Uploaded by common.user83666

Buku Koridor peny APHP ttd dir

advertisement
Penyusunan Bahan
Regulasi Logistik Ikan
STUDI
KORIDOR
LOGISTIK IKAN
NASIONAL
Bitung
Ambon
Jakarta
2020
Direktorat Logistik
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan
Makassar
Surabaya
Kendari
Mimika
TIM PENYUSUN
Pengarah
Penanggungjawab
Koordinator
: Direktur Jenderal PDSPKP
: Direktur Logistik
: Indah Kusharyanti, S.Sos, M.Si
Penyusun :
1. Arfin Ramadhan, S.Pi, M.Si
2. Usep Suhendar, S.Pi, MP
3. Ir. Denny Jatnika, MP
4. Muhammad Hanief Ihsanuddin, S.Pi
5. Ir. Khairus Yelliza, M.Sc
Kajian Koridor SLIN 2020
i
SAMBUTAN DIREKTUR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya
Penyusunan Bahan Regulasi Logistik Ikan (Studi Koridor Logistik Ikan Nasional) ini dapat
diselesaikan. Tujuan penyusunan buku ini adalah melihat keragaan logistik ikan, serta analisis
koridor logistik ikan.
SLIN merupakan implementasi konsep logistik berbasis komoditas, yaitu melakukan
penanganan (penyimpanan dan pengiriman) dan mengembangkan sarana dan prasarananya
sesuai dengan karakteristik komoditas, wilayah dan konekti tas. Oleh sebab itu perlu ditentukan
koridor, yang menghubungkan antara daerah pusat produksi dan/atau pusat pengumpulan
dengan pusat distribusi.
Kritik dan saran dari semua pihak akan dijadikan bahan masukan yang sangat berharga
dalam meningkatkan kualitas dan penyempurnaan studi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada segenap pihak
yang telah memberikan kontribusi baik tenaga maupun pikirannya sehingga kajian ini dapat
disusun.
Jakarta,
November 2020
Direktur Logistik
Innes Rahmania
ii
Kajian Koridor SLIN 2020
PENYUSUNAN BAHAN REGULASI LOGISTIK IKAN (STUDI KORIDOR
LOGISTIK IKAN NASIONAL)
Kajian Koridor SLIN 2020
5
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN
SAMBUTAN DIREKTUR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
iv
i
ii
iv
v
vii
viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Keluaran
1.4. Tim pelaksana
1.5. Metode Studi
1.6. Pembahas
1.7. Dasar hukum dan Peraturan terkait
1
2
2
2
2
2
3
II. LANDASAN HUKUM DAN TEORI
2.1. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
2.2. Sistem Logistik
4
5
III. KERAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN
A. Perikanan Tangkap
B. Perikanan Budidaya
11
12
IV. KORIDOR SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
4.1. Pendekatan Komoditas
A. Bahan Pangan Pokok
B. Komoditas Pemindangan
C. Komoditas Eskpor
4.2. Pendekatan Wilayah/Daerah
A. WPP Perikanan
B. Sentra Budidaya
C. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
D. Pusat Indutri Perikanan
4.3. Pendekatan Konektivitas
A. Pelabuhan
B. Sarana Distribusi
C. Trayek / Jalur pengiriman
4.4. Daerah Pusat Pengumpulan
A. Kendari
B. Mimika
C. Bitung
D. Makassar
16
17
19
20
21
21
23
24
25
27
27
33
37
39
39
47
52
58
Kajian Koridor SLIN 2020
E. Ambon
4.5. Daerah Pusat Distribusi
A. Jakarta
B. Surabaya
4.6. Koridor Pusat Pengumpulan dan Pusat Distribusi
V. REKOMENDASI KEBIJAKAN
62
67
67
68
70
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 96
Kajian Koridor SLIN 2020
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Hub dan Spoke
Gambar 2. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia
Gambar 3. Konsep Pengembangan Koridor Logistik
Gambar 4. Tren produksi beberapa komoditas utama perikanan
Gambar 5. Kebutuhan jenis ikan bahan pokok untuk konsumsi di Provinsi
Jawa Timur
Gambar 6. Grafik produksi bahan pokok tahun 2019
Gambar 7. Kebutuhan bahan baku pemindangan
Gambar 8. Jenis Ikan tangkap tahun 2019 dari Pelabuhan Perikanan
PIPP
Gambar 9. Nilai devisa dari komoditas ekspor perikanan
Gambar 10. Sebaran Aktifitas Seluruh Kapal Penangkapan Indonesia
Gambar 11. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan >30 GT
Gambar 12. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan <30 GT
Gambar 13. Sebaran sentra produksi ikan bandeng 2015
Gambar 14. Wilayah Pengembangan SKPT
Gambar 15. Sebaran Jumlah Unit Pengolahan Ikan
Skala Menengah besar
Gambar 16. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Mikro Kecil
di Pulau Jawa
Gambar 17. Produksi olahan UPI Skala Kecil, Menengah dan Besar
di Indonesia
Gambar 18. Sebaran Pelabuhan Perikanan Samudera
Gambar 19. Sebaran Pelabuhan Perikanan Nusantara
Gambar 20. Sebaran Pelabuhan Perikanan Pantai
Gambar 21. Sebaran Pangkalan Pendaratan Ikan
Gambar 22. Pembagian daerah operasi PELINDO
Gambar 23. Wilayah Kerja PELINDO I
Gambar 24. Wilayah Kerja PELINDO II
Gambar 25. Wilayah Kerja PELINDO III
Gambar 26. Wilayah Kerja PELINDO IV
Gambar 27. Kapal Peti Kemas dan Peti Kemas Berpendingin
Gambar 28. Jalur Pelayaran PELNI
Gambar 29. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 714
Gambar 30. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi
Sulawesi Tenggara
Gambar 31. Jenis dan komposisi produksi PPS Kendari 2019
(Sumber, DJPT 2019)
Gambar 32. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Kendari
Gambar 33. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap
di PPS Kendari
Gambar 34. Perbandingan produksi PPS Kendari dan
domestik keluar Kendari
Gambar 35. Perbandingan Pengiriman via laut jenis ikan utama
dengan Produksi PPS Kendari
vi
Kajian Koridor SLIN 2020
7
11
16
17
18
18
19
