Penyusunan Bahan Regulasi Logistik Ikan STUDI KORIDOR LOGISTIK IKAN NASIONAL Bitung Ambon Jakarta 2020 Direktorat Logistik Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Makassar Surabaya Kendari Mimika TIM PENYUSUN Pengarah Penanggungjawab Koordinator : Direktur Jenderal PDSPKP : Direktur Logistik : Indah Kusharyanti, S.Sos, M.Si Penyusun : 1. Arfin Ramadhan, S.Pi, M.Si 2. Usep Suhendar, S.Pi, MP 3. Ir. Denny Jatnika, MP 4. Muhammad Hanief Ihsanuddin, S.Pi 5. Ir. Khairus Yelliza, M.Sc Kajian Koridor SLIN 2020 i SAMBUTAN DIREKTUR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya Penyusunan Bahan Regulasi Logistik Ikan (Studi Koridor Logistik Ikan Nasional) ini dapat diselesaikan. Tujuan penyusunan buku ini adalah melihat keragaan logistik ikan, serta analisis koridor logistik ikan. SLIN merupakan implementasi konsep logistik berbasis komoditas, yaitu melakukan penanganan (penyimpanan dan pengiriman) dan mengembangkan sarana dan prasarananya sesuai dengan karakteristik komoditas, wilayah dan konekti tas. Oleh sebab itu perlu ditentukan koridor, yang menghubungkan antara daerah pusat produksi dan/atau pusat pengumpulan dengan pusat distribusi. Kritik dan saran dari semua pihak akan dijadikan bahan masukan yang sangat berharga dalam meningkatkan kualitas dan penyempurnaan studi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada segenap pihak yang telah memberikan kontribusi baik tenaga maupun pikirannya sehingga kajian ini dapat disusun. Jakarta, November 2020 Direktur Logistik Innes Rahmania ii Kajian Koridor SLIN 2020 PENYUSUNAN BAHAN REGULASI LOGISTIK IKAN (STUDI KORIDOR LOGISTIK IKAN NASIONAL) Kajian Koridor SLIN 2020 5 DAFTAR ISI TIM PENYUSUN SAMBUTAN DIREKTUR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN iv i ii iv v vii viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Keluaran 1.4. Tim pelaksana 1.5. Metode Studi 1.6. Pembahas 1.7. Dasar hukum dan Peraturan terkait 1 2 2 2 2 2 3 II. LANDASAN HUKUM DAN TEORI 2.1. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan 2.2. Sistem Logistik 4 5 III. KERAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN A. Perikanan Tangkap B. Perikanan Budidaya 11 12 IV. KORIDOR SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL 4.1. Pendekatan Komoditas A. Bahan Pangan Pokok B. Komoditas Pemindangan C. Komoditas Eskpor 4.2. Pendekatan Wilayah/Daerah A. WPP Perikanan B. Sentra Budidaya C. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) D. Pusat Indutri Perikanan 4.3. Pendekatan Konektivitas A. Pelabuhan B. Sarana Distribusi C. Trayek / Jalur pengiriman 4.4. Daerah Pusat Pengumpulan A. Kendari B. Mimika C. Bitung D. Makassar 16 17 19 20 21 21 23 24 25 27 27 33 37 39 39 47 52 58 Kajian Koridor SLIN 2020 E. Ambon 4.5. Daerah Pusat Distribusi A. Jakarta B. Surabaya 4.6. Koridor Pusat Pengumpulan dan Pusat Distribusi V. REKOMENDASI KEBIJAKAN 62 67 67 68 70 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 96 Kajian Koridor SLIN 2020 v DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model Hub dan Spoke Gambar 2. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia Gambar 3. Konsep Pengembangan Koridor Logistik Gambar 4. Tren produksi beberapa komoditas utama perikanan Gambar 5. Kebutuhan jenis ikan bahan pokok untuk konsumsi di Provinsi Jawa Timur Gambar 6. Grafik produksi bahan pokok tahun 2019 Gambar 7. Kebutuhan bahan baku pemindangan Gambar 8. Jenis Ikan tangkap tahun 2019 dari Pelabuhan Perikanan PIPP Gambar 9. Nilai devisa dari komoditas ekspor perikanan Gambar 10. Sebaran Aktifitas Seluruh Kapal Penangkapan Indonesia Gambar 11. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan >30 GT Gambar 12. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan <30 GT Gambar 13. Sebaran sentra produksi ikan bandeng 2015 Gambar 14. Wilayah Pengembangan SKPT Gambar 15. Sebaran Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Menengah besar Gambar 16. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Mikro Kecil di Pulau Jawa Gambar 17. Produksi olahan UPI Skala Kecil, Menengah dan Besar di Indonesia Gambar 18. Sebaran Pelabuhan Perikanan Samudera Gambar 19. Sebaran Pelabuhan Perikanan Nusantara Gambar 20. Sebaran Pelabuhan Perikanan Pantai Gambar 21. Sebaran Pangkalan Pendaratan Ikan Gambar 22. Pembagian daerah operasi PELINDO Gambar 23. Wilayah Kerja PELINDO I Gambar 24. Wilayah Kerja PELINDO II Gambar 25. Wilayah Kerja PELINDO III Gambar 26. Wilayah Kerja PELINDO IV Gambar 27. Kapal Peti Kemas dan Peti Kemas Berpendingin Gambar 28. Jalur Pelayaran PELNI Gambar 29. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 714 Gambar 30. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara Gambar 31. Jenis dan komposisi produksi PPS Kendari 2019 (Sumber, DJPT 2019) Gambar 32. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Kendari Gambar 33. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPS Kendari Gambar 34. Perbandingan produksi PPS Kendari dan domestik keluar Kendari Gambar 35. Perbandingan Pengiriman via laut jenis ikan utama dengan Produksi PPS Kendari vi Kajian Koridor SLIN 2020 7 11 16 17 18 18 19 20 20 22 22 23 24 25 25 26 26 30 30 30 31 31 32 32 33 33 35 37 40 41 42 43 44 44 45 Gambar 36. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim ke Kendari Gambar 37. Performa Jasa Logistik dari Kendari Gambar 38. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 718 Gambar 39. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718 Gambar 40. Sebaran Lokasi Perusahaan dengan izin aktif kapal perikanan untuk pelabuhan pangkalan di Poumako (sumber DJPT-KKP 2020) Gambar 41. Jasa Logistik/Shipping Line yang melewati Timika Gambar 42. Pengiriman domestik keluar dari Timika tahun 2018-2019 Gambar 43. Sebaran Pelabuhan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara Gambar 44. Jenis dan komposisi produksi PPS Bitung 2019 Gambar 45. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Bitung Gambar 46. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPS Bitung Gambar 47. Perbandingan produksi PPS Kendari dan domestik keluar Bitung Gambar 48. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim ke Bitung Gambar 49. Performa Jasa Logistik dari Bitung Gambar 50. Sebaran lokasi pelabuhan perikanan dan sentra budidaya Sulawesi Selatan Gambar 51. Produksi utama Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2018 Gambar 52. Daerah Produksi Budidaya Provinsi Sulawesi Selatan (DJPB 2016) Gambar 53. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku Gambar 54. Jenis dan komposisi produksi PPN Ambon 2019 (Sumber, DJPT 2019) Gambar 55. Fluktuasi pendaratan per jenis ikan di PPN Ambon Gambar 56. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPN Ambon Gambar 57. Perbandingan produksi PPN Ambon dan domestik keluar Ambon Gambar 58. Perbandingan Produksi di PPN Ambon dan Pengiriman Domestik Keluar dari Ambon Per Jenis Ikan Gambar 59. Performa Jasa Logistik dari Ambon Gambar 60. PPS Nizam Zachman Gambar 61. UPI Skala Menengah Besar dengan Episentrum Surabaya Gambar 62. PPN Brondong sebagai salah satu pengembangan pusat Distribusi Surabaya 45 47 47 48 50 51 51 53 54 55 55 56 56 57 59 61 61 63 64 64 65 65 66 67 67 69 70 Kajian Koridor SLIN 2020 vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Tingkat pemanfaatan (E) ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia pada tahun 2015 Tabel 2. Jenis Ikan Bahan Pokok Tabel 3. Volume komoditas ekspor tahun 2015-2019 Tabel 4. Sebaran WPP Kapal Perikanan aktif ukuran > 30 GT (Sumber :DJPT 2020) Tabel 5. Penghasil terbesar produksi perikanan budidaya menurut provinsi tahun 2011 – 2015 (DJPB 2016) Tabel 6. Domestik Keluar dan Domestik Masuk melalui transportasi laut tahun 2019 Tabel 7. Kategori Pelabuhan Tabel 8. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Tabel 9. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 714 Tabel 10. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tabel 11. Rata-rata pengirimian domestik keluar dari Kendari 55 Tabel 12. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 718 Tabel 13. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718 Tabel 14. Fasilitas Pokok PPI Poumako Tabel 15. Rata-rata Domestik keluar per pengiriman dari Timika Tabel 16. Rata-rata ukuran kapal pengangkut perikanan yang dengan izin pangkalan di Poumako menurut alamat perusahaan Tabel 17. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 716 Tabel 18. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 19. Jenis ikan yang dikirim dari Bitung dan masuk ke Bitung tahun 2018-2019 Tabel 20. Rata-rata pengiriman domestik keluar dari Bitung Tabel 21. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan Tabel 22. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku Tabel 23. Fasilitas Pokok PPS Nizam Zachman Jakarta Tabel 24. Fasilitas Pokok di PPN Brondong Tabel 25. Pendekatan penentuan koridor viii Kajian Koridor SLIN 2020 11 18 20 21 23 27 28 29 40 41 45 48 49 50 52 52 53 53 57 57 59 62 68 70 71 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pelabuhan Niaga di Indonesia Lampiran 2. Lokasi Pelabuhan Pangkalan kapal Pengangkut/Pengumpul 2020 Lampiran 3. Lokasi Pelabuhan Muat Singgah Kapal Pengangkut/ Pengumpul 2020 Lampiran 4. Rute Meratus Line Lampiran 5. Rute Tanto Line Lampiran 6. Rute SPIL Lampiran 7. Rute Temas Line Lampiran 8. Metode Skoring Pusat Pengumpulan Lampiran 9. Hasil Skoring Pusat Pengumpulan 80 85 89 104 106 106 108 112 113 Kajian Koridor SLIN 2020 ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia dengan luas dua pertiganya berupa perairan dan jumlah pulau lebih dari 17.000, namun kebijakan pembangunan yang didorong lebih berorientasi pada wilayah daratan. Akibatnya pemanfaatan sumber daya perikanan untuk pemenuhan pangan dan penggerak ekonomi masyarakat dan negara dirasa belum optimal. Sektor perikanan selain sebagai lokomotif ekonomi nasional dan penghasil sumber protein, juga merupakan indikator kesehatan ekosistem, penguat kedaulatan bangsa, sumber devisa, dan pengawal budaya bangsa maritim. Namun sangat disayangkan produktivitas hasil produksi ikan masih belum memenuhi harapan. Sebagai sumber pangan yang penting, ikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Jenis pangan yang harus dipenuhi adalah yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup. Dalam kondisi demikian, sektor perikanan memegang peranan kunci dalam ketahanan pangan, tidak hanya berperan sebagai pelengkap saja namun juga berperan dalam pemenuhan akan sumber pangan, gizi dan protein, serta pendapatan masyarakat. KKP mempunyai tanggung jawab membina dan memfasilitasi peningkatan kebutuhan dan konsumsi protein yang berasal dari komoditas ikan. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan kontinyuitas pasokan ikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Upaya merealisasikan pasokan ikan secara berkelanjutan (khususnya komoditas ikan laut), menghadapi kendala mendasar yakni faktor musim dan karakteristik komoditas ikan yang mudah rusak (perishable). Pada musim panen, produksi ikan tangkap dan budidaya bisa berlimpah, namun pada musim tertentu (paceklik), terjadi kondisi yang sebaliknya. Sementara, di sisi konsumen (masyarakat) dan industri, pasokan ikan harus tersedia sepanjang waktu tanpa mengenal musim. Kondisi perkembangan produksi dan konsumi ikan, baik di dalam negeri (domestik) maupun untuk kebutuhan ekspor, memiliki kecenderungan terus meningkat. Di sisi lain, fakta di lapangan menunjukkan masih terjadi kelangkaan (scarcity) ikan di waktu tertentu karena beberapa faktor seperti disparitas produksi ikan dan informasi antara kawasan barat dan timur Indonesia, ketersediaan cold storage dan unit pengolahan ikan (mayoritas di Pulau Jawa), mahalnya biaya distribusi hingga kesenjangan kualitas dan kuantitas infrastruktur, informasi serta sumberdaya manusia. Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan Permen KP no 5 tahun 2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional yang bertujuan antara lain: meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi dan pemasaran perikanan nasional; memperkuat dan memperluas konektivitas antara sentra produksi hulu, produksi hilir dan pemasaran secara efisien; dan Kajian Koridor SLIN 2020 1 meningkatkan efisiensi manajemen rantai pasokan ikan, bahan dan alat produksi, serta informasi dari hulu sampai dengan hilir. SLIN menggunakan prinsip supply chain management (SCM) dengan mengintegrasikan proses-proses pengadaan, penyimpanan, transportasi, dan distribusi, dengan melibatkan kementerian-kementerian terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha, hingga nelayan dan pembudidaya ikan yang dilakukan dengan pendekatan antara lain wilayah, dengan maksud menghubungkan antara daerah-daerah basis pasokan dengan basis permintaan dalam jalur distribusi koridor dengan titik titik pusat produksi, distribusi dan pengumpulan. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan sebuah analisis sebagai penguatan dalam penetapan koridor logistik perikanan. 1.2. Tujuan Tujuan dari tulisan studi ini adalah: a. Mengetahui keragaan logistik Indonesia terkait perikanan b. Menyusun analisis koridor logistik ikan melalui pendekatan Komoditas, Wilayah/Daerah dan konektifitas c. Menyusun rekomendasi kebijakan 1.3. Keluaran Keluaran dari penulisan ini adalah dokumen telaahan terkait pengembangan koridor logistik ikan nasional. 1.4. Tim pelaksana Tim Pelaksana terdiri dari Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Perikanan Direktorat Logistik 1.5. Metode Studi Metode pelaksanaan penulisan melaui tahapan antara lain : a. Pengumpulan data b. Pengolahan data c. Studi literatur, d. Analisis secara deskriptif e. Analisis secara analitik 1.6. Pembahas a. Akademisi IPB b. Akademisi UI c. Direktur Logistik d. Kasubdit Tata Niaga e. Kasubdit Distribusi f. Kasubdit Pemetaan dan Pemantauan g. Kasubdit Pengadaan Penyimpanan 2 Kajian Koridor SLIN 2020 1.7. Dasar hukum dan Peraturan terkait a. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam e. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan f. Peraturan Presiden nomor 26 tahun 2012 tentang Sistem Logistik Nasional g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 tahun 2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional Kajian Koridor SLIN 2020 3 II. LANDASAN HUKUM DAN TEORI 2.1. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Sumberdaya kelautan dan perikanan diusahakan dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif guna mendapatkan hasil yang optimal sebagaimana telah diamanatkan dalam UndangUndang No 31/2004 yang ditegaskan kembali dengan lahirnya Undang-Undang No 45/2009. Perubahan yang signifikan dari lahirnya Undang-Undang 45/2009 adalah penekanan kepada perlindungan sumberdaya perikanan dari upaya-upaya illegal fishing yang dilakukan oleh kapal-kapal asing serta pengaturan pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Marine Stewardship Council (MSC), mendefinisikan perikanan berkelanjutan adalah sebagai salah satu cara memproduksi ikan yang dilakukan sehingga dapat berlangsung terus menerus pada tingkat yang wajar dengan mempertimbangkan kesehatan ekologi, meminimalkan efek samping yang mengganggu keanekaragaman, struktur, dan fungsi ekosistem, serta dikelola dan dioperasikan secara adil dan bertanggung jawab, sesuai dengan hukum dan peraturan lokal, nasional dan internasional untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi masa depan. Sementara, salah satu ahli perikanan dunia, yaitu Hilborn (2005) dari University of Washington, menyatakan bahwa definisi perikanan berkelanjutan adalah: aktivitas perikanan yang dapat mempertahankan keberlangsungan hasil produksi dalam jangka panjang, menjaga keseimbangan ekosistem antar generasi, dan memelihara sistem biologi, sosial, dan ekonomi guna menjaga kesehatan ekosistem manusia dan ekosistem laut. Dengan demikian, dalam melaksanakan pembangunan perikanan berkelanjutan perlu memadukan tujuan dari tiga unsur utamanya yaitu : 1) Dimensi Ekonomi Tujuan pembangunan perikanan secara ekonomis dianggap berkelanjutan, jika sektor perikanan tersebut mampu menghasilkan produk ikan secara berkesinambungan (on continuing basis), memberikan kesejahteraan finansial bagi para pelakunya, dan memberikan sumbangan devisa serta pajak yang signifikan bagi negara. 2) Dimensi Ekologi Tujuan pembangunan perikanan dikatakan secara ekologis berkelanjutan, manakala basis ketersediaan stok atau sumber daya ikannya dapat dipelihara secara stabil, tidak terjadi eksploitasi berlebihan, dan tidak terjadi pembuangan limbah melampaui kapasitas asimilasi lingkungan yang dapat mengakibatkan kondisi tercemar . 3) Dimensi Sosial Tujuan pembangunan perikanan dianggap secara sosial berkelanjutan, apabila kebutuhan dasar (pangan, sandang, kesehatan, dan pendidikan) seluruh penduduknya terpenuhi; terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha secara adil; ada kesetaraan gender (gender equity), dan minim atau tidak ada konflik sosial 4 Kajian Koridor SLIN 2020 2.2. Sistem Logistik Logistik pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1900-an, kasus awal logistik adalah ketika petani merasakan mahalnya biaya distribusi komoditas produk pertanian (Stock dan Lambert 2001). Kemudian, perhatian terhadap logistik ditujukan terhadap masalah utilisasi dan efisiensi kegiatan distribusi yang puncaknya terjadi pada Perang Dunia II. Pada awal tahun 1950-an mulai diperkenalkan konsep persediaan sebagai dasar untuk menjamin kelancaran distribusi. Jika kegiatan distribusi fokus di bidang penghantaran barang, maka persediaan menjamin ketersedian barang yang dihantarkan tersebut. Sistem distribusi dan persediaan terus berkembang dan menjadi komponen utama sistem logistik. Sistem logistik terdiri dari berbagai aktivitas yang direncanakan, diimplementasikan dan dikendalikan oleh manajemen logistik. Aktivitas logistik sendiri didefinisikan sebagai penggabungan antara aliran informasi, transportasi, penanganan material persediaan, dan pergudangan. Christopher (2016) mendefinisikan logistik sebagai aktivitas untuk menyediakan beberapa fungsi, termasuk transportasi, penyimpanan, perakitan, pemeriksaan, pemberian label, pengepakan, dan dokumentasi, serta layanan penelitian dan pengembangan produk/ pelanggan. Bowersox et al. (2002), mengungkapkan logistik merupakan integrasi antara informasi, transportasi, persediaan, pergudangan, penanganan material, dan pengepakan, dimana semua bagian tersebut saling terkait, berintegrasi dan berstimulasi membentuk kesatuan manajemen logistik. Menurut Stock dan Lambert (2001), logistik merupakan sistem yang merencanakan, dan mengontrol efisiensi serta efektifitas aliran dan penyimpanan barang, pelayanan, serta informasi dari titik asal hingga ke titik tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Misi sistem logistik adalah untuk mendistribusikan produk secara tepat (tempat, waktu, kondisi harga) dan optimalisasi nilai atau performansi yang diberikan seperti minimasi biaya operasi total atau maksimasi keuntungan, dengan memenuhi pembataspembatas yang ada (Ghiani et al. 2003). Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional mengamanatkan bahwa implementasi Sislognas bertujuan untuk menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang terjangkau, meningkatkan pelayanan logistik dan memperkokoh kedaulatan dan keutuhan NKRI. Tahap awal dalam implementasi Cetak Biru Sistem Logistik Nasional yang ingin dicapai salah satunya adalah terwujudnya sistem logistik komoditas penggerak utama (key commodities) yaitu komoditas pokok dan strategis selain komoditas unggulan ekspor, yang mampu meningkatkan daya saing produk nasional baik di pasar domestik, pasar regional maupun di pasar global. Komoditas pokok adalah barang yang menguasai hajat hidup orang banyak, rawan gejolak, penyumbang dominan inflasi, dan menentukan kesejahteraan masyarakat. Komoditas strategis adalah barang yang berperan penting dalam menentukan kelancaran pembangunan nasional (Cetak Biru Sislognas, 2012). Kendala aktivitas logistik di Indonesia antara lain masalah inefisiensi dan ketidakteraturan Kajian Koridor SLIN 2020 5 dalam sistem logistik. Hal tersebut mendorong kesenjangan harga antara pusat produksi dengan daerah lain yang jauh dari produksi. Selain itu, regulasi logistik belum sepenuhnya mengakomodir efisiensi operasi dan daya saing produksi. Ketidakefisienan sistem logistik di Indonesia membuat harga produk menjadi tinggi. Di Indonesia, rata-rata biaya logistik berkontribusi sekitar 20-25% dari pembentukan harga jual, dan 70% dari total biaya logistik, berasal dari transportasi/aktivitas pengangkutan barang (ARD 2005) Menurut Pamudji dan Achmadi (2012) untuk menentukan indikator logistik dengan penyusunan indeks dapat dilakukan dengan cara studi literatur, observasi, dan melakukan survei, sehingga didapatkan beberapa indikator logistik yang berupa Quality, Cost, Delivery, dan Information. Indeks logistik didapatkan dengan cara membuat perhitungan dan melakukan survei kuesioner. Hasil dari perhitungan dan survei tersebut dianalisa dan diolah menjadi satu berdasarkan data pada masing-masing wilayah, untuk selanjutnya dilakukukan pembobotan sehingga didapatkan indeks total atau indeks logistiknya. Aktivitas logistik yang berperan penting dalam distribusi produk, adalah transportasi. Keputusan transportasi yang perlu dianalisis dalam merancang dan mengoperasikan suatu rantai pasok menurut Rushton et al.(2014) antara lain: a. Moda transportasi Moda transportasi merupakan cara produk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dalam rantai pasok. Setiap moda memiliki sifat yang berbeda-beda, seperti kecepatan, ukuran pengiriman, biaya pengiriman dan fleksibilitas perusahaan pada penggunaan moda yang diperlukan. b. Rute dan pemilihan jaringan Rute merupakan jalur pengiriman produk sedangkan jaringan adalah sekumpulan lokasi dan jalur/rute pengiriman produk. Pengiriman produk dapat dilakukan sendiri atau melalui distributor. c. Inhouse dan outsourcing Dalam aktivitas transportasi tradisional fungsi transportasi umumnya dilakukan sendiri, namun saat ini transportasi lebih banyak dilakukan menggunakan pihak ke tiga. Transportasi merupakan kegiatan logistik yang secara geografis memindahkan produk dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen utama dalam transportasi adalah pengelolaan pergerakan materi (bahan baku, komponen, barang setengah jadi, dan barang jadi) dari lokasi asal ke lokasi tujuan. Produk yang selesai diproduksi pada titik produksi, masih memiliki nilai rendah bagi konsumen, kecuali produk tersebut dapat dipindahkan atau disediakan pada titik dimana produk tersebut akan dikonsumsi. Terdapat tiga (3) kategori sistem pelayanan transportasi yang terdiri dari; Moda dasar (primary modes) yaitu alat transportasi untuk mengirim produk, seperti kereta api, truk, kapal laut, pesawat udara dan jaringan pipa; Agen transportasi, sebagai fasilitator dan juga koordinator pengiriman barang, seperti agen pengiriman, asosiasi pengiriman dan broker transportasi; Carrier, yang hanya menangani pengiriman barang dalam ukuran/volume kecil, seperti federal express, united parcel services, parcel post dan layanan pos (Pertiwi 2005). 6 Kajian Koridor SLIN 2020 Masalah yang dihadapi oleh transportasi laut adalah bagaimana cara mengoptimalkan jaringan yang ada. Jaringan yang telah terbentuk masih harus dioptimalkan agar menghasilkan rute yang optimum. Yang dan Chen (2010) menyatakan bahwa rute pengiriman ada tiga macam, antara lain: circle shipping line, pendulum shipping line, dan hub and spoke shipping line. Untuk circle shipping line, kapal kontainer berlayar dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain dalam satu arah. Dalam satu perjalanan, masing-masing pelabuhan hanya dilalui sekali. Untuk pendulum line, kapal berlayar ke pelabuhan tujuan satu per satu dan kemudian berlayar kembali pada arah yang berlawanan. Sedangkan untuk hub and spoke line, kapal berlayar diantara dua pulau dan hanya ada satu hub di masing-masing pulau dan beberapa kontainer dimuat dan dibongkar lebih dari dua kali. Berbagai kajian ilmiah untuk mengoptimalkan rute pengiriman kontainer agar dapat meminimumkan total biaya atau memaksimumkan keuntungan, dan beberapa peneliti juga meneliti dengan tujuan untuk menemukan jalur operasi yang terpendek. Brown et al (1987) meneliti jalur pengiriman dan menentukan jadwal pelayaran dengan metode pencacahan. Perancangan jaringan ialah bagaimana kita menentukan pelabuhan mana yang akan dijadikan sebagai pengumpul (hubs) dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya operasional, perencanaan armada jangka panjang dalam hal rute dan frekuensi armada. Keputusan untuk menentukan pelabuhan mana yang akan ditetapkan sebagai pelabuhan pengumpul (hubs) yang akan mencerminkan pertimbangan mengenai hub dan spoke untuk pengiriman ke berbagai tujuan. Menurut Natalia et al. (2015) Sistem “Hub and Spoke” dikembangkan dengan memperhatikan keseluruhan titik asal dan titik tujuan pengiriman barang. Dengan sistem ini, efisiensi dapat dicapai melalui frekuensi pengiriman barang menjadi lebih rendah dan tingkat penggunaan armada menjadi lebih baik karena dapat disesuaikan dengan volumenya. B A C D E G F Gambar 1. Model Hub dan Spoke Sebuah “hub port” adalah salah satu komoditas tiba di angkut dengan kapal besar yang seterusnya akan diangkut melalui kapal – kapal kecil untuk berbagai pelabuhan kecil untuk berbagai pelabuhan tujuan. Hub port memiliki spoke yang menghubungkan keduanya, jaringan ini biasanya dikenal dengan sebutan “rute pengumpul” dalam arti bahwa mereka Kajian Koridor SLIN 2020 7 mengalirkan muatan dari pelabuhan besar ke pelabuhan yang lebih kecil. Pengiriman dengan sistem hub and spoke memiliki kelebihan dapat mengirimkan barang dari hub ke spoke, spoke ke hub dan dari hub ke hub secara lebih maksimal. Pola distribusi hub and spoke lebih menjamin kemerataan dalam pendistribusian barang dan juga menghemat biaya. Selanjutnya terkait pascapanen, menurut Cordeau et al.