MAKALAH URINALISA DAN CAIRAN TUBUH “CAIRAN OTAK BESERTA PEMERIKSAANYA” Disusun oleh : ANNISA EKA SAFITRI DESTIANA PUTRI RAHMADANI FERNANDO RAHUL SURYA PRATAMA PUTRA FIKRI BAROKAH IMROATUN HASANAH INDRIANI NOVITA LESTARI KHAIRANA RACHMATILLAH MAREZHA AULIA PUTRI SUGIARSONO NABILA LUTFI NURHALIZA NADYA NURHALIZA DAMAYANTI SUCI WAHYUNINGTYAS SYAHRAINI P07234019007 P07234019012 P07234019017 P07234019018 P07234019023 P07234019025 P07234019027 P07234019029 P07234019033 P07234019034 P07234019045 P07234019047 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR 2A TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS 2020/2021 i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah urinalisa dan cairan tubuh tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulisan makalah berjudul “cairan otak beserta pemeriksaannya” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah urinalisa dan cairan tubuh ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Samarinda, 09 Juli 2020 Penulis ii DAFTAR ISI JUDUL ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan masalah.................................................................................. 1 C. Tujuan .................................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2 A. B. C. D. Devinisi LCS ........................................................................................ 2 Anatomi dan fisiologi .......................................................................... 2 Prosedur pungsi lumbal ........................................................................ 4 Macam-macam pemeriksaan LCS ....................................................... 5 BAB III PENUTUP ...................................................................................... 18 Kesimpulan .................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19 iii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Hasil Pemeriksaan protein kualitas pandy test positif .................... 12 Gambar 2.1 Hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test positif ............. 13 Gambar 2.1 Interpretasi hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test ...... 13 iv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel pehitungan jenis sel pemeriksaan mikroskopis LCS ............. 9 Tabel 2.2 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar protein LCS ............ 14 Tabel 2.3 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar glukosa LCS .......... 15 Tabel 2.4 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar clorida LCS ............ 17 v BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang terpenting dalam proses diagnosis suatu penyakit. Banyak informasi penting yang bisa didapatkan dari proses tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah yang akan diambil terhadap pasien. Dengan demikian, proses pemeriksaan laboratorium memiliki peranan vital bagi pasien. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien menggunakan bahan pemeriksaan yang berasal dari tubuh pasien. Pada prinsipnya semua organ dan cairan tubuh dapat diperiksa, namun yang sering dilakukan untuk pemeriksaan rutin hanya specimen yang memiliki arti klinis, misalnya darah, urine, serum, sekret/efusi, cairan sendi, dan cairan otak (LCS) (Prastiwi, 2014). Pemeriksaan LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi (Prastiwi, 2014). B. Rumusan masalah 1. Apa devinisi, anatomi, dan fisiologi LCS? 2. Bagaimana prosedur pungsi lumbal? 3. Sebutkan macam-macam pemeriksaan LCS? 4. Bagaimana prosedur pemeriksaan-pemeriksaan LCS? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui devinisi, anatomi, dan fisiologi LCS 2. Untuk mengetahui prosedur pungsi lumbal 3. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan LCS 4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan-pemeriksaan LCS 1 BAB II PEMBAHASAN A. Devinisi LCS Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi. Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma darah. Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi trauma. Secara makroskopi, mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan serologi ( Prastiwi, 2014). Pasien yang menjalani perawatan dengan indikasi kejang disertai demam, dapat memiliki dua kemungkinan penyebab kejang. Kejang disebabkan infeksi ekstra kranial atau intra kranial. Keputusan untuk dapat menentukan jenis penyebab kejang dapat diketauhui dengan anamnesis yang bersifat allo-anamnesis dan dengan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan pemeriksaan LCS (Suharsono, 2014). B. Anatomi dan Fisiologi Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan. 1. Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap trauma. Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih sama (hanya berbeda sekitar4%), sehingga otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan tidak satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibat adanya benturan tadi. 2. Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah 2 kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/ hari),volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari ventrikel lateralis melalui foramen intra ventrikular (foramen Monroe) ke venrikel ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus(aquaductus sylvii) ke venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen Magendi) danapertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna cerebelomedular (sisterna magna). Darisisterna cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan medulaspinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat pada hemisfer serebral.Sekresi Pleksus Koroideus Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal dari setiap ventrikel lateral,bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel keempat.Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor aktif dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium kirakira sama dengan plasma; klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase (acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane dan agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS. Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis. Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid ke dalam sinus venosusotak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah penonjolan seperti jari dari membran arakhnoidke dalam dinding sinus venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya ditemukan bersama-sama, dan membentuk suatu struktur makroskopis yang disebut granulasi arakhnoid yang terlihat menonjol kedalam sinus. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel endotel yang memiliki lubang-lubang vesikular besar yang langsung menembus badan sel. Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil protein keluar dari parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak, karena tidak ada pembuluh limfe dalam jaringan otak, protein ini 3 meninggalkan jaringan terutama dengan mengalir bersama cairan yang melalui ruangperivaskuler ke dalam ruang subarakhnoid. Untuk mencapai ruang subarakhnoid, protein akan mengalir bersama cairan serebrospinal untuk diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-venaserebral. Ruang perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus untuk otak.. Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga menyalurkan partikel asing dari otak ke dalam ruang subarakhnoid. Misalnya, ketika terjadi infeksi di otak, sel darah putih dan jaringanmati infeksius lainnya dibawa keluar melalui ruang perivaskuler ( Prastiwi, 2014). Pada kasus penegakan diagnosis meningitis TB didasarkan pada karakteristik klinis, seluler laboratorium, mikrobiologi liquor cerebrospinalis (LCS), dan radiologicalimaging. Pemeriksaan mikrobiologi LCS secara konvensional adalah dengan pengecatan Ziehl Neelsen (ZN) dan kultur TB. Hasil pengecatan ZN dari material LCS seringkali memberikan hasil negatif palsu, disebabkan karena sedikitnya konsentrasi bakteri di dalam LCS, sedangkan kultur TB membutuhkan waktu yang lama sekitar 5-8 minggu. Konsentrasi bakteri dalam LCS pada kasusinfeksi susunan saraf pusat biasanya dibawah 103/ml. Masuknya bakteri TB ke dalam LCS didapatkan karena bakteriemia oleh fokal infeksi pada paru. Kelainan CT-scan kepala yang khas untuk meningitis TB yaitu adanya basal meningeal enhancement dan atau infark dan atau hydrocephalus communicans, tetapi penelitian lain menyebutkan bahwa CT-scan kepala secara significantberbeda antara pasien dengan definitif dan non definitif meningitis TB (Pasco, 2012 didalam Masfiyah, dkk, 2013). C. Prosedur pungsi lumbal Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan IV dai cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain : 1. Tabung I berisi 1 mL Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin mengandung darah pada saat penyedotan. 2. Tabung II berisi 7 mL Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik. 3. Tabung III berisi 2 mL 4 Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif. Tata Cara : 1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di tarik ke arah dahi ). 