20
20
22
22
23
24
25
25
26
26
30
30
30
31
31
32
32
33
33
35
37
40
41
42
43
44
44
45
Gambar 36. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi
yang mengirim ke Kendari
Gambar 37. Performa Jasa Logistik dari Kendari
Gambar 38. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 718
Gambar 39. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718
Gambar 40. Sebaran Lokasi Perusahaan dengan izin aktif kapal
perikanan untuk pelabuhan pangkalan di Poumako
(sumber DJPT-KKP 2020)
Gambar 41. Jasa Logistik/Shipping Line yang melewati Timika
Gambar 42. Pengiriman domestik keluar dari Timika tahun 2018-2019
Gambar 43. Sebaran Pelabuhan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 44. Jenis dan komposisi produksi PPS Bitung 2019
Gambar 45. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Bitung
Gambar 46. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap
di PPS Bitung
Gambar 47. Perbandingan produksi PPS Kendari dan
domestik keluar Bitung
Gambar 48. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim
ke Bitung
Gambar 49. Performa Jasa Logistik dari Bitung
Gambar 50. Sebaran lokasi pelabuhan perikanan dan sentra
budidaya Sulawesi Selatan
Gambar 51. Produksi utama Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2018
Gambar 52. Daerah Produksi Budidaya Provinsi
Sulawesi Selatan (DJPB 2016)
Gambar 53. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku
Gambar 54. Jenis dan komposisi produksi
PPN Ambon 2019 (Sumber, DJPT 2019)
Gambar 55. Fluktuasi pendaratan per jenis ikan di PPN Ambon
Gambar 56. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap
di PPN Ambon
Gambar 57. Perbandingan produksi PPN Ambon dan
domestik keluar Ambon
Gambar 58. Perbandingan Produksi di PPN Ambon dan Pengiriman
Domestik Keluar dari Ambon Per Jenis Ikan
Gambar 59. Performa Jasa Logistik dari Ambon
Gambar 60. PPS Nizam Zachman
Gambar 61. UPI Skala Menengah Besar dengan Episentrum Surabaya
Gambar 62. PPN Brondong sebagai salah satu pengembangan
pusat Distribusi Surabaya
45
47
47
48
50
51
51
53
54
55
55
56
56
57
59
61
61
63
64
64
65
65
66
67
67
69
70
Kajian Koridor SLIN 2020
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkat pemanfaatan (E) ikan di wilayah pengelolaan perikanan
Indonesia pada tahun 2015
Tabel 2. Jenis Ikan Bahan Pokok
Tabel 3. Volume komoditas ekspor tahun 2015-2019
Tabel 4. Sebaran WPP Kapal Perikanan aktif ukuran > 30 GT
(Sumber :DJPT 2020)
Tabel 5. Penghasil terbesar produksi perikanan budidaya menurut provinsi
tahun 2011 – 2015 (DJPB 2016)
Tabel 6. Domestik Keluar dan Domestik Masuk melalui transportasi laut
tahun 2019
Tabel 7. Kategori Pelabuhan
Tabel 8. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
Tabel 9. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 714
Tabel 10. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tabel 11. Rata-rata pengirimian domestik keluar dari Kendari 55
Tabel 12. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 718
Tabel 13. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718
Tabel 14. Fasilitas Pokok PPI Poumako
Tabel 15. Rata-rata Domestik keluar per pengiriman dari Timika
Tabel 16. Rata-rata ukuran kapal pengangkut perikanan yang dengan izin
pangkalan di Poumako menurut alamat perusahaan
Tabel 17. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 716
Tabel 18. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 19. Jenis ikan yang dikirim dari Bitung dan masuk ke Bitung
tahun 2018-2019
Tabel 20. Rata-rata pengiriman domestik keluar dari Bitung
Tabel 21. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 22. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku
Tabel 23. Fasilitas Pokok PPS Nizam Zachman Jakarta
Tabel 24. Fasilitas Pokok di PPN Brondong
Tabel 25. Pendekatan penentuan koridor
viii
Kajian Koridor SLIN 2020
11
18
20
21
23
27
28
29
40
41
45
48
49
50
52
52
53
53
57
57
59
62
68
70
71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pelabuhan Niaga di Indonesia
Lampiran 2. Lokasi Pelabuhan Pangkalan kapal
Pengangkut/Pengumpul 2020
Lampiran 3. Lokasi Pelabuhan Muat Singgah Kapal Pengangkut/
Pengumpul 2020
Lampiran 4. Rute Meratus Line
Lampiran 5. Rute Tanto Line
Lampiran 6. Rute SPIL
Lampiran 7. Rute Temas Line
Lampiran 8. Metode Skoring Pusat Pengumpulan
Lampiran 9. Hasil Skoring Pusat Pengumpulan
80
85
89
104
106
106
108
112
113
Kajian Koridor SLIN 2020
ix
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Indonesia dengan luas dua pertiganya berupa perairan dan jumlah pulau lebih
dari 17.000, namun kebijakan pembangunan yang didorong lebih berorientasi pada wilayah
daratan. Akibatnya pemanfaatan sumber daya perikanan untuk pemenuhan pangan dan
penggerak ekonomi masyarakat dan negara dirasa belum optimal. Sektor perikanan selain
sebagai lokomotif ekonomi nasional dan penghasil sumber protein, juga merupakan indikator
kesehatan ekosistem, penguat kedaulatan bangsa, sumber devisa, dan pengawal budaya
bangsa maritim. Namun sangat disayangkan produktivitas hasil produksi ikan masih belum
memenuhi harapan. Sebagai sumber pangan yang penting, ikan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Jenis
pangan yang harus dipenuhi adalah yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia
secara cukup.