(2006), perencanaan logistik mencakup pengambilan keputusan mengenai jumlah, lokasi, kapasitas, teknologi produksi dan gudang. Perencanan logistik mencakup pemilihan pemasok, pemilihan lokasi, saluran distribusi, moda transportasi, aliran bahan mentah, setengah jadi, dan produk jadi. Berdasarkan jangka waktu perencanaan, terdapat tiga kategori perencanaan logistik yaitu tipe perencanaan strategis, taktis, dan operasional. Pemilihan rute dan penjadwalan kapal termasuk dalam perencanaan jangka menengah (Stock dan Lambert 2001). Sebagai bentuk turunan peraturan dibidang perikanan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). Sebagaimana dalam rencana aksi Cetak Biru Sistem Logistik Nasional, dalam implementasi SLIN perlu ditentukan titik-titk lokasi sebagai sentra produksi, pusat pengumpulan dan pusat distribusi atau jaringan logistik penyangga di masing-masing wilayah yang terintegrasi dalam satu kesatuan rantai distribusi yang disebut koridor. Kriteria penentuan koridor adalah mengikuti rantai pasok atau rantai distribusi yang sudah ada dengan tujuan memotret kondisi lapangan dan melakukan perbaikan rantai pasok hasil perikanan melalui fasilitasi program, sarana dan prasarana. Berdasarkan definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa logistik adalah aliran barang, informasi dan uang dari titik asal (supplier) ke titik tujuan (konsumen). Sedangkan manajemen logistik adalah proses perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian aliran barang, informasi dan uang dari supplier ke konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada waktu, jumlah dan tempat yang tepat. Mengacu kepada PERMEN KP No 5 tahun 2015 maka pendekatan Sistem Logistik Ikan Nasional mengacu kepada komoditas, wilayah/daerah dan konektifitas. Menurut Permen KP nomor 5 tahun 2015 SLIN Pusat Distribusi dan Pengumpulan dan Pusat Distribusi ditetapkan dengan kriteria: 1. Pusat Pengumpulan a. berada di lokasi yang menjadi pelabuhan pangkalan atau pelabuhan muat singgah kapal perikanan dan/atau sentra pembudidayaan ikan; b. tersedia prasarana pelabuhan yang memadai, khusus untuk pusat produksi dan/atau pusat pengumpulan ikan hasil tangkapan; c. tersedia jasa logistik yang terselenggara secara reguler; d. tersedia akses jalan yang memadai; e. tersedia lahan paling sedikit 2 (dua) hektar; dan f. tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai. 8 Kajian Koridor SLIN 2020 2. Pusat Distribusi a. berada di lokasi yang memiliki industri pengolahan ikan yang telah berkembang; b. tersedia jasa logistik yang terselenggara secara reguler; c. tersedia akses jalan yang memadai; d. tersedia lahan paling sedikit 2 (dua) hektar; dan e. tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai. Kajian Koridor SLIN 2020 9 III. KERAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar pula. Potensi sumber daya ikan yang sangat besar tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan dapat memberikan manfaat yang maksimal apabila dikelola dengan cara yang baik. Menurut UU No 44 Tahun 2009, pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Dalam pengelolaan sumber daya ikan terdapat dua sumber utama sumber daya yang ada, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pengelolaan perikanan tangkap dan perikanan budidaya memiliki perbedaan yang signifikan, di mana pada perikanan budidaya sumber daya ikan yang ada merupakan kepemilikan pribadi dari pembudidaya, sementara pada perikanan tangkap sumber daya yang ada merupakan kepemilikan umum sebelum dilakukan penangkapan. Pengelolaan sumber daya ikan harus memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan ikan yang ada di setiap lokasi koridor tersebut. Logistik ikan merupakan perpindahan ikan dari suatu wilayah asal (origin) ke wilayah tujuan (destination). Pemindahan sumber daya ikan dari wilayah asal ke wilayah tujuan tersebut, harus memperhatikan potensi lestari agar ekosistem dan keberlangsungan alam tetap terjaga. Pembagian potensi lestari dibagi menurut wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang tersebar di seluruh perairan laut Indonesia. Terdapat 11 (sebelas) WPP di mana masing-masing WPP memiliki nilai potensi lestari yang harus diperhatikan. Selain itu, untuk mendorong ekspor perikanan ke luar negeri dan juga percepatan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan, Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Pembangunan SKPT tersebut diharapkan dapat memaksimalkan potensi submber daya ikan yang ada di wilayah sekitar SKPT tersebut. Di samping perikanan tangkap, perikanan budidaya merupakan salah satu potensi besar yang ada di Indonesia. Produksi perikanan budidaya Indonesia diharapkan semakin meningkat dari waktu ke waktu, melalui sentra budidaya yang tersebar di berbagai wilayah dengan jenis komoditas yang beragam, baik komoditas air tawar, komoditas air payau, maupun komoditas air laut. 10 Kajian Koridor SLIN 2020 A. Perikanan Tangkap Kebutuhan untuk mengamankan ketahanan pangan dan keberlanjutan kesejahteraan ekonomi masyarakat nelayan, terutama di negara berkembang menjadi perhatian banyak pihak. Dalam konstelasi kebijakan pengelolaan perikanan di Indonesia, wilayah perairan laut Indonesia dibagi menjadi 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang terbentang dari wilayah Selat Malaka di sebelah barat Indonesia hingga Laut Arafura di sebelah timur Indonesia. Wilayah Pengelolaan Perikanan ini merupakan basis bagi tata kelola perikanan (fisheries governance) Indonesia yang diharapkan dapat menjadi kawasan implementesi pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan (Budhiman et al. 2011). Gambar 2. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia Jumlah potensi ikan menurut hasil Kajian Komnas Kajiskan potensi volume ikan di WPP yang telah ditetapkan adalah 12.541.438 ton per tahun. Sebaran kondisi eksploitasi dari masing – masnig WPP dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 50 Tahun 2017 sebagaimana pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat pemanfaatan (E) ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia pada tahun 2015 WPP 571 572 573 711 712 713 714 715 716 717 718 Potensi (ribu Ton) 425 1.240 1.267 767 1.341 1.177 788 1.242 597 1.054 2.637 Pelagis kecil Pelagis Besar non Tuna Cakalang Ikan Demersal Ikan Karang Udang Paneid Lobster Kepting Rajungan Cumicumi 0,83 0,50 1,50 1,41 0,38 1,23 0,44 0,88 0,48 0,70 0,51 0,52 0,95 1,06 0,93 0,63 1,13 0,78 0,97 0,63 1,00 0,99 0,33 0,57 0,39 0,61 0,83 0,96 0,58 0,22 0,45 0,39 0,67 0,34 0,33 1,09 1,53 1,22 1,27 0,76 0,34 1,45 0,91 1,07 1,59 1,53 1,70 0,53 1,11 0,52 0,39 0,78 0,50 0,46 0,86 1,30 0,93 0,61 0,54 1,36 1,40 1,73 1,32 0,75 1,04 0,97 1,00 0,18 0,28 1,09 0,70 0,83 1,55 1,19 0,38 0,87 0,85 0,93 0,49 0,98 1,18 0,65 0,73 0,77 0,98 0,50 1,21 0,77 0,62 0,39 1,11 1,84 2,02 1,19 1,00 1,86 1,42 1,09 1,28 E<0,5 = Moderate, upaya penangkapan ditambah 0,5≤E<1 = Fully-exloited, upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat E≥1 = Over-exploited, upaya penangkapan harus dikurangi Kajian Koridor SLIN 2020 11 Tingkat eksploitasi akan menjadi dasar dalam pemberian izin menangkap setiap WPP, khususnya terkait jumlah kapal, jenis alat tangkap dan ukuran kapal. Untuk komoditas tertentu seperti Tuna dan cakalang merupakan tipe beruaya jauh (highly migratory fish) sehingga kemungkinan dapat ditangkap di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif dari suatu atau lebih negara dan laut lepas. Sehingga jenis ini bukan yang termasuk estimasi stok ikan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan. Oleh sebab itu dalam pengelolaannya diperlukan kerjasama regional dan atau internasional. Indonesia juga berkomitmen untuk bekerjasama dengan berbagai negara di dunia dalam rangka pengelolaan Tuna yang berkelanjutan (Firdaus 2018). Oleh karena itu pengembangan tuna dan cakalang khususnya yang spesifikasi ekspor tidak terlepas dari pengaruh kebijakan kerjasama regional dan internasional. B. Perikanan Budidaya Budidaya perikanan merupakan rangkaian kegiatan sejak pembenihan, pembesaran dan pemanenan dari hasil perikanan dengan lingkungan yang terkontrol. Meningkatnya permintaan protein hewani ikan tidak hanya dapat dicukupi dari ketersediaan penangkapan ikan yang merupakan aktifitas hunting tapi juga perlu dimanfaatkan potensi yang budidaya sebagai aktifitas farming. Pertumbuhan sektor budidaya di pulau Jawa semakin terbatasi dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat dan kapasitas lingkungan yang harus suistainable. Oleh karena itu perkembangan budidaya masih terbuka luas untuk wilayah di luar pulau Jawa. Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk potensi di perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan 302.130 Ha (10,7%). Secara spesifik, khusus untuk perairan umum daratan (danau dan waduk), luas secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan didapat luasan potensial budidaya air tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya Keramba jarinig apung di perairan umum saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%. Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air tawar disebabkan karena belum terkelolanya secara optimal potensi tersebut akibat tumpang tindihnya pemanfaatan potensi lahan budidaya air tawar, serta belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air tawar tersebut. Potensi luas areal budidaya air payau saat ini tercatat 2.964.331 Ha, dengan tingkat pemanfaatan 650.509 Ha (21,9%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air payau disebabkan karena pengelolaan kawasan potensial budidaya air payau masih berada/ bersinggungan dengan kawasan mangrove, sehingga pemanfaatan potensi lahan budidaya air tersebut harus sejalan dengan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Selain itu belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air payau serta minimnya prasarana penunjang lainnya di kawasan potensial, menyebabkan pemanfaatan masih relatif kecil. Potensi luas areal budidaya laut saat ini tercatat 12.123.383 Ha, dengan tingkat pemanfaatan 325.825 Ha (2,7%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya laut disebabkan karena belum tersedianya payung hukum berupa peraturan yang menaungi Tata 12 Kajian Koridor SLIN 2020 Ruang pengelolaan/pemanfaatan ruang laut untuk berbagai kepentingan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatannya. Hal ini penting bagi pelaku usaha sebagai bentuk kepastian hukum dan perlindungan dalam berusaha dibidang budidaya laut. Selain itu tingginya modal yang diperlukan serta ketersediaan sarana penunjang yang terbatas, menyebabkan kurangnya minat masyarakat dalam usaha budidaya ikan laut. Kajian Koridor SLIN 2020 13 IV. KORIDOR SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL Sebagai negara dengan wilayah kepulauan menyebabkan aktivitas distribusi/ transportasi memeiliki tingkat kesulitan sendiri. Moda transportasi yang paling sesuai untuk pendistribusian komoditi adalah transportasi melalui laut. Sesuai data Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan ada empat (4) tipe kapal yang umum digunakan untuk pendistribusian komoditas, antara lain kapal carrier, tanker, container dan general cargo. Distribusi untuk komoditas ke wilayah timur, antara lain dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya (Fatma dan Kartika 2017). Kementerian Kelautan dan Perikanan merumuskan strategi dan melakukan berbagai program kebijakan yang mendorong upaya untuk menjaga atau menjamin ketersediaan pasokan dalam rangka pemenuhan permintaan (konsumsi) masyarakat termasuk industri yang terus meningkat dengan harga yang terjangkau. Kebijakan tersebut dapat berupa sistem untuk pengelolaan rantai pasokan perikanan yang efektif dan efisien guna menutup gap (celah) kesenjangan di antara produksi dan konsumsi yang meliputi: aspek wilayah/ geografi, waktu, kuantitas serta aspek komunikasi/informasi. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang mampu menjamin ketersediaan ikan secara kontinyu dan terjangkau baik pada musim panen maupun paceklik, kepada konsumen dan sebagai bahan baku industri pengolahan. Selain itu, sistem ini diharapkan mampu menjamin kestabilan harga ikan baik di tingkat nelayan/pembudidaya maupun di tingkat pasar, mendorong pertumbuhan industri perikanan, dan menjaga/mempertahankan kualitas ikan melalui sistem jaringan mutu. Secara komprehensif, sistem ini pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan sebuah sistem pengelolaan rantai pasokan yang mampu menjawab tantangan dan permasalahan dalam penanganan pasokan, produksi, distribusi, dan konsumsi ikan. Sistem yang telah dan sedang terus dikembangkan tersebut dinamakan Sistem Logistik Ikan Nasional atau SLIN (Permen KP 05/2015). Dasar hukum dari Konsepsi SLIN juga mengemban amanah Undang Undang No 7 tahun 2016 tentang Perlindungan dan pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam agar dapat menyerap produksi dari nelayan dan pembudidaya ikan dengan harga yang tidak merugikan nelayan dan pembudidaya. Di sisi dalam Undang-undang Perdagangan No 7 tahun 2014 mengamanahkan agar pemerintah menjamin ketersediaan pangan pokok dengan harga yang terjangkau. Turunan dari Undang-undang perdagangan tersebut adalah terbitnya Perpres no 71 tahun 2015 yang diubah dengan Perpres no 59 tahun 2020 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dimana ikan termasuk salah satu barang kebutuhan pokok dan barang penting (Tuna, Tongkol, Cakalang, Kembung dan Bandeng). Dengan dasar Perpres tersebut, Pemerintah berkewajiban untuk menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting dengan harga yang terjangkau. Untuk menjamin ketersediaan dan kestabilan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting, pemerintah dapat melakukan intervensi pasar dengan menetapkan kebijakan 14 Kajian Koridor SLIN 2020 pengendalian harga, mengendalikan stok dan melakukan operasi pasar. Konsepsi Sistem Logistik Ikan Nasional merupakan amanat perundangan-undangan sehingga perlu didorong menjadi program milik bersama dengan dukungan program lintas K/L, serta melibatkan stakeholders. SLIN sebagai rangkaian dari kata Sistem, Logistik, Ikan dan Nasional dapat dijabarkan dengan konsep yang mutakhir dan mengikuti perkembangan baik peraturan dan kebutuhan dunia usaha perikanan. Sebagai sebuah sistem perlu memperhatikan availability, serviceability dan cost. Sistem dibuat untuk menjawab tantangan antara lain mismatch antar sistem produksi, industri dan pasar, inefesiensi waktu dan biaya, tingginya losses. Sistem tersebut dibagi menjadi subsistem untuk pemenuhan ikan segar dalam negeri dan pemenuhan kebutuhan industri dan ekspor. SLIN terdiri dari 4 (empat) komponen Pengadaan, Penyimpanan, Transportasi, Distribusi dijabarkan dalam implementasi dalam target atau tujuan, pelaksana, waktu/tahapan serta metode pelaksanaan kegiatan. Mekanisme SLIN secara umum terdiri dari: penyerapan produk di hulu dengan harga menguntungkan pelaku hulu; konsolidasi ikan di pusat pengumpulan dan pusat distribusi penangkapan, serta pengaturan transportasinya; Distribusi ikan untuk kebutuhan konsumsi serta industri dengan tingkat harga yang terkoordinasikan dengan pemerintah; serta peran dan dukungan lintas stakeholders. Sistem Logistik Ikan Nasional merupakan konsepsi yang memiliki komponen pengadaan, penyimpanan, transportasi dan distribusi. Dalam implementasinya pelaksanaan SLIN dilakukan melalui pendekatan komoditas, wilayah/kawasan dan konektifitas. Komoditas yang dimaksud adalah komoditas unggulan seperti bapok dan kebutuhan industri dan ekspor. Wilayah/kawasan yang dimaksud adalah daerah yang memiliki potensi dalam penyediaan bahan baku ikan yang disebut dengan Pusat Produksi/Pusat Pengumpulan serta daerah yang berfungsi dalam penyaluran kepada unit pengolahan dan konsumsi yang disebut dengan Pusat Distribusi. Konektivitas merupakan keterhubungan antara Origin to Destination yang dalam konteks Sistem Logistik Ikan Nasional di Indonesia, yaitu menghubungkan Pusat Produksi/ Pengumpulan dengan Pusat Distribusi dalam trayek atau jalur yang dapat memberikan benefit peningkatan aktifitas ekonomi. Berdasarkan Best Practices yang telah dilaksanakan, maka konektivitas wilayah yang masih memerlukan pembenahan adalah Indonesia Timur sebagai Pusat Produksi dan Pengumpulan dan Pulau Jawa sebagai Pusat Distribusi. Wilayah Maluku, Papua, Sulawesi dan Nusa Tenggara merupakan daerah pengelolaan perikanan yang belum teroptimalkan secara penuh, sedangkan Pulau Jawa merupakan daerah padat penduduk yang merupakan pusat dari permintaan nasional dan unit pengolah ikan (UPI) sehingga harus memenuhi kebutuhannya yang cukup tinggi sampai keluar daerah Jawa. Koneksi antar daerah yang secara timbal balik saling membutuhkan dan dapat mendorong pengembangan ekonomi daerah dilakukan pendekatan penataan dalam jalur koridor. Kajian Koridor SLIN 2020 15 KONSEP PENGEMBANGAN KORIDOR LOGISTIK PC PC Area Konsumsi PC PC Area Industri PC PC Gambar 3. Konsep Pengembangan Koridor Logistik Koridor logistik tersusun atas Pusat Produksi (Production Center), Pusat Pengumpulan (Collection Center), dan Pusat Distribusi (Distribution Center). Pusat pengumpulan/Pusat Produksi menghimpun ikan dan mengirimkan ke Pusat Distribusi yang menjadi titik penyaluran ikan ke area konsumsi dan area industri. Dasar pengembangan koridor dilakukan mengacu kepada PERMEN KP nomor 5 tahun 2014 yaitu malalui pendekatan komoditas, wilayah/ daerah dan konektifitas. 4.1. Pendekatan Komoditas Sumberdaya hayati laut khususnya ikan merupakan salah satu penyediaan pangan bagi masyarakat. Sumberdaya kelautan dan perikanan diusahakan dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif guna mendapatkan hasil yang optimal. Pengelolaan perikanan merupakan sebuah kewajiban seperti yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 31/2004 yang ditegaskan kembali pada perbaikan undang-undang tersebut yaitu pada Undang-Undang No 45/2009. Dalam konteks adopsi hukum tersebut, pengelolaan perikanan didefinisikan sebagai semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Menurut Charles (2001) pengelolaan sistem perikanan tidak dapat dilepaskan dari tiga dimensi yang terkait yaitu dimensi sumberdaya perikanan dan ekosistemnya; dimensi pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk kepentingan sosial ekonomi masyarakat; dan dimensi kebijakan perikanan. Produksi perikanan dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat. Produksi yang meningkat dapat dipicu naiknya permintaan karena pertumbuhan penduduk dalam skala nasional maupun internasional. Manusia di era modern juga semakin menyadari pentingnya 16 Kajian Koridor SLIN 2020 konsumsi protein hewani yang juga kaya akan asam lemak omega 3 yang banyak dikandung pada ikan. Animo tersebut pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi ikan dan kebutuhan ikan dipastikan perlu penanganan yang intens untuk disediakan dalam jumlah yang kontinyu dan cukup. Kebutuhan akan penyediaan ikan didorong oleh adanya regulasi seperti barang kebutuhan pokok, dan juga untuk kebutuhan pemindangan dan ekspor. Gambar 4. Tren produksi beberapa komoditas utama perikanan (sumber: Pusdatin KKP 2020) A. Bahan Pangan Pokok Melalui Peraturan Presiden No 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, sebagaimana sudah diubah dalam Peraturan Presiden nomor 59 tahun 2020, maka ikan khususnya jenis Tuna, Tongkol, Cakalang, Kembung dan Bandeng termasuk ikan yang merupakan kategori bahan pokok. Pemerintah Pusat menetapkan jenis Barang Kebutuhan Pokok dilakukan berdasarkan alokasi pengeluaran rumah tangga secara nasional untuk barang tersebut tinggi. Penetapan jenis Barang Kebutuhan Pokok selain dilakukan berdasarkan ketentuan, juga memperhatikan ketentuan: pengaruh terhadap tingkat inflasi dan/atau memiliki kandungan gizi tinggi untuk kebutuhan manusia. Sebagai gambaran kebutuhan ikan Bapok untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 mencapai 266.376 ton per tahun. Kebutuhan tertinggi dari daerah Sumenep, Surabaya, Jember dan Sidoarjo. (Gambar 5) Kajian Koridor SLIN 2020 17 Gambar 5. Kebutuhan jenis ikan bahan pokok untuk konsumsi di Provinsi Jawa Timur Tabel 2. Jenis Ikan Bahan Pokok 1. Tuna 2. Tongkol 3. Cakalang 4. Kembung 5. Bandeng Pada kawasan yang sektor perikanan memegang peranan cukup tinggi dalam perekonomian masyarakat setempat, ikan khususnya jenis barang pokok dapat menjadi penyumbang tingkat inflasi. Jenis ikan bahan pokok juga sebagian besar hampir tersedia di seluruh Provinsi di Indonesia. Gambar 6. Grafik produksi bahan pokok tahun 2019 18 Kajian Koridor SLIN 2020 B. Komoditas Pemindangan Industri Pemindangan cukup menyita perhatian hal ini karena pindang merupakan jenis olahan rakyat yang peminatnya cukup tinggi. Jenis ikan pelagis yang dipindang umumnya adalah jenis layang, tongkol, bandeng, cakalang, kenyar dan slengseng. Kebutuhan bahan baku pemindangan memiliki jenis yang disubtitusi oleh produk-produk impor seperti pacific mackarel (Scomber japonicus) sebagaimana yang disebutkan oleh Arthatiani dan Deswati (2020) peruntukan impor salem/mackerel digunakan sebagai bahan baku pengolahan untuk tiga jenis usaha yakni pemindangan (73,53%), industri pengalengan (8,97%) dan industri fillet (17.50%) dengan tujuan pasar 80,71% untuk pasar domestik dan 19,29% pasar ekspor. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan pengendalian impor dengan melakukan koordinasi dengan instansi lain dan stakeholder, dengan tujuan dapat memberikan kesempatan bagi para nelayan domestik untuk menjadi penyuplai bahan baku pemindangan dalam negeri. Gambar 7. Kebutuhan bahan baku pemindangan (Ditjen PDS, 2020) Kebutuhan Bahan baku pemindangan cenderung meningkat setiap tahunnya sebagaimana pada Gambar 7. Bahan baku pemindangan cenderung meningkat rata rata 34 % per tahun dari 277.202 ton pada tahun 2015 menjadi 560.252 ton pada tahun 2018. Dari hasil survey yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan pada tahun 2020 diketahui preferensi konsumen di Pulau Jawa berdasarkan kebutuhan pengolah bahan baku pemindangan yaitu dari jenis ikan layang 38,13%, kembung 4,71%, tongkol 13,07%, lemuru 13,25%, salem/makarel 18,36% dan jenis ikan lainnya 12,48%. Ikan layang termasuk yang paling tinggi permintaannya untuk menjadi bahan baku pindang. Namun permintaan ikan salem juga cukup tinggi walaupun masih berada di bawah jenis layang. Produksi ikan layang di Indonesia sebenarnya termasuk paling tinggi di antara ikan lainnya. Pada tahun 2019 produksi ikan layang pada pelabuhan yang dipantau oleh PIPP DJPT mencapai 20% dari total produksi, diikuti oleh Cakalang sebesar Kajian Koridor SLIN 2020 19 16 % dan tongkol 10% (Gambar 8). Melihat kelimpahan produksi serta potensi ikan layang dalam bahan baku pemindangan maka perlu menjadi perhatian dalam penanganan logistik ikan secara nasional. Gambar 8. Jenis Ikan tangkap tahun 2019 dari Pelabuhan Perikanan PIPP C. Komoditas Eskpor Salah satu komoditas unggulan perikanan adalah rumput laut, udang, TTC, CumiSotong-Gurita dan Rajungan-Kepiting. Volume tertinggi adalah rumput laut dan diikuti oleh udang dan TTC sebagaimana pada Tabel 3. Tabel 3. Volume komoditas ekspor tahun 2015-2019 Komoditas Volume (Ribu ton) 2015 2016 2017 2018 Rumput Laut 212 188 192 213 209 Udang 162 172 181 197 208 Tuna-Tongkol-Cakalang 164 138 198 168 184 Cumi-Sotong-Gurita 99 122 120 152 144 Rajungan-Kepiting 24 29 27 28 26 Komoditas Lainnya 415 425 360 367 413 Gambar 9. Nilai devisa dari komoditas ekspor perikanan 20 2019 Kajian Koridor SLIN 2020 Selama kurun waktu 2015 – 2019 komoditas udang menyumbang nilai devisa paling tinggi dibandingkan komoditas lainnya yaitu senilai 37 % diikuti TTC, Cumi-Sotong-gurita, Rajungan-Kepiting, maupun rumput laut. Rumput laut walaupun secara kontribusi volume paling tinggi namun nilainya rendah karena harga per satuan volume juga rendah. Oleh sebab itu udang dan TTC sebagai komoditas ekspor utama dipandang perlu untuk menjadi penentu dalam pengembangan koridor logistik perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu terus berupaya mendongkrak peningkatan ekspor produk perikanan Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencapai target ekspor produk perikanan Indonesia. Udang dinilai sebagai salah satu komoditas perikanan paling potensial untuk dikembangkan. Pasar utama udang Indonesia adalah pantai timur Amerika. Sedangkan pantai barat Amerika masih dikuasai pemasok dari India. Begitu pula dengan pasar Eropa yang belum dapat dioptimalkan untuk pemasaran produk perikanan Indonesia. 