekspansi. Boleh dibilang ekspansi menjelang akhir abad ke-18 berhasil di Jawa. Belanda telah meluaskan kekuasaannya dalam pemerintahan Mataram karena Amangkurat II (1697-1703) meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Tunojoyo, Adipati Madura dan pemberontakan Kajoran dan dipercepat oleh konflik internal dalam istana.11 Pada masa Amangkurat III Mataram mengalami krisis, sementara Belanda telah menggerogoti wilayah dan kekuasaannya. Memang setiap bantuan yang diberikan Belanda harus dibayar dengan wilayah dan konsesi dagang. Meluasnya pengaruh Belanda dalam pemerintahan Mataram, dipercepat oleh konflik internal dalam istana. Karena konflik itulah, Mataram pada tahun 1755 pecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta, tahun 1757 muncul kekuasaan Mangkunegara dan akhirnya pada tahun 1813 kekuasaan Pakualam. Sementara itu, sebagai tetangga terdekat dari basis VOC di Batavia (Jakarta), Banten segera mengalami kemunduran disebabkan oleh politik monopoli VOC. Hubungan dagang antara Banten dan Malaka sebelumnya sangat baik. Rempah-rempah dan lada diperoleh Portugis dari Banten dan Portugis menjual bahan pakaian di Banten. Namun, ketika Ambon dan Banda diblokade Belanda, perdagangan rempah-rempah di Banten menyusut drastis karena perdagangan beralih ke Makassar, sedangkan permintaan bahan pakaian sangat terbatas. Hubungan Banten dengan Belanda menjadi runcing ketika Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta tahun 1651. Ia sangat memusuhi Belanda, karena Belanda dipandangnya menghalangi usaha Banten memajukan dunia perdagangan. Pada tahun 1656, dua kali kapal Belanda dirampas Banten, tetapi itu tidak menimbulkan perang terbuka antara dua belah pihak. Anak Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Haji, yang diangkat menjadi Sultan Muda tahun 1676, ternyata tidak menyenangi sikap politik ayahnya yang memusuhi Belanda. Ia ingin mengadakan hubungan baik dengan orang Barat ini. pada 27 Februari 1682, Sultan Ageng Tirtayasa menyerang Surosowan, istana Sultan Haji, yang ketika itu sudah menjadi pemimpin kerajaan Banten. Serangan ini dapat dipatahkan berkat bantuan Belanda, tetapi dengan demikian, Banten praktis berada di bawah kekuasaan Belanda.12 Penetrasi Belanda dalam dunia politik seringkali justru diundang oleh konflik internal suatu kerajaan atau konflik antar kerajaan Indonesia. Yaitu di Sulawesi terdapat konflik dalam negeri antara Gowa-Tallo dengan Bone. Sehingga VOC mampu memonopoli di Makassar maupun di Indonesia bagian Timur.13 Sementara itu, sebagai dua kerajaan yang selalu bersaing, Gowa-Tallo dan Bone terus terlibat konflik, meskipun sewaktu-waktu terhenti. Ketika terjadi pertentangan mengenai monopoli antara Gowa dan VOC, Sultan Gowa, Sultan Hasanuddin, mengambil langkah mengadakan pengawasan ketat terhadap Bone dan mengerahkan tenaga kerja untuk memperkuat pertahanan Makassar. Dalam pertempuran antara Gowa dan Bone, Bone mengalami kekalahan besar. Orangorang Bugis kemudian bersatu di bawah pimpinan Arung Palaka untuk melawan Makassar. VOC mendapat keuntungan besar dari persekutuan orang-orang Bugis itu, persekutuan Soppeng dan Bone, bahkan Belanda juga berhasil mengajak Ternate untuk terlihat daam peperangan melawan Makassar. Dalam peperangan itu, Makassar mengalami kekalahan konfrontasi antara Makassar dan VOC baru berakhir setelah diadakan genjatan senjata pada tanggal 6 November 1667, kemudian perjanjian Bongaya tanggal 13 November 1667. Isi perjanjian itu terutama menekankan prinsip hidup berdampingan secara serasi dalam suasana perdamaian. Pada waktu genjatan senjata berlangsung, sebelum perjanjian disepakati, antara Speelman dari pihak Belanda dan Sultan Hasanuddin diadakan pertemuan-pertemuan yang menghasilkan persetujuan. Tuntutan Speelman berisi kepentingan VOC dalam bidang politik, militer, dan ekonomi. Dengan demikian, monopoli yang merupakan tujuan VOC di Indonesia tercapai, baik di Makassar maupun di Indonesia bagian timur. Akan tetapi, banyak kalangan yang tidak menyetujui perjanjian dengan Belanda, terutama kalangan yang bersimpati kepada kerajaan Gowa. Oleh karena itu, usaha untuk mendekati sekutu-sekutu lama dilakukan. Pada tahun berikutnya, peperangan antara Makassar di satu pihak, VOC dan Bugis di pihak lain berkobar kembali. Makassar kembali dilanda kekalahan, istananya bahkan mendapat serangan pada tahun 1669. Sultan Hasanuddin terpaksa mengungsi. Sebelum istana Somboapu jatuh, Sultan Hasanuddin turun dari tahta dan diganti oleh putra I Mappasomba, Sultan Amir Hamzah. Kekalahan Gowa ini membuatnya berada di bawah kekuasaan Bone. Penetrasi politik Belanda juga terjadi di kerajaan Banjarmasin. Belanda pertama kali datang ke kerajaan ini pada awal abad ke-17. Mereka dengan susah payah mendapatkan izin untuk berdagang. Karena dipandang merugikan pedagang Banjar sendiri, para pedagang Belanda ini akhirnya diusir dari sana. Posisi mereka kemudian diisi oleh para pedagang asal Inggris. Namun, yang terakhir ini pun diusir dari kerajaan itu dengan alasan yang sama. Setelah pedagang Inggris meninggalkan Banjarmasin pada dasawarsa ketiga abad ke-18, Banjar didatangi lagi oleh pedagang Belanda. Mereka mendekati Sultan Tahlilillah, dan tahun 1734, mereka berhasil mengadakan perjanjian dan mendapat