Dalam kondisi demikian, sektor perikanan memegang peranan kunci dalam ketahanan
pangan, tidak hanya berperan sebagai pelengkap saja namun juga berperan dalam
pemenuhan akan sumber pangan, gizi dan protein, serta pendapatan masyarakat. KKP
mempunyai tanggung jawab membina dan memfasilitasi peningkatan kebutuhan dan
konsumsi protein yang berasal dari komoditas ikan. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya
dengan kontinyuitas pasokan ikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Upaya merealisasikan pasokan ikan secara berkelanjutan (khususnya komoditas ikan
laut), menghadapi kendala mendasar yakni faktor musim dan karakteristik komoditas ikan
yang mudah rusak (perishable). Pada musim panen, produksi ikan tangkap dan budidaya bisa
berlimpah, namun pada musim tertentu (paceklik), terjadi kondisi yang sebaliknya. Sementara,
di sisi konsumen (masyarakat) dan industri, pasokan ikan harus tersedia sepanjang waktu
tanpa mengenal musim.
Kondisi perkembangan produksi dan konsumi ikan, baik di dalam negeri (domestik)
maupun untuk kebutuhan ekspor, memiliki kecenderungan terus meningkat. Di sisi lain, fakta
di lapangan menunjukkan masih terjadi kelangkaan (scarcity) ikan di waktu tertentu karena
beberapa faktor seperti disparitas produksi ikan dan informasi antara kawasan barat dan
timur Indonesia, ketersediaan cold storage dan unit pengolahan ikan (mayoritas di Pulau
Jawa), mahalnya biaya distribusi hingga kesenjangan kualitas dan kuantitas infrastruktur,
informasi serta sumberdaya manusia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan Permen KP no 5 tahun 2014 tentang
Sistem Logistik Ikan Nasional yang bertujuan antara lain: meningkatkan kapasitas dan
stabilisasi sistem produksi dan pemasaran perikanan nasional; memperkuat dan memperluas
konektivitas antara sentra produksi hulu, produksi hilir dan pemasaran secara efisien; dan
Kajian Koridor SLIN 2020
1
meningkatkan efisiensi manajemen rantai pasokan ikan, bahan dan alat produksi, serta
informasi dari hulu sampai dengan hilir. SLIN menggunakan prinsip supply chain management
(SCM) dengan mengintegrasikan proses-proses pengadaan, penyimpanan, transportasi, dan
distribusi, dengan melibatkan kementerian-kementerian terkait, pemerintah daerah, pelaku
usaha, hingga nelayan dan pembudidaya ikan yang dilakukan dengan pendekatan antara
lain wilayah, dengan maksud menghubungkan antara daerah-daerah basis pasokan dengan
basis permintaan dalam jalur distribusi koridor dengan titik titik pusat produksi, distribusi
dan pengumpulan. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan sebuah analisis sebagai
penguatan dalam penetapan koridor logistik perikanan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari tulisan studi ini adalah:
a. Mengetahui keragaan logistik Indonesia terkait perikanan
b. Menyusun analisis koridor logistik ikan melalui pendekatan Komoditas, Wilayah/Daerah
dan konektifitas
c. Menyusun rekomendasi kebijakan
1.3. Keluaran
Keluaran dari penulisan ini adalah dokumen telaahan terkait pengembangan koridor logistik
ikan nasional.