4.2. Pendekatan Wilayah/Daerah A. WPP Perikanan Pengendalian ekploitasi perikanan sejak terbitnya Kepmen KP nomor 50 tahun 2017, diharapkan dapat memperbaiki pemulihan ekosistem laut sehingga tingkat pemanfaatan untuk komoditas tertentu di WPP tertentu saat ini sudah lebih membaik. Berdasarkan informasi dari DJPT jumlah kapal perikanan >30 GT yang aktif mencapai lebih dari 5.000 kapal (Tabel 4) Sebagian besar menangkap di WPP RI dan sebagian kecil di laut lepas. Tabel 4. Sebaran WPP Kapal Perikanan aktif ukuran > 30 GT (Sumber :DJPT 2020) Kajian Koridor SLIN 2020 21 Jumlah izin terbanyak pada tahun 2020 berada di WPP 718 dengan jumlah kapal 1.672 (total 181.752 GT), diikuti oleh WPP 711 dengan jumlah kapal 974 kapal (73.138 GT) dan WPP 572+ WPP 573 sebanyak 549 kapal (72.966 GT). Wilayah penangkapan tersebut berada di sekitar perairan Laut Arafura, Samudra Hindia, dan Selat karimata hingga Laut Cina Selatan. Beberapa lokasi penangkapan tersebut juga terdapat daerah SKPT potensial seperti antara lain Timika dan Natuna, selain Merauke, Sabang, Saumlauki, Rote Ndao, dan Sumba Timur. Gambar 10. Sebaran Aktifitas Seluruh Kapal Penangkapan Indonesia Gambar 11. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan >30 GT 22 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 12. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan <30 GT B. Sentra Budidaya Sebagaimana Tabel 5 Potensi produksi budidaya cukup tinggi di beberapa daerah di Sulawesi dan Nusa Tenggara, termasuk juga di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Jenis komoditas budidaya antara lain udang, rumput laut, bandeng, ikan air tawar (lele, patin, nila, mas) dan pembesaran ikan-ikan karang. Pada Gambar 13, sebagai contoh pada komoditas Bandeng, Provinsi Sulawesi Selatan mampu memproduksi sekitar 18,84 % dari total produksi Nasional, di bawah penghasil bandeng terbanyak yaitu Jawa Timur dengan presentase 21,01%. Tabel 5. Penghasil terbesar produksi perikanan budidaya menurut provinsi tahun 2011 – 2015 (DJPB 2016) No 1 Provinsi Sulawesi Selatan 2011 Produksi / Tahun (ton) 2012 2013 2014 2015 1 633 274 2 235 007 3 103 434 3 479 420 21,17 2 592 136 Kenaikan Rata-rata (%) 2 Nusa Tenggara Timur 379 399 401 582 1 849 473 1 970 112 2 289 605 97,28 3 Sulawesi Tengah 781 378 929 215 1 324 445 1 218 406 1 396 701 17,02 4 Jawa Timur 715 865 927 974 995 962 1 043 886 1 093 121 11,62 5 Jawa Barat 695 104 778 999 970 568 1 006 017 1 075 260 11,80 6 Nusa Tenggara Barat 381 410 547 059 719 358 887 395 1 066 922 29,63 7 Sulawesi Tenggara 647 836 712 597 1 010 927 1 037 416 994 056 12,58 8 Maluku 612 505 477 484 592 053 501 582 725 278 7,82 9 Sumatera Selatan 291 375 404 923 435 001 487 199 496 943 15,10 10 Sulawesi Utara 151 549 212 160 322 863 429 543 478 702 34,17 242 865 261 736 397 106 501 809 421 022 17,44 ... ... ... ... 316 963 - 286 712 22,02 11 Jawa Tengah 12 Kalimantan Utara 13 Sumatera Barat 131 554 181 360 206 870 262 863 14 Sumatera Utara 125 607 144 247 193 757 204 756 148 513 6,84 15 Kalimantan Selatan 76 903 91 029 96 646 118 256 127 152 13,61 Kajian Koridor SLIN 2020 23 Gambar 13. Sebaran sentra produksi ikan bandeng 2015 C. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Pada tahun 2017 KKP mengembangkan 12 SKPT prioritas untuk mendorong ekspor perikanan ke luar negeri dan juga percepatan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Adapun ke 12 SKPT tersebut adalah Natuna, Samlauki, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak-Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur dan Sabang. Pembangunan SKPT dilakukan melalui pendekatan pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefinisikan sebagai pusat bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tujuan SKPT adalah ketahanan pangan, meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat, serta mendorong pendapatan devisa melalui ekspor, dan memberikan pendapatan kepada masyarakat, SKPT juga dalam rangka mengatur tata niaga dan mengelola dengan baik sektor kelautan dan perikanan. Kriteria pemilihan lokasi SKPT adalah: a) merupakan PPKT atau Kabupaten yang memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau Kawasan Strategis Nasional; b) mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan; c) ketergantungan masyarakat akan sumberdaya kelautan dan perikanan sangat tinggi; d) adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah; e) memiliki sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan; dan f) telah tersedia sarana dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan. 24 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 14. Wilayah Pengembangan SKPT D. Pusat Indutri Perikanan Perbaikan sistem distribusi perikanan dari proses hulu hingga ke hilir harus diperhatikan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar akan produk perikanan dan berkualitas yang terus meningkat. Penguatan rantai pasok, kemitraan dan perluasan pasar dapat dilakukan dengan peningkatan supply bahan baku dalam negeri, pengembangan sistem rantai dingin dan distribusi, penguatan sistem informasi pasar, dan sistem produksi yang efisien. Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) yang dilaksanakan di sektor hulu menghadapi beberapa kendala seperti masih kecilnya serapan lokal setempat. Pesatnya pertumbuhan infrastrutur di Pulau Jawa yang diikuti oleh pertumbuhan penduduk, turut meningkatkan kebutuhan permintaan bahan baku dari luar jawa. Fakta menunjukkan bahwa kondisi wilayah Barat Indonesia, dipandang dari aspek perekonomian wilayah, dapat dikatakan masih lebih maju dibandingkan dengan wilayah Timur Indonesia. Kondisi tersebut dapat dicermati dari ketersediaan infrastruktur yang ada di kedua wilayah tersebut. Gambar 15. Sebaran Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Menengah besar Kajian Koridor SLIN 2020 25 Dalam pembangunan sektor perikanan, daerah-daerah yang menjadi wilayah sentra produksi ikan berada di wilayah Timur Indonesia, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sementara, konsumen ikan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, yang notabene memiliki jumlah penduduk paling banyak dibandingkan pulau-pulau yang lain pada saat ini. Sehingga cukup logis apabila industri berbasis komoditas ikan juga lebih banyak berada di Jawa. Dari keberadaan fasilitas seperti UPI skala menengah besar, saat ini jumlahnya mencapai unit, 991 unit mayoritas berada di Jawa. Saat ini, di Jawa terdapat lebih dari 444 unit pengolahan ikan (UPI) atau sekitar 44,80 % dari total UPI di seluruh wilayah. Sangat jelas bahwa Jawa merupakan wilayah sentra industri bagi pengolahan produk perikanan, sementara Sulawesi, Maluku dan Papua sebagai sentra produksi ikan terbesar. Gambar 16. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Mikro Kecil di Pulau Jawa Begitu juga jumlah UPI skala mikro kecil terpusat terutama di Jawa Timur (10.624 unit), Jawa Barat (9.804 unit) dan Jawa Tengah (6.552 unit). Fasilitas UPI yang terpusat di Pulau Jawa turut mendorong peningkatan kapasitas nilai tambah, sehingga volume hasil olahan sebagian besar berada di Pulau Jawa sebagaimana Gambar 17. Gambar 17. Produksi olahan UPI Skala Kecil, Menengah dan Besar di Indonesia 26 Kajian Koridor SLIN 2020 4.3. Pendekatan Konektivitas Pengiriman ikan melalui laut antar pulau di Indonesia merupakan salah satu pilihan yang paling efisien dalam pengiriman komoditas ikan. Pengiriman ikan antar pulau di Indonesia melalui laut dapat mencapai lebih dari 90%, jika dibandingkan pengangkutan dengan udara. Oleh sebab itu maka keragaan logistik laut akan menjadi sangat penting untuk dipetakan dalam penyusunan kebijakan logistik perikanan. Tabel 6. Domestik Keluar dan Domestik Masuk melalui transportasi laut tahun 2019 Domestik keluar Wilker Karantina Ikan Timika Wilker Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Makassar Wilker Pelabuhan Laut Bitung Wilker karantina Ikan Kendari Balai KIPM Tarakan Wilker Pelabuhan Laut Sorong Wilker Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Volume (ton) % Domestik Volume (ton) % Nasional 12,9 Masuk Balai KIPM 128.247.589 Nasional 32,26 42.198.146 10,6 Jakarta II Balai KIPM 97.410.512 Surabaya II 24,50 39.863.800 10,0 Balai 4,40 19.314.127 4,9 12.127.292 10.158.038 3,1 2,6 9.934.825 2,5 51.094.111 KIPM 17.500.378 Semarang Ambon Sumber (diolah dari BKIPM) Berdasarkan data dari BKIPM pada tahun 2019, pengiriman ikan melalui laut didominasi melalui pintu pelabuhan Makassar, Bitung, Timika, Kendari, Tarakan, Sorong dan Ambon. Tujuan kirim sebagian besar ke daerah Jakarta, Surabaya dan Semarang. Untuk mendalami lebih jauh terkait logistik yang menghubungkan daerah tersebut maka tidak terlepas dari fasilitas, jasa logistik dan lintasan yang dilewati dari lokasi produksi ke lokasi pengolahan atau konsumsi Mengulas terkait konektivitas maka tidak terlepas kaitannya dengan sarana transportasi dengan dukungan wadah atau sarana muatan (container, palkah, tanker dan lainnya) yang efisien, serta pelabuhan yang menghubungkan antar pulau sebagai tempat transfer muatan antar moda laut-darat. A. Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, crane untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang di mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu Kajian Koridor SLIN 2020 27 pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi jalan kereta api dan/atau jalan raya, agar para penumpang atau barang bongkar muat dapat melanjutkan perjalanan melalui darat menuju tempat tujuan. Pelabuhan merupakan suatu pintu masuk ke suatu wilayah atau negara dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau bahkan antar negara, benua dan bangsa. Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan pelabuhan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosial ekonomis maupun teknis (Triatmodjo 2009). Masih menurut Triatmodjo (2009), pelabuhan dapat dibedakan berdasarkan penyelenggaraan, pengusahaan, fungsi perdagangan nasional/internasional, fungsi penggunaanya, dan letak geografis sebagaimana pada Tabel. 7. Tabel 7. Kategori Pelabuhan No Kategori 1 Penyelenggaraan 2 3 4 5 28 Jenis Pelabuhan Umum Pelabuhan Khusus Pengusahaan Pelabuhan yang diusahakan Pelabuhan yang tidak diusahakan Fungsi perdagangan Pelabuhan Laut nasional/ internasional Pelabuhan Pantai Penjelasan Untuk kepentingan masyarakat umum Untuk kepentingan sendiri (bukan untuk umum) guna meunjang kegiatan sendiri Terdapat fasilitas bongkar muat, bea cukai dan dikenakan biaya atas jasa pelabuhan Tanpa fasilitas bongkar muat, bea cukai dan pembiayaan disubsidi oleh pemerintah. Bebas dimasuki oleh bendera asing Disediakan khusus untuk lalu lintas dalam negeri Fungsi Penggunaan Pelabuhan Ikan Tempat bagi kapal ikan untuk mendukung aktifitas penangkapan dan pelayanan yang diperlukan Pelabuhan Khusus untuk penyaluran minyak Minyak menggunakan pipa pipa. Terletak jauh dari kepentingan umum. Pelabuhan Untuk bongkar muat barang dan Barang perpindahan moda transportasi dari laut ke darat atau sebaliknya dan dilengkapi gudang atau lapangan penumpukan. Jenis Muatan biasanya Barang umum (general cargo), curah (bulk cargo) dan peti kemas (container) Pelabuhan Digunakan oleh orang-orang yang Penumpang berpergian dengan menggunakan kapal penumpang Pelabuhan Secara umum digunakan untuk penumpang Campuran dan barang, sedangkan untuk munyak dan ikan terpisah. Namun pelabuhan yang dalam skala pengembangan dapat digunakan ragam komoditas secara bersama Pelabuhan Militer Terletak di daerah yang cukup luas untuk manuver cepat dari kapal-kapal perang Letak Geografis Pelabuhan Alam Terletak di daerah yang terlindungi dari badai dan gelombang secara alami Pelabuhan Terletak di daerah yang dilindungi dari Buatan badai dan gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang. Pelabuhan Semi Campuran dari tipe alam dan buatan alam Kajian Koridor SLIN 2020 Dalam kaitannya dengan komoditas ikan maka secara definisi untuk pelabuhan yang terkait adalah pelabuhan ikan, pelabuhan barang dan pelabuhan campuran. Menurut Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. Oleh sebab itu fungsi pelabuhan ikan memiliki fungsi khusus untuk pendaratan ikan dari kapal perikanan terutama kapal penangkap ikan maupun kapal pengangkut ikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan nomor 8 Tahun 2012 Pelabuhan Perikanan dapat diklasifikasikan atas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sebagaimana pada Tabel 8 berikut: Tabel 8. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Daerah tangkap KlasiKapal fikasi Perikanan yang dilayani PPS perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif dan laut lepas Peruntukan Fasilitas tambat labuh Dermaga Daya tampung kapal Pengelolaan Lahan Dapat Panjang ≥100 ≥ 20 ha digunakan ≥ 300 m, unit atau kapal ≥ 60 GT kedalaman jumlah kolam < - 3m seluruh ≥ 6.000 GT PPN perairan Dapat Indonesia, digunakan Zona kapal ≥ 30 GT Ekonomi Eksklusif Panjang ≥ 150 m, kedalaman kolam < - 3m PPP perairan Indonesia Dapat Panjang ≥ 30 unit ≥ 5 ha digunakan ≥ 100 m, atau kapal ≥ 10 GT kedalaman jumlah kolam < - 2m seluruh ≥ 300 GT PPI perairan Indonesia Dapat digunakan kapal ≥ 5 GT Panjang ≥ 50 m, kedalaman kolam < - 1 m ≥ 75 unit ≥ 10 ha atau jumlah seluruh ≥ 2.250 GT ≥ 15 unit ≥ 1 ha atau jumlah seluruh ≥ 75 GT Operasional Sebagian ikan untuk tujuan ekspor, bongkar muat dan pemasaran rata-rata 50 ton/hari, terdapat Industri pengolahan dan industru penunjang lainnya bongkar muat dan pemasaran ratarata 30 ton/hari, terdapat Industri pengolahan dan industru penunjang lainnya bongkar muat dan pemasaran ratarata 5 ton/hari, terdapat Industri pengolahan dan industri penunjang lainnya bongkar muat dan pemasaran ratarata 2 ton/hari Kajian Koridor SLIN 2020 29 Kriteria tersebut menjadi dasar dalam penetapan pelabuhan perikanan yang tersebar di Seluruh Indonesia. Jumlah Pelabuhan Perikanan Samudera saat ini baru berjumlah 7 pelabuhan, Pelabuhan Perikanan Nusantara 18 Pelabuhan, Pelabuhan Perikanan Pantai 40 Pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Gambar 18. Sebaran Pelabuhan Perikanan Samudera Gambar 19. Sebaran Pelabuhan Perikanan Nusantara Gambar 20. Sebaran Pelabuhan Perikanan Pantai 30 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 21. Sebaran Pangkalan Pendaratan Ikan Pelabuhan barang/niaga yang juga memegang peranan penting dalam konektivitas antar pulau yang menjadi simpul penting dalam proses disribusi ikan. Pelabuhan niaga di era modern merupakan integrasi layanan terkait transfer produksi perdagangan, logistik dan transfer informasi. Sebagai simpul dalam sistem rantai pasok yang yang menghubungkan antar pulau, performa pelabuhan akan memberikan dampak kompetitif dari penggunanya dan mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah asal (origin) maupun tujuan (destination) (Lam dan Yap, 2011) Pelabuhan niaga melakukan pelayanan antara lain jasa dermaga, jasa lapangan, dan jasa gudang. Jasa pelayanan bongkar muat mulai dari kapal hingga penyerahan ke pemilik barang. Barang lalu di kirim ke penumpukan lapangan atau gudang. Selain itu terdapat jasa layanan yang menunjang kegiatan yang ada di pelabuhan, meliputi jasa sewa alat – alat pelabuhan, penyediaan listrik, dan telepon. Misalnya pihak kapal menyewa alat derek (crane) untuk mengangkat atau memindahkan barang saat di kapal atau dermaga. Sebaran Pelabuhan Barang utamanya di operasionalkan oleh BUMN Pelabuhan yaitu PELINDO I, PELINDO II, PELINDO III dan PELINDO IV. Perbedaan dari ke empat BUMN tersebut adalah pembagian wilayah kerja sebagaimana gambar berikut. Wilayah PELINDO I terutama di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau dengan Cabang antara lain di Belawan, Dumai, Tanjung Pinang, Pekanbaru, Karimun, Kuala Tanjung, Batam, Sei Pakning, Sibolga, Malahayati, Lhokseumawe, Asahan, Tembilahan Gambar 22. Pembagian daerah operasi PELINDO Kajian Koridor SLIN 2020 31 dan Gunung Sitoli. Gambar 23. Wilayah Kerja PELINDO I Wilayah PELINDO II terutama di Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Kalimantan Barat dengan Cabang antara Lain Tanjung Priok, Palembang, Panjang, Pontianak, Teluk Bayur, Banten, Bengkulu, Cirebon, Jambi, Pangkal Balam, Sunda Kelapa, dan Tanjung Pandan. Gambar 24. Wilayah Kerja PELINDO II Wilayah PELINDO III terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Bali Nusa Tenggara dengan cabang antara lain Tanjung Perak, Tanjung Tembaga, Kalianget, Gresik, Tanjung Emas, Tegal, Tanjung Intan, Petikemas Semarang, Sampit, Pulau Pisang, Batu Licin, Bagendang, Bumiharjo, Banjarmasin, Kotabaru, Mekarputih, dan Kumai. 32 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 25. Wilayah Kerja PELINDO III Wilayah kerja PELINDO IV berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Cabang yang dimiliki tersebar di Gorontalo, Makassar, Pare Pare, Kendari, Pantoloan, Toli Toli, Manado, Bitung, Bau-Bau, Jayapura, Biak, Merauke, Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sengata, Ambon, Nunukan, Tarakan, Tanjung Redeb, Gambar 26. Wilayah Kerja PELINDO IV Sorong, Manokwari, Fak fak dan Ternate . Selain oleh BUMN PELINDO, Pelabuhan Barang juga dikelola oleh pemerintah ataupun swasta. Total Pelabuhan barang/niaga berjumlah sekitar 162 Pelabuhan sebagaimana pada Lampiran 1. B. Sarana Distribusi 1) Kapal Perikanan Keberadaan pelabuhan perikanan akan mempengaruhi peran dari salah satu jenis kapal perikanan yaitu kapal pengangkut ikan untuk mendistribusikan ikan yang dikumpulkan ke tujuan pelabuhan perikanan yang memiliki pasar yang cukup menjanjikan. Aktifitas kapal pengangkut ikan juga rentan dengan pelanggaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Supit et al. (2016) bahwa sering terjadi kejadian dengan tidak mendaratkan hasil tangkapan/ angkutannya di setiap pelabuhan pangkalan yang sudah ditentukan dalam Surat Ijin Kapal Kajian Koridor SLIN 2020 33 Pengangkut Ikan (SIKPI), dan lamanya hari operasi yang di tentukan dari keberangkatan awalnya sampai kapal pengangkut ini kembali ke pelabuhan pangkalannya. Kapal pengangkut ikan berdasarkan data DJPT (2020) pada Lampiran 2 dan Lampiran 3 sebagian besar izin pangkalannya berada di Nizam Zachman, Benoa, Bitung, Bajomulyo, Ambon, Dobo, Mayangan, Pelabuhan Ratu, dan Poumako, sedangkan keterangan pelabuhan muat singgah dominan berada di WPP 718 (Poumako,Dobo, Merauke, Kalar-kalar, Tual, Saumlaki), WPP 717 (Karimun, Tanjung Pinang) dan WPP 715 (Kaimana, Dulan pokpok, Bintuni, Tobelo, Morotai). 2) Kapal Niaga Keberadaan perusahaan pelayaran sangat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia dalam bisnis pengiriman barang atau pindahan ke luar pulau, yang belum memiliki jalur darat untuk saling terhubung. Transportasi laut mejadi sangat strategis karena berperan dalam menghubungkan satu wilayah/pulau dengan wilayah/pulau lainnya sehingga aktifitas perekonomian dapat berjalan lancar. Selain itu, sektor transportasi laut juga berperan dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal dan daerah terluar dan sebagai sarana penunjang perekonomian bagi daerah berkembang. Transportasi laut dapat menggerakkan dinamika pembangunan melalui mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola distribusi nasional. Salah satu sarana penting adalah kapal niaga atau kapal dagang. Kapal niaga atau kapal dagang adalah perahu atau kapal yang mengangkut kargo. Kapal ini terdiri dari berbagai jenis, ukuran dan bentuk. Salah satu jenis kapal niaga adalah kapal barang (cargo ship). Kapal ini digunakan sebagai alat angkutan laut oleh penyedia jasa logistik, termasuk dalam pengangkut produk perikanan. Jenis kapal kargo yang biasa digunakan dalam transportasi logistik produk perikanan adalah kapal peti kemas (container). Kapal jenis ini adalah kapal yang dapat menampung peti kemas dengan jumlah tertentu dari satu tempat ke tempat lainnya. Peti Kemas (container) adalah suatu peti kemas berbentuk box dan berisi berbagai variasi muatan tertentu. Kapal peti kemas (sering juga disebut celullarship) adalah kapal yang dibangun khusus mengangkut kontainer atau peti kemas ukuran standar. Penempatan peti kemas bersifat seluler, dengan bingkai vertikal. Berukuran mulai dari sekitar 500 TEU hingga sekitar 22.000 TEU. Kontainer dapat memuat kontainer ukuran 20 ft dan 40 ft. Setiap kapal umumnya mencantumkan kapasitas angkut maksimumnya untuk masing-masing ukuran kontainer. Peti kemas berpendingin (reefer container) digunakan untuk mengangkut barang – barang yang memerlukan suhu pendingin, misalnya untuk jenis sayur-sayuran, daging dan produk perikanan, yang memiliki unit refrigerasi terpadu yang bergantung pada listrik yang dipasok oleh sumber listrik pada lokasi di darat, kapal peti kemas, ataupun dermaga. Saat diangkut oleh truk atau kereta api, listrik untuk peti kemas ini juga dapat dipasok oleh generator diesel ("genset") yang ditempelkan pada peti kemas selama perjalanan. Peti kemas berpendingin mampu mengatur suhu udara hingga mencapai paling rendah -65 °C 34 Kajian Koridor SLIN 2020 dan paling tinggi 40 °C. Beberapa peti kemas berpendingin juga dilengkapi dengan sistem air pendingin, yang dapat digunakan apabila peti kemas disimpan di bawah dek kapal, tanpa ventilasi yang cukup untuk menurunkan panas yang dihasilkan oleh unit refrigerasi. Sistem air pendingin lebih mahal daripada ventilasi udara biasa, sehingga makin jarang digunakan. Udara dan air biasanya juga dikombinasi sebagai pendingin. Udara mengeluarkan panas yang dihasilkan oleh peti kemas, sementara air membantu mengurangi panas yang dihasilkan oleh peti Gambar 27. Kapal Peti Kemas dan Peti Kemas Berpendingin kemas. Penyedia jasa logistik angkutan laut adalah perusahaan atau perseoragan yang mempunyai fungsi melakukan perpindahan barang atau kargo dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kapal laut sebagai alat angkut yang dilakukan sendiri atau sewa kepada pihak lain. Penyedia jasa logistik angkutan laut terdiri dari perusahaan pelayaran atau perusahaan yang memiliki kapal dan perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi muatan barang yang menjalankan usahanya untuk mencarikan pengangkut bagi pengirim barang. Dalam hubungannya dengan pengiriman biasanya terdapat agen yang merupakan bagian dari bisnis perusahaan pelayaran ataupun pihak ketiga yang disebut Freight Forwarder adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang keagenan yang mengurusi pengiriman dan penerimaan barang domestik maupun internasional. Freight Forwarder ini bisa dikatakan sebagai Shipping Agent / Carrier. Selain itu terdapat istilah EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) yang merupakan usaha pengurusan dokumen dan muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen dan muatan yang berasal dari kapal yang bertugas untuk mengurus barang dari pemilik yang secara tertulis telah mendapat kuasa dari pemilik. Ada beberapa perusahaan pelayaran nasional yang melakukan aktifitas pengangkutan ikan baik dalam bentuk curah maupun dalam bentuk kargo dengan menggunakan kontener berpendingin (Reefer Container), beberapa diantaranya adalah: Kajian Koridor SLIN 2020 35 - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) PT Pelni melayani pengangkutan paket barang, dry/refeer container, general cargo, kendaraan maupun penyewaan kapal angkutan komersial. Dalam rangka menunjang bisnis jasa logistik, saat ini PT PELNI memiliki 26 kapal penumpang; 5 kapal barang Tol Laut; 1 kapal ternak; dan 7 kapal barang komersial. Jenis wadah/container antara antara lain Red Pack (dimensi 100 x 50 x 50 cm atau berat maksimal 120 kg), Dry Container (kapasitas 10 dan 20 TEUs), Reefer Container (muatan beku kapasitas 10 dan 20 TEUs), dan General Cargo (curah). PT PELNI memiliki 7 (tujuh) kapal barang komersial yang dapat disewa oleh pihak lain dengan skema kerja sama (1) Voyage Charter; (2) Time Charter. (Sumber : https ://pelni.co.id). - PT Tanto Intim Line Tanto Line memiliki 50 kapal kontainer dengan total kapasitas 26.731 TEUs. Melayani 18 pelabuhan di kepulauan Indonesia. Memiliki lebih dari 41.000 kontainer dari semua ukuran dan jenis, usia rata-rata wadah kurang dari lima tahun. Mengelola total 246.000 m². dari halaman kontainer di Surabaya dan Jakarta. Lokasi Tanto Surabaya memiliki luas 141.000 m², dengan kapasitas penyimpanan 16.600 TEUs sedangkan Jakarta memiliki luas 105.000 m². dengan kapasitas penyimpanan 13.200 TEUs, serta dilengkapi plug in reefer semalam. - PT Meratus Line Layanan dan Armada Meratus antara lain Kontainer-kapal antar pulau di Indonesia, termasuk layanan langsung dari Surabaya ke Dili, Timor Timur. Meratus Memiliki armada 56 kapal, 40.000 kotak kontainer, 30 kapal kontainer antara pelabuhan utama di Indonesia. Perusahaan afiliasi antara lain MIF (jasa pengiriman barang domestik dan internasiona, Meratus Advance Maritim (MDM) (transportasi batubara dan logistik) - PT Salam Pasific Indonesia Line (SPIL) SPIL memiliki fasilitas plugging Reefer Container di setiap kapal, sehingga customer tidak perlu lagi membawa genset apabila akan melakukan pengiriman. Jumlah plug yang ada di kapal bervariasi mulai dari 50 plug hingga mencapai 500 plug. Ditunjang juga dengan crew kapal SPIL yang berpengalaman juga siap untuk memastikan Container Reefer customer tetap aman selama perjalanan dari pelabuhan pemuatan hingga pelabuhan bongkar. - PT Pelayaran Tempuran Emas (TEMAS) Armada yang dimiliki terdiri dari 22 unit kapal dengan kapasitas sebesar 12.838 TEUs, 24.854 unit. kontainer peti kemas. Keunggulan layanan Temas Line antara lain Armada kapal modern dan memiliki sarana pelabuhan tersendiri. Keberadaan berbagai peralatan berat penunjang kegiatan bongkar muat kontainer, seperti Harbour Mobile Crane (HMC) tipe HMK 260E, Reach Stakers, Empty Container Handler dan Container Forklift. Memiliki 2.500 unit food grade container yang dikhususkan untuk mengangkut produk makanan, minuman dan farmasi. 