fasilitas perdagangan di kerajaan itu. Pada mulanya, mereka masih sangat tergantung kepada kebijakan sultan. Kesempatan untuk memperbesar pengaruh dalam kerajaan Banjar baru mereka peroleh ketika terjadi konflik antara Pangeran Amir dan Pangeran Nata. Pangeran Amir yang lebih disenangi rakyat tersingkir dalam persaingannya memperebutkan tahta kerajaan dengan Pangeran Nata yang mendapat bantuan Belanda. Pangeran Amir akhirnya dapat ditangkap dan dibuang ke Ceylon. Sejak kemenangan Pangeran Nata terhadap Pangeran Amir itu, sedikit demi sedikit kekuasaan Belanda semakin besar dan kokoh. Setiap kali perjanjian yang diadakan antara Belanda dan sultan, selalu wilayah kekuasaan Belanda semakin bertambah. Seluruh wilayah kesultanan Banjarmasin, kecuali daerah Hulu sungai, Martapura, dan Banjarmasin, sudah masuk dalam kekuasaan Belanda. Hal itu didasarkan pada perjanjian yang dibuat antara Sultan Adam Alwasik Billah (memerintah tahun 1825-1857) dan Belanda, 4 Mei 1826. Untuk memperkokoh kedudukannya, Belanda mengangkat seorang gubernur di daerah itu. Ini berarti secara de facto, Belanda sudah menjadi penguasa politik. Ini pula yang menjadi latar belakang terjadinya Perang Banjarmasin yang dipimpin oleh Pangeran Antasari.14 Islam berkembang di Tidore diduga berasal dari Malaka, Kalimantan atau Jawa, banjar dan Giri atau Gersik cukup besar pengaruhnya dalam sosialisasi Islam di Ternate dan Tidore, sebelum terjadi arus balik, yakni penyebaran Islam dari Ternate ke arah barat yakni ke Buton dan daerah lain di Sulawesi Selatan. Keberhasilan mengusir Portugis tidak sekaligus berarti kemenangan kerajaan. Menjelang 1660, Ternate dan Tidore justru menjadi kerajaan-kerajan taklukan VOC, organisasi dagang Belanda yang menghendaki monopoli perdagangan rempahrempah di Maluku dan Nusantara umumnya. Pola yang sama terbukti ampuh untuk melumpuhkan kerajaan-kerajaan Nusantara. Menurut tradisi, otoritas kesultanan Tidore berlangsung lebih dari dua abad, setidaknya dari 1460, ketika raja Tidore pertama kali masuk Islam, sampai 1660 ketika VOC memantapkan posisinya sebagai pemegang hegemoni kekuasaan diwilayah seribu pulau itu. Selain itu, VOC berkuasa setelah menyisihkan kekuatan Porugis dan Sepanyol.15 15 Hasan Muarif Ambary, 1998, Menemukan Peradaban, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu), hlm.153-154 Di Sumatera, kerajaan-kerajaan Islam dengan cepat dikuasai Belanda, kecuali Aceh. Setelah Malaka jatuh ke tangan Belanda tahun 1641, terbentuk aliansi-aliansi baru antara Jambi, Palembang dan Makasar. Namun aliansi-aliansi ini bubar ketika VOC ikut campur dan meminta untuk tanda tangan kontrak dengan VOC.16 Penetrasi VOC ke Minangkabau dijalankan dengan menggunakan strategi sejak tahun 1663. Panglima Aceh yang berkedudukan di Minangkabau dan raja Minangkabau diberi kredit dalam transaksinya. Setelah itu, dengan cepat VOC mengadakan kontrak dengan daerahdaerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Minangkabau. Akibatnya, hubungan antara Minangkabau dan Aceh terputus. Mungkin hanya Aceh yang menikmati kemerdekaannya sampai pertengahan abad ke-19. Selain Aceh berada dikekuasaan Belanda. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa usaha mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri dari pengaruh Belanda tidak ada, bahkan sangat banyak bagai tak pernah putus-putusnya.17 £. Politik Islam Hindia Belanda Daerah-daerah yang paling cepat menerima kekuasaan Belanda pada abad ke-17 dan 18 adalah daerah-daerah yang paling banyak mendapatkan manfaat dari perdamaian dengan para saudagar VOC dan memisahkan diri dari klaim-klaim kerajaan pusat yakni pelabuhanpelabuhan di pesisir utara dan Madura. Daerah-daerah ini juga merupakan daerah yang perembesan Islamnya paling dalam.18 Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau Jawa dengan perjanjian Giyanti, karena itu raja Jawa kehilangan kekuasaan politiknya. Bahkan kewibawaan raja sangat tergantung pada VOC. Campur tangan kolonial terhadap kehidupan keraton semakin meluas, sehingga ulama-ulama keraton sebagai penasehat raja-raja tersingkir. Rakyat kehilangan kepemimpinan sementara penguasaan kolonial sangat menghimpit kehidupan mereka. Exploitasi hasil bumi rakyat untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda merajalela, penggusuran dan perampasan tanah milik rakyat untuk kepentingan pemerintah semakin digalakan. Raja-raja tradisional jarang membantu rakyat, bahkan setelah mendapat gaji mereka memihak kepada tuannya (Belanda). Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi penindasan, dan hal ini terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi seperti ini rakyat mencari pemimpin non formal (para ulama, kiyai, atau bangsawan) yang masih memperhatikan mereka. Pusat kekuasaan politik berpindah dari istana keluar, yaitu ke wilayah-wilayah yang jauh dari istana, salah satunya ke pesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis perlawanan.19 Indonesia merupakan negeri berpenduduk mayoritas Muslim. Agama Islam secara terus menerus menyadarkan pemeluknya bahwa mereka harus membebaskan diri cengkraman pemerintahan kafir. Perlawanan dari raja-raja Islam terhadap pemerintahan kolonial bagai tak pernah henti. Padam di suatu tempat muncul di tempat lain. Oleh karena itu, ajaran Islam dipelajari secara ilmiah di negeri Belanda. Seiring dengan itu, di sana juga diselenggarakan indologie, ilmu untuk mengenal lebih jauh seluk-beluk penduduk Indonesia. Semua itu dimaksudkan untuk mengukuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia. Hasil dari pengkajian itu, lahirlah apa yang dikenal dengan “politik Islam”. Tokoh utama dan peletak dasarnya adalah Prof. Snouck Hurgronje. Dia berada di Indonesia antara tahun 1889 dan 1906. Berkat pengalamannya di Timur Tengah, sarjana sastra Semit ini berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan menghadapi Islam di Indonesia, yang menjadi pedoman bagi pemerintah Hindia Belanda, terutama bagi AdViseur VOOr Inlandsche zaken, lembaga penasehat gubernur Jenderal tentang segala sesuatu mengenai pribumi.20 Setelah Terusan Suez dibuka pada tahun 1869, jumlah jamaah menuju Makkah sangatlah bertambah, pada waktu yang sama arus masuknya orang Arab Hadramaut semakin tinggi pula sehingga meningkatkan pertumbuhan ortodoksi Islam di Indonesia. 21 Dapat dikatakan bahwa setiap tahun terdapat ribuan umat Islam Indonesia pulang dari Makkah sehabis menunaikan ibadah haji. Mereka datang dengan ajaran ortodoks menggantikan ajaran mistik dan sinkretik.22 Adanya kebekuan intelektual di Indonesia saat itu disebabkan karena umat Islam mempersoalkan hal yang tak beranjak dari pokok masalahnya dan mereka (umat Islam) baru tergugah pikirannya dengan datangnya ajaran ortodoks yang menuntut adanya keselarasan antara hidup pribadi dan ajaran sunnah.23Akhirnya, ortodoksi Islam, perlahan-lahan dengan perjuangan sengit dapat mengambil alih pengaruh mistisisme Islam baik di Jawa maupun Sumatra. Bilamana sekolah-sekolah dusun tradisional sebagian besar memperhatikan orientasi sinkretiknya, maka kyai yang telah mendapatkan pelatihan di Makkah membangun pesantren yang semakin menarik siswa- siswanya dalam jumlah besar.24Pada saat itu banyak perlawanan umat Islam yang dimotori oleh para haji dan ulama, sehingga banyak kalangan Belanda yang berpendapat bahwa ibadah haji menyebabkan pribumi menjadi “fanatik”. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan banyak peraturan untuk mempersulit kaum muslim dalam menunaikan ibadah.Dalam hal ini, Snouck Hurgronje berusaha mendudukkan masalah antara ibadah haji dan fanatisme. Menurutnya, haji-haji itu tidak berbahaya bagi kedudukan pemerintah kolonial di Indonesia. Yang mungkin sekali berbahaya adalah apa yang disebutnya koloni Jawa ( daerah tempat tinggal orangorang yang berasal dari Indonesia di Makkah). 25 Karena itu, Snouck memformulasikan konsep politiknya dengan mengasumsikan bahwa ajaran-ajaran Islam dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian, yaitu: a. Bidang agama atau ibadah murni, Snouck menganjurkan agar dalam bidang ibadah murni, pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan yang seluas-luasnya bagi umat Islam untuk melaksanakannya. b. Bidang sosial-kemasyarakatan, pemerintah kolonial hendaknya memberikan bantuan kepada umat Islam dan sekaligus memanfaatkan adat-kebiasaan yang berlaku untuk mendekatkan rakyat kepada Belanda. c. Bidang politik, pemerintah kolonial harus memangkas habis setiap usaha yang akan membawa rakyat kepada fanatisme dan Pan-Islam. 26 Bahkan, dalam analisanya itu, Snouck Hurgronje mengusulkan agar pemerintah mau untuk meningkatkan pelayanan haji, karena haji termasuk wilayah netral. Meskipun demikian, batas antara sikap netral dan campur tangan terhadap agama, bahkan antara membantu dan menghalangi, tidak begitu jelas. Pemerintah Belanda tetap saja banyak mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengontrol secara ketat lembaga-lembaga pendidikan Islam.Dalam rangka membendung pengaruh Islam, pemerintah Belanda mendirikan lembaga pendidikan bagi bangsa Indonesia, terutama untuk kalangan bangsawan. Mereka harus ditarik ke arah westernisasi. Snouck Hurgronje berpandangan dan mendambakan adanya kesatuan Indonesia dan Belanda dalam suatu ikatan Pas-Neerlandica. Oleh karena itu, dalam lembaga pendidikan Belanda tersebut, bangsa Indonesia harus dituntun untuk bisa berasosiasi dengan kebudayaan Belanda. Menurutnya, pendidikan Barat adalah alat yang paling pasti untuk mengurangi dan akhirnya mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia. Sekalipun, mereka sering kali terlibat dalam persaingan dengan golongan Islam. Kedua golongan itu, ternyata disatukan oleh rasa nasionalisme yang sama. Oleh karena itu, mereka bahu-membahu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Melalui lembaga pendidikan itu, ternyata gagasan Pas-Neerlandica tidak tercapai, bahkan lulusan-lulusannya menjadi orang-orang yang sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan.27Menurut Snouck Hurgronje potensi pribumi dan teorinya tentang pemisahan unsur agama dari unsur politik, tidak sejalan dengan perkembangan situasi, terutama dua puluh tahun terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu peranan politik Kantoor VOOr Inlandsche Zaken semakin menghilang pada tahun-tahun terakhir, meskipun wewenangnya mengawasi gerakan politik lebih dipertegas sejak tahun 1931. Kantoor ini memang harus menjamin kelangsungan pemerintah Hindia Belanda. Islam di Indonesia:zaman modern dan kontemporer Gerakan Modernisasi Islam, Asal Usul Dan Perkembangan Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.1[1]Gerakan modern disebut pula oleh Harun Nasution sebagai zaman kebangkitan islam. 