2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan garis antara kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi. 3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka. 4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit. 5. Tasukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas samapai menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm. 6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan 7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester ( Prastiwi, 2014). D. Macam-macam pemeriksaan LCS Pemeriksaan terhadap LCS terdiri atas : a. Pemeriksaan Rutin 1. Makroskopis 2. Mikroskopis 3. Kimia 4. Bakteriologi b. Pemeriksaan Fisik : Tekanan c. Pemeriksaan Khusus 1. Elektroforesa Protein 5 2. Imunoelektroforesa 3. Serologi 4. Imunoglobulin 1. Makroskopis Pemeriksaan Makroskopis meliputi : a. Warna b. Kekeruhan c. pH d. Konsistensi (Bekuan) e. Berat Jenis Metode Tujuan Alat Spesimen Prinsip : Visual (Manual) : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ. : a. Tabung reaksi b. Beaker gelas c. Kertas indikator pH universal d. Refraktometer abbe : Cairan LCS : Pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan pada LCS. Cara Kerja : a. Tes Warna, Kekeruhan, dan Bekuan 1) Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding. 2) Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding. 3) Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih. 4) Bandingkan contoh bahan dengan aquadest. b. Tes Berat Jenis Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ ( Prastiwi, 2014). Interprestasi hasil : a. Warna Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding. 6 b. Kejernihan/Kekeruhan 1) 0 = jernih 2) + 1 = berkabut 3) + 2 = kekeruhan ringan 4) + 3 = kekeruhan nyata 5) + 4 = sangat keruh c. Bekuan Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif) d. Ph : 7,3 atau setara dengan pH plasma/serum e. Berat jenis : 1.000 – 1.010, 1.003 – 1.008 Hal yang perlu diperhatikan : a. Warna Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding air. 1) Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi 2) Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolysis dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge 3) Hijau atau keabu-abuan → pus 4) Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik 5) Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200 mg/dl) b. Kekeruhan 1) Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa. 2) Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika : a) lekosit 200-500/ul3 b) eritrosit > 400/ml c) mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba) d) aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi e) media kontras radiografi. c. Konsistensi bekuan a) Bekuan →banyak darah masuk b) Normal → tidak terlihat bekuan 7 c) Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin. Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa. Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24 jam (Dharma; Rasmika, 2016). d) LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana darah membeku. e) Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang fibrin ( Prastiwi, 2014). 2. Mikroskopis Metode : Bilik Hitung Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop. Alat dan Reagen : a. Mikroskop b. Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit c. Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL. Spesimen : LCS Cara Kerja : a. Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat b. Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat. c. Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes. d. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x (Dharma; Rasmika, 2016). Perhitungan : Ʃ Sel = Jumlah sel ditemukan x 1 x 1 x pengenceran Jumlah kotak L T = ……..sel/mm3 LCS Ket : T = tinggi bilik hitung : 1/10 mm L = luas 1 satuan kotak yang dipakai 8 Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS ( Prastiwi, 2014). 3. Hitung jenis sel Metode : Tetes tebal dengan pewarnaa Giemsa Alat dan Reagen : a. Objek Gelas b. Kaca Penghapus c. Sentrifuge d. Tabung reaksi e. Metanol absolut f. Giemsa g. Timer Spesimen : LCS Cara Kerja : a. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya. b. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm c. Supernatant dibuang dan endapan diambil. d. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal e. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut. f. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit. g. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x dengan oil imersi (Dharma; Rasmika, 2016). Perhitungan : Jenis sel MN PMN Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah % Tabel 2.1 Tabel pehitungan jenis sel pemeriksaan mikroskopis LCS Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0% ( Prastiwi, 2014). 4. Bakterioskopi Dari pemeriksaan bakteliologi terhadap LCS, bakteri yang sering muncul ialah : Mycobacterium tuberculosa, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophillus influenzae. Dengan melakukan pemeriksaan bakteriologi, sering sudah di dapatkan petunjuk ke arah etiologi radang. Pemeriksaan yang paling diperlukan adalah pewarnaan Gram dan Ziehl Neelsen. Specimen yang dipakai untuk pewarnaan ini sebaiknya memakai sedimen dari LCS. 9 Untuk pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen) baik juga dipakai specimen bekuan halus dekat permukaan LCS. a. Pewarnaan Gram Cara Kerja : 1) Gelas objek dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol 70% steril. 2) Dibuat apusan dari bahan sedimen LCS 3) Difiksasi di atas api bunsen. 4) Apusan bakteri yang telah jadi ditetesi gram A selama 3 menit, dicuci denan air mengalir, dan dikeringanginkan. 5) Kemudian ditetesi gram B selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. 6) Kemudian ditetesi gram C selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. 7) Kemudian ditetesi gram D selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir, dan dikeringanginkan. 8) Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 x, kemudian dicatat bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri. b. Pewarnaan Zeihl Neelsen Cara Kerja : 1) Letakan sediaan yang telah difiksasi pada rak dengan apusan menghadap ke atas. 2) Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% (ZN A) sampai menutupi seluruh permukaan sediaan sputum. 3) Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3-5 menit (tidak boleh mendidih/kering). 4) Singkirkan api spiritus, diamkan selama 5 menit. 5) Bilas dengan air mengalir pelan sampai zat warna merah yang bebas terbuang. 6) Tetesi sediaan dengan larutan asam alcohol 3% (ZN B) sampai warna merah fuchsin hilang. 7) Bilas dengan air mengalir pelan. 8) Teteskan larutan methylen blue 0,3% ( ZN C)pada sediaan sampai menutupi seluruh permukaan. 9) Diamkan 10 – 20 detik. 10) Bilas dengan air mengalir pelan. 10 11) Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000x, kemudian dicatat bentuk dan warna susunan, dan sifat sel bakteri ( Prastiwi, 2014). 5. Pemeriksaan Kimia Pemeriksaan rutin yang dilakukan : a. Penetapan protein secara kualitatif b. Kadar protein c. Kadar glukosa d. Kadar klorida (Dharma; Rasmika, 2016). a) Protein kualitatif 1) Keadaan normal→ cairan otak mengandung sedikit sekali protein 2) Perbandingan antara albumin dan globulin LCS leih kecil daripada dalam plasma 3) Konsentrasi protein ↑ : i. Permeabilitas sawar darah-otak ↑ oleh radang ii. Meningitis yang berat A. Pandy Test 1. Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut. 2. Alat dan reagensia : a. Tabung serologi (garis tengah 7 mm) b. Kertas putih c. Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air) 3. Cara Pmeriksaan : a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy b. Tambahkan 1 tetes LCS c. Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan. 4. Interpretasi hasil : a. Negatif : tidak ada kekeruhan b. Positif : terlihat kekeruhan yang jelas 1) +1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut) 2) +2 : keruh 3) +3 : sangat keruh 11 4) +4 : Kekeruhan seperti susu 5. Nilai normal : (-) / (+1) Gambar 2.1 Hasil Pemeriksaan protein kualitas pandy test positif (https://www.infolabmed.com/2018/09/pemeriksaan-cairan-otaknonne-dan-pandy.html) B. Test None Apelt 1. Prinsip : reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal. 2. Alat dan Reagensia : a. Tabung serologi (garis tengah 7 mm) b. Reagen Nonne (larutan ammonium sulfat jenuh dalam air) 3. Cara Pemeriksaan : a. Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne b. Tambahkan 1 ml LCS dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan, c. di mana lapisan atas adalah LCS. Diamkan selama 3 menit. 12 d. Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap. 4. Interpretasi hasil : a. Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan b. +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya). c. +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi d. +3 : mengawan setelah dikocok 5. Normal : (-) Gambar 2.2 Hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test positif (https://www.infolabmed.com/2018/09/pemeriksaan-cairan-otak-nonnedan-pandy.html) Gambar 2.3 Interpretasi hasil pemeriksaan protein kualitas none-apelt test (https://teknologilaboratoriummedik.blogspot.com/2016/10/pemeriksaanlcs-metode-none-pandy.html) 13 b) Kadar protein 1.Metode : Biuret 2.Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer. 3.Alat : 1) Tabung reaksi 2) Mikropipet 20 µLdan 1000 µL. 3) Tip kuning dan biru. 4) Fotometer 4.Reagensia : a. Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L, deterjen. b.Reagen standard : 8,0 g/dL 5.Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang. 6.Spesimen : LCS 7.Cara Kerja : 1) Masukkan ke dalam tabung berlabel : Blanko Standar Sampel Standar 20 µl Serum 20 µl Reagen kerja 1000 µl 1000 µl 1000 µl Tabel 2.2 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar protein LCS 2) Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. 3) Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm terhadap blanko reagent. 8.Perhitungan : Total Protein = Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL) Absorben standard = ..............g/dL x 1000 9.Nilai Normal : 15 – 45 mg/dl 14 = ......mg/dL c) Kadar gukosa Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS → meningitis purulenta (metabolisme leukosit & bakteri ↓ kadar glukosa à 0). Semua mikroorganisme menggunakan glukosaà pe↓ kadar glukosa dapat disebabkan oleh : fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen. Meningitis oleh virus à sedikit me↓ kadar glukosa dalam LCS. 1) Metode : GOD-PAP 2) Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah. 3) Alat : 1.Tabung reaksi kecil 2.Timer 3.Mikropipet 10 dan 1000 µl 4.Tissue 5.Tip kuning dan biru 6.Rak Tabung 7.Fotometer 4) Reagensia : 1. Reagen kerja Glukosa 2. Reagen standar Glukosa 100 mg/dl 3. Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC. 5) Spesimen : LCS 6) Cara Kerja : 1. Dipipet ke dalam tabung: Blanko Standar Sample Standar - 10µ - Serum - - 10µ Reagen Kerja 1000µ 1000µ 1000µ Tabel 2.3 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar glukosa LCS 2. Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit. 15 3. Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm. 7) Pengamatan dan Pembacaan : Absorben blanko aquabidest : 0,000 Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan sampel 8) Perhitungan : Glukosa = Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mg/dL) Absorben standard = ..............mg/dL 9) Nilai Normal : 45 – 70 mg/dL d) Chlorida Kuantitatif 1. Metode : TPTZ 2. Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4tri-(2 pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida. 3. Alat : a) Tabung reaksi kecil b) Timer c) Mikropipet 10 dan 1000 µl d) Tissue e) Tip kuning dan biru f) Rak Tabung g) Fotometer 4. Reagensia : a) Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L b) Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL 5. Spesimen : LCS 6. Cara Kerja : a) Dipipet ke dalam tabung: 16 Blanko Standar Sample Standar - 10µ - Serum - - 10µ Reagen Kerja 1000µ 1000µ 1000µ Tabel 2.4 Tabel pemasukan reagen pemeriksaan kadar klorida LCS b) Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit. c) Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang gelombang 546 nm. 7. Perhitungan : Chlorida = Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L) Absorben standard = ..............mmol/L 8. Nilai Normal : 98 - 106 mmol/L 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Pemeriksaan LCS sendiri berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi. 18 DAFTAR PUSTAKA Prastiwi Yuliana Sandra. 2014. MAKALAH KIMIA KLINIK I Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Politeknik kesehtan kemenkes Banten. Pada https://www.academia.edu/11501281/Makalah_LCS . Di akses pada 28 Juli 2020. Masfiyah, Aris Catur Bintoro, Purnomo Hadi. 2013. Gambaran Definitif Meningitis Tuberkulosa di RSUP dr. Kariadi Semarang. Vol. 5, No. 2 : 62-67. Pada http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/download/343/ 282 . Di akses pada 28 Juli 2020. Suharsono. 2014. GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN CAIRAN SEREBROSPINAL PADA ANAK KEJANG DISERTAI DEMAM MENURUT USIA. Universitas Diponegoro. Pada https://www.neliti.com/id/publications/138061/gambaran-hasilpemeriksaan-cairan-serebrospinal-pada-anak-kejang-disertai-demam . Di akses pada 28 Juli 2020. Dharma Santhi, Rasmika Dewi Aan. 2016. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK. Universitas Udayana. Pada https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/063210596568 b957e068644c46324bae.pdf . Di akses pada 28 Juli 2020. 19