36 Kajian Koridor SLIN 2020 - PT Mentari Sejati Perkasa Memiliki 16 kapal dengan berbagai jenis. Jenis pelayanan yang diberikan antara lain, penyediaan kontainer, depot kontainer, Stevedoring, Shipping Agent, dan Project Shipment. Selain dari beberapa perusahaan shipping line dan logistik di atas, terdapat perusahaan ekspedisi muatan kapal laut yang sering melakukan pengiriman kargo ikan, beberapa diantaranya adalah : HSN GROUP - PT Hamparan Segara Niaga - PT Rahayu Perdana Trans - PT Radah Penggih Tatalaksana - PT Rukma Padaya Trans - PT Citra Mandiri Sejati - PT TAL - PT Hagajaya Kemasindo Sarana - PT Centranusa Pasific C.Trayek / Jalur pengiriman 1) Pelni Jaringan Trayek PELNI mencakup lintasan di beberapa pelabuhan dengan jaringan cukup luas di Indonesia. Namun untuk beberapa daerah, PELNI lebih banyak mengoperasikan kapal penumpang, sehingga pengiriman ikan untuk jalur pendek bisa dilakukan dengan menggunakan wadah styrofoam. Gambar 28. Jalur Pelayaran PELNI Pelni juga telah berpartisipasi dalam mengoperasikan trayek tol laut. Pada tahun 2018 trayek yang dilayani PELNI antara lain 1. Trayek 2 -Jakarta Tanjung Priok-Tanjung Batu-Blinyu-Tarempa -Natuna (Selat Lampa)-Midai-Serasan-Tanjung Priok Operator PT Pelni KM Cempaka Jaya Niaga III-4 2. Trayek 4 Tahuna-27-Kahakitang-30-Buhias-23-Tahulandang-20-Biaro-144-Lirung-4Melangoane-50-Kakorotan-65-Miangas-81-Marore-73-Tahuna PT Pelni KM Logistik Nusantara 1 3. Trayek 6 yang ada di Surabaya yaitu jalur Tanjung Perak-Tidore-Morotai PT. Pelni Kajian Koridor SLIN 2020 37 KM Logistik Nusantara 2 4. Trayek 13 Surabaya, Tanjung Perak-Kalabahi-Moa-Rote-Sabu yang dioperatori PT Pelni KM Logistik Nusantara 4 5. Trayek 14 Surabaya, Tanjung Perak-Loweleba-Adonara-Larantuka dioperatori PT Pelni KM Logistik Nusantara 4 6. Trayek 15 Surabaya, Tanjung Perak-Kaisar-Namarole yang dioperatori PT Pelni KM Carka Jaya Niaga III-32 Jumlah trayek tersebut dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan pengembangan trayek tol laut. Pada tahun 2020, Pemerintah mencanangkan 26 trayek tol, yang pengerjaannya dapat dilakukan oleh BUMN maupun swasta. 2) Meratus Line (Sumber: http://www.meratusline.com/ina/container-liner-service-routes/) Rute Meratus Line (PP) antara lain : 1. Dari Surabaya menuju Belawan, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Tarakan, Sampit, Semarang, Kumai, Kendari, Tangkiang, Pantoloan, Tolitoli, Makassar, Ambon, Benoa, Lembar, Kupang, Mof, Calabai, Ende, Wini, Dili, Ambon, Timika, Dobo dan Pontianak. 2. Dari Semarang menuju Pontianak 3. Dari Jakarta menuju Belawan, Padang, Makassar, Surabaya, Bitung, Gorontalo, Semarang, Banjarmasin, Tanjung Pinang, Balikpapan, Samarinda, Pantoloan. Frekuensi per bulan dan jumlah kapal dalam rute Meratus Line sebagaimana pada Lampiran 4. 3) Tanto Line Rute utama Tanto Line (PP) antara lain adalah : 1. Dari Surabaya menuju Medan, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Lembar, Benete, Makassar, Bitung, Gorontalo, Kendari, Luwuk, Ambon, Ternate, Tobelo, Tual, Jayapura, Sorong, Manokwari, Nabire, Timika, dan Merauke, Jakarta, Padang, Sibolga, Pekanbaru, Batam, Pontianak. 2. Dari Jakarta menuju Medan, Padang, Sibolga, Pekanbaru, Batam, Pontianak, Samarinda, Balikapapan, Banjarmasin, Makassar, dan Bitung., Surabaya, Gorontalo, Kendari, Luwuk, Maluku, dan Papua. Frekuensi per bulan rute Tanto Line sebagaimana pada Lampiran 5 4) SPIL Rute utama SPIL (PP) antara lain adalah : 1. Dari Jakarta menuju Batam, Palembang, Dumai, Pekanbaru, Medan, Padang (Bengkulu), Banda Aceh, Lhokseumawe, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, Batulicin, Surabaya, Sampit, Tarakan, Nunukan, Surabaya, Makassar, Baubau, Kendari, Palu, Bitung, Gorontalo, Ternate, Nabire, Serui, Biak, 38 Kajian Koridor SLIN 2020 Timika, Merauke, Manokwari, Ambon, Tual, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura, Fakfak. 2. Dari Surabaya menuju Batam, Palembang, Dumai, Pekanbaru, Medan, Padang (Bengkulu), Banda Aceh, Lhokseumawe, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, Banjarmasin, Batulicin, Surabaya, Sampit, Tarakan, Nunukan, Balikpapan Berau, Palu, Bitung, Gorontalo, Ternate, Surabaya, Makassar, Baubau, Kendari, Makassar, Ambon, Tual, Fakfak, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura, Nabire, Serui, Timika, Merauke, Biak dan Manokwari 3. Dari Semarang menuju Jakarta, Batam, Pelembang,Dumai, Pekanbaru, Medan, Padang (Bengkulu), Banda Aceh, Lhokseumawe, Medan, Banjarmasin, Samarinda, Pontianak, Sampit, Batulicin, Tarakan, Nunukan, Balikpapan Berau, Palu, Bitung, Gorontalo, Ternate, Surabaya, Makassar, Baubau, Kendari, Makassar, Ambon, Tual, Fakfak, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura, Nabire, Serui, Timika, Merauke, Biak dan Manokwari 4. Dari Makassar menuju Banjarmasin, Surabaya, Semarang, Timika, Merauke, Baubau, Kendari, Manokwari, Biak, Serui, Nabire, Balikpapan, Berau. Palu, Bitung, Gorontalo, Ternate, Samarinda, Ambon, Tual, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura, Ambon, Tual, Fakfak Frekuensi per bulan rute SPIL sebagaimana pada Lampiran 6. 5) Temas Line Rute Temas Line (PP) antara lain: 1. Dari Jakarta menuju Balikpapan, Batam, Belawan, Bitung, Kuala Tanjung, Lhokseumawe, Makassar, Padang, Palembang, Palu, Pontianak, Surabaya, 2. Dari Surabaya menuju Belawan, Bitung, fakfak, Bitung, Ambon, Jakarta, Kendari, Kuala Tanjung, Kumai, Lembar, Luwuk, Makassar, Manokwari, Merauke, Opin, Palu, Reo, Samarinda, Selayar, Tarakan, Ternate, Tobelo, Waingapu, Timika, dan Palu Frekuensi per bulan rute Temas Line sebagaimana pada Lampiran 7. 4.4. Daerah Pusat Pengumpulan Rekomendasi daerah yang menjadi pusat pengumpulan disusun berdasarkan kriteria Volume pengiriman domestik, komoditas unggulan, wilayah/daerah dan konektifitas. Penilaian disusun dengan pendekatan sebagaimana pada Lampiran 8, dan penghitungan skor pada Lampiran 9. Dari pendekatan tersebut, diperoleh 5 rekomendasi daerah pengumpulan yaitu: Kendari, Mimika, Bitung, Makassar dan Ambon. Selanjunya untuk mengetahui performa masing masing koridor saat ini dilakukan telaah lanjutan. A. Kendari Kendari merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis kendari menjadi hub dari daerah di luar pulau sekitarnya antara lain, Muna, Buton, dan Wakatobi. Kajian Koridor SLIN 2020 39 Daerah Kendari dan sekitarnya termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan 714 meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda. WPP 714 mencakup perairan Teluk Tolo dan Laut Banda. Sebagaimana Tabel 9 , jenis ikan pelagis kecil dan udang paneid memiliki tingkat pemanfaatan yang moderate (E<5), sedangkan jenis ikan pelagis besar, demersal, rajungan dan ikan karang berstatus fully exploited (0,5 ≤E<1) sehingga upaya penangkapan perlu dimonitor dan diperketat. Jenis Lobster, kepiting dan cumi-cumi over exploited sehingga perlu dikurangi upaya penangkapannya. Potensi perikanan mencapai 788 ribu ton per tahun dengan komposisi terbesar pelagis Gambar 29. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 714 besar non TC 38,56 %, Pelagis Kecil 21,03 %, dan ikan karang 18,44%. Beberapa Jenis ikan potensial yang ada di perairan Kendari dan sekitarnya antara lain layang, cakalang, tongkol, madidihang, gurita, kembung dan tuna. Jenis ikan layang dan kembung merupakan bahan baku bagi industri kecil di Pulau Jawa terutama untuk bahan baku pemindangan, pengeringan dan asin. Tabel 9. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 714 Sumber : Kepmen KP nomor 50 tahun 2017 Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa potensi pelabuhan feeder antara lain selain Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari antara lain PPI Sodohoa, PPI Lasolo, PPI Torobulu, PPI Mangolo, PPI Laino, PPI Kamaru, PPI Pameo, PPI Sampolawa, PPI Pasarwajo. (Sumber PIPP DJPT). Dari beberapa pelabuhan tersebut terdapat informasi awal bahwa PPS Kendari, PPI Sodohoa dan PPI Pasar Wajo termasuk memiliki fasilitas yang cukup lengkap. 40 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 30. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tabel 10. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara PPS Kendari menjadi pusat pengumpulan yang paling potensial karena klasifikasi pelabuhan setingkat Samudera, yang berarti mampu menampung jumlah kapal dan ukuran yang lebih besar sehingga potensi pengadaan ikan dapat tersedia lebih banyak. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari juga memiliki fasilitas lengkap dari listrik, air, TPI, BBM dan Es sebagaimana pada Tabel 10. Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari berada dalam wilayah administrasi Kelurahan Puday Kecamatan Abeli Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Posisi 03o 58’ 48” LS dan 122o 34’ 17” BT. PPS Kendari memiliki luas wilayah 40,53 Ha berjarak 11,6 km dari Pusat Kota Kendari dan 30,4 km dari Bandar Udara Haluoleo. Fasilitas dasar di PPS Kendari sebagaimana dalam Ismail et al. (2015) yang penting sebagai pusat pengumpulan antara lain: Kajian Koridor SLIN 2020 41 a. Lahan PPS Kendari Area PPS Kendari memiliki luas total 40,53 Ha. Lahan di PPS Kendari belum seluruhnya di manfaatkan. b. Jalan Komplek Pelabuhan dan Kawasan Jalan di dalam komplek PPS Kendari memiliki lebar ± 10m, kemudian panjang sampai 29.945 m2 yang mengelilingi komplek dan sampai saat ini terus di lakukan perbaikan. Hampir seluruh jalanan di dalam komplek PPS Kendari sudah di aspal. Menurut Ismail et al. (2015) beberapa faktor kekuatan dari PPS kendari antara lain: Fasilitas pelabuhan yang memadai, lokasi PPS Kendari yang strategis, pelayanan perijinan mudah, akses PPS Kendari secara geografis mudah, kebutuhan es, BBM dan air bersih terpenuhi dan kolam pelabuhan yang luas. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) yang memiliki peranan sangat penting dan strategis karena berada di Teluk Kendari yang relatif aman dari gelombang serta berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714 yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang besar. PPS Kendari juga berada di daerah yang kondusif serta tidak kalah penting adanya dukungan dari pemerintah daerah baik dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara maupun dari Pemerintah Kota Kendari. Kinerja dari PPS Kendari masih memiliki catatan yang perlu perbaikan antara lain pelayanan terhadap nelayan saat akan membongkar hasil tangkapan dan kebutuhan perbekalan nelayan saat akan melaut seperti pengisian perbekalan seperti BBM, air bersih, dan es. (Arung et al. 2019). Perbaikan kinerja tersebut amat erat kaitannya dengan logistik perikanan. Gambar 31. Jenis dan komposisi produksi PPS Kendari 2019 (Sumber, DJPT 2019) Volume hasil tangkapan PPS Kendari hampir separuhnya didominasi oleh layang lalu cakalang, tongkol dan Madidihang (Yellowfin Tuna) sebagaimana Gambar 31. 42 Kajian Koridor SLIN 2020 Jumlah hasil tangkapan pada tahun 2019 mencapai 20 ribu ton masih cukup jauh dibandingkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 714 yaitu 631 ribu ton per tahun. Ikan layang menunjukkan fluktuasi paling signifikan dibandingkan komoditas lainnya. Seperti ditunjukkan di Gambar 32, pada bulan Mei 2018, Juli 2018 dan Februari – Maret 2019 terjadi fluktuasi dari beberapa komoditas utama, namun untuk jenis ikan layang mampu mencapai 1.200 – 1.600 ton per bulan. Menurut Samida et al (2018) musim ikan terbagi dua yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak biasannya terjadi pada musim barat sedangkan musim paceklik Gambar 32. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Kendari terjadi pada musim timur. Musim barat berlangsung dari bulan Oktober sampai April dimana puncak musimnya terjadi pada bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober dengan puncak musimnya pada bulan Juni sampai Agustus. Hasil analisis Bubun dan Mahmud (2016) menunjukkan bahwa musim puncak penangkapan ikan layang di PPS Kendari selama 2007 -2013 terjadi pada bulan Januari – Juni. Hal tersebut berdasarkan volume hasil tangkapan ikan layang selama bulan Januari – Juni. Volume hasil tangkapan mulai menurun pada bulan Juli – Desember. Tingkat pemanfaatan ikan layang termasuk kategori padat tangkap. Untuk jenis cakalang (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di Kota Kendari, menurut Dopu et al. (2019) memiliki nilai tingkat pemanfaatan rata rata sebesar yang masih berada di bawah Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 15.826 ton/tahun sehingga status pemanfaatan dapat dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. Penggunaan alat tangkap Purse seine untuk pelagis kecil yang cukup tinggi turut mendorong peningkatan jenis tangkapan ikan layang. Sebagaimana pada Gambar 33, volume tangkap purse seine dari kapal yang izinnya dikeluarkan oleh daerah (<30 GT) maupun yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat (>30GT) menunjukkan nilai yang paling tinggi dan mencolok dibandingkan alat tangkap lainnya. Penggunaan alat purse seine di PPS Kendari dinilai memiliki kelayakan keuntungan yang cukup baik bagi nelayan sebagaimana dijelaskan oleh Samida et al. (2018) yaitu pendapatan bersih purse seine < 30 GT dapat mencapai 60 Kajian Koridor SLIN 2020 43 130 juta per trip dengan pembagian keuntungan 50 % pemilik kapal, Nahkoda sebesar 15%, Kepala Kamar Mesin (KKM) 10% dan sisanya 25% untuk ABK lainnya. Gambar 33. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPS Kendari Pengiriman domestik ikan melalui Kendari, didominasi tujuan Surabaya (52%) dan Jakarta (46%) sebagaimana pada Gambar 34. Dari perbandingan pengiriman Domestik Keluar ikan dari Kendari dengan produksi di PPS Kendari dapat dilihat kecenderungan Grafik pergerakannya hampir mirip. Jumlah domestik kirim yang lebih tinggi menunjukkan bahwa ikan yang dikirim dari Kendari selain dari PPS Kendari juga berasal dari konsolidasi pulau/ daerah sekitarnya, yang menunjukkan potensi wilayah Kendari sebagai Pusat Pengumpulan. Gambar 34. Perbandingan produksi PPS Kendari dan domestik keluar Kendari Berdasarkan data BKIPM (2019) jenis ikan yang tercatat keluar dengan tujuan domestik dari Kendari mayoritas adalah jenis cakalang, sedangkan pendaratan ikan PPS Kendari pada 44 Kajian Koridor SLIN 2020 tahun 2019 didominasi hampir separuhnya oleh jenis ikan layang. Kondisi tersebut dapat dimungkinkan oleh beberapa hal seperti terjadi lonjakan ikan layang pada bulan tertentu sedangkan tidak tersedianya kapasitas pembekuan dan penyimpanan yang memadai sehingga ikan layang diolah dengan pengasapan dan pengasinan, yang selanjutnya diditribusikan sebagai ikan kering atau ikan asin. Jenis ikan Cakalang dan Tuna sebagai komoditas ekspor utama akan menjadi pertimbangan pelaku usaha untuk prioritas pembekuan dan penyimpanan baik yang diproduksi dari PPS Kendari maupun dari pulau sekitarnya. Pada Gambar 35, jumlah selisih kirim dengan produksi PPS pada jenis cakalang dan tuna, pada bulan Januari dan Mei memperlihatkan nilai positif yang signifikan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jenis ikan layang yang volume produksi/pendaratan ikannya lebih tinggi dari kirim domestiknya. Volume pengiriman domestik cakalang dan tuna selain dari PPS Kendari dapat berasal dari daerah pusat produksi di sekitar Kendari baik laut maupun darat atau dari penyimpanan stok cold storage yang belum dikirim. Gambar 35. Perbandingan Pengiriman via laut jenis ikan utama dengan Produksi PPS Kendari Pengiriman pada tahun 2019 menuju Kendari dari pusat produksi yang menjadi feeder kendari berasal dari daerah Wakatobi (44%), Baubau (23%), Banggai (18%), Muna (14%) dan lainnya 1% dengan total pengiriman 981 ton per tahun sebagaimana pada Gambar 36. Kajian Koridor SLIN 2020 45 Gambar 36. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim ke Kendari Komoditas yang dikirim ke kendari dari pelabuhan perikanan sekitar didominasi oleh jenis Gurita dan Tuna, terutama daerah Wakatobi, Baubau dan Banggai, sedangkan Muna mayoritas memasok udang Vanamei dan Tuna. Pasokan gurita yang dikirim dari daerah sekitar Kendari seperti Banggai ditangkap oleh nelayan skala kecil <5GT dengan alat tangkap pancing ulur dan tingkat eksploitasi cukup tinggi sehingga perlu diperhatikan dalam pemanfaaatannya (Tarigan et al. 2018 dan Tarigan et al. 2019). Tabel 11. Rata-rata pengirimian domestik keluar dari Kendar Tujuan Surabaya Jakarta Volume Frekuensi 11.725,89 8.749,76 741,00 478,00 Rata2 kirim (ton/ kirim) 15,82 18,30 Pengiriman rata rata tujuan domestik tahun 2019, yaitu Surabaya 15,82 ton dan Jakarta 18,30 ton. Melalui pendekatan tersebut dapat diduga bahwa penggunaan pengiriman menggunakan mayoritas kontainer 20 feet yang berkapasitas sekitar 17 ton isi ikan per kontainer. Rata rata kirim tujuan Jakarta lebih tinggi dapat disebabkan oleh mayoritas pengiriman berisi ikan layang yang secara ukuran kecil, sehingga dapat lebih mengisi ruang kosong di kontainer. 46 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 37. Performa Jasa Logistik dari Kendari Jumlah estimasi kebutuhan kontainer 20 feet dari Kendari ke Domestik secara keseluruhan rata-ratanya sebesar 21±18 kontainer/minggu namun pada musim puncak dapat mencapai 89 kontainer. Tujuan Jakarta rata rata 9±9 kontainer per minggu, namun pada musim puncak dapat mencapai 54 kontainer. Tujuan Surabaya rata-rata 11±9 namun pada musim puncak dapat mencapai 40 kontainer per minggu. Performa Jasa logistik existing sebagian besar melalui Shipping Line Meratus (61%), Tanto (18%) dan Lainnya 21% (Gambar 37). B. Mimika Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan di daerah Papua melalui Inpres nomor 9 Tahun 2017 yang mengamanatkan peningkatan industri perikanan dengan memprioritaskan pemberdayaan ekonomi nelayan. Secara geografis daerah Papua khususnya, pusat produksi berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 718) yang secara potensi volume produksi berada dalam kondisi yang belum mencapai batas yang diperbolehkan. Gambar 38. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 718 Laut Arafura merupakan salah satu perairan yang penting dan telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan perikanan nasional. Potensi yang tinggi berupa ikanikan bernilai ekonomis tinggi seperti udang dan ikan demersal, sehingga perairan Arafura dikenal sebagai the golden fishing ground. Usaha penangkapan ikan di perairan Arafura sudah berkembang pesat dan diusahakan secara komersial, terutama untuk wilayah perairan di atas 12 mil dari garis pantai dan di wilayah ZEE Indonesia di bagian selatan perairan. Alat tangkap dominan yang digunakan di bagian selatan adalah pukat udang dan pukat ikan. Kajian Koridor SLIN 2020 47 Di wilayah perairan Papua dan sekitarnya, khususnya untuk wilayah kurang dari 12 mil ke arah pantai, penangkapan ikan dilakukan menggunakan alat tangkap antara lain: trammel net, bagan perahu, pancing ulur, bubu, huhate, tuna long line, mini purse seine dan gillnet (Mulyana et al. 2012) Wilayah 718 memiliki potensi ikan pelagis kecil 836.973 ton, ikan pelagis besar 818.870 ton, ikan demersal 876.722 ton, ikan karang 29.485 ton, udang penaeid 62.842 ton, lobtser 1.187 ton, kepiting 1.498 ton, rajungan 775 ton dan cumi-cumi 9.212ton. Total potensi di wilayah timur Indonesia ini adalah 2.637.565 ton (Kepmen KP nomor 50 tahun 2017). Besarnya potensi di WPP- NRI 718 menjadi salah satu solusi yang disiapkan KKP selain Natuna untuk nelayan eks cantrang yang telah beralih alat tangkap akibat dari pelarangan alat tangkap yang merusak lingkungan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor 2 tahun 2015. Tabel 12. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 718 Penerapan tersebut melihat kondisi tingkat pemanfaatan yang pada tahun 2015 tingkat pemanfaatan jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar, demersal, udang peneid, lobster, kepiting dan rajungan berstatus fully exploited (0,5 ≤E<1) sehingga upaya penangkapan perlu dimonitor dan diperketat. Jenis Ikan karang, dan cumi-cumi over exploited sehingga perlu dikurangi upaya penangkapannya. Gambar 39. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718 48 Kajian Koridor SLIN 2020 Potensi perikanan mencapai 2,63 juta ton per tahun dengan komposisi terbesar ikan karang 33,23 %, Ikan pelagis kecil 31,73%, dan ikan pelagis besar non TC 31,04 %. Jenis ikan karang banyak dimanfaatkan untuk pengambilan gelembung renang yang memang harganya sangat mahal, sedangkan jenis ikan pelagis kecil seperti layang dan kembung merupakan kebutuhan konsumsi segar dan bahan baku pemindangan, pengeringan dan asin terutama di Pulau Jawa. Mimika/Timika dan Merauke merupakan daerah yang ditetapkan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) dan menjadi bagian prioritas KKP untuk mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan. Secara spesifik Mimika lebih unggul dalam tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil, sedangkan Merauke dalam tingkat pemanfaatan ikan karang. Selain Mimika (PPI Pomako) dan PPN Merauke terdapat beberapa pelabuhan perikanan di WPP 718 antara lain selain Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari antara lain PPI Sumuraman, PPI Kalar kalar, PPI Dobo, dan PPI Omor. (Sumber PIPP DJPT). Dari beberapa pelabuhan tersebut terdapat informasi awal kelengkapan sarana pelabuhan perikanan. Tabel 13. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718 Dibandingkan dengan Merauke, volume ikan yang dikirim dari Mimika (dengan ibukota Kabupaten di Timika) jauh lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan Timika lebih dekat dengan pelabuhan perikanan lain di wilayah WPP 718 dengan posisi terletak di tengah daratan utama dan secara lintasan tempuh ke Pulau Jawa lebih pendek dibandingkan dengan Merauke. Kajian Koridor SLIN 2020 49 Dalam Tabel. 14, fasilitas pelabuhan PPI Poumako untuk penyediaan air, listrik, TPI, BBM dan es masih dalam tahap pengembangan. Walaupun demikian sebagai lokasi SKPT Pemerintah memberikan perhatian khusus dengan melakukan pembangunan dan revitalisasi pelabuhan antara lain: 1. Pembangunan Cold Storage 100 dan 200 ton 2. Ice Flake Machine, CoolBox, Chest Freezer, Kendaraan Berpendingin, 3. Sarana Pengolahan 4. Kapal Ikan < 3 GT dengan Alat Tangkap [Trammelnet, Gillnet] 5. Dermaga Tambat Labuh (Apung), Tabel 14. Fasilitas Pokok PPI Poumako Jenis Sarana & Prasarana Lahan Dermaga Beton Kapasitas/ Ukuran Kepemilikan 49.6 Ha Pemkab Mimika Jetty ± 50 x 12 m, Trestel Pemkab Mimika ± 100 x 10 m Dermaga Kayu Jetty ± 20 x 2 m; Trestel Swadaya Masyarakat ± 50 x 2 m Dermaga Ponton Jetty ± 24 x 3 m; Trestel Pemkab Mimika ± 60 x 2 m Akses Jalan (beton) 400 m x 8 m Pemkab Mimika Jalan & area parkir Pemkab Mimika pelabuhan (beton) Penimbunan Pembuatan Jalan Revetmen/talud & 150 x 165 m 150 m x 70 cm Pemkab Mimika Pemkab Mimika 6. Mobil Crane Fasilitas Pokok penting yang terdapat di PPI Poumako sebagai pusat pengumpulan antara lain Lahan dengan ukuran 49,6 Ha, Dermaga dan jalan akses masuk seluas 400x8 m. Selain itu PPI Poumako merupakan pelabuhan pangkalan dan pelabuhan muat bagi kapal Gambar 40. Sebaran Lokasi Perusahaan dengan izin aktif kapal perikanan untuk pelabuhan pangkalan di Poumako (sumber DJPT-KKP 2020) 50 Kajian Koridor SLIN 2020 perikanan yang berasal dari Pulau Jawa terutama Pati, Jakarta, dan Indramayu. Transportasi laut dari Mimika/Timika dapat menggunakan beberapa kapal milik perusahaan shipping line seperti Meratus, Tanto, Temas dan SPIL, karena terdapat jalur trayek yang melewati/singgah di Poumako. Namun dengan peningkatan jumlah tangkapan yang cukup besar yang tidak disertai dengan fasilitas penyimpanan dingin yang memadai, Gambar 41. Jasa Logistik/Shipping Line yang melewati Timika pengiriman dapat dikirim menggunakan kapal pengangkut yang berasal dari Pulau Jawa. Beberapa pelaku juga mengeluhkan pengiriman melalui kontainer seringkali menjadikan ikan yang diturunkan di pelabuhan tujuan menjadi turun drastis kualitasnya yang diduga disebabkan oleh tidak stabil dan konsisten dalam penyaluran listrik selama perjalanan untuk reefer container. Berdasarkan data Domestik Keluar BKIPM, tujuan pengiriman moda transportasi Laut dari Timika sebagian besar menuju Surabaya (65%), Jakarta (19%), dan Semarang (15%). Gambar 42. Pengiriman domestik keluar dari Timika tahun 2018-2019 Kajian Koridor SLIN 2020 51 Jenis ikan utama yang dikirim adalah layang (42%), Kembung (26%) dan Lemuru (6%). Mobilisasi kapal perikanan yang berasal dari Jawa menuju WPP 718 mempengaruhi dinamika pengiriman dari Timika menuju Jawa. Jadwal penangkapan nelayan pantura Jawa terlihat sekitar waktu 6 bulan digunakan melakukan penangkapan dan 6 bulan berikutnya untuk jeda dan kembali ke lokasi tempat tinggal nelayan di Jawa. Pengumpulan ikan dapat Tabel 15. Rata-rata Domestik keluar per pengiriman dari Timika 21.925 Frekuensi kirim 130 Rata2 kirim (ton/kirim) 169 16.189 108 150 10.008 159 63 Unit tujuan Total Balai KIPM Surabaya II Balai KIPM Semarang Balai KIPM Jakarta II dilakukan melalui kapal pengangkut ikan yang memiliki izin pelabuhan pangkalan di Timika. Dari Tabel 15, rata-rata volume domestik keluar Timika per pengiriman sekitar 169 ton /kirim ke wilayah Surabaya, 150 ton/kirim ke Wilayah Semarang dan 63 ton /kirim ke wilayah Jakarta. Jenis kapal pengumpul yang memiliki izin pangkalan di Pelabuhan Poumako Tabel 16. Rata-rata ukuran kapal pengangkut perikanan yang dengan izin pangkalan di Poumako menurut alamat perusahaan Alamat badan usaha kapal perikanan Pati Jakarta Utara Jakarta Selatan Asmat Mimika Jakarta Pusat Grand total Total GT Jumlah Kapal 1.680 435 206 59 57 50 2.487 13 2 1 1 1 1 mencapai 19 kapal pengangkut ikan dengan Kapasitas kumulatif sekitar 2.487 GT. C. Bitung Kota Bitung merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara. Secara geografis, Bitung memiliki garis pantai 143,2 km, dengan luas wilayah data 31.350,35 Ha dan luas wilayah laut 714 km2. Kota Bitung dikenal dengan sebutan “Kota Cakalang” karena memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar sehingga menjadikan sektor ini sebagai primadona dalam pengingkatan kesejahteraan masyarakat. Total panjang garis pantai 143,2 Km, terdiri dari 46,3 Km di daratan utama dan 98,9 km keliling Pulau Lembeh serta pulau-pulau kecil lainnya. Kota Bitung memiliki 13 pulau besar dan kecil dan berbatasan dengan Kecamatan Likupang di sebelah utara, di sebelah Timur dan Selatan dengan Laut Maluku, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara. Kota 52 Kajian Koridor SLIN 2020 Bitung memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat potensial. Wilayah pengelolaan perikanan Kota Bitung terutama berada pada WPP 716 (Laut Sulawesi) dan sebagian WPP 715 (Teluk Tomini - Laut Seram) dan. Daerah penangkapan nelayan dapat sampai ke WPP 717 dan WPP 718 mencakup Teluk Tomini, Laut Seram, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Halmahera, Teluk Beurau, Teluk Cendrawasih, Samudera Pasifik, Laut Aru, Laut Arafuru dan Tabel 17. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 716 Gambar 43. Sebaran Pelabuhan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara LautTimor. PPS Bitung menjadi pusat pengumpulan yang paling potensial karena klasifikasi pelabuhan setingkat Samudera, yang berarti mampu menampung jumlah kapal dan ukuran yang lebih besar sehingga potensi pengadaan ikan dapat tersedia lebih banyak. Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung juga memiliki fasilitas lengkap dari listrik, air, TPI, BBM dan Es Tabel 18. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Utara Kajian Koridor SLIN 2020 53 sebagaimana pada Tabel 18. Pelabuhan Perikanan Samudera terletak di perairan laut Selat Lembeh berhadapan dengan laut Sulawesi dan Samudera Pasifik pada koordinat 01º26 42” LU-125 º 12 24”BT di Kel. Aertembaga Satu, Kec. Aertembaga Kota Bitung - Sulawesi Utara. PPS Bitung merupakan tempat pendaratan ikan utama di Kota Bitung. Menurut Zulham A (2011) pelabuhan perikanan ini dilengkapi berbagai fasilitas, baik fasilitas pokok, fungsional, maupun pendukung. Fasilitas pokok yang telah ada di PPS Bitung, sebagai pusat pengumpulan antara lain kesediaan lahan 4,6 Ha, jalan utama (1.648 m2 ), dan dermaga pelabuhan. Jalan raya dari dan ke pelabuhan perikanan Bitung kondisinya cukup baik dan beraspal namun lebar jalan masih terbatas, sehingga berpotensi menghambat arus barang dan jasa. PPS Bitung memiliki kolam labuh kapal yang baik, karena terlindung oleh Pulau Lembeh. PPS Bitung juga terdapat unit galangan yang dikelola dan dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sangat mendukung keberadaan usaha penangkapan ikan Gambar 44. Jenis dan komposisi produksi PPS Bitung 2019 (Sumber, DJPT 2019) 54 Kajian Koridor SLIN 2020 di kawasan tersebut. Volume hasil tangkapan PPS Bitung didominasi oleh Tuna Sirip Kuning (36%) diikuti oleh cakalang (33%) dan layang (19%) sebagaimana Gambar 44. jumlah hasil tangkapan pada tahun 2019 mencapai 50.752 ton masih cukup jauh dibandingkan jumlah tangkapan Gambar 45. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Bitung Gambar 46. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPS Bitung yang diperbolehkan di WPP 716 yaitu 597 ribu ton per tahun. Kapal perikanan yang berlabuh di PPS Bitung pada umumnya bertujuan melakukan kegiatan pembongkaran ikan, mengisi perbekalan melaut, perbaikan mesin dan alat tangkap serta beristirahat menunggu musim penangkapan. Jenis kapal berdasarkan alat tangkap ke PPS Bitung, di antaranya adalah hand line, pole and line, purse seine, long line, penampung, dan lain-lain. Kapal perikanan yang berkunjung ke PPS Bitung mempunyai ukuran bervariasi dari ukuran ≤10 GT s/d ≥ 100 GT. Jenis kapal hand line tuna di PPS Bitung merupakan alat penangkapan ikan yang dominan kapal perikanan yang ada (Darondo et al. 2020) Berdasarkan data BKIPM (2019) jenis ikan yang tercatat keluar dengan tujuan domestik dari Bitung mayoritas justru adalah jenis layang, padahal produksi tertinggi merupakan yellowfin tuna /madidihang dan cakalang. Bitung yang memiliki kawasan industri pengolahan merupakan daerah pengekspor hasil perikanan seperti jenis tuna dan cakalang. Pada tahun Kajian Koridor SLIN 2020 55 2019 nilai ekspor beku maupun olahan cakalang dan tuna mencapai 24.185 ton. Grade tuna non ekspor serta hasil samping olahan tuna juga dapat dibuat untuk bahan baku pengolahan bakso di dalam negeri. Sedangkan untuk jenis ikan layang lebih banyak untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Gambar 47. Perbandingan produksi PPS Kendari dan domestik keluar Bitung Sebagai gravitasi pengumpulan ikan di wilayah sekitar perairan Sulawesi- Maluku Utara PPS Bitung juga mendapatkan pengiriman ikan yang berasal dari Ternate (39%), Tahuna (20%), Bacan (10%), Talaud (9%) dan Tobelo (8%). Jenis ikan yang dikirim antara lain TTC dan ikan layang. Gambar 48. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim ke Bitung 56 Kajian Koridor SLIN 2020 Tabel 19. Jenis ikan yang dikirim dari Bitung dan masuk ke Bitung tahun 2018-2019 Sumber : Data Karantina keluar masuk domestik BKIPM 2018-2019 dan Data PPS Bitung tahun 2019-2019 Tabel 20. Rata-rata pengiriman domestik keluar dari Bitung Tujuan 28.450,21 1.411 Rata2 kirim (ton/ kirim) 20,16 10.198,49 583 17,49 Volume Balai KIPM Jakarta II Balai KIPM Surabaya II Frekuensi Pengiriman rata rata tujuan domestik utama tahun 2019, yaitu Jakarta 20,16 ton dan Surabaya 17,49 ton. Melalui pendekatan tersebut dapat diduga bahwa penggunaan pengiriman menggunakan kontainer mayoritas ikan 20 feet yang berkapasitas sekitar 17 ton isi ikan per kontainer. Rata rata kirim tujuan Jakarta lebih tinggi dapat disebabkan oleh mayoritas pengiriman berisi ikan layang yang secara ukuran kecil, sehingga dapat lebih Gambar 49. Performa Jasa Logistik dari Bitung Kajian Koridor SLIN 2020 57 mengisi ruang kosong di kontainer. Jumlah estimasi kebutuhan kontainer 20 feet dari Bitung ke Domestik terutama pulau Jawa secara keseluruhan rata-ratanya sebesar 44±19 kontainer/minggu namun pada musim puncak dapat mencapai 107 kontainer. Tujuan Jakarta rata rata 27±15 kontainer per minggu, namun pada musim puncak dapat mencapai 53 kontainer. Tujuan Surabaya rata-rata 11±6 namun pada musim puncak dapat mencapai 34 kontainer per minggu. Performa Jasa logistik existing sebagian besar melalui Shipping Line Tanto (34%), Meratus (17 %), SPIL (11%) dan Lainnya 38 % (Gambar 49). Strategi Sistem Logistik Ikan Nasional di PPS Bitung menurut Tassi et al. (2017) antara lain : a. optimalisasi armada, sarana bongkar muat, dan sarana penyalur logistik pada daerah penangkapan ikan yang potensial untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap; b. pembangunan gudang penyimpanan ikan, gudang dan toko bahan, dan alat tangkap dalam rangka merenspon tingginnya permintaan ikan; c. peningkatan kualitas produk perikanan untuk dapat berdaya saing di pasar bebas; d. peningkatan kualitas SDM nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan dalam merespon permintaan pasar dan dukungan sarana pelabuhan laut yang berskala internasional; e. optimalisasi pusat informasi pelabuhan perikanan mendapatkan informasi; dan f. penambahan jumlah SDM aparatur pelabuhan untuk pengendalian IUU fishing di pelabuhan perikanan. Prioritas strategi yang dipilih dan menjadi pilihan utama dalam implementasi SLIN di PPSB yaitu optimalisasi armada, sarana bongkar muat, dan sarana penyalur logistik pada daerah penangkapan ikan yang potensial untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap. D. Makassar Sebagai gerbang lalu lintas wilayah timur ke barat, Makassar memiliki keunggulan dalam hal kemudahan fasilitas logistik barang. Pembangunan Makassar sebagai gerbang utama percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia sehingga dapat mengakomodir tingkat arus peti kemas dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar pada khususnya maupun Indonesia timur pada umumnya akan memicu peningkatan arus peti kemas maupun barang untuk memenuhi kebutuhan permintaan yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Makassar yang sangat strategis sebagai pelabuhan internasional karena dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (“ALKI”) II, serta terletak tegak lurus dengan beberapa negara tujuan ekspor. Sehingga pengembangan Makassar akan sangat penting untuk mendukung dan menstimulasi kegiatan lalu lintas barang di Kawasan Timur Indonesia. Dengan pertimbangan peningkatan yang telah dicapai dan mengantisipasi peningkatan kunjungan kapal dan arus barang yang lebih pesat pada masa yang akan datang, maka aktivitas logistik di Makassar dapat dimanfaatakan dalam kelancaran distribusi produk perikanan. Potensi Kota Makassar merupakan simpul perikanan yang menghubungkan beberapa Pelabuhan Perikanan dan Sentra Budidaya di Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan utama 58 Kajian Koridor SLIN 2020 di Sulawesi Selatan terletak terutama di PPI Paotere dan PPN Untia di Makassar, selain beberapa pelabuhan seperti di PPI Lappa, PPI Beba, PPI Birea dan lainnya. Gambar 50. Sebaran lokasi pelabuhan perikanan dan sentra budidaya Sulawesi Selatan PPI Paotere sebagai pelabuhan perikanan awal di Makassar ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan dengan klasifikasi pelabuhan perikanan Pangkalan Pendaratan Ikan, yang seharusnya melayani tidak lebih dari 30 unit kapal/akumulasi 300 GT. Namun kenyataannya, jumlah kapal yang melakukan aktivitas pendaratan ikan sebanyak 30 s/d 75 unit kapal perhari, dan bahkan ada beberapa kapal ikan yang berukuran > 30 GT yang mendaratkan hasil tangkapannya seperti kapal ikan dari Kalimantan dan Kendari. Pengembangan PPI Paotere sangat terbatas oleh kesediaan lahan. Oleh karena itu pemerintah membangun PP Untia untuk melayani kapal ikan yang berukuran lebih besar. Mengingat komoditi perikanan cepat sekali mengalamai kemunduran mutu, harus disediakan fasilitas pembinaan mutu serta gudang pendingin yang berupa coldstorage, tempat pelayanan ikan serta penyediaan sarana Tabel 21. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Koridor SLIN 2020 59 pemasaran baik domestik maupun ekspor. Pemanfaatan PP Untia sebagai pelabuhan perikanan laut terkendala dengan kendala geografis yang sering dikeluhkan nelayan karena posisinya menghadap laut lepas sehingga kadang sulit menambatkan kapal, kedangkalan kolam pelabuhan, dan fasilitas nelayan yang belum siap. Menurut Massiseng dan Umung (2019) fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang yang mendukung operasional pelabuhan Untia sudah baik tapi belum beroperasi secara maksimal. Fasilitas yang paling mendasar bagi nelayan yaitu Air, BBM dan Pabrik Es belum berjalan sehingga menjadi kendala bagi kapal yang singgah di pelabuhan Untia, dimana kapal tersebut membawa bahan baku untuk industri perikanan yang ada di pelabuhan Untia. Menurut Danial (2011) Fasilitas pokok yang ada di Untia, PPN Untia memiliki luas lahan kurang lebih sebesar 38 ha dan apabila dilakukan penimbunan, maka luas lahan bisa mencapai 50 ha. Fasilitas dermaga yang akan dibangun di PPN Untia sepanjang 1 200 m-1 300 m, kebutuhan dermaga untuk persiapan operasi penangkapan ikan, bongkar muat hasil tangkapan. Luas kolam pelabuhan perikanan yang tersedia di PPN Untia sebesar 6.6 ha, dan untuk mendapatkan kedalaman yang ideal perlu dilakukan pengerukan kolam pelabuhan agar kedalaman bisa lebih besar dari 3 m. Pemerintah Pusat dan Daerah perlu terus mendorong optimalisasi dan perbaikan 60 Kajian Koridor SLIN 2020 sarana PP Untia tersebut. Oleh sebab itu PP Untia selain sebagai pendaratan ikan, dapat dioptimalkan dalam peran sebagai pengumpul dan pendukung logistik jenis ikan produksi budidaya. Berdasarkan data statistik KKP (statistik.kkp.go.id) Produksi Provinsi Sulawesi Selatan didominasi oleh jenis bandeng dan udang dari produksi budidaya. Tren kencederungan Produksi Ikan (ton) Bandeng Udang Windu Kembung Layang Cakalang Vaname/ 2015 2016 2017 2018 126.253 28.579 155.762 30.626 174.219 47.821 193.511 43.820 29.896 33.242 22.817 25.448 33.702 23.171 21.686 17.720 133 24.866 36.126 31.084 Gambar 51. Produksi utama Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2018 produksi juga meningkat setiap tahu. Daerah penghasil budidaya untuk komoditas bandeng antara lain Bone, Wajo, Pinrang, Pangkep dan Luwu Timur, sedangkan jenis udang antara lain di darah Budidaya Takalar, Maros, Barru, Pinrang, Pangkep dan Bulukumba. Selain itu produksi budidaya yang dikirim via Makassar juga dikirim dari daerah lain seperti Pasangkayu Sulawesi Barat. (DJPB 2016) Gambar 52. Daerah Produksi Budidaya Provinsi Sulawesi Selatan(DJPB 2016) Kajian Koridor SLIN 2020 61 E. Ambon Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon (PPN Ambon) merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun dalam rangka pelayanan armada penangkapan ikan, yang beroperasi di antara lain di Laut Arafura, perairan Laut Banda dan laut Seram. Struktur armada penangkapan ikan yang berkunjung dan beraktifitas di PPN Ambon, didominasi oleh kapal perikanan skala besar (industri) di atas 30 GT sedangkan untuk kapal perikanan skala kecil di bawah 30 GT kebanyakan beraktifitas di tangkahan sendiri atau sentra nelayan yang berada di teluk Ambon dan di pesisir pulau Ambon. Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon terletak di dalam wilayah Teluk Ambon, tepatnya di Dusun Pandan Kasturi, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau kota Ambon, provinsi Maluku, dengan letak geografis 03°-40’-42” LS dan 128°-10’-32” BT. PPN Ambon memiliki areal seluas ± 6 Ha (60.000m2) yang terdiri dari luas daratan/lahan 35.000m2 (3,5Ha) dan luas areal dermaga (kolam Pelabuhan) ± 25.000m2 (2,5Ha). Kebijakan “Menjadi Lumbung Ikan Nasional” berarti menjadikan Maluku sebagai salah satu produsen perikanan terbesar di Indonesia, yang mampu mensuplai kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri nasional serta menjadi eksportir utama komoditas perikanan Indonesia. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait dengan penetapan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN), mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku untuk memperkuat master plan LIN yang belum berjalan maksimal selama ini. Tabel 22. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku 62 Kajian Koridor SLIN 2020 Alasan paling mendasar dari Maluku sebagai lumbung ikan nasional karena letak Provinsi Maluku dengan lokasi pulau yang tersebar dengan daerah tangkap di tiga lokasi WPP penting yaitu WPP 714, WPP 715 dan WPP 718. Provinsi Maluku memiliki perairan laut seluas 666.139,85 km² dengan jumlah pulau sebanyak 1.340 buah. Luas wilayah provinsi ini 90% terdiri dari laut sehingga laut memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakatnya Sebaran potensi tersebut berada pada 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu WPP Laut Banda, WPP Laut Arafura serta WPP Laut Seram dan Teluk Tomini, yang secara kumulatif mengandung potensi sumberdaya ikan yang cukup tinggi. Namun tantangannya adalah preferensi bagi kapal perikanan untuk melakukan pembongkaran ikan Gambar 53. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku di banyak pilihan pelabuhan perikanan lainnya di perairan sekitar. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Provinsi Maluku ada dua yaitu PPN Ambon dan PPN Tual; sedangkan empat belas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yakni PPI Eri, PPI Masohi, PPI Leihitu, PPI Ukurlaran, PPI Dobo dan lainnya. PPN Ambon memiliki peranan strategis dalam menunjang kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Maluku karena kebanyakan kapal-kapal perikanan yang beraktivitas di Laut sekitar Maluku berpangkalan di PPN Ambon. Menurut Manapa (2014) Peranan PPN Ambon yang berada di titik sentral dari tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) tersebut harus lebih dioptimalkan dengan cara peningkatan kapasitas layanan pelabuhan untuk fasilitasi usaha penangkapan ikan/ industri perikanan pada ketiga WPP tersebut serta memberikan pelayanan sesuai dengan standar prosedur manajemen operasional (good operation and management practice). Letak strategis PPN Ambon di ibukota provinsi memberikan kelebihan dalam menunjang operasional Kajian Koridor SLIN 2020 63 pelabuhan karena memiliki infrastruktur yang memadai seperti jalan, telekomunikasi, listrik, jaringan transportasi. Ambon juga termasuk Kota yang paling siap dalam Lumbung ikan Nasional. Hikmayani dan Suryawati (2016) mengukur tingkat kesiapan Kota Ambon sebagai salah satu lokasi pendukung Lumbung ikan dan hasil peniliaian dari semua dimensi yang diukur menunjukkan kesiapan untuk menjadi pusat penyedia layanan barang dan jasa serta peningkatan mutu dan kualitas lingkungan. Jenis ikan dominan yang ditangkap di perairan Ambon pada tahun 2019 merupakan jenis Tuna dan Cakalang mencapai 80 % dari proporsi jenis tangkapan. Penjulan ikan ikan cakalang selain ke pedagang pengumpul nelayan juga ditujukan ke UPI (cold storage) untuk diolah menjadi produk beku. Harga ikan cakalang yang dijual oleh nelayan ke UPI (cold storage) lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga ikan cakalang yang dijual nelayan ke pedagang pengumpul. Ikan cakalang tersebut kemudian diekspor sebagian ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya, akan tetapi ada juga yang diekspor ke Gambar 54. Jenis dan komposisi produksi PPN Ambon 2019 (Sumber, DJPT 2019) luar negeri seperti ke Jepang dan Amerika. Gambar 55. Fluktuasi pendaratan per jenis ikan di PPN Ambon 64 Kajian Koridor SLIN 2020 Dari jenis alat tangkap yang digunakan di ambon produktifitas alat tangkap paling tinggi adalah pukat cincin pelagis kecil, pancing tonda dan rawai tuna. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat tangkap purse seine juga menjerat jenis jenis ikan tuna dan cakalang Gambar 56. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPN Ambon selain jenis ikan layang. Gambar 57. Perbandingan produksi PPN Ambon dan domestik keluar Ambon Kajian Koridor SLIN 2020 65 Pengiriman ikan terbesar melalui transportasi laut dari data yang diolah dari BKIPM ditujukan ke daerah Jakarta (57%) dan Surabaya (31%). Jenis ikan yang dikirim mayoritas adalah Tuna dan layang. Perbandingan grafik pendaratan ikan dan pengiriman domestik keluar menunjukkan gap yang cukup besar. Namun dapat dianalisis lebih lanjut ada kecenderungan pengiriman domestik keluar naik saat pendaratan turun dan sebaliknya. Tinjauan lebih lanjut dapat diduga bahwa terdapat kemungkinan kapal perikanan yang tidak melakukan pembongkaran di PPN Ambon tetapi di lokasi lain atau melalui transhipment ke kapal pengumpul/pengangkut yang memiliki izin SIKPI di Ambon. Namun hal ini perlu Gambar 58. Perbandingan Produksi di PPN Ambon dan Pengiriman Domestik Keluar dari Ambon Per Jenis Ikan pendalaman lebih lanjut. Pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan di perairan sekitar Provinsi Maluku juga perlu memperhatikan aspek kelestarian dengan kontrol input melalui pembatasan terhadap upaya penangkapan yang diizinkan, penggunaan alat tangkap yang selektif dan pembatasan waktu penangkapan. Bawole dan Apituley (2011) menyampaikan bahwa kendala penangkapan yang bersifat restriktif akan mempengaruhi sasaran peningkatan produksi. Oleh sebab itu perikanan tangkap di Maluku perlu diukur dari jumlah usaha industri yang menguntungkan secara ekonomi, yang dapat dipertanggungjawabkan, eco-friendly, yang selanjutnya berdampak pada keberlangsungan penghidupan masyarakat pantai Maluku baik untuk generasi sekarang maupun yang akan datang. Ketersediaan jasa logistik di Ambon pada tahua 2019 di layani oleh shippping line Meratus (37%), Oriental (20%), tanto (7%) dan lainnya 36%. Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, merupakan pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo IV dengan fasilitas yang cukup lengkap dari Dermaga, gudang dan sarana handling. 66 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 59. Performa Jasa Logistik dari Ambon 4.5. Daerah Pusat Distribusi A. Jakarta Daerah Jakarta Utara merupakan salah satu pusat distribusi ikan terletak di jantung ibukota negara. Sumber produksi ikan terpusat di dua pelabuhan yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. Sebagian besar ikan berasal dari Nizam Zachman karena fasilitas dan daya tampung pendaratan ikan dapat menampung kapal kapal besar > 100 GT. Selain Ikan yang didaratkan langsung dari kapal, ada pula ikan yang masuk ke PPSNZJ melalui transportasi darat. Pendaratan langsung melalui dua dermaga yaitu dermaga timur dan dermaga barat. Pendaratan ikan tuna segar dan ikan hasil tangkapan yang sejenis biasanya dilakukan melalui dermaga timur, sedangkan dermaga barat difungsikan untuk pendaratan ikan segar dan beku selain tuna. Di dalam laporan JICA (2011) hasil perikanan yang masuk ke PPSNZJ melalui jalur darat berasal dari daerah di Jakarta dan sekitarnya, Banten dan Jawa Barat seperti Sukabumi, Indramayu, Subang, Purwakarta, Cirebon, Cianjur, Karawang dan lain-lain; Jawa Tengah seperti Jepara, Semarang, Kendal, Batang, Tegal, Brebes, Pekalongan, Pemalang, Rembang, Pati dan lain-lain; Jawa Timur seperti Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Pasuruan, Surabaya dan lain-lain, Sumatera seperti Lampung dan beberapa daerah (JICA 2011). Luas PPS Nizam Zachman Jakarta adalah 110 Ha atau 25,29 % dari total luas Kelurahan Gambar 60. PPS Nizam Zachman Kajian Koridor SLIN 2020 67 Penjaringan. Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang beroperasi di Muara Baru sebanyak 51 unit dengan kapasitas terpasang sebesar 219.950 ton/tahun (2014 dan 2015) dan tenaga kerja sejumlah 4.463 orang. Utilitas UPI sebesar 36,25 persen (2014) dan meningkat menjadi 54,24 persen (2015) dengan penggunaan bahan baku sebesar 79.735 ton (2014) dan 119.310 ton (2015). Sekitar 60 persen dari UPI tersebut masih memerlukan bahan baku tuna untuk diolah baik dalam bentuk beku maupun segar, (BKIPM dan Ditjen PDSPKP, 2015). Fasilitas dan kapasitas dari PPS Nizam Zachman sebagaimana pada Tabel 23 sangat mendukung aktifitas penyediaan dan pemasaran ikan yang didistribusikan ke hingga ke luar daerah. Tabel 23. Fasilitas Pokok PPS Nizam Zachman Jakart No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Fasilitas Pokok Penahan gelombang (Breakwater) Turap (Revetment) Dermaga Jetty Kolam Pelabuhan Alur Pelabuhan Kapasitas/Volume 1.040 m 3.340 m 2.118,5 m 350 m 38.9 ha Panjang: 530 m Lebar: 185 m Jalan Kawasan 83.100 m2 Lebar jalan 6,75 - 10 m Drainase dan gorong- 16.792 m gorong Lahan/tanah kawasan 71 ha Pagar Keliling 1.90 B. Surabaya Provinsi Jawa Timur adalah salah satu gerbang aliran barang yang cukup padat dengan variasi komoditas. Pelabuhan Barang Tanjung Perak Surabaya merupakan salah satu titik peralihan moda transportasi laut ke moda transportasi darat terutama yang menggunakan kontainer dengan tujuan sekitar Jawa Timur hingga ke Jakarta. Komoditas ikan merupakan komoditas pangan yang penting karena Industri perikanan tersebar dengan Episentrum di Surabaya yang dikelilingi kawasan industri perikanan yang tersebar didaerah Lamongan, Sidoarjo, Gresik, dan Pasuruan. Kawasan industri dengan pusat peralihan moda di Surabaya tersebut pada dasarnya adalah kawasan industri perikanan yang juga dipasok dari pelabuhan perikanan seperti di PPN Brondong di Lamongan, PPP Bulu-Tuban, dan PPP Lekok-Pasuruan. Tingginya kebutuhan bahan baku di industri pengolahan telah mendorong permintaan ikan hingga dari daerah timur. 68 Kajian Koridor SLIN 2020 Gambar 61. UPI Skala Menengah Besar dengan Episentrum Surabaya Pengembangan antara faktor produksi ikan dan pengolahan perlu dikembangkan secara simultan dan saling terkait. Pengolahan ikan sangat memerlukan dukungan pasokan produksi sebagai input begitu juga dengan produksi yang memerlukan berbagai usaha pengolahan ikan untuk dapat memanfaatkan outputnya. (Huda et al. 2015) Sebagai salah satu pengembangan pusat distribusi di Surabaya, Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang berada di Lamongan adalah salah satu pelabuhan perikanan nusantara sebagai titik temu (terminal point) yang menguntungkan antara kegiatan ekonomi di laut dengan kegiatan ekonomi di darat yang telah terbukti mampu melakukan revitalisasi terhadap fungsi dan peranannya sehingga menjadikannya sebagai ”Centre of Excelence” bagi pengembangan perikanan tangkap serta sebagai pusat pembinaan nelayan dan industri pengolahan hasil perikanan. PPN Berondong mempunyai peran sebagai pusat kegiatan perikanan laut di wilayah Kabupaten Lamongan terutama dalam usaha perikanan tangkap. Pelabuhan ini terletak di Desa Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur dengan posisi koordinat geografis pada 060 53’ 30,81” LS dan 1120 17’ 01,22” BT. PPN Brondong memiliki luas 8 Ha Aktivitas bongkar muat kapal berasal dari daerah disekitar Lamongan, antara lain Brondong, Blimbing, Kandang Semangkon dan Palang. Selain itu, pelabuhan ini bekerjasama dengan pusat pendaratan ikan yang ada di Lamongan seperti PPI Weru, PPI Kranji dan PPI Lohgong. PPN Brondong merupakan pusat kehidupan masyarakat nelayan dan pusat kegiatan industri perikanan: a. Peranan pelabuhan perikanan yang berkaitan dengan aktivitas produksi, antara lain: tempat mendaratkan hasil tangkapan perikanan, tempat untuk persiapan operasi penangkapan (mempersiapkan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan alat tangkap, ataupun kapal), tempat untuk berlabuh kapal perikanan. b. Sebagai pusat distribusi, antara lain: tempat transaksi jual beli ikan, sebagai terminal untuk mendistribusikan, sebagai terminal ikan hasil laut. c. Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan antara lain sebagai pusat : kehidupan nelayan, pengembangan ekonomi masyarakat nelayan, lalu lintas dan jaringan informasi antara nelayan dengan pihak luar. Kajian Koridor SLIN 2020 69 4.6. Koridor Pusat Pengumpulan dan Pusat Distribusi Gambar 62. PPN Brondong sebagai salah satu pengembangan pusat Distribusi Surabaya Tabel 24. Fasilitas Pokok di PPN Brondong Fasilitas Pokok PPN Brondong Areal pelabuhan Kolam Pelabuhan Dermaga sekeliling kolam Turap (Revetment) Jalan Kompleks ukuran 13,21 m2 23,4 m2 525,5 m2 3.680,2 m 1.500 m Dari beberapa lokasi yang diuraikan di atas maka pendekatan penentuan koridor didasarkan pada pendekatan komoditas, wilayah, dan konektivitas yang menghubungkan Pusat Distribusi dan Pusat Pengumpulan sebagaimana pada Tabel. 25. 70 Kajian Koridor SLIN 2020 Tabel 25. Pendekatan penentuan koridor Pusat Pengumpulan Mimika Pendekatan Komoditas potensial Pendekatan Wilayah Pemindangan: Komoditas layang volume pengirimannya cukup tinggi Berada di lokasi WPP 718 dengan potensi tangkapan tinggi (2,63 juta ton/ tahun). Ekspor : Kepiting dan udang laut Izin kapal perikanan untuk penangkapan cukup tinggi Merupakan wilayah pengembangan SKPT Makassar Bapok: Bandeng Ekspor: udang vannamei Pendekatan Konektivitas Pusat Distribusi PPI Poumako berada di lokasi Jakarta dengan luas lahan 49,6 H, Surabaya tersedia akses jalan yang memadai; tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai. Pelabuhan niaga dengan kapabilitas handling RC 20 feet di Poumako yang dikelola Pemerintah, Jasa Logistik Shipping Line yang tersedia Meratus, Tanto, SPIL, Temas (via Agats) yang menuju Surabaya. Kapal Pengangkutan banyak mendapatkan izin pangkalan di wilayah 718 Menghubungkan beberapa daerah pusat produksi sekitar timika seperti Pronggo, Amar, Kokonao, Atuka ataupun dari luar timika seperti Dobo, Kalar kalar, Merauke Merupakan daerah PPI Paotere dan PPI Untia dekat Jakarta Sentra Budidaya dengan Pelabuhan Barang di Surabaya Bandeng dan Udang wilayah Timur yang dikelola PELINDO IV Terdapat lokasi Fasilitas jalan, air dan listrik cukup produksi perikanan di memadai di PPI Paotere dan PPN Untia dan PPI PPI Untia, dan untuk Untia perlu Paotere. PP Untia pengembangan lebih lanjut. sedang didorong dalam peningkatan pemanfaatan fasilitas pelabuhannya Kajian Koridor SLIN 2020 71 Pusat Pengumpulan PPS Kendari Pendekatan Komoditas potensial Pemindangan: layang Ekspor : Cakalang Tuna PPS Bitung Pemindangan: layang Pendekatan Wilayah Menghubungkan beberapa daerah pusat produksi budiddaya seperti Bone, Barru, Pangkep, Wajo Takalar, Pinrang, Bulukumba, Maros, Luwu Timur Pasangkayu-Sulbar Berada di lokasi WPP 714 dengan potensi tangkapan (788 ribu ton/tahun) Menghubungkan beberapa daerah pusat produksi seperti Wakatobi, Baubau, Muna Berada di lokasi WPP 716, dengan potensi tangkapan (597 ribu ton/tahun) Bapok : Tuna, Menghubungkan tongkol, cakalang beberapa daerah pusat produksi seperti Ternate, Talaud, Tahuna, Bacan, dan Morotai Ekspor : Tuna dan Cakalang Ambon 72 Kajian Koridor SLIN 2020 Pemindangan: layang Berada di lokasi WPP 714, dengan potensi tangkapan (788 ribu ton/tahun) Pendekatan Konektivitas Pusat Distribusi Terdapat Jasa Logistik antar domestik Shipping Line Meratus, Tanto, SPIL dan Temas PPS Kendari memiliki luas lahan 40,53 Ha, tersedia akses jalan yang memadai; tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai. Akses pengiriman barang dengan Pelabuhan Laut di bawah PELINDO IV Surabaya Jakarta Terdapat Jasa Logistik Shipping Line Meratus, Tanto Line, SPIL, PELNI. PPS Bitung memiliki luas lahan Jakarta 4,6 Ha tersedia akses jalan yang Surabaya memadai; tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai. Akses pengiriman barang dengan Pelabuhan Laut di bawah PELINDO IV Terdapat Jasa Logistik Shipping Line Meratus, Tanto, SPIL dan Lainnya PPN Ambon memiliki luas lahan Jakarta 3,5 Ha tersedia akses jalan yang Surabaya memadai; tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai. Pusat Pengumpulan Pendekatan Komoditas potensial Pendekatan Wilayah Bapok : Tuna, Pusat dari Provinsi Cakalang, tongkol Maluku yang merupakan Daerah pencanangan Lumbung Ikan Nasional (LIN) yang menjangkau WPP 715, 714 dan 718 Eskpor : Tuna, Cakalang Pendekatan Konektivitas Pusat Distribusi Akses pengiriman barang dengan Pelabuhan Laut di bawah PELINDO IV Terdapat Jasa Logistik Shipping Line Meratus, Tanto,SPIL dan Lainnya Kajian Koridor SLIN 2020 73 V. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan sumberdaya perikanan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan memperhatikan azas berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya ikan tidak hanya untuk tujuan memperoleh keuntungan semata tetapi harus memadukan tujuan dari berbagai dimensi yaitu Dimensi Ekonomi, Dimensi Ekologi dan Dimensi Sosial. Artinya pengelolaan sumberdaya perikanan harus mampu menghasilkan produk ikan secara berkesinambungan (on continuing basis), memberikan kesejahteraan finansial bagi masyarakat, menjaga stabilitas ketersediaan stok sumber daya ikan dan kondisi lingkungan terpelihara dengan baik serta kebutuhan protein hewani sebagai sumber pangan masyarakat Indonesai terpenuhi dengan baik. Kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan laut telah diatur dengan membagi perairan Indonesia menjadi beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang diharapkan menjadi basis tata kelola perikanan Indonesia. Begitupula dengan sektor perikanan budidaya, kebijakan pengembangannya adalah peningkatan produksi perikanan budidaya secara berkelanjutan melalui kegiatan intensifikasi usaha perikanan budidaya khususnya di Pulau Jawa dan kegiatan extensifikasi usaha budidaya khususnya di luar Pulau Jawa dengan fokus pada jenis-jenis ikan ekonomis penting dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Demikian pula untuk pengelolaan sumberdaya ikan di daerah-daerah remote area, KKP telah melakukan terobosan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di daearah terluar Indonesia melalui pendekatan wilayah dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Tantangan utama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia terletak pada pendistribusian dan pemasaran hasil perikanan dari pusat produksi (sentra produksi) ke pusat pemasaran. Wilayah Indonesia yang sangat luas dan di dominasi oleh lautan menjadi kendala utama dalam pendistribusian hasil perikanan yang berimbas langsung pada tingginya biaya logistik. Disisi lain sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan sentra produksi dengan sentra pemasaran masih terbatas sehingga seringkali terjadi penomena kelebihan pasokan ikan di sentra produksi (Wilayah Indonesia Timur) dan tidak terserap pasar sehingga ikan tersebut dijual dengan harga murah atau bahkan tidak laku. Di sisi lain, di sentra pemasaran (pulau Jawa) mengalami kelangkaan ikan yang menyebabkan harga ikan sangat tinggi. Berdasarkan survey Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI) yang dilakukan oleh Bank Dunia dan dipublikasikan pada tahun 2018, posisi Indonesia berada pada peringkat ke-46 dari 160 (seratus enam puluh) negara yang disurvei, bahkan masih berada di bawah kinerja beberapa negara ASEAN. LPI mengukur efisiensi on-the-ground rantai suplai perdagangan atau kinerja logistik yang merupakan tulang punggung perdagangan dan bisnis internasional. Sementara biaya logistik meliputi biaya transportasi, pergudangan atau 74 Kajian Koridor SLIN 2020 wherehouse, clearance perbatasan, sistem pembayaran dan fungsi-fungsi terkait lain. Pada tahun 2012, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional mengamanatkan bahwa implementasi Sislognas bertujuan untuk menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang terjangkau. Pada tahun 2014, KKP mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) sebagai bentuk turunan dari Perpres 26 Tahun 2012. Sebagaimana rencana aksi Cetak Biru Sistem Logistik Nasional, dalam implementasi SLIN perlu ditentukan titik-titk lokasi sebagai sentra produksi, pusat pengumpulan dan pusat distribusi atau jaringan logistik penyangga di masing-masing wilayah yang terintegrasi dalam satu kesatuan rantai distribusi yang disebut koridor. Kriteria penentuan koridor adalah mengikuti rantai pasok atau rantai distribusi yang sudah ada dengan tujuan memotret kondisi lapangan dan melakukan perbaikan rantai pasok hasil perikanan melalui fasilitasi program, sarana dan prasarana. Mekanisme SLIN secara umum terdiri dari : penyerapan produk di hulu dengan harga menguntungkan pelaku hulu; konsolidasi ikan di pusat pengumpulan dan pusat distribusi penangkapan, serta pengaturan transportasinya; Distribusi ikan untuk kebutuhan konsumsi serta industri dengan tingkat harga yang terkoordinasikan dengan pemerintah; serta peran dan dukungan lintas stakeholder. Penentuan koridor sebagaimana telah ditetapkan dalam Permen SLIN dilakukan melalui pendekatan wilayah/ daerah, pendekatan komoditas dan pendekatan konektivitas. Berdasarkan hasil kajian dengan mempertimbangkan pendekatan-pendekatan tersebut diatas maka direkomendasikan untuk ditentukan koridor-koridor impementasi SLIN antara lain; - Koridor Kendari – Surbaya/Jakarta; - Koridor Makassar – Surabaya/Jakarta - Koridor Bitung – Surabaya/ Jakarta - Koridor Ambon – Surabaya/ Jakarta - Koridor Mimika – Surabaya /Jakarta Pada tahun 2019, telah dilakukan kegiatan penghitungan indek logistik ikan tahap awal berdasarkan kaidah LPI yang menilai kinerja logistik secara umum dengan membandingkan kinerja antar jalur distribusi ikan atau koridor tersebut diatas. Hasil perhitungan sementara menunjukkan bahwa koridor tersebut secara aspek kelogistikan sudah memenuhi persyaratanpersyaratan dasar yaitu adanya input komoditas yang didistribusikan, sarana dan prasarana pelabuhan (port equipment) dan sarana transportasi laut (shipping line). Secara kelembagaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai regulator, fasilitator, penanggungjawab dan pengawas implementasi SLIN, kegiatannya dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan c.q. Direktur Logistik. Implementasi di lapangan dilaksanakan oleh Operator Utama yang didukung oleh Kajian Koridor SLIN 2020 75 operator pendukung di daerah daerah. Dalam implementasi SLIN, sebagaimana tertuang pada Permen SLIN diamanatkan untuk menetapkan Operator Utama dan Operator pendukung yang bertugas mejalankan operasional SLIN untuk masing-masing koridor. Operator Utama SLIN ditetapkan dalam rangka mendukung tugas pemerintah pada sistem terbatas yang melingkupi fungsi SLIN. Pemerintah dapat melakukan penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau proses seleksi pelaku usaha lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Operator Utama SLIN ditetapkan dalam rangka mendukung tugas pemerintah pada sistem terbatas yang melingkupi fungsi SLIN. Penunjukkan operator utama SLIN dapat dilakukan melalui Penugasan atau seleksi. Pemerintah dapat melakukan penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau proses seleksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas utama operator SLIN adalah melakukan perencanaan pasokan dan permintaan ikan nasional yang disesuaikan dengan karakteristik produksi hasil perikanan; membeli, menampung, dan menyalurkan ikan dan hasil perikanan dari/ke operator pendukung; menjamin penyerapan produksi ikan dan hasil perikanan dari pelaku usaha perikanan berdasarkan; menjamin ketersediaan ikan dan hasil perikanan kepada industri; membantu pemerintah melakukan pengendalian disparitas dan stabilisasi harga; penyelenggaraan transportasi dan/atau mengoordinasikan transportasi ikan serta hasil perikanan dengan penyedia jasa logistik; penyelenggaraan distribusi dan pemasaran ikan serta hasil perikanan untuk kebutuhan konsumsi maupun industri pengolahan secara berkelanjutan; pengelolaan dan pemeliharaan atas Barang Milik Negara (BMN) berupa sarana dan prasarana logistik perikanan secara bertanggung jawab; pengelolaan data dan informasi logistik ikan serta bekerja sama dengan para pihak untuk penguatan data logistik ikan nasional; dan membuat dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu bila diminta kepada pemerintah pusat dan daerah. Dalam mendukung kinerja operator utama, pemerintah dapat memberikan insentif berupa pembinaan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, fasilitasi sarana dan prasarana logistik, fasilitasi pengadaan ikan untuk menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga, dan mengoordinasikan/ memfasilitasi kemitraan antara operator utama dengan operator pendukung dan/atau badan usaha lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Uji coba tahap awal telah dilakukan untuk Koridor Sulawesi Tenggara - Jawa Timur-DKI Jakarta. Implementasi SLIN Tahap Awal ini, pada dasarnya dilakukan untuk melihat sejauh mana fungsi SLIN yang meliputi pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pemasaran dapat berjalan dengan baik dalam satu manajemen rantai pasok. Hasil implementasi SLIN tahap awal yang dilakukan operator utama telah berhasil meningkatan kapasitas dan stablitas produksi melalui penyerapan ikan di sektor hulu dan peningkatan distribusi ikan di sektor hilir. Operator utama juga mampu menampung/ 76 Kajian Koridor SLIN 2020 menyerap hasil tangkapan nelayan pada skala yang lebih besar dengan harga yang wajar. Keterlibatan mitra mitra operator pendukung juga semakin meningkat, dengan semakin banyaknya kelompok nelayan yang menjalin kerjasama. Melihat keberhasilan implementasi SLIN tahap awal, maka perlu dilakukan implementasi SLIN pada koridor-koridor sebagaimana telah diuraikan diatas. Untuk menunjang keberhasilan implementasi SLIN, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Penetapan operator utama SLIN melalui Keputusan Dirjen PDSPKP, sesuai dengan kapasitas, core bussines dan ketentuan perundangan yang berlaku lainnya 2. Menetapkan Pusat Produksi/ Pengumpulan dari daerah Mimika, Bitung, Kendari, Makassar dan Ambon dan Pusat Distribusi Jakarta dan Surabaya/Lamongan yang selanjutnya menjadi Koridor SLIN, dengan menggunakan pendekatan komoditas unggulan, wilayah/kawasan, dan konektivitas sesuai dengan potensi daerah. 3. Melakukan penguatan dan pengembangan sistem data dan informasi pada Koridor logistik yang ditetapkan secara real time, akurat dan tervalidasi. 4. Melakukan evaluasi kinerja logistik ikan dengan pengukuran aspek aspek logistik secara periodik, untuk mengukur tingkat keberhasilan koridor SLIN melalui indeks kinerja logistik ikan (IKLI). 5. Dukungan bantuan sarana dan prasarana logistik 6. Dukungan beberapa kementerian/lembaga terkait maupun pemerintah daerah (pemda) setempat. Sebagai contoh, di beberapa pelabuhan perikanan masih terkendala masalah infrastruktur dasar, seperti air bersih dan listrik. Selain itu, aksesibilitas menuju pelabuhan kurang memadai. 7. Melakukan pengembangan koridor lain secara bertahap sesuai pendekatan SLIN Kajian Koridor SLIN 2020 77 DAFTAR PUSTAKA 1. [ARD] Asosiasi Rekanan Distribusi. Indonesia. 2005. Profil Logistik Indonesia 2005. Asosiasi Rekanan dan Distribusi Indonesia, Jakarta, 2005. 2. Arthatiani FY, Deswati RH. 2020. Strategi Pengendalian Impor Mackarel Sebagai Bahan Baku Usaha Pemindangan. Jurnal Kebijakan Sosek Kelautan dan Perikanan 10(1): 3952 3. Bawole D, Apituley YMTN. 2011. Maluku sebagai lumbung ikan nasional:Tinjauan atas suatu kebijakan. Disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 239 -246. 4. Bowersox DJ, Closs DJ, Cooper MB. 2002. Supply chain logistics management (Vol. 2). New York(US): McGraw-Hill. 5. 5. Bubun RL, Mahmud A. 2016. Tingkat pemanfaatan ikan layang (Decapterus spp) berdasarkan hasil tangkapan pukat cincin di perairan timur Sulawesi Tenggara. Journal Airaha : 5(1) : 32-38. 6. Budhiman AA, Christijanto A, Kamarijah S, Budoyo GH. 2011. Kajian Awal Keragaan Pendekatan Ekosistem Dalam Pengelolaan Perikanan (Ecosystem Approach to Fisheries Management) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. Jakarta (ID) : KKP-WWF-IPB. 7. Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. Oxford (UK) : Blackwell Scientific Publications. 8. Christopher M. 2016. Logistics & supply chain management. UK: Pearson. 9. Cordeau JF, Pasin F, Solomon MM. 2006. An integrated model for logistics network design. Analysis of Operations Research 144(1): 59-82 10. Danial. 2011. Model Pengembangan Industri Perikanan Berbasis Pelabuhan Perikanan Di Kota Makassar Sulawesi Selatan. [Thesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 11. Dopu ASHW, Tadjuddah M, La Anadi. 2019. Analisis pemanfaatan sumber daya ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di Kota Kendari. Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan 3(1) : 31-38. 12. [DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP. 2016. Peta Sentra Produksi Perikanan Budidaya. Jakarta (ID) : KKP 13. Fatma E, Kartika W. 2017. Penjadwalan dan penentuan rute distribusi komoditas ke wilayah timur Indonesia. Jurnal Optimasi Sistem Industri 16 (1) : 40-49. 14. Firdaus M. 2018. Profil perikanan tuna dan cakalang di Indonesia . Buletin Ilmiah “MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 4 (1) : 23-32. 15. Ghiani G, Guerriero F, Laporte G, Musmanno. 2003. Real-time vehicle routing: Solution concepts, algorithms and parallel computing strategies. European Journal of Operational Research. 151(1) :1-11. 16. Hikmayani Y, Suryawati SH. Evaluasi kesiapan Kota Ambon dalam mendukung Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan 6(2): 97 - 110 17. Huda HM, Purnamadewi YL, Firdaus M. 2015. Industrialisasi perikanan dalam pengembangan wilayah di Jawa Timur. Tata Loka 17(2) : 99-112. 18. Ismail, Anggoro DS, Pramonowibowo. 2015. Strategi pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology 4(4): 67-77. 19. [KKP] Kementerian Kelautan Perikanan. 2015. Peraturan Menteri Perikanan dan 78 Kajian Koridor SLIN 2020 Kelautan Nomor 2/PERMEN KP/2015. Jakarta (ID): KKP. 20. Lam JSL, Yap WY. 2011. Dynamics of liner shipping network and port connectivity in supply chain systems: analysis on East Asia. Journal of Transport Geography. 19 : 1272–1281. 21. Massiseng ANA, Umung A. 2019. Strategi pengembangan industri pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Untia di Kota Makassar. Octopus Jurnal Ilmu Perikanan 8(2) 44-52. 22. Mulyana R, Haluan J, Baskoro MS, Wisudo SH. 2012. Keberlanjutan Perikanan Skala Besar di Laut Arafura. Buletin PSP 20(1) : 35-43. 23. Natalia C, Agus MA. 2016. Desain Rute Pelayaran Sistem Hub a Industri perikanan di Bitung nd Spoke. (Studi Kasus: Wilayah Papua, Indonesia). Jurnal Metris 17 : 113 – 122. 24. Pamudhi AA, Acjmadi T. 2012. Pengembangan indikator logistik untuk wilayah kepulauan. Jurnal Teknik ITS 1 :15-20. 25. Pertiwi I. 2005. Pemecahan Berbasis Set Covering Heuristic Untuk Pemecahan Masalah Penentuan Rute Penugasan Kapal. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. 26. Rushton A, Croucher P, Baker P. 2004. The handbook of logistics and distribution management: Understanding the supply chain. Kogan Page Publishers. 27. Samida, La Anadi, Abdullah. 2018. Analisis pendapatan usaha Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan 3(2): 125-134. 28. Stock JR, Lambert DM. 2001. Strategic Logistics Management (Vol. 4). Boston (US): McGraw-Hill/Irwin 29. Supit AE, Pamikiran RDC, Pangalila FPT. 2016. Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(4): 135-139. 30. Tarigan DJ, Simbolon D, Wiryawan B. 2018. Strategi pengelolaan perikanan gurita di Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal teknologi perikanan dan kelautan 9(1): 13-24. 31. Tarigan DJ, Simbolon D, Wiryawan B. 2019. Evaluasi keberlanjutan perikanan gurita dengan indikator EAFM (ecosystem approach to fisheries management) di Kabupaten Banggai Laut. Marine Fisheries 10(1) :83-94. 32. Wijopriono, Satria F. 2014. Status perikanan dan stok sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura. Jurnal Penelitian Perikananan Indonesia 20(3):177 – 182. 33. Yang Z, Chen K. 2010. Optimization of Shipping Network of Trunk and Feeder Lines for Inter-Regional and Intra –Regional Container Transport. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. 8: 694-705. 34. Zulham A. 2011. Industri perikanan di Bitung. Buletin sosek kelautan dan perikanan 6(2): 53-58. Kajian Koridor SLIN 2020 79 Lampiran 1. Daftar Pelabuhan Niaga di Indonesia No 1 2 3 Provinsi Jawa Barat Nama Pelabuhan Pelabuhan Cirebon Pelabuhan Pertiwi, Pamanukan, Subang Pelabuhan Pramuka, Garut 4 5 Jakarta Pelabuhan Tanjung Priok Pelabuhan Sunda Kelapa 6 Banten Merak 7 8 9 10 11 12 Jawa Timur Pelabuhan Batu Guluk, Madura, Pelabuhan Kalianget, Madura Pelabuhan Kalimas, Surabaya Pelabuhan Kamal, Madura Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi Pelabuhan Surindro Supjarso, Popoh, Tulungagung Pelabuhan Ujung, Surabaya Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi 17 18 19 Jawa Tengah Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap Pelabuhan Tegal, Tegal 20 Kepulauan Riau Pelabuhan Penawar Rindu, Belakang Padang, Batam Pelabuhan Putih, Sambu Belakang Padang Pelabuhan ASDP Desa Jagoh, Lingga Pelabuhan ASDP Dompak, Tanjungpinang Pelabuhan ASDP Parit Rempak, Karimun Pelabuhan ASDP Tanjung Uban, Bintan Pelabuhan ASDP Telaga Punggur, Batam Pelabuhan Bakong, Lingga Pelabuhan Batam Centre, Batam Pelabuhan Batu Ampar, Batam Pelabuhan Bulang Linggi, Bintan Pelabuhan Dabo Singkep, Lingga Pelabuhan Harbour Bay, Batam Pelabuhan Sri Bayintan, Bintan 13 14 15 16 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 80 Kajian Koridor SLIN 2020 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Pelabuhan Kote, Lingga Pelabuhan Marok Tua, Lingga Pelabuhan Midai, Natuna Pelabuhan Letung Jemaja Pelabuhan Penagih, Natuna Pelabuhan Penuba, Lingga Pelabuhan Pulau Laut, Natuna Pelabuhan Pulau Subi, Natuna Pelabuhan Sei Tenam, Lingga Pelabuhan Senayang, Lingga Pelabuhan Sekupang, Batam Pelabuhan Sijantung, Batam Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang Pelabuhan Sri Payung, Tanjungpinang Pelabuhan Nongsa, Batam Pelabuhan Pancur, Lingga Pelabuhan Sungai Buluh, Lingga Pelabuhan Sunggak, Kepulauan Anambas Pelabuhan Tanjung Setelung Serasan, Natuna Pelabuhan Tarempa, Kepulauan Anambas Pelabuhan Telaga Punggur, Batam Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Karimun Pelabuhan Tanjung Buton, Lingga 57 58 Lampung Pelabuhan Bakauheni, Lampung Pelabuhan Panjang, Lampung 59 60 61 62 63 64 65 66 Sumatera Utara Pelabuhan Belawan Pelabuhan Sibolga Pelabuhan Angin Gunungsitoli Pelabuhan Teluk Dalam, Nias Selatan Pelabuhan Roro, Nias Pelabuhan Lahewa, Nias Utara Pelabuhan Sirombu, Nias Barat Pelabuhan Kuala Tanjung, Batubara, Sumatra Utara Pelabuhan Tanjung Balai 68 Bengkulu Pelabuhan Bengkulu, Bengkulu 69 70 71 Aceh Pelabuhan Krueng Geukueh Pelabuhan Kuala Langsa, Langsa Pelabuhan Yoseph Iskandar, Tapaktuan, Aceh 67 Kajian Koridor SLIN 2020 81 82 72 73 74 Jambi Pelabuhan Jambi Pelabuhan Idris Sardi, Muara Sabak Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar 75 76 Sumatera Barat Pelabuhan Muara, Padang Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatra Barat 77 78 Bangka Belitung Pelabuhan Pangkal Balam Pelabuhan Tanjung Pandan 79 Riau Pelabuhan Sungai Pakning, Dumai 80 Sumatera Selatan Pelabuhan Tanjung Api-api, Palembang 81 82 Kalimantan Selatan Banjarmasin, Batu Licin, Satui Dwikora 83 Kalimantan Tengah Palangkaraya, Sampit-Kotim, Kumai-Kobar, Bagendang-Sampit, Kuala Pembuang-Seruyan 84 85 Kalimantan Timur Semayang, Balikpapan TPK Palaran,Samarinda 86 Kalumantan Utara Malundung, Tarakan 87 88 Kalimantan Selatan Pelabuhan Samudera, Batulicin Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 Sulawesi Selatan Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar Tanjung Ringgit, Palopo Belopa Malili Pare Pare Barru Pelabuhan Paotere, Makassar Pamatata, Selayar Pelabuhan penyeberangan Bajoe-Watampone Pelabuhan penyeberangan Bira, Bulukumba 99 100 101 Sulawesi Tenggara Pelabuhan Kendari Pelabuhan Buton Pelabuhan Bau-Bau Kajian Koridor SLIN 2020 102 Sulawesi Utara Pelabuhan Bitung 103 104 Gorontalo Pelabuhan Gorontalo Pelabuhan Anggrek, Kwandang 105 Sulawesi Tengah Pelabuhan Pantoloan, Palu 106 Sulawesi Barat Pelabuhan Polewali 107 108 109 110 Bali Pelabuhan Benoa, Denpasar Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana Pelabuhan Padangbai, Karangasem Pelabuhan Buleleng, Buleleng 111 112 113 114 115 Nusa Tenggara Barat Pelabuhan Lembar, Lombok Pelabuhan Kayangan, Lombok Pelabuhan Gili Trawangan, Lombok Dermaga Tanjung Luar, Lombok Pelabuhan Pemenang, Lombok 116 117 118 119 120 121 122 123 124 Nusa Tenggara Timur Pelabuhan Tenau, Kota Kupang Pelabuhan Bolok,Kota Kupang Pelabuhan Waingapu, Sumba Timur Pelabuhan Bung Karno, Ende Pelabuhan Ippi, Ende Pelabuhan Atapupu, Belu Pelabuhan Wini, Timor Tengah Utara Pelabuhan Larantuka, Flores Timur Pelabuhan Lorosay,Sikka 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 Maluku Utara Pelabuhan Ternate Pelabuhan Buli Pelabuhan Daruba Pelabuhan Sanana Pelabuhan Tobelo Pelabuhan Labuha Pelabuhan Gebe Pelabuhan Jailolo Pelabuhan Soa Sio Pelabuhan Laiwui 135 Maluku Pelabuhan Yos Soedarso Kajian