2[2] Kemunduran progresif kerajaan usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan islam dikalangan warga arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis( salafiyyah). Gerakan ini merupakan sasaran yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuan islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual. Gerakan pembaharuan ini adalah Jamaludin Al-Afghani(1897). Ia mengajarkan solidaritas panislam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi. Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada kebangkitan islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan pendidikan islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam(SDI)di Bogor(1909)dan Solo(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat(1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam(Persis)di Bandung(1920an), Nahdatul Ulama(NU)di Surabaya(1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah(Perti)di Candung, Bukittinggi(1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam(SI)yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia(Permi)di Padang Panjang(1932)yang merupakan kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia(PII)pada tahun 1938. PERJUANGAN KEMERDEKAAN UMAT ISLAM Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulai Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelapor nasionalisme Indonesia,SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang mengrekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai kemerdekaan.3[3] Dengan demikian, terdapat tiga kekuatan politik yang mencerminkan tiga aliran ideologi “Islam”, komunisme dan nasionalis”sekuler”. Perpecahan antara ketiga golongan tersebut, menurut Dealiar Noer, disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat Barat. Pendidikan belanda memang diusahakan agar menimbulkan emansipasi dari agama di kalangan pelajar, sebab agamalah yang terutama menimbulkan pergolakan politik di kalangan rakyat Indonesia. Golongan sekular yang ditimbulkan oleh pendidikan itu kemudian terpecah menjadi dua, komunis dan nasionalis “sekular”. ORGANISASI POLITIK DAN ORGANISASSI SOSIAL ISLAM DALAM SUASANA INDONESIA MERDEKA 1. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, piagam jakarta sama sekali tidak digunakan. Soekarno Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BUPKI ditingkatkan menjadi panitia persiapan kemerdekaan Indonesia(PPKI). Berbada dengan BUPKI yang khusus untuk pulau jawa. PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia. Perubahanan itu menyebabkan banyak anggota BUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa orang anggota panitia sembilan. Persentase Nasional Islam pun merosot tajam. Oleh golongan nasionalis”sekuler”, keputusan itu dianggap sebagai gentleman’s agrement kedua yang menghapuskan piagam Jakarta sebagai gentleman’s agrement pertama. Sementara itu keputusan yang sama dipanang oleh golongan nasionalis sebagai menghianati gentleman’s agremant itu sendiri. para nasionalisme Islam mengetahui bahwa, Indonesia merdeka yang mereka perjuangkan dengan penuh pengorbanan itu, jangankan berdasarkan Islam, piagam Jakarta pun tidak. Oleh sebab itu, bisa dibayangkan bagaimana kecewanya para nasionalis Islam. Yang sedikit agak melegakan hati umat Islam keputusan Komite Nasional Indinesia Pusat (KNIP), pengganti PPKI, yang bersidang tanggal 25, 26, dan 27 November 1945. Komite yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, pimpinan utama Partai Sosialis Indonesia (PSI)itu antara lain , membahas usul agar dalam Indonesia merdeka ini agar soal-soal keagamaan digarap oleh satu kementerian tersendiri dan tidak lagi diperlakukan sebagai bagian tanggung jawab Kementerian Pendidikan. Sedikit banyak, keputusan tentang Kementerian Agama ini merupakan semacam konsesi kepada kaum Muslimin yang bersifat kompromi, kompromi antara teori sekuler dan teori Muslim. Pada tanggal 7 November 1945, Majelis Syura Muslimin Indonesia(Masyumi)lahir sebagai wadah aspirasi umat islam, 17 Desember 1945 Partai Sosialis yang mengkristalisasikan falsafah hidup Marxis berdiri, dan 29 Januari 1946, Partai Nasional Indonesia(PNI)yang mewadahi cara hidup nasionalis”sekuler”pun muncul. Partai-partai yang berdiri sesudah itu dapat dikategorikan menjadi tiga aliran utama ideologi yang terdapat di Indonesia di atas. Partai-partai Islam setelah mereka selain Masyumi adalah Partai Sarekat Islam Indonesia(PSII)yang keluar dari Masyumi pada tahun 1947, Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti), dan Nahdatul Ulama(NU)yang keluar dari Masyumi tahun 1952. Usaha partai-partai islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara di dalam konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan pancasila, yang oleh umat islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “anti Muslim”, setidaktidaknya di dalam konstituante memang, kesempatan untuk menyelesaikan konstituante masih terluang, namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden 1959,konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali. Dalam konsideran Dekrit itu disebutkan bahwa piagam Jakarta menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945. Jelas, Dekrit sebenarnya ingin mengambil jalan tenggah. Tapi, tapi Dekrit itu sendiri yang menandai bermulanya suatu era baru, Demokrasi terpimpin, yang membawa kehidupan Demokratis terancam dan berada dalam krisis. Masyumi yang sangat ketat berpegang pada konstitusi, pada bulan Agustus 1960 diperintahkan Presiden Sukarno bubar. A. Peradaban Islam di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan a. Sebelum Kemerdekaan Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin di dasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agam Islam yang bermahzab Syafi’i telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama Islam ke Indonesia. Daerah yang pertama-tama dikunjungi ialah: 1. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara. 2. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit, Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islamnya penguasa kerajaan Mataram,yaitu Sultan Agung maka kemenangan agam Islam hampir meliputi sebagai besar wilayah Indonesia. Sejak pertengahan abad ke XIX, agama Islam di Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang singkretik(mistik). Setelah banyak orang Indonesiayang mengadakan hubungan dengana Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya. Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakkan sebelum kemerdekaan, yakni: 1. Pada Masa Kesultanan 2. Pada Masa Penjajahan 3. Pada Masa Kemerdekaan b. Sesudah kemerdekaan 1. Pra Kemerdekaan Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Berdasarkan pengalaman melwan penjajahan yang tak mungkin tak dihadapi dengan perlawan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organisasi, seperti : Ø Budi Utomo (1980) – Taaman Siswa (1992) Ø Sarikat Islam (1911) – Nahdhatul Ulama (1926) Ø Muhammadiyah (1912) – Partai Nasional Indonesia (1927) Ø Partai Komunis Indonesia (1914) Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut diatas masih ada organisasi Islam lainnya yang berdiri pada masa itu, diantaranya: Ø Jamiat Khair (1905) Ø Persyarikatan Ulama (1911) Ø Persatuan Islam (1920) Ø Partai Arab Indonesia (1934) Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi tersebut diatas adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nahdhatul Ulama yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari. Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islan Ala Indonesia (Majelis Islam Tertinggi di Indonesia) yang disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada tahun 1937. Masa pemerintahan Jepang ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum muslimin di Indonesia, yaitu: a) Shumbu, yaitu kantor urusan agama yang menggantikan kantor urusan pribumi zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943. b) Masyumi, (Majelis Syura Muslimin Indonesia) menganntikan MIAI yang dibubarkan pada bulan Oktober 1943, tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokoh persatuan umat islam di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan Jepang. c) Hizbullah, (Partai Allah atau Angkatan Allah) semacam organisasi militer untuk pemudapemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). 2. Pasca Kemerdekaan Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap berkembang di masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Najdhatul Ulama, Masyumi dan lain-lain. Namun ada gerakan-gerakan islamyang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir orde lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan keras untuk merealisasikan citacita negara islam Indonesia. Gerakkan kekeraasan yang bernada islam ini terjadi diberbagai daerah di Indonesia diantaranya: 1. Di Jawa Barat, pada tahun 1949-1962 2. Di Jawa Tengah, pada tahun1965 3. Di Sulawesi, berakhir pada tahun 1965 4. Di Kalimantan,berakhirpada tahun 1963 5. Dan di Aceh, pada tahun 1953 yang berakhir dengan kompromi pada tahun 1957 B. a. Perkembangan Islam di Indonesia Kedatangan islam di Indonesia Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang snaggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah dartan asia tenggara.wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-1 M sering disinggahi pedagang asing. Sperti lamuri (Aceh) Barus dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa). Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), islam pertama kali berkembang diTimur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalanpertama di sebelah Utara menuju teluk Oman, melalui selat Ormuz ke teluk Persia. Jalan keuda melalui teluk Aden dan laut merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia dan India mondar mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya. Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9 M tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai Barat India, karena barang-barang yang diperlukan sudah dapat dibeli di sini. Kapal-kapal Indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjugi pelanuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika. Sampai berdirinya kerjaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. (1) singgahnya pedagang-pedagang islam di pelabuhanpelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutam Cina, (2) adanya komunitas-komunitas islam dibeberapa daerah di kepulauan Indonesia. Sumbernya,disamping berita-berita asing juga makanan-makanan islam, dan (3) berdirinya kerajaan-kerajaan islam. b. Kondisi dan situasi politik kerajaan-kerajaan di Indonesia Cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-8 M,tetapi semua tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan mubaligh muslim membentuk komunitaskomunitas islam. Mereka memperkenalkan islam yang mengajarkan toleransi dan kesamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat. Karena itu, islam tersebar kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai. Masuknya islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika datang islam juga berlainan. Pada abad ke-7 samapai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasioanl. Datangnya orang-orang muslim ke daerah itu sama sekalibelum memperhatikan dampakdampak politik, karena mereka datang hanya memang untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam bidang politik terlihat pada abad ke-9 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Akibat pemberontakkan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya ke Kedah, wilayah yang masuk ke kuasaan Sriwijaya,bahkan ada yang ke Palembang dan membuat perkampungan Muslim disini. Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasannya. Dikerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah dikepulauan Nusantara mengakui berada dibawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah mada meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk (1389M), situasi Majapahit kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana Da Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhre Wirabumi meninggal, perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun 1468M, Majapahit diserang Girindrawardhana dan Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Tome Pires (1512-1515 M), dalam tulisannya suma oriental, tidak lagi menyebut-nyebut nama Majapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhannya. c. Munculnya pemukiman-pemukiman muslim di kota-kota Pesisir Seperti disebutkan diatas, menjelang abad ke-13M, pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan muslim di Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena itu, diperkirakan proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan islam pertama di kepulauan Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke-13 M, setelah kerajaan islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke-15 M, didaerah ini lahir kerajaan islam kedua di Asia Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil alih dominasi pe;ayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudra Pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan masyarakat muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan Sriwijaya. Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis (1511 M), mata rantai penting pelayaran beralih ke Aceh, kerajaan islam yang melanjutkan kejayaan Samudra Pasai. Dari sini, proses islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan Portugis yang menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal pemilih berlayar menelusuri pantai Barat Sumatera. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasannya ke Selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatra, kapal-kapal memasuki selat Sunda menuju pelabuhan-pelabuhan dipantai Utara Jawa. Berdasarkan berita Tome Pires(1512-1511), dalam suma orientalnya dapat diketahui bahwa daerah-daerah dibagian pesisir Sumatra Utara dan Timur selat Makala yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan islam. Akan tetapi, menurut berita itu, daerah-daerah yang belum islam juga masih banyak, yaitu palembang dan daerah-daerah perdalaman. Proses islamisasi kedaerah-daerah pedalaman Aceh, Sumatra Barat, terutama terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad ke-16 dan ke17M. Sementara itu, di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung,sejak abad ke-11M, meskipun belum meluas, terbukti dengan ditemukanya makan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082M). Berita tentang islam di Jawa pada abad ke-11 dan 12 M memang masih sangat langka. Akan tetapi, sejak akhir abad ke-13M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika Majapahit mencapai puncak kebesarannya, bukti-bukti adanya proses islamisasi sudah banyak,dengan ditemukannya beberapa puluhan nisan kubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan, menurut berita Ma-huan tahun 1416M, dipusat Majapahit maupun dipesisir, terutama dikota-kota pelabuhan, telah terjadi proses islamisasi dan sudah pula terbentuknya masyarakat muslim. Pertumbuhan masyarakat islam disekitar Majapahit dan terutama dibeberapa kota pelabuhan di Jawa erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai, Malaka dan Aceh. Tome Pires juga mennyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak islam, yaitu Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, disamping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu. Melihat makam-makam muslim yang terdapat disitus-situs Majapahit, diketahui bahwa islam sudah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu sudah mencapai puncaknya. Meskipun demikiran, lazim