1.4. Tim pelaksana
Tim Pelaksana terdiri dari Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Perikanan Direktorat Logistik
1.5. Metode Studi
Metode pelaksanaan penulisan melaui tahapan antara lain :
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Studi literatur,
d. Analisis secara deskriptif
e. Analisis secara analitik
1.6. Pembahas
a. Akademisi IPB
b. Akademisi UI
c. Direktur Logistik
d. Kasubdit Tata Niaga
e. Kasubdit Distribusi
f. Kasubdit Pemetaan dan Pemantauan
g. Kasubdit Pengadaan Penyimpanan
2
Kajian Koridor SLIN 2020
1.7. Dasar hukum dan Peraturan terkait
a. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam
e. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan Serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan
f. Peraturan Presiden nomor 26 tahun 2012 tentang Sistem Logistik Nasional
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 tahun 2014 tentang Sistem Logistik
Ikan Nasional
Kajian Koridor SLIN 2020
3
II. LANDASAN HUKUM DAN TEORI
2.1. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya kelautan dan perikanan diusahakan dapat dimanfaatkan secara efisien dan
efektif guna mendapatkan hasil yang optimal sebagaimana telah diamanatkan dalam UndangUndang No 31/2004 yang ditegaskan kembali dengan lahirnya Undang-Undang No 45/2009.
Perubahan yang signifikan dari lahirnya Undang-Undang 45/2009 adalah penekanan kepada
perlindungan sumberdaya perikanan dari upaya-upaya illegal fishing yang dilakukan oleh
kapal-kapal asing serta pengaturan pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.
Marine Stewardship Council (MSC), mendefinisikan perikanan berkelanjutan adalah sebagai
salah satu cara memproduksi ikan yang dilakukan sehingga dapat berlangsung terus menerus
pada tingkat yang wajar dengan mempertimbangkan kesehatan ekologi, meminimalkan
efek samping yang mengganggu keanekaragaman, struktur, dan fungsi ekosistem, serta
dikelola dan dioperasikan secara adil dan bertanggung jawab, sesuai dengan hukum dan
peraturan lokal, nasional dan internasional untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang
dan generasi masa depan. Sementara, salah satu ahli perikanan dunia, yaitu Hilborn (2005)
dari University of Washington, menyatakan bahwa definisi perikanan berkelanjutan adalah:
aktivitas perikanan yang dapat mempertahankan keberlangsungan hasil produksi dalam
jangka panjang, menjaga keseimbangan ekosistem antar generasi, dan memelihara sistem
biologi, sosial, dan ekonomi guna menjaga kesehatan ekosistem manusia dan ekosistem
laut.
Dengan demikian, dalam melaksanakan pembangunan perikanan berkelanjutan perlu
memadukan tujuan dari tiga unsur utamanya yaitu :
1) Dimensi Ekonomi
Tujuan pembangunan perikanan secara ekonomis dianggap berkelanjutan, jika sektor
perikanan tersebut mampu menghasilkan produk ikan secara berkesinambungan (on
continuing basis), memberikan kesejahteraan finansial bagi para pelakunya, dan memberikan
sumbangan devisa serta pajak yang signifikan bagi negara.
2) Dimensi Ekologi
Tujuan pembangunan perikanan dikatakan secara ekologis berkelanjutan, manakala
basis ketersediaan stok atau sumber daya ikannya dapat dipelihara secara stabil, tidak terjadi
eksploitasi berlebihan, dan tidak terjadi pembuangan limbah melampaui kapasitas asimilasi
lingkungan yang dapat mengakibatkan kondisi tercemar .
3) Dimensi Sosial
Tujuan pembangunan perikanan dianggap secara sosial berkelanjutan, apabila
kebutuhan dasar (pangan, sandang, kesehatan, dan pendidikan) seluruh penduduknya
terpenuhi; terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha secara adil; ada kesetaraan
gender (gender equity), dan minim atau tidak ada konflik sosial
4
Kajian Koridor SLIN 2020
2.2. Sistem Logistik
Logistik pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1900-an, kasus awal logistik adalah
ketika petani merasakan mahalnya biaya distribusi komoditas produk pertanian (Stock dan
Lambert 2001). Kemudian, perhatian terhadap logistik ditujukan terhadap masalah utilisasi
dan efisiensi kegiatan distribusi yang puncaknya terjadi pada Perang Dunia II. Pada awal
tahun 1950-an mulai diperkenalkan konsep persediaan sebagai dasar untuk menjamin
kelancaran distribusi. Jika kegiatan distribusi fokus di bidang penghantaran barang, maka
persediaan menjamin ketersedian barang yang dihantarkan tersebut. Sistem distribusi dan
persediaan terus berkembang dan menjadi komponen utama sistem logistik.
Sistem logistik terdiri dari berbagai aktivitas yang direncanakan, diimplementasikan
dan dikendalikan oleh manajemen logistik. Aktivitas logistik sendiri didefinisikan sebagai
penggabungan antara aliran informasi, transportasi, penanganan material persediaan, dan
pergudangan. Christopher (2016) mendefinisikan logistik sebagai aktivitas untuk menyediakan
beberapa fungsi, termasuk transportasi, penyimpanan, perakitan, pemeriksaan, pemberian
label, pengepakan, dan dokumentasi, serta layanan penelitian dan pengembangan produk/
pelanggan. Bowersox et al. (2002), mengungkapkan logistik merupakan integrasi antara
informasi, transportasi, persediaan, pergudangan, penanganan material, dan pengepakan,
dimana semua bagian tersebut saling terkait, berintegrasi dan berstimulasi membentuk
kesatuan manajemen logistik. Menurut Stock dan Lambert (2001), logistik merupakan sistem
yang merencanakan, dan mengontrol efisiensi serta efektifitas aliran dan penyimpanan barang,
pelayanan, serta informasi dari titik asal hingga ke titik tujuan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen akhir. Misi sistem logistik adalah untuk mendistribusikan produk secara tepat
(tempat, waktu, kondisi harga) dan optimalisasi nilai atau performansi yang diberikan seperti
minimasi biaya operasi total atau maksimasi keuntungan, dengan memenuhi pembataspembatas yang ada (Ghiani et al. 2003).
Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional mengamanatkan bahwa implementasi Sislognas bertujuan untuk
menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan menjamin ketersediaan barang
kebutuhan pokok dan barang penting di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang
terjangkau, meningkatkan pelayanan logistik dan memperkokoh kedaulatan dan keutuhan
NKRI.
Tahap awal dalam implementasi Cetak Biru Sistem Logistik Nasional yang ingin
dicapai salah satunya adalah terwujudnya sistem logistik komoditas penggerak utama (key
commodities) yaitu komoditas pokok dan strategis selain komoditas unggulan ekspor, yang
mampu meningkatkan daya saing produk nasional baik di pasar domestik, pasar regional
maupun di pasar global. Komoditas pokok adalah barang yang menguasai hajat hidup
orang banyak, rawan gejolak, penyumbang dominan inflasi, dan menentukan kesejahteraan
masyarakat. Komoditas strategis adalah barang yang berperan penting dalam menentukan
kelancaran pembangunan nasional (Cetak Biru Sislognas, 2012).
Kendala aktivitas logistik di Indonesia antara lain masalah inefisiensi dan ketidakteraturan
Kajian Koridor SLIN 2020
5
dalam sistem logistik. Hal tersebut mendorong kesenjangan harga antara pusat produksi
dengan daerah lain yang jauh dari produksi. Selain itu, regulasi logistik belum sepenuhnya
mengakomodir efisiensi operasi dan daya saing produksi. Ketidakefisienan sistem logistik
di Indonesia membuat harga produk menjadi tinggi. Di Indonesia, rata-rata biaya logistik
berkontribusi sekitar 20-25% dari pembentukan harga jual, dan 70% dari total biaya logistik,
berasal dari transportasi/aktivitas pengangkutan barang (ARD 2005)
Menurut Pamudji dan Achmadi (2012) untuk menentukan indikator logistik dengan
penyusunan indeks dapat dilakukan dengan cara studi literatur, observasi, dan melakukan
survei, sehingga didapatkan beberapa indikator logistik yang berupa Quality, Cost, Delivery,
dan Information. Indeks logistik didapatkan dengan cara membuat perhitungan dan melakukan
survei kuesioner. Hasil dari perhitungan dan survei tersebut dianalisa dan diolah menjadi satu
berdasarkan data pada masing-masing wilayah, untuk selanjutnya dilakukukan pembobotan
sehingga didapatkan indeks total atau indeks logistiknya.
Aktivitas logistik yang berperan penting dalam distribusi produk, adalah transportasi.
Keputusan transportasi yang perlu dianalisis dalam merancang dan mengoperasikan suatu
rantai pasok menurut Rushton et al.(2014) antara lain:
a. Moda transportasi
Moda transportasi merupakan cara produk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain
dalam rantai pasok. Setiap moda memiliki sifat yang berbeda-beda, seperti kecepatan,
ukuran pengiriman, biaya pengiriman dan fleksibilitas perusahaan pada penggunaan moda
yang diperlukan.
b. Rute dan pemilihan jaringan
Rute merupakan jalur pengiriman produk sedangkan jaringan adalah sekumpulan lokasi
dan jalur/rute pengiriman produk. Pengiriman produk dapat dilakukan sendiri atau melalui
distributor.
c. Inhouse dan outsourcing
Dalam aktivitas transportasi tradisional fungsi transportasi umumnya dilakukan sendiri,
namun saat ini transportasi lebih banyak dilakukan menggunakan pihak ke tiga.
Transportasi merupakan kegiatan logistik yang secara geografis memindahkan produk
dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen utama dalam transportasi adalah pengelolaan
pergerakan materi (bahan baku, komponen, barang setengah jadi, dan barang jadi) dari
lokasi asal ke lokasi tujuan. Produk yang selesai diproduksi pada titik produksi, masih
memiliki nilai rendah bagi konsumen, kecuali produk tersebut dapat dipindahkan atau
disediakan pada titik dimana produk tersebut akan dikonsumsi. Terdapat tiga (3) kategori
sistem pelayanan transportasi yang terdiri dari; Moda dasar (primary modes) yaitu alat
transportasi untuk mengirim produk, seperti kereta api, truk, kapal laut, pesawat udara dan
jaringan pipa; Agen transportasi, sebagai fasilitator dan juga koordinator pengiriman barang,
seperti agen pengiriman, asosiasi pengiriman dan broker transportasi; Carrier, yang hanya
menangani pengiriman barang dalam ukuran/volume kecil, seperti federal express, united
parcel services, parcel post dan layanan pos (Pertiwi 2005).
6
Kajian Koridor SLIN 2020
Masalah yang dihadapi oleh transportasi laut adalah bagaimana cara mengoptimalkan jaringan
yang ada. Jaringan yang telah terbentuk masih harus dioptimalkan agar menghasilkan rute
yang optimum. Yang dan Chen (2010) menyatakan bahwa rute pengiriman ada tiga macam,
antara lain: circle shipping line, pendulum shipping line, dan hub and spoke shipping line.