Koridor SLIN 2020 83 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 84 Pelabuhan Banda Pelabuhan Tuhelu Pelabuhan Wahai Pelabuhan Waisarisa Pelabuhan Saumlaki Pelabuhan Namlea Pelabuhan Amahai Pelabuhan Geser Pelabuhan Leksula Pelabuhan Tual Pelabuhan Dobo Pelabuhan Wonreli 148 149 150 151 152 153 154 Papua Barat Pelabuhan Sorong Pelabuhan Manokwari Pelabuhan Fak-fak Pelabuhan Kaimana Pelabuhan Bintuni Pelabuhan Taminabuan Pelabuhan Wasior 155 156 157 158 159 160 161 162 Papua Pelabuhan Depapre Pelabuhan Jayapura Pelabuhan Biak Pelabuhan Merauke Pelabuhan Nabire Pelabuhan Agats Pelabuhan Pomako Pelabuhan Amahai Kajian Koridor SLIN 2020 Lampiran 2. Lokasi Pelabuhan Pangkalan kapal Pengangkut/Pengumpul 2020 Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal perikanan PP.Ambon, PU.Benoa PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pelabuhan Ratu PP.Nizam Zachman (Jakarta) PPS. Nizam Zachman Jakarta PPN. Palabuhanratu, PPS. Nizam Zachman Jakarta PU.Benoa PPS. Nizam Zachman Jakarta, PU.Benoa PP. Poumako, PPP. Bajomulyo PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Sibolga PP.Bitung PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Dobo PPP. Mayangan, PPS. Nizam Zachman Jakarta PPN. Merauke, PPP. Mayangan PP.Bitung, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Bau-bau PP.Bitung, PU.Benoa PP.Ambon, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PPP. Dobo, PPP. Mayangan PPN. Ambon, PU.Benoa PPP. Dobo, PU.Benoa PP. Weda, PPS. Bitung PU. Buru Karimun, PU.Tanjung Balai Karimun PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Probolinggo PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Penambulai PP. Sorong, PPS. Bitung PP.Bajomulyo PP.Bitung, PP.Sorong PP.Ambon, PP.Kendari PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Nizam Zachman (Jakarta) PPN. Sibolga, PPS. Nizam Zachman Jakarta PPP. Dobo, PPS. Nizam Zachman Jakarta PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pekalongan PP. Poumako, PPS. Nizam Zachman Jakarta PPN. Merauke, PU.Benoa PU.Benoa, PU.Merauke PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Timika PP. Tanjung Balai Karimun, PPS. Nizam Zachman Jakarta 2.587 2.579 2.274 2.141 2.127 1.775 1.592 1.421 1.382 1.269 1.262 1.217 1.180 1.142 993 977 852 842 804 791 758 733 719 676 592 542 506 500 Jumlah Kapal 14 12 11 8 9 11 6 11 6 13 4 5 7 7 4 8 4 4 7 4 6 3 4 3 4 6 4 1 484 2 242 466 464 448 435 426 403 395 2 3 2 2 2 3 1 233 155 224 218 213 134 395 389 3 130 Total GT Ukuran Rata-rata 185 215 207 268 236 161 265 129 230 98 316 243 169 163 248 122 213 211 115 198 126 244 180 225 148 90 127 500 Kajian Koridor SLIN 2020 85 Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal perikanan PPN. Pekalongan, PPS. Nizam Zachman Jakarta PPP. Tobelo, PPS. Bitung PPP. Dobo, PPP. Bajomulyo PP.Bajomulyo, PP.Tual PP.Ambon, PP.Bajomulyo PP.Bajomulyo, PU.Dobo PP.Mayangan (Probolinggo) PP.Bajomulyo, PP.Timika PU. Namatota PP. Banjarmasin, PPP. Bajomulyo PP.Mayangan (Probolinggo), PU.Merauke PP. Coa Kaimana, PPP. Mayangan PU.Tanjung Pinang PPS. Nizam Zachman Jakarta, PU.Penambulai PP. Kalar Kalar, PPP. Mayangan PP.Bungus, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP. Poumako, PP.Bajomulyo (blank) PPP. Dobo, PPN. Muara Angke PPN. Merauke, PPP. Bajomulyo PP.Bau-bau, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP.Bajomulyo, PPP. Dobo PP.Bajomulyo, PP.Banjarmasin PPN. Tanjung Pandan, PPP. Muara Sungai Baturusa PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Tanjung Balai Karimun PU.TB. Karimun PPP. Muncar, PPS. Nizam Zachman Jakarta PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.TB. Karimun PP.Muara Angke, PU.Merauke PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Merauke PPN. Merauke, PPS. Nizam Zachman Jakarta PP. Poumako, PP.Juwana PPP. Dobo, PP.Tehoru PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Nizam Zachman (Jakarta) PPS. Cilacap, PPS. Nizam Zachman Jakarta PP.Cilacap, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP.Bitung, PP.Merauke PPP. Tumumpa, PPS. Bitung PP. Telaga Punggur, PPP. Mayangan PPP. Bajomulyo , PPP. Mayangan 86 Kajian Koridor SLIN 2020 366 357 354 338 336 333 330 323 316 310 299 298 298 295 291 282 267 265 258 256 246 244 232 229 228 218 218 217 211 210 200 198 198 Jumlah Kapal 2 4 3 3 3 3 1 3 4 5 2 1 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 4 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 198 1 198 197 197 195 186 175 173 1 1 1 2 1 1 197 197 195 93 175 173 Total GT Ukuran Rata-rata 183 89 118 113 112 111 330 108 79 62 150 298 298 295 146 282 134 88 258 256 246 81 58 76 228 109 218 109 211 210 200 198 198 Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal perikanan PPP. Dobo, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga PPP. Tobelo, PU.Benoa PP.Bitung, PP.Ternate PP.Mayangan (Probolinggo), PP.TB. Karimun PP.Merauke, PP.Timika PP.Bajomulyo, PP.Probolinggo PP.Nizam Zachman PPS. Bungus, PPS. Nizam Zachman Jakarta PPP. Dobo, PP.Merauke PP. Kijang, PPP. Muara Sungai Baturusa PP.Juwana, PPN. Merauke PP.Juwana, PP.Tual PP. Fandoi, PPS. Bitung PP.Teluk Awang, PPP. Muncar PPI. Dobo, PPP. Bajomulyo PP.Timika, PU. Namatota PP.Juwana, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PPN. Palabuhanratu, PPS. Cilacap PPP. Bajomulyo , PPP. Muncar PPN. Merauke, PPN. Muara Angke PP.Juwana PP.Merauke, PU.Benoa PU.Moro Karimun, PU.Pangkal Balam PP.Moro, PP.TB. Karimun PU.Benoa, PU.Penambulai (Jambu air) PP. Tanjung Balai Karimun, PPP. Mayangan PP.Bajomulyo, PP.Kota Baru PP.Bintuni, PP.Sorong PP.Belawan PP.Mayangan, PP.Merauke PP.Sungai Rengas, PU.Kijang PP. Tanjung Balai Karimun, PPN. Muara Angke PP.Bajomulyo, PP.Dobo PP.Benjina, PPP. Dobo PPN. Tual, PPP. Bajomulyo PP. Sungai Lumpur, PP.Muara Angke (Jakarta) PP.Natuna, PP.TB. Karimun PP.Bajomulyo, PP.Sorong PPS. Belawan 173 Jumlah Kapal 1 172 1 172 172 172 169 165 159 158 153 150 150 149 149 149 148 148 147 147 145 141 141 140 140 139 131 130 129 125 123 122 111 109 101 100 99 97 94 92 91 90 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 172 172 169 165 159 158 153 150 75 149 149 149 148 148 74 147 145 141 141 140 140 139 131 130 129 125 123 122 111 109 101 100 99 97 47 92 91 90 Total GT Ukuran Rata-rata 173 Kajian Koridor SLIN 2020 87 Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal perikanan PP.Binuangeun (Lebak), PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP. Kotabaru/Saijaan, PPP. Bajomulyo PPN. Ternate, PPS. Bitung PP. Moro, PPP. Muara Sungai Baturusa PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Benoa PP. Tanjung Balai Karimun, PPN. Pemangkat PPI. Tarempa, PPP. Sungai Rengas PP.Moro, PU.Pangkal Balam (Pangkal Pinang) PP.Barelang (Batam), PU.TB. Karimun PPP. Bajomulyo , PPP. Dobo PP.Tanjung Pandan, PU.Pangkal Balam PP.Muara Angke (Jakarta), PP.TB. Karimun PP.Moro, PP.Tj.Pandan PP. Salibabu, PPS. Bitung PP.Juwana, PP.Pekalongan PP. Salahutu, PPN. Ambon PP.Pekalongan PPP. Bajomulyo PP.Bajomulyo, PP.Tegalsari PP. Poumako, PPI. Banda PP.Juwana, PP.Muara Angke PP.Pemangkat PP. Sungai Lumpur, PU.Palembang PP. Poumako, PP.Kaimana PP.Ternate PP. Tambelan, PP.Pontianak (Sungai Rengas) PP.Pemangkat, PP.Ranai (Kep. Natuna) PP. Kuala Tungkal PP.Sorong, PP.Ternate PP. Sorong, PPS. Kendari PP. Poumako, PP. Sorong PP.Pulau Halang, PU.Bagansiapiapi PP. Kuala Pembuang, PPN. Muara Angke PP.Bajomulyo, PP.Pekalongan PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Sungai Lumpur PP.Sei Kakap, PP.Sungai Rengas 88 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT Jumlah Kapal Ukuran Rata-rata 88 2 44 87 84 83 77 76 75 73 69 69 68 68 67 64 59 59 59 59 59 59 59 59 58 57 56 55 55 53 53 52 50 46 46 43 42 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 87 84 83 77 76 75 73 69 69 34 68 67 64 59 59 59 59 59 59 59 59 58 57 56 55 55 53 53 52 50 46 46 43 42 38 Lampiran 3. Lokasi Pelabuhan Muat Singgah Kapal Pengangkut/Pengumpul 2020 Pelabuhan PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPN. Merauke, PPP. Dobo PP. Poumako, PPI. Dobo, PPN. Merauke PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo PP.Tobelo, PU.Morotai, PU.Namlea, PU.Obimayor, PU.Taliabu, PU.Weda PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PP. Inengo , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Tilamuta , PP. Weda, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Bintuni, PP. Daeo Majiko, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Masohi, PPN. Tual, PU. Kisui, PU. Teor, PU.Bandanaira, PU.Bula, PU.Buru, PU.Geser, PU.Gorong, PU.Namlea, PU.Saumlaki PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Tual PP. Masohi, PPN. Ambon, PPN. Tual, PU. Kisui, PU. Teor, PU.Bandanaira, PU.Bula, PU.Buru, PU.Geser, PU.Gorong, PU.Namlea, PU.Saumlaki PP. Namatota, PP.Bitung, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP.Tual, PU.Dobo, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Saumlaki PP.Kupang, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Loloda, PP. Piru, PP. Sorong, PP. Weda, PP. Wersar, PPI. Dobo, PPN. Ternate, PPN. Tual, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PPI. Banda, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari PP.Tual, PU.Dobo, PU.Penambulai, PU.Saumlaki PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP. Sampolawa, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PU.Gorom, PU.Kesui PP.Ambon, PP.Bacan, PP.Banggai, PP.Bau-bau, PP.Bintuni, PP.Halmahera, PP.Morotai, PP.Ternate, PP.Tual, PU.Benjina, PU.Buru, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Merauke, PU.Saumlaki, PU.Wakatobi PP.Banggai, PP.Bau-bau, PP.Masohi, PP.Morotai, PP.Sorong, PP.Ternate, PP.Tobelo, PU.Maba PP.Banggai, PP.Bau-bau, PP.Masohi, PP.Morotai, PP.Sorong, PP.Ternate, PP.Tobelo Total GT 1.744 916 695 693 668 592 571 544 510 500 448 434 426 409 403 396 395 391 391 Kajian Koridor SLIN 2020 89 Pelabuhan PP. Poumako, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual PP. Poumako, PP.Penambulai, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke PP.Adijaya (Kaimana), PP.Ambon, PP.Banggai, PU. Kultubai Selatan, PU.Afarah, PU.Bau-bau, PU.Buton Selatan, PU.Kimaan, PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Trangan PPN. Tual, PU.Banda, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Piru (Boano), PU.Sanana, PU.Saumlaki, PU.Taliabu PPN. Palabuhanratu PP.Tual, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Timika, PU.Wanam, PU.Yamdena PP. Poumako, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke PP. Masohi, PP. Poumako, PP.Wetar, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPN. Merauke, PPN. Tual PP.Benjina, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Morotai, PP.Popoh, PP.Sorong, PP.Timika, PU. Namatota, PU.Dobo, PU.Wanam PP.Bacan, PP.Morotai, PP.Sanana, PP.Tahuna, PP.Tobelo PP.Adijaya (Kaimana), PP.Banggai, PP.Bitung, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU.Afarah, PU.Bacan, PU.Bau-bau, PU.Kimaan, PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Ternate, PU.Timika, PU.Trangan PP.Baai (Bengkulu), PP.Bungus, PU.Banyuwangi, PU.Benoa PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PP. Wersar, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Dobo, PPP. Tobelo PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Merauke, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP. Bintuni, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Mayangan, PPP. Tobelo PP.Ambon, PP.Tual, PU.Benjina, PU.Merauke, PU.Timika, PU.Wanam PP.Bacan, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU. Widi, PU.Afarah, PU.Banggai, PU.Bintuni, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Trangan PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual, PU.Dobo PP.Banyuwangi (Muncar), PP.P Baai (Bengkulu), PP.Pelabuhan Ratu PP.Ambon, PU.Banggai, PU.Buton, PU.Dobo 90 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 387 370 366 360 339 338 332 330 321 316 309 309 299 298 298 298 298 298 297 297 296 Pelabuhan PP. Kalar Kalar, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Poumako, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Mayangan, PPS. Kendari PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.P Baai (Bengkulu), PP.Pelabuhan Ratu, PU.Benoa PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Kamaru, PP. Lasolo, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari, PU.Penambulai PP.Bintuni, PP.Bitung, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Sorong, PP.Ternate, PP.Timika, PP.Tual, PP.Weda, PU.Agats, PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Pamako, PU.Teminabuan PU.Dobo, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP. Kalar Kalar, PP. Sampolawa, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Tual, PPS. Kendari PP.Benjina, PP.Merauke, PP.Penambulai PP. Kalar Kalar, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Poumako, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari PP. Coa Kaimana, PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Ukurlaran, PP. Weda, PPN. Merauke, PPP. Dobo, PPP. Tobelo PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Luwuk, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Poumako, PP. Salahutu, PP. Sumuraman, PP. Tehoru, PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari PP. Masohi, PP. Poumako, PP. Wameo, PP.Banggai, PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPS. Kendari PP. Kalar Kalar, PP. Kupang, PP. Poumako, PP. Sorong, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Sibolga, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPP. Muncar PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Salahutu, PP. Sumuraman, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari PP.Kaimana, PP.Timika, PP.Tual, PU.Banyuwangi, PU.Penambulai PP.Kuisui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Jurjogo, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu, PU.Leksula, PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Tior, PU.Wahai PP.Pelabuhan Ratu, PU.Banyuwangi, PU.Benoa PP.Bau-bau, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) Total GT 296 296 295 295 295 292 289 288 288 287 287 287 286 285 285 282 280 Kajian Koridor SLIN 2020 91 Pelabuhan PP. Ketapang, PPN. Palabuhanratu, PPN. Pengambengan, PPN. Sibolga, PPS. Bungus PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Merauke, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Bau-bau, PU.Longgar (Apara), PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP.Bitung, PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Dobo, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP. Poumako, PP. Ukurlaran, PPI. Banda, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual PP.Dobo, PP.Masohi, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PU.Kaimer, PU.Leksula PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dotir, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Tanjung Balai Karimun, PP. Wersar, PPN. Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PP. Inengo , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Tilamuta , PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Kuisui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Taniwei, PP.Tior, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Jurjogo, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu, PU.Leksula, PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Wahai PP.Banyuwangi, PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Kupang PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Loloda, PP. Poumako, PP. Sorong, PPI. Pagimana, PPN. Merauke, PPP. Bacan PP. Kalar Kalar, PPN. Merauke, PPN. Tual PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPI. Dobo, PPN. Merauke PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Bau-bau, PU.Dobo, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP. Ie Meulee, PPN. Prigi, PPN. Sibolga, PPP. Muncar, PPS. Bungus, PPS. Cilacap PP. Belang, PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PPI. Dobo, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Ambon, PP.Bacan, PP.Bintuni, PP.Bitung, PP.Kaimana, PP.Kimaan, PP.Merauke, PP.Sorong, PP.Taminabuan, PU. Kultubai Selatan, PU. Widi, PU.Afarah, PU.Banggai Laut, PU.Dobo, PU.Trangan, PU.Weda PP.Merauke, PP.Tual 92 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 277 275 275 275 274 266 264 262 260 258 257 256 249 248 247 246 244 Pelabuhan PP. Poumako, PPN. Merauke, PPP. Dobo PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang, PP. Kuala Tungkal, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Selakau, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Sungai Kakap, PP. Tanjung Satai, PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Mayangan, PPP. Sungai Rengas PP.Nangamesi, PP.Sibolga, PP.Sikakap, PP.Tulandale, PU.Banyuwangi PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Mayangan, PPP. Sungai Rengas PP.Bacan, PP.Penambulai, PP.Ternate, PP.Tobelo, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Kaimana PP.Tual, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Timika, PU.Wanam PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Cilacap, PP.Pelabuhan Ratu PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP. Sampolawa, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP.Wetar, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PU.Penambulai PP.Bacan, PP.Sorong, PP.Timika, PU.Dobo PP.Avona, PP.Benjina, PP.Biak, PP.Dobo, PP.Kaimana, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU. Namatota, PU.Agats PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Dobo PP. Bungku, PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Luwuk, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Sumuraman, PP. Wameo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP. Sampolawa, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP.Wetar, PPN. Ambon, PPN. Tual, PPP. Dobo PP.Bacan, PP.Bitung, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU. Sepekan, PU. Widi, PU.Afarah, PU.Banggai, PU.Bintuni, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Penambulai, PU.Teminabuan PP.Bacan, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU. Widi, PU.Afarah, PU.Banggai, PU.Bintuni, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Teminabuan PP. Kupang, PPN. Sibolga, PPP. Pulau Baai, PPS. Bungus, PPS. Cilacap PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Kupang, PP.Sibolga PP.Bungus, PP.Sibolga, PU.Banyuwangi Total GT 240 239 239 237 228 228 220 220 218 211 210 208 206 200 200 199 199 199 199 Kajian Koridor SLIN 2020 93 Pelabuhan PP. Poumako, PP.Merauke, PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Baubau, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Jambu Air, PU.Kesui, PU.Kur, PU.Larat, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Namrole, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Tehoru, PU.Tior, PU.Trangan, PU.Wahai, PU.Wanam, PU.Wanci PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bitung, PP.Kendari, PP.Kupang, PU.Benoa, PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Timika SN.Apara, SN.Bandanaira, SN.Bula, SN.Geser, SN.Gorong, SN.Kabalsiang, SN.Kenari, SN.P.Barakan, SN.Penambulai, SN.Tayando-Tual, SN.Tehoru, SN.Teminabuan, SN.Trangan, SN.Wanam, SN.Warilau, SN.Werinama PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Tulehu PP.Merauke, PU.Dobo, PU.Timika PP.Pelabuhan Ratu, PP.Probolinggo, PP.Sibolga PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Timika PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus, PP.P Baai (Bengkulu) PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP. Himatota, PP. Poumako, PP. Pulau Obi, PP. Saonek, PP. Sungai Bian, PP. Tiley, PP.Adijaya (Kaimana), PP.Avona, PP.Bacan, PP.Daruba(Morotai), PP.Dobo, PP.Kalar-Kalar, PP.Katapop, PP.Omor, PP.Piru (Boano), PP.Ternate, PP.Tobelo, PP.Wanam, PP.Weda PP. Kalar Kalar PP.Adijaya (Kaimana), PP.Ambon, PP.Bau-bau, PP.Benjina, PP.Dobo, PP.Kalar-Kalar, PP.Kendari, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Agats, PU.Avona, PU.Penambulai (Jambu air) PP. Masohi, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPP. Dobo PP.Tual PP. Air Bangih (Aia Bangih), PP. Cikidang, PP. Ketapang, PP. Lengkong, PP. Muara Maras, PP. Sape, PP. Sikakap, PP. Teluk Sinabang, PP. Tulandale, PPN. Palabuhanratu, PPN. Prigi, PPP. Labuhan Haji (Aceh), PPP. Lempasing, PPP. Muncar, PPP. Pulau Baai, PPS. Bungus, PPS. Cilacap, PPS. Lampulo PPN. Tual, PPN. Merauke PP. Bintuni, PP. Bolang Uki, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kema, PP. Sorong, PP. Weda, PPN. Kwandang, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga, PU.Benoa PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Timika PP. Loloda, PPN. Ternate, PPP. Bacan 94 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 198 198 198 198 198 198 198 197 197 195 195 193 190 190 189 187 186 185 185 183 Pelabuhan PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Bau-bau, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Jambu Air, PU.Kesui, PU.Kur, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Namrole, PU.Penambulai, PU.Tehoru, PU.Wakatobi, PU.Wanam, PU.Wanci PP. Masohi, PP. Pasar Wajo, PP. Poumako, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Tual PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus (Padang), PP.P Baai (Bengkulu) PP.Kuisui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Tior PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Bau-bau, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Jambu Air, PU.Kesui, PU.Kur, PU.Larat, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Namrole, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Tehoru, PU.Tior, PU.Trangan, PU.Wanam PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Dobo, PPP. Tobelo PP.Merauke, PP.Timika PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Penambungan, PP. Sumuraman, PPI. Banda, PPI. Sodohoa, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari PP. Poumako, PP. Tilamuta , PP. Weda, PPI. Dobo, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Baai (Bengkulu), PP.Banyuwangi, PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Lampulo, PP.Pengambengan PP.Ambon, PP.Banda, PP.Bau-bau, PP.Kalar-Kalar, PP.Kendari, PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Wameo, PU.Timika PP.Bintuni, PP.Fak-Fak, PP.Halmahera, PP.Morotai, PP.Obi, PP.Tahuna, PU.Dobo, PU.Siau, PU.Talaud, PU.Teminabuan PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke PP.Sorong, PP.Tual PP.Avona, PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Dobo PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dotir, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Wersar, PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Avona, PP.Dobo, PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Wanam, PU.Agats PP.Bitung, PP.Ternate PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Timika, PU.Dobo Total GT 182 180 180 178 177 175 173 173 172 172 172 172 172 171 171 170 169 169 169 168 Kajian Koridor SLIN 2020 95 Pelabuhan PP. Kalar Kalar, PP. Loloda, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Ambon, PP.Banda, PP.Benjina, PP.Dobo, PP.Eri (Maluku), PP.Kendari, PP.Penambulai, PP.Saumlaki, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Merauke PP. Poumako, PP.Nizam Zachman (Jakarta) PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Kamaru, PP. Lasolo, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPS. Kendari PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus (Padang), PP.Cilacap, PP.Kupang, PU.Benoa PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.P Baai (Bengkulu), PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga, PU.Banyuwangi PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Pekalongan, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sungai Jawi, PP.Sungailiat, PP.Telaga Punggur, PP.Tj. Pandan(Belitung) PP. Eri, PP. Leihitu, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari PP.Benjina, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Dobo PP.Sorong, PP.Tual, PU.Agats, PU.Babo, PU.Bandanaira, PU.FakFak, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kasiui, PU.Kokas, PU.Penambulai, PU.Seram, PU.Teminabuan, PU.Wanam PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sape, PP.Sibolga, PU.Banyuwangi, PU.Benoa PP.Natuna, PP.Pemangkat, PP.Sungai Rengas, PP.Sungailiat PPN. Palabuhanratu, PPN. Sibolga, PPS. Cilacap PP. Poumako, PP. Tilamuta , PP. Weda, PPI. Dobo, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PPN. Palabuhanratu, PPN. Sibolga, PPS. Belawan, PPS. Cilacap PP.Kuisui, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Laimu, PU.Luwuk, PU.Tior PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PPN. Merauke, PPN. Tual PP.Ambon, PP.Kaimana, PP.Kimaan, PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Tual, PP.Wanam PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP.Kaimana, PP.Mayangan, PP.Penambulai, PP.Saumlaki, PP.Sorong, PP.Timika PP. Eri, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP. Salahutu, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Tual 96 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 165 165 165 163 163 163 162 160 159 158 158 158 158 158 153 152 150 150 150 149 149 Pelabuhan PP. Belang, PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dotir, PP. Dulan Pok-pok , PP. Fandoi, PP. Hamadi, PP. Inengo , PP. Loloda, PP. Sanggeng, PP. Sorong, PP. Tilamuta , PP. Waiya Depapre, PP. Waropen, PP. Weda, PPI. Tenda, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Labuan, PPP. Tobelo PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PP.Tual PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PP. Wersar, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Labuan (Ampana), PP. Sorong, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Dobo PP. Poumako, PP. Wameo, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Tual, PPS. Kendari PP. Tulandale, PP.Kupang, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Pekalongan PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PU.Bau-bau, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Jambu Air, PU.Larat, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Tehoru, PU.Timika, PU.Wanam PP.Ambon, PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Timika, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke PP.Ambon, PP.Tual, PU.Agats, PU.Banda, PU.Bandanaira, PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Wanam PP.Kuisui, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Jurjogo, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu, PU.Leksula, PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Tior, PU.Wahai PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Pelabuhan Ratu PP. Kupang, PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Tual, PU.Benoa PP. Kupang, PP. Lontar, PP. Popoh, PP. Tambakrejo, PP. Tegalrejo, PP. Tulandale, PPI. Kedonganan, PPN. Pengambengan, PPP. Labuhan Lombok, PPP. Muncar, PPP. Pondok Dadap, PPP. Pulau Baai PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Sorong, PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Labuan PP. Belang, PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Banjarmasin, PP. Coa Kaimana, PP. Poumako, PP.Kota Baru, PPN. Merauke, PPP. Dobo, PU.Penambulai Total GT 149 149 148 148 148 148 148 148 147 147 147 147 146 145 144 142 141 Kajian Koridor SLIN 2020 97 Pelabuhan PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Pasar Wajo, PP. Sumuraman, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari PP.Dobo, PP.Sorong, PP.Timika PP.Barelang (Batam), PP.Pemangkat, PP.Tanjung Pandan, PP.Tarempa, PU.Natuna, PU.Pontianak PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Saumlaki, PP.Timika, PP.Tual PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Penambulai PP.Bau-bau, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP.Bintuni, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Luwuk, PP.Merauke, PP.Morotai, PP.Penambulai, PP.Ternate, PP.Tobelo, PP.Tual, PU.Dobo PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang, PP. Kuala Tungkal, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Selakau, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Sungai Duri, PP. Sungai Kakap, PP. Tanjung Satai, PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Mayangan, PPP. Sungai Rengas PP. Coa Kaimana, PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PPN. Merauke, PPP. Tobelo PP.Bau-bau, PP.Bitung, PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin) PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Sungai Rengas, PPS. Nizam Zachman Jakarta PP.Sorong, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Kaimana PP.Ambon, PP.Batu Licin, PP.Donggala, PP.Ende, PP.Eri (Maluku), PP.Kendari, PP.Luwuk, PP.Masarete, PP.Masohi, PP.Muara Kintap, PP.Rata, PP.Sangatta, PP.Tual, PP.Untia PP.Bacan, PP.Boalemo, PP.Ternate PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPP. Tobelo PP. Coa Kaimana, PP. Poumako, PP. Sorong, PPI. Dobo, PPN. Ternate 98 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 141 140 140 140 140 137 133 132 130 130 129 129 128 125 124 124 124 Pelabuhan PP.Merauke, PP.Saumlaki, PP.Sorong PP.Bacan, PP.Bintuni, PP.Merauke, PP.Sumuraman, PP.Ternate, PP.Tilamuta, PP.Tobelo PP. Bawean, PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Labuhan Bajo, PP. Manggar Baru, PP. Masalembu, PP. Untia, PPN. Brondong, PPN. Pekalongan, PPP. Mayangan PP. Coa Kaimana, PPN. Ambon, PPN. Merauke PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Sungai Rengas PP.Kuisui, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Jurjogo, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu, PU.Leksula, PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Tior SN. Mandioli, SN.Gamumu, SN.Lele, SN.Obi, SN.P. Joronga, SN.P. Kasiruta, SN.Soligi, SN.Tapat, SN.Widi PP.Saumlaki, PP.Tual PP.Ambon, PP.Biak, PP.Dobo, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam PP.Bacan, PP.Morotai, PP.Ternate, PU.Falabisahaya, PU.Melonguane PP.Tobelo PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Ternate, PU.Merauke PP.Ambon, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PU. Namatota PU.Masohi, PU.Namlea, PU.Sanana PP.Kaimana, PP.Timika, PP.Wanam, PU.Jambu Air, PU.Longgar (Apara), PU.Mesian PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Bajomulyo PP. Ukurlaran, PPN. Ambon, PPN. Merauke PP.Banjarmasin, PP.Bawean, PP.Brondong, PP.Kota Baru, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep PP.Sorong, PP.Timika, PU.Merauke PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Timika, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Wanam (Wagin) PP.Barelang (Batam), PP.Jakabaring (Palembang), PP.Kijang, PP.Kuala Jelai, PP.Moro, PP.Natuna, PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pemangkat, PP.Pontianak (Sungai Rengas), PP.Sungailiat, PP.Tanjung Pandan, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam) PP. Masohi, PU. Kisui, PU. Teor, PU.Bandanaira, PU.Bula, PU.Buru, PU.Geser, PU.Gorong, PU.Namlea, PU.Saumlaki Total GT 123 123 123 120 119 118 116 116 111 107 102 100 100 99 99 98 97 97 97 96 95 92 92 Kajian Koridor SLIN 2020 99 Pelabuhan PP.Labuhan Bajo, PP.Maumere, PP.Tual PP.Kijang, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pemangkat, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur, PU. Buru Karimun, PU.Moro, PU.Pangkal Pinang, PU.Pontianak PP.Bacan, PP.Morotai, PP.Tahuna, PP.Tobelo, PU.Sanana PP. Poumako, PP.Merauke, PP.Sumuraman, PP.Tual, PP.Wanam PP. Bawean, PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Sangsit, PPN. Kejawanan, PPP. Mayangan, PPP. Tasik Agung PP.Balikpapan, PP.Banjarmasin, PP.Bawean, PP.Brondong, PP.Kota Baru, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Tasik Agung PP.Banjarmasin, PP.Bawean, PP.Kejawanan, PP.Kota Baru, PP.Tegal (Tegalsari), PP.Tual, PP.Untia PP.Banda, PP.Merauke, PP.Tamher Timur, PP.Tual, PP.Tulehu PP.Flores, PP.Labuhan Bajo, PP.Makasar, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dagho, PP. Dulan Pok-pok , PP. Gebang Rejo, PP. Goto, PP. Labuan (Ampana), PP. Loloda, PP. Malenge, PP. Salibabu, PP. Sorong, PP. Tanjung Sidupa, PP. Tilamuta , PP. Ulu, PP. Weda, PPI. Tenda, PPP. Bacan, PPP. Ogotua, PPP. Tobelo PP. Kampung Baru Tengah, PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Untia PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Merauke PP.Kaimana, PP.Timika, PP.Tual PP.Sorong, PP.Tual, PU.Agats, PU.Babo, PU.Fak-Fak, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kasiui, PU.Kokas, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Seram, PU.Teminabuan, PU.Wanam PP.Sorong, PP.Tual, PU.Agats, PU.Babo, PU.Bandanaira, PU.FakFak, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kasiui, PU.Kokas, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Seram, PU.Teminabuan PP.Bacan, PP.Ternate, PU.Morotai, PU.Namlea, PU.Tahuna, PU.Talaud PP.Kota Baru, PPN. Palabuhanratu, PPS. Cilacap PP.Barelang (Batam), PP.Jemaja, PP.Kijang, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Moro, PP.Pemangkat, PP.Pontianak (Sungai Rengas), PP.Ranai (Kep. Natuna), PP.Sungailiat, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam), PP.Tj.Pandan, PU. Selat Lampa, PU.Midai, PU.Natuna, PU.Serasan, PU.Tambelan PP.Cilacap, PP.Lempasing, PP.Pengambengan PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Karangsong, PPI. Tarempa, PPP. Bajomulyo , PPP. Klidang Lor, PPP. Mayangan, PPP. Sungai Rengas, PPP. Tegalsari PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual PP. Barelang, PP. Moro, PP. Telaga Punggur, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan PP.Kota Baru 100 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 91 90 90 90 87 86 85 85 84 84 81 81 79 79 79 79 78 77 77 76 75 75 73 Pelabuhan PP. Poumako, PPN. Merauke PP.Panambuang, PP.Weda, PU.Banda, PU.Daruba, PU.Fak - Fak, PU.Geser, PU.Jailolo, PU.Maba, PU.Masohi, PU.Obi, PU.Piru, PU.Sanana, PU.Saumlaki, PU.Taliabu, PU.Tobelo, PU.Waisai PP.Barelang (Batam), PP.Kijang, PP.Kuala Jelai, PP.Moro, PP.Natuna, PP.Pemangkat, PP.Pontianak (Sungai Rengas), PP.Ranai (Kep. Natuna), PP.Sungailiat, PP.Tanjung Pandan, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam) PP.Balikpapan, PP.Bawean, PP.Brondong, PP.Flores, PP.Kota Baru, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep, PP.Untia PP.Ambon, PP.Timika PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Manggar Baru, PP. Untia, PP. Bawean, PPN. Brondong, PPN. Pekalongan, PPP. Mayangan PP. Bahari, PP. Bolang Uki, PP. Daeo Majiko, PP. Dagho, PP. Dodepo, PP. Gebang Rejo, PP. Goto, PP. Likupang, PP. Loloda, PP. Malenge, PP. Tanjung Sidupa, PP. Weda, PPI. Pagimana, PPI. Tenda, PPN. Kwandang, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Bawean, PP.Balikpapan, PP.Brondong, PP.Flores, PP.Kota Baru, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep, PP.Untia PP.Labuhan Bajo, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Pekalongan, PP.Rembang, PP.Sumenep, PP.Untia PP.Batang Dua, PP.Morotai, PP.Talaud, PP.Tobelo PP.Batu Licin, PP.Bawean, PP.Mayangan, PP.Pekalongan, PP.Sungai Rengas, PU.Banjarmasin, PU.Benoa, PU.Kalianget, PU.Kangean, PU.Mamuju, PU.Masalima, PU.Pontianak PP.Barelang, PP.Sungai Rengas, PU.Banjarmasin, PU.Midai, PU.Palembang, PU.TB. Karimun PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Tahuna, PP.Toli -Toli PP. Karangsong, PPN. Kejawanan, PPN. Pekalongan, PPP. Tegalsari PP.Brondong, PP.Karangsong, PP.Kejawanan, PP.Klidang Lor, PP.Kota Baru, PP.Lappa, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Tuban, PP.Untia PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PPI. Banda, PPN. Tual PP.Masohi, PP.Pulau Buru, PP.Tehoru, PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorong, PU.Merauke, PU.Namlea, PU.Saumlaki, PU.Timika PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Omor, PP. Penambungan, PP. Salahutu, PP. Sumuraman, PP. Tamher Timur, PP. Tiakur, PP.Wetar, PPI. Dobo, PPI. Sodohoa, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari Total GT 69 69 68 66 66 65 64 63 62 62 59 59 59 59 59 59 59 59 Kajian Koridor SLIN 2020 101 Pelabuhan PPP. Bacan, PU.Fak - Fak, PU.Kaimana, PU.Maba, PU.Manokwari, PU.Nabire, PU.Obi, PU.Serui, PU.Wahai, PU.Waisai, PU.Weda, PU.Windesi PP.Batu Licin, PP.Jangkar, PP.Kota Baru, PP.Matasiri, PP.Tegal (Tegalsari) PP. Bungku, PP. Ende, PP. Konge, PP. Maccinibaji, PP. Sangatta, PPI. Benteng/Bonehalang, PPN. Tual, PU.Bontang, PU.Geser, PU.Labuan Bajo, PU.Maumere, PU.Salakan, PU.Saumlaki, PU.Taliabu, PU.Wanci PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Sungsang PP.Benjina, PP.Bintuni, PP.Dobo, PP.Fak-Fak, PP.Geser, PP.Kuisui, PP.Sorong, PP.Tual, PP.Warabal, PU.Agats, PU.Dobo, PU.Gorom, PU.Kokas, PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Wanam PP.Sungai Liat (Bangka), PP.Sungsang PP.Ambon, PP.Bacan, PP.Bitung PP.Pontianak, PP.Probolinggo, PP.Tanjung Pinang PP.Barelang, PP.Pemangkat PP.Banjarmasin, PP.Brondong, PP.Pemangkat, PP.Sungai Rengas, PP.Tasik Agung, PP.Tegal (Tegalsari) PP.Banda, PP.Merauke, PP.Tamher Timur, PP.Tual PP.Bacan, PP.Bitung, PP.Fak-Fak, PU.Seram PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dulan Pok-pok , PP. Masarete, PP. Piru, PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP. Weda, PP. Wersar, PP.Wetar, PPN. Ambon, PPN. Ternate, PPN. Tual, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP.Kuala Duabelas, PP.Mesuji, PU.Lampung, PU.Sungai Lumpur PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Weda, PP. Wersar, PPI. Pagimana, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo PP. Bawean, PP.Balikpapan, PP.Brondong, PP.Flores, PP.Kota Baru, PP.Labuhan Bajo, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep, PP.Untia PP. Kalar Kalar, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual PP.Barelang (Batam), PP.Kuala Tungkal, PP.Sungai Liat (Bangka), PP.Sungai Rengas, PP.Tanjung Balai Asahan, PP.Tanjung Pandan, PP.Tanjung Pinang, PP.Tarempa, PU.Bengkalis, PU.Dumai, PU.Jakabaring, PU.Pangkal Balam, PU.Panipahan, PU.Tanjung Balai Karimun PP. Kota Tegal, PP. Kuala Jelai, PP. Kuala Pembuang, PP. Kuala Tungkal, PP. Kumai, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Ujung Pandaran, PPI. Tarempa, PPN. Pekalongan, PPN. Sungailiat, PPP. Sungai Rengas 102 Kajian Koridor SLIN 2020 Total GT 59 59 58 58 57 57 56 55 55 54 53 53 52 51 50 49 48 46 46 Pelabuhan PP.Bungus (Padang), PP.Krui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Probolinggo (Mayangan), PP.Sibolga, PU.Lampung PP.Banjarmasin, PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Batu Licin, PP.Makasar, PU.Lombok, PU.Samarinda PP.Bungus (Padang), PP.Krui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga PP.Kuala Duabelas, PP.Mesuji, PU.Lampung PP. Batulicin, PP. Kampung Baru Tengah, PP. Kotabaru/Saijaan PP. Bungku, PP. Ogotion, PP. Wanggarasi Timur (Wonggarasi Timur), PPN. Tual, PU.Ampana, PU.Geser, PU.Salakan, PU.Saumlaki, PU.Taliabu, PU.Wanci PP. Ende, PP. Konge, PP. Maccinibaji, PP. Sangatta, PPI. Benteng/Bonehalang, PU.Berau, PU.Bontang, PU.Labuan Bajo, PU.Maumere PP. Kuala Singkawang, PP. Muara Kubu, PP. Tanjung Satai, PP.Pemangkat, PP.Sungai Duri, PP.Sungai Pinyuh, PP.Teluk Batang PP. Labuhan Maringgai, PP. Sepeken, PP. Tanjung Jabung, PP.Bajomulyo, PP.Barelang, PP.Karimunjawa, PP.Kuala Duabelas, PP.Kuala Tungkal, PP.Kumai, PP.Mesuji, PP.Sungai Rengas, PP.Sungailiat, PP.Tegalsari, PP.Teladas, PU. Sungai Pedada, PU. Tanjung Pandan, PU.Bangka, PU.Banjarmasin, PU.Pangkal Pinang PP.Barelang, PP.Kijang, PP.Pemangkat, PP.Sungai Rengas, PP.Telaga Punggur (Batam), PU.Moro Karimun, PU.TB. Karimun, PU.Tj.Pinang PP.Barelang, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam), PU.Gudang Garam (Palembang), PU.Kuala Tungkal, PU.Tj.Pinang Grand Total Total GT 45 43 43 42 41 41 41 38 37 34 34 56.129 Kajian Koridor SLIN 2020 103 Lampiran 4. Rute Meratus Line Rute Surabaya - Belawan - Surabaya Surabaya - Banjarmasin - Surabaya Surabaya - Samarinda - Surabaya Surabaya - Balikpapan - Surabaya Surabaya - Tarakan - Surabaya Surabaya - Sampit - Surabaya Surabaya - Semarang - Kumai - Surabaya Surabaya - Tangkiang - Kendari - Surabaya Surabaya - Pantoloan - Surabaya Surabaya - Tolitoli - Surabaya Surabaya - Makassar - Surabaya Surabaya - Makassar - Ambon - Surabaya Surabaya - Kendari - Surabaya Surabaya - Benoa - Surabaya Surabaya - Lembar - Surabaya Surabaya - Kupang - Surabaya Surabaya - Mof - Calabai - Surabaya Surabaya - Mof - Surabaya Surabaya - Ende - Surabaya Surabaya - Wini - Dili - Surabaya Surabaya - Ambon - Timika - Dobo - Surabaya Semarang - Pontianak - Semarang Surabaya - Pontianak - Surabaya Jakarta - Belawan - Jakarta Jakarta - Padang - Jakarta Jakarta - Makassar - Jakarta Jakarta - Surabaya - Bitung - Gorontalo - Jakarta Jakarta - Semarang - Banjarmasin - Jakarta Jakarta - Tanjung Pinang - Jakarta Jakarta - Balikpapan - Samarinda - Pantoloan - Jakarta 104 Kajian Koridor SLIN 2020 Frekuensi dalam 1 bulan 5 2,5 3,5 3,5 7 6 4 7 10 12 3,5 7 12 5 5 5 14 7 9 7 10 7 10 3,5 4,5 5 7 5 8 5 Jumlah Kapal 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 5 1 2 3 2 1 3 Lampiran 5. Rute Tanto Line Rute Surabaya - Medan Jakarta - Medan Jakarta - Padang Jakarta - Sibolga Jakarta - Pekanbaru Jakarta - Batam Jakarta - Pontianak Surabaya - Samarinda Jakarta - Samarinda Surabaya - Balikpapan Jakarta - Balikpapan Surabaya - Banjarmasin Jakarta - Banjarmasin Surabaya - Lembar Surabaya - Benete Surabaya - Makassar Jakarta - Makassar Surabaya - Bitung Jakarta - Bitung Surabaya - Gorontalo Surabaya - Kendari Surabaya - Luwuk Surabaya - Ambon Surabaya - Ternate Surabaya - Tobelo Surabaya - Tual Surabaya - Jayapura Surabaya - Sorong Surabaya - Manokwari Surabaya - Nabire Surabaya - Timika Surabaya - Merauke Frekuensi dalam 1 Bulan 6 8-9 4-5 2 4 3-4 12 8 4-5 8 3 -4 8 5-6 4 3 18 - 20 4-5 5 -6 5-6 4 4 3 5 4 2-3 3 3 3 3 3 3 3 Kajian Koridor SLIN 2020 105 Lampiran 5. Rute SPIL Rute Jakarta/Surabaya via Jakarta - Batam - Jakarta Jakarta/Surabaya via Jakarta - Palembang - Jakarta Jakarta/Surabaya via Jakarta - Dumai - Pekanbaru - Jakarta Jakarta/Surabaya via Jakarta - Pekanbaru - Jakarta Jakarta/Surabaya via Jakarta - Medan - Jakarta Surabaya - Jakarta - Medan - Jakarta - Surabaya Jakarta/Surabaya via Jakarta - Padang (Bengkulu) - Banda Aceh - Lhokseumawe - Medan - Batam - Palembang - Jakarta (Trans Sumatera) Jakarta/Surabaya - Balikpapan - (Berau) - Jakarta (Via Pendulum II) Jakarta - Banjarmasin - Jakarta Jakarta/Surabaya via Jakarta - Pontianak - Jakarta Jakarta - Samarinda - Jakarta Surabaya - Banjarmasin - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Batulicin - Surabaya Surabaya - Samarinda - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Sampit - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Tarakan - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Nunukan - Surabaya Semarang - Jakarta - Batam - Jakarta Semarang - Jakarta - Palembang - Jakarta Semarang - Jakarta - Dumai - Pekanbaru - Jakarta Semarang - Jakarta - Medan - Jakarta Semarang - Jakarta - Padang (Bengkulu) - Banda Aceh Lhokseumawe - Medan - Batam - Palembang - Jakarta (Trans Sumatera) Semarang - Jakarta - Banjarmasin - Jakarta Semarang - Jakarta - Samarinda - Jakarta Semarang - Jakarta - Pontianak - Jakarta Semarang - Surabaya - Sampit - Surabaya Semarang - Surabaya - Batulicin - Surabaya Semarang - Surabaya - Tarakan - Surabaya Semarang - Surabaya - Nunukan - Surabaya Semarang - Surabaya - Balipapan - (Berau) - (Palu) - Bitung (Gorontalo) - (Ternate) - Surabaya (Via Pendulum II) Semarang - Surabaya - Makassar - Baubau - Kendari -Surabaya 106 Kajian Koridor SLIN 2020 Frekuensi (Kapal yang di operasionalkan) 5 4 3 3 4 4 4 4 6 12 6 12 4 8 8 4 2 5 4 3 8 4 7 6 12 8 4 4 2 4 4 Frekuensi (Kapal yang di operasionalkan) Rute Semarang - Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak) (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura (via Pendulum I) Semarang - Surabaya - Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) Manokwari - Surabaya (Via Pendulum III) Semarang - Surabaya - Makassar - Timika - Merauke - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Baubau - Kendari Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Balikpapan - (Palu) - Bitung (Gorontalo) - (Ternate) - Balikpapan - Surabaya - (Pendulum II) Makassar - Banjarmasin - Makassar Makassar - Surabaya - Semarang - Jakarta Makassar - Timika - Merauke Makassar - Baubau - Kendari Makassar - Manokwari - (Biak) - (Serui) - Nabire (via Pendulum III) Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) - Manokwari (via Pendulum III) Makassar - Balikpapan - (Berau) - (Palu) - (Bitung) - (Gorontalo) (Ternate) (via Pendulum II) - Samarinda - Makassar Makassar - Ambon - (Tual) - (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) Surabaya (via Pendulum I) Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Manokwari - (Biak) (Serui) - Surabaya (via Pendulum I) Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Timika - Merauke Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura - Surabaya (via Pendulum III) Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura - Surabaya (via Pendulum III) Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak) - Sorong - Bintuni - Jayapura - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Medan - Jakarta - Surabaya Surabaya/Jakarta via Surabaya - Balikpapan - (Palu) - (Berau) Bitung - (Gorontalo) - (Ternate) - Balikpapan - Surabaya/Jakarta Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Manokwari - (Biak) (Serui) - Nabire Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) Manokwari 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 5 2 2 2 2 4 4 2 2 Kajian Koridor SLIN 2020 107 Lampiran 7. Rute Temas Line Rute Jakarta - Balikpapan Jakarta - Batam Jakarta - Belawan Jakarta - Bitung Jakarta - Kuala Tanjung Jakarta - Lhokseumawe Jakarta - Makassar Jakarta - Padang Jakarta - Palembang Jakarta - Palu Jakarta - Pontianak Jakarta - Surabaya Agats - Elat Agats - Fakfak Agats - Surabaya Agats - Timika Ambon - Jayapura Ambon - Manokwari Ambon - Surabaya Balikpapan - Jakarta Balikpapan - Makassar Balikpapan - Palu Balikpapan - Samarinda Balikpapan - Tarjun Banda Aceh - Belawan Banda Aceh - Jakarta Banda Aceh - Lhokseumawe Banda Aceh - Pekanbaru Banda Aceh - Sabang Banda Aceh - Tapaktuan Banjarmasin - Kupang Banjarmasin - Makassar Batam - Jakarta Batam - Pekanbaru Belawan - Bitung 108 Kajian Koridor SLIN 2020 Frekuensi (kali/bulan September 2020) 3 2 6 2 6 1 3 1 1 1 2 6 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Rute Belawan - Jakarta Belawan - Kuala Tanjung Belawan - Makassar Belawan - Palu Belawan - Pekanbaru Belawan -Surabaya Bitung - Belawan Bitung - Jakarta Bitung - Kuala Tanjung Bitung - Makassar Bitung - Palu Bitung - Surabaya Bontang - Kumai Bontang - Sampit Bontang - Surabaya Fakfak - Dobo Fakfak - Kaimana Fakfak - Kumai Fakfak - Saumlaki Fakfak - Surabaya Jayapura - Manokwari Jayapura - Surabaya Kumai - Sampit Kumai - Surabaya Kupang - Makassar Kupang - Surabaya Kupang - Tobelo Makassar - Balikpapan Makassar - Belawan Makassar - Bitung Makassar - Jakarta Makassar - Kuala Tanjung Makassar - Kupang Makassar - Palu Makassar - Surabaya Manokwari - Jayapura Manokwari - Surabaya Palembang - Jakarta Palu - Balikpapan Frekuensi (kali/bulan September 2020) 6 4 3 1 1 5 3 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 3 2 1 3 1 1 2 1 Kajian Koridor SLIN 2020 109 Rute Palu - Belawan Palu - Jakarta Palu - Kuala Tanjung Palu - Makassar Palu - Surabaya Palu - Tarjun Pekanbaru - Balikpapan Pekanbaru - Batam Pekanbaru - Jakarta Pontianak - Jakarta Samarinda - Balikpapan Samarinda - Jakarta Samarinda - Makassar Samarinda - Palu Samarinda - Tarjun Sampit - Kumai Sampit - Surabaya Surabaya - Belawan Surabaya - Bitung Surabaya - Fakfak Surabaya - Jakarta Surabaya - Kendari Surabaya - Kuala Tanjung Surabaya - Kumai Surabaya - Lembar Surabaya - Luwuk Surabaya - Makassar Surabaya - Manokwari Surabaya - Merauke Surabaya - Opin Surabaya - Palu Surabaya - Reo Surabaya - Samarinda Surabaya - Selayar Surabaya - Tarakan Surabaya - Ternate Surabaya - Tobelo Surabaya - Waingapu Tarakan - Balikpapan 110 Kajian Koridor SLIN 2020 Frekuensi (kali/bulan September 2020) 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 4 3 2 5 1 5 3 2 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 Rute Tarakan - Jakarta Tarjun - Balikpapan Tarjun - Jakarta Tarjun - Makassar Timika - Agats Timika - Elat Timika - Fakfak Timika - Surabaya Frekuensi (kali/bulan September 2020) 1 1 1 1 1 1 2 2 Kajian Koridor SLIN 2020 111 Lampiran 8. Metode Skoring Pusat Pengumpulan Bobot 50% 25% 15% 10% Wilayah Konektifitas Kriteria Metode Skoring Skala Bobot Prosentase Volume Konsolidasi pengiriman domestik keluar nasional 50% 4 3 ≥ 7,5 % 5 ≤ x < 7,5 % 5 Volume terbesar merupakan Komoditas utama (Tuna, Tongkol, Cakalang, Bandeng, Kembung, layang, udang vaname, cephalopod ) 25% 15% 10% 4-5 jenis Menghubungkan pusat produksi di luar daerah, Kelas Pelabuhan Perikanan PPS/PPN atau wilayah SKPT atau sentra budidaya komoditas utama Tersedia jasa logistik berpendingin, merupakan daerah pelabuhan pangkalan kapal pengangkut 3 jenis Menghubungkan pusat produksi di luar daerahnya, Kelas Pelabuhan Perikanan PPP/PPI Tersedia jasa logistik berpendingin 2 jenis Tidak menghubungkan pusat produksi di luar daerahnya, Kelas Pelabuhan Perikanan PPS/PPN Merupakan Daerah pelabuhan pangkalan kapal pengangkut 0-1 jenis Tidak menghubungkan pusat produksi di luar daerahnya, Kelas Pelabuhan Perikanan PPP/PPI Tidak Tersedia Jasa Logistik berpendingin dan bukan merupakan daerah pelabuhan pangkalan kapal pengangkut Penilaian 2 1 2.5 ≤ x <5 % 0≤ x <2,5 % Metode Skoring menggunakan 4 Kriteria dengan bobot yaitu Presantase volume distribusi (50%), Komoditas utama (25%), wilayah (15%) dan konektifitas (10%). Rincian penilaian sebagaimana pada Tabel, dengan skala pengukuran 1-4. Selanjutnya dilakukan Perhitungan Skor masing masing lokasi dengan rumus : Skor total = (0,50 x Penilaian Volume + 0,25 x Penilaian Komoditas + 0,15 x Penilaian Wilayah + 0,1 x Penilaian Konektifitas) x100/4 112 Kajian Koridor SLIN 2020 Lampiran 9. Hasil Skoring Pusat Pengumpulan Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Daerah Mimika Bitung Kendari Makassar Tarakan Ambon Merauke Pontianak Pantoloan Sorong Banjarmasin Tanjung Pandan Baubau Bacan Pangkal pinang Kaimana Karimun Banggai Maumere Gorontalo Medan Ternate Kolaka Kupang Banda Aceh Parepare Natuna Sibolga Tual Kuala Langsa Volume 4 4 3 4 2 1 1 1 1 2 1 Komoditas 2 4 4 4 1 4 1 2 3 2 1 Wilayah 4 4 4 4 1 4 4 4 3 1 1 Konektifitas 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 Skor 87,5 100 87,5 100 42,5 62,5 43,75 47,5 50 48,75 30 1 1 1 3 30 1 1 4 4 1 1 4 4 51,25 51,25 1 2 1 3 36,25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 1 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 1 4 3 1 2 3 4 38,75 38,75 51,25 51,25 60 52,5 55 37,5 45 52,5 37,5 51,25 52,5 42,5 1 4 1 1 43,75 Kajian Koridor SLIN 2020 113 114 Kajian Koridor SLIN 2020