dianggap bahwa islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budha. Islam menyebar ke posisi pulau Jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak belakang menyebar ke pedalaman pulau itu. Dibeberapa tempat, raja-raja Jawa yang kafir menjadi muslim, sementara para mullah dan para pedagang muslim mendapat posisi di sana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di sekitar tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil masyarakatmasyarakat pribuminya, yang berlayar dikapal-kapal mereka. Mereka mebunuh raja-raja Jawa serta menjadikan diri mereka sebagai raja. Dengan cara ini, mereka menjadikan diri mereka sebagai tuan-tuan di pesisir itu serta mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di Jawa. Perkembangan islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada raja-raja islam pesisir untuk membangun pusatpusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali songo, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat. Pengaruh islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya daerah Maluku , tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalulintas pelayaran internasional di Malaka. Raja Ternate yang keduabelas, Molomatea (1350-1357M) bersahabat karib dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di Ternate sudah ada masyarakat islam sebelum rajanya masuk islam. Demikian juga di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan. Menurut Tome Pires, orang masuk islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465M. Hal itu sejalan dengan berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke Maluku tidak menghadapi kerajaankerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama islam melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan. Proses islamisasi pada taraf pertama dikerajaan Gowa dilakukan dengan cara damai, oleh Dato’ Ri Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi memeluk agama islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan terakhir Bone. Kerajaan-kerajaan itupun masuk islam, Wajo 10 Mei 1610 M, dan Bone 23 November 1611 M. Proses islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam tetapi terus berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran. d. Saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia Kedatang islam dan penyebaran kepada golongan bangsawan dan rakyat umumya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik dalam kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perbutan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non-islam. Hal itu bukanlah persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam yaitu: 1. Saluran perdagangan 2. Saluran perkawinan 3. Saluran tasawuf 4. Saluran pendidikan 5. Saluran kesenian 6. Saluran politik C. a. Perkembangan Islam pada masa modern di Indonesia Sejarah latar belakang perkembangan islam masa modern di Indonesia Di Indonesia terdapat pembaharu atau partai politik besar yang menentang penjajahan diantaranya: v Sarekat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S Tjokrominoto berdiri pada tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari sarikat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911. v Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927) v Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oleh Mohammad Hatta (1931) v Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Muktar Luthfi Munculnya gagasan nasionalisme yang diiringi oleh berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan aset utama umat islam dalam perjuangan untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari parati-partai politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara kedua yang bebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan presiden pertamanya Ali Jinnah. b. Gerakan Modern Islam di Indonesia Pembaharuan oleh islam atau gerakan modern islam yang lahir di Timur Tengah sangat berpengaruh terhadap gerakan kebangkitan islam di Indonesia. Pengaruh tersebut seperti munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan modern di Indonesia pada awal abad ke-20. Organisasi atau kelembagaan dimaksud yaitu Jamiatul Khair (1905) yang bertujuan izzul islam wal muslimin kejayaan islam dan umatnya dengan gerakannya yaitu mendirikan sekolah tingkat dasar dan mengirimkan anak muda berprestasi ke Turki. Al Irsyad, yaitu bergerak dalam bidang pendidikan pendirinya adalah Syekh Ahmad Sorkati dan para pedagang. Muhammadiyah, yaitu didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan tanggal 8 November 1912 di Jogjakarta dengan tujuan menggapai surga dengan ridha Allah swt dan mencapai masyarakat yang aman, damai, makmur, sejahtera dan bahagia disertai dengan nikmat Allah yang melimpah ruah dengan baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. Persatuan islma didirikan oleh Ahmad Hasan dan M. Natsir di Bandung tahun 1920, kegiatan utamanya tabligh, khotbah dan penerbitan guna memurnikan syari’at islam. SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo tahun 1911. SDI diubah menjadi PSI (Partai Serikat Islam) dan tahun 1929 diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia), semula bergerak dalam ekonomi dan keagamaan kemudian berubah menjadi kegiatan politik. NU yaitu didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari tanggal 13 Januari 1926 di Surabaya dengan tujuan membangkitkan semangat juang para ulama di Indonesia. Matla’ul Anwar, pendirinya adalah KH Yasin pada tahun 1905 di Banten dengan kegiatannya berupasosial keagamaan dan pendidikan. Perti (Partai Tarbiyah) didirikan oleh Syeikh Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928 di Sumatra Barat. Kegiatannya bergerak dalam bidang pendidikan, memberantas bid’ah, khurafat dan takhayul serta taklid umat islam. c. 1. Beberapa Hikmah Mempelajari Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Modern Sejarah dikemukakan dalam Al-Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialami umat manusia dimasa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikamh dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun dan kisah dalam Al-Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan dimasa lalu tidak terulang di masa yang akan datang. 2. Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petujunk-Nya, orang tersebut akan mendapat keselamatan. 3. Pembaharuan akan memberi manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan perubahanperubahan sehingga suatu pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan efisien. 4. Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat dikalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan pengaruh gerakan modernisasi islam terhadap perkembangan islam di Indonesia. d. Perjalan Peta Politik Islam Indonesia Islam mulai memasuki wilayah politik Indonesia sejak pertama kali negara Indonesia mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua, pertama partai Masyumi dan partai NU. Melalui wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai seorang politikus yang ingin mnanamkan nilai-nilai islam. Dalam tesisi Harun Nasution yang berjudul The Islamic State in Indonesia. The Rise Of Ideology,The Movement for its Creation and The Theory of the Masjumi. Beliau mengemukakan bahwa ada perbadaan besar antara NU dan Masyumi.kaum mdernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka hendak membangun suatu masyarakat muslim dan sebagai akibatnya mereka mengharapkan suatu negara islam. Kelompok yang diwakili NU lebih sering memperjuangkan suatu negara sebaagai langkah pertama dan melalui negara islam ini mereka hendak mewujudkan suatu masyarakat islam. Suatu perbedaan lain adalah, bahwa mereka tidak begitu menonjol dalam pemikiran kaum Masyumi. e. Perkembangan Pendidikan Islam Indonesia Pendidikan islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Pada awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap sebagai musush oleh kaum penjajah. Sebab pendidikan islam kerap mengajarkan melawan akan kebatilan yang dilakukan oleh para penjajah. Kini pendidikan islam berkembang subur, laksana rumput ditanah yang luas tersiram air hujan. Tumbuh tiada terbendung. Kemajuan dari pendidikan islam di Indonesia dapat kita lihat dari, semakin lausnya persebaran pondokpesantren, yang merupakan basis penyebaran islam di Indonesia. Sebutan pesantren hanya dipakai dipulau Jawa. Sementara di daerah lain, istilah pesantren untuk di Aceh dikenal dengan sebutan dayah, di Padang dengan istilah surau. Disamping pesantren, lembaga formal pendidikan islam pun, mulai banyak bermunculan di Indonesia. Dari mulai Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,dan perguruan Tinggi Islam. Walaupun dari segi kauntitas banyak, akan tetapi kalau kita melihat dari segi kualitas belum tentu sebanyak jumlahnya. D. Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia a. Peradaban Seni Budaya di Indonesia Seni adalah suatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam betuk materil maupun non materil. Sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Budaya islam Indonesia tidak sehebat seperti kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahalnya. Hal ini disebabkan islam mauk ke Indonesia dengan jalan damai sehingga seni islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan lama, dan nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan dari pada kessenian. Keseniannya sangat sederhana dan miskin. Kekuatan himmah seperti mendorong muslim di negara lain untuk menciptakan pekerjaan besar, tidak muncul di Indonesia. Kalaupun muncul, biasanya berasal dari negara luar atau peniruan yang tidak lengkap. Walaupun demikian, masuknya islam ke Indonesia membawa tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan bagi bangsa Indonesia. Islam datang ke Indonesia memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, pengguna batu nisan, seni bangunan,senisastra, dan seni ukir. b. Macam-macam Seni Budaya Islam di Indonesia 1. Batu Nisan 2. Arsitektur 3. Seni Rupa 4. Aksara dan Seni Sastra c. Pengaruh Masuknya Islam terhadap Bangsa Indonesia Jauh sebelum islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agam Hindu dan Budha disamping keprcayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah islam masuk ke Indonesia, islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik,sosial, ekonomi, maupun bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini: 1. Pengaruh bahasa dan nama 2. Penagruh budaya, adat istiadat dan seni 3. Pengaruh dalam bidang politik 4. Pengaruh dibidang ekonomi.