Untuk circle shipping line, kapal kontainer berlayar dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain
dalam satu arah. Dalam satu perjalanan, masing-masing pelabuhan hanya dilalui sekali.
Untuk pendulum line, kapal berlayar ke pelabuhan tujuan satu per satu dan kemudian berlayar
kembali pada arah yang berlawanan. Sedangkan untuk hub and spoke line, kapal berlayar
diantara dua pulau dan hanya ada satu hub di masing-masing pulau dan beberapa kontainer
dimuat dan dibongkar lebih dari dua kali.
Berbagai kajian ilmiah untuk mengoptimalkan rute pengiriman kontainer agar dapat
meminimumkan total biaya atau memaksimumkan keuntungan, dan beberapa peneliti juga
meneliti dengan tujuan untuk menemukan jalur operasi yang terpendek. Brown et al (1987)
meneliti jalur pengiriman dan menentukan jadwal pelayaran dengan metode pencacahan.
Perancangan jaringan ialah bagaimana kita menentukan pelabuhan mana yang akan
dijadikan sebagai pengumpul (hubs) dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya
operasional, perencanaan armada jangka panjang dalam hal rute dan frekuensi armada.
Keputusan untuk menentukan pelabuhan mana yang akan ditetapkan sebagai pelabuhan
pengumpul (hubs) yang akan mencerminkan pertimbangan mengenai hub dan spoke untuk
pengiriman ke berbagai tujuan.
Menurut Natalia et al. (2015) Sistem “Hub and Spoke” dikembangkan dengan
memperhatikan keseluruhan titik asal dan titik tujuan pengiriman barang. Dengan sistem ini,
efisiensi dapat dicapai melalui frekuensi pengiriman barang menjadi lebih rendah dan tingkat
penggunaan armada menjadi lebih baik karena dapat disesuaikan dengan volumenya.
B
A
C
D
E
G
F
Gambar 1. Model Hub dan Spoke
Sebuah “hub port” adalah salah satu komoditas tiba di angkut dengan kapal besar
yang seterusnya akan diangkut melalui kapal – kapal kecil untuk berbagai pelabuhan kecil
untuk berbagai pelabuhan tujuan. Hub port memiliki spoke yang menghubungkan keduanya,
jaringan ini biasanya dikenal dengan sebutan “rute pengumpul” dalam arti bahwa mereka
Kajian Koridor SLIN 2020
7
mengalirkan muatan dari pelabuhan besar ke pelabuhan yang lebih kecil.
Pengiriman dengan sistem hub and spoke memiliki kelebihan dapat mengirimkan barang dari
hub ke spoke, spoke ke hub dan dari hub ke hub secara lebih maksimal. Pola distribusi hub
and spoke lebih menjamin kemerataan dalam pendistribusian barang dan juga menghemat
biaya.
Selanjutnya terkait pascapanen, menurut Cordeau et al.(2006), perencanaan logistik mencakup
pengambilan keputusan mengenai jumlah, lokasi, kapasitas, teknologi produksi dan gudang.
Perencanan logistik mencakup pemilihan pemasok, pemilihan lokasi, saluran distribusi, moda
transportasi, aliran bahan mentah, setengah jadi, dan produk jadi. Berdasarkan jangka waktu
perencanaan, terdapat tiga kategori perencanaan logistik yaitu tipe perencanaan strategis,
taktis, dan operasional. Pemilihan rute dan penjadwalan kapal termasuk dalam perencanaan
jangka menengah (Stock dan Lambert 2001).
Sebagai bentuk turunan peraturan dibidang perikanan, telah ditetapkan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan
Nasional (SLIN). Sebagaimana dalam rencana aksi Cetak Biru Sistem Logistik Nasional,
dalam implementasi SLIN perlu ditentukan titik-titk lokasi sebagai sentra produksi, pusat
pengumpulan dan pusat distribusi atau jaringan logistik penyangga di masing-masing wilayah
yang terintegrasi dalam satu kesatuan rantai distribusi yang disebut koridor. Kriteria penentuan
koridor adalah mengikuti rantai pasok atau rantai distribusi yang sudah ada dengan tujuan
memotret kondisi lapangan dan melakukan perbaikan rantai pasok hasil perikanan melalui
fasilitasi program, sarana dan prasarana.
Berdasarkan definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa logistik adalah aliran barang,
informasi dan uang dari titik asal (supplier) ke titik tujuan (konsumen). Sedangkan manajemen
logistik adalah proses perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian aliran barang,
informasi dan uang dari supplier ke konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada
waktu, jumlah dan tempat yang tepat. Mengacu kepada PERMEN KP No 5 tahun 2015 maka
pendekatan Sistem Logistik Ikan Nasional mengacu kepada komoditas, wilayah/daerah dan
konektifitas.
Menurut Permen KP nomor 5 tahun 2015 SLIN Pusat Distribusi dan Pengumpulan dan
Pusat Distribusi ditetapkan dengan kriteria:
1. Pusat Pengumpulan
a. berada di lokasi yang menjadi pelabuhan pangkalan atau pelabuhan muat singgah
kapal perikanan dan/atau sentra pembudidayaan ikan;
b. tersedia prasarana pelabuhan yang memadai, khusus untuk pusat produksi dan/atau
pusat pengumpulan ikan hasil tangkapan;
c. tersedia jasa logistik yang terselenggara secara reguler;
d. tersedia akses jalan yang memadai;
e. tersedia lahan paling sedikit 2 (dua) hektar; dan
f. tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai.
8
Kajian Koridor SLIN 2020
2. Pusat Distribusi
a. berada di lokasi yang memiliki industri pengolahan ikan yang telah berkembang;
b. tersedia jasa logistik yang terselenggara secara reguler;
c. tersedia akses jalan yang memadai;
d. tersedia lahan paling sedikit 2 (dua) hektar; dan
e. tersedia pasokan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang memadai.
Kajian Koridor SLIN 2020
9
III. KERAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keanekaragaman
sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar pula. Potensi sumber daya ikan yang
sangat besar tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan dapat memberikan manfaat
yang maksimal apabila dikelola dengan cara yang baik.
Menurut UU No 44 Tahun 2009, pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk
proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,
pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum
dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah
atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya
hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
Dalam pengelolaan sumber daya ikan terdapat dua sumber utama sumber daya yang
ada, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pengelolaan perikanan tangkap dan
perikanan budidaya memiliki perbedaan yang signifikan, di mana pada perikanan budidaya
sumber daya ikan yang ada merupakan kepemilikan pribadi dari pembudidaya, sementara
pada perikanan tangkap sumber daya yang ada merupakan kepemilikan umum sebelum
dilakukan penangkapan.
Pengelolaan sumber daya ikan harus memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan ikan
yang ada di setiap lokasi koridor tersebut. Logistik ikan merupakan perpindahan ikan dari
suatu wilayah asal (origin) ke wilayah tujuan (destination). Pemindahan sumber daya ikan dari
wilayah asal ke wilayah tujuan tersebut, harus memperhatikan potensi lestari agar ekosistem
dan keberlangsungan alam tetap terjaga. Pembagian potensi lestari dibagi menurut wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) yang tersebar di seluruh perairan laut Indonesia. Terdapat
11 (sebelas) WPP di mana masing-masing WPP memiliki nilai potensi lestari yang harus
diperhatikan.
Selain itu, untuk mendorong ekspor perikanan ke luar negeri dan juga percepatan
pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan melakukan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
Pembangunan SKPT tersebut diharapkan dapat memaksimalkan potensi submber daya ikan
yang ada di wilayah sekitar SKPT tersebut.
Di samping perikanan tangkap, perikanan budidaya merupakan salah satu potensi
besar yang ada di Indonesia. Produksi perikanan budidaya Indonesia diharapkan semakin
meningkat dari waktu ke waktu, melalui sentra budidaya yang tersebar di berbagai wilayah
dengan jenis komoditas yang beragam, baik komoditas air tawar, komoditas air payau,
maupun komoditas air laut.
10
Kajian Koridor SLIN 2020
A. Perikanan Tangkap
Kebutuhan untuk mengamankan ketahanan pangan dan keberlanjutan kesejahteraan
ekonomi masyarakat nelayan, terutama di negara berkembang menjadi perhatian banyak
pihak. Dalam konstelasi kebijakan pengelolaan perikanan di Indonesia, wilayah perairan
laut Indonesia dibagi menjadi 11 (sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang
terbentang dari wilayah Selat Malaka di sebelah barat Indonesia hingga Laut Arafura di
sebelah timur Indonesia. Wilayah Pengelolaan Perikanan ini merupakan basis bagi tata
kelola perikanan (fisheries governance) Indonesia yang diharapkan dapat menjadi kawasan
implementesi pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan (Budhiman et al. 2011).
Gambar 2. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia
Jumlah potensi ikan menurut hasil Kajian Komnas Kajiskan potensi volume ikan di
WPP yang telah ditetapkan adalah 12.541.438 ton per tahun. Sebaran kondisi eksploitasi
dari masing – masnig WPP dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
nomor 50 Tahun 2017 sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat pemanfaatan (E) ikan di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia pada
tahun 2015
WPP
571
572
573
711
712
713
714
715
716
717
718
Potensi
(ribu
Ton)
425
1.240
1.267
767
1.341
1.177
788
1.242
597
1.054
2.637
Pelagis
kecil
Pelagis
Besar
non Tuna
Cakalang
Ikan
Demersal
Ikan
Karang
Udang
Paneid
Lobster
Kepting
Rajungan
Cumicumi
0,83
0,50
1,50
1,41
0,38
1,23
0,44
0,88
0,48
0,70
0,51
0,52
0,95
1,06
0,93
0,63
1,13
0,78
0,97
0,63
1,00
0,99
0,33
0,57
0,39
0,61
0,83
0,96
0,58
0,22
0,45
0,39
0,67
0,34
0,33
1,09
1,53
1,22
1,27
0,76
0,34
1,45
0,91
1,07
1,59
1,53
1,70
0,53
1,11
0,52
0,39
0,78
0,50
0,46
0,86
1,30
0,93
0,61
0,54
1,36
1,40
1,73
1,32
0,75
1,04
0,97
1,00
0,18
0,28
1,09
0,70
0,83
1,55
1,19
0,38
0,87
0,85
0,93
0,49
0,98
1,18
0,65
0,73
0,77
0,98
0,50
1,21
0,77
0,62
0,39
1,11
1,84
2,02
1,19
1,00
1,86
1,42
1,09
1,28
E<0,5 = Moderate, upaya penangkapan ditambah
0,5≤E<1 = Fully-exloited, upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat
E≥1
= Over-exploited, upaya penangkapan harus dikurangi
Kajian Koridor SLIN 2020
11
Tingkat eksploitasi akan menjadi dasar dalam pemberian izin menangkap setiap WPP,
khususnya terkait jumlah kapal, jenis alat tangkap dan ukuran kapal. Untuk komoditas
tertentu seperti Tuna dan cakalang merupakan tipe beruaya jauh (highly migratory fish)
sehingga kemungkinan dapat ditangkap di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif dari suatu atau
lebih negara dan laut lepas. Sehingga jenis ini bukan yang termasuk estimasi stok ikan
dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan. Oleh sebab itu dalam pengelolaannya diperlukan
kerjasama regional dan atau internasional. Indonesia juga berkomitmen untuk bekerjasama
dengan berbagai negara di dunia dalam rangka pengelolaan Tuna yang berkelanjutan (Firdaus
2018). Oleh karena itu pengembangan tuna dan cakalang khususnya yang spesifikasi ekspor
tidak terlepas dari pengaruh kebijakan kerjasama regional dan internasional.
B. Perikanan Budidaya
Budidaya perikanan merupakan rangkaian kegiatan sejak pembenihan, pembesaran
dan pemanenan dari hasil perikanan dengan lingkungan yang terkontrol. Meningkatnya
permintaan protein hewani ikan tidak hanya dapat dicukupi dari ketersediaan penangkapan
ikan yang merupakan aktifitas hunting tapi juga perlu dimanfaatkan potensi yang budidaya
sebagai aktifitas farming. Pertumbuhan sektor budidaya di pulau Jawa semakin terbatasi
dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat dan kapasitas lingkungan yang harus
suistainable. Oleh karena itu perkembangan budidaya masih terbuka luas untuk wilayah di
luar pulau Jawa.
Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk potensi
di perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan 302.130 Ha
(10,7%). Secara spesifik, khusus untuk perairan umum daratan (danau dan waduk),
luas secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10% dari luasan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan didapat luasan potensial
budidaya air tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha. Luasan budidaya Keramba jarinig
apung di perairan umum saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%. Kecilnya pemanfaatan potensi
budidaya air tawar disebabkan karena belum terkelolanya secara optimal potensi tersebut
akibat tumpang tindihnya pemanfaatan potensi lahan budidaya air tawar, serta belum
terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air tawar tersebut.
Potensi luas areal budidaya air payau saat ini tercatat 2.964.331 Ha, dengan tingkat
pemanfaatan 650.509 Ha (21,9%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya air payau
disebabkan karena pengelolaan kawasan potensial budidaya air payau masih berada/
bersinggungan dengan kawasan mangrove, sehingga pemanfaatan potensi lahan budidaya
air tersebut harus sejalan dengan kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Selain itu
belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan potensial budidaya air payau serta
minimnya prasarana penunjang lainnya di kawasan potensial, menyebabkan pemanfaatan
masih relatif kecil. Potensi luas areal budidaya laut saat ini tercatat 12.123.383 Ha, dengan
tingkat pemanfaatan 325.825 Ha (2,7%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya laut
disebabkan karena belum tersedianya payung hukum berupa peraturan yang menaungi Tata
12
Kajian Koridor SLIN 2020
Ruang pengelolaan/pemanfaatan ruang laut untuk berbagai kepentingan, sehingga
tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatannya. Hal ini penting bagi pelaku usaha
sebagai bentuk kepastian hukum dan perlindungan dalam berusaha dibidang budidaya
laut. Selain itu tingginya modal yang diperlukan serta ketersediaan sarana penunjang yang
terbatas, menyebabkan kurangnya minat masyarakat dalam usaha budidaya ikan laut.
Kajian Koridor SLIN 2020
13
IV. KORIDOR SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
Sebagai negara dengan wilayah kepulauan menyebabkan aktivitas distribusi/
transportasi memeiliki tingkat kesulitan sendiri. Moda transportasi yang paling sesuai untuk
pendistribusian komoditi adalah transportasi melalui laut. Sesuai data Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan ada empat (4) tipe kapal yang umum
digunakan untuk pendistribusian komoditas, antara lain kapal carrier, tanker, container dan
general cargo. Distribusi untuk komoditas ke wilayah timur, antara lain dilakukan melalui
pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya (Fatma dan Kartika 2017).
Kementerian Kelautan dan Perikanan merumuskan strategi dan melakukan berbagai
program kebijakan yang mendorong upaya untuk menjaga atau menjamin ketersediaan
pasokan dalam rangka pemenuhan permintaan (konsumsi) masyarakat termasuk industri
yang terus meningkat dengan harga yang terjangkau. Kebijakan tersebut dapat berupa
sistem untuk pengelolaan rantai pasokan perikanan yang efektif dan efisien guna menutup
gap (celah) kesenjangan di antara produksi dan konsumsi yang meliputi: aspek wilayah/
geografi, waktu, kuantitas serta aspek komunikasi/informasi.
Sistem yang dimaksud adalah sistem yang mampu menjamin ketersediaan ikan secara
kontinyu dan terjangkau baik pada musim panen maupun paceklik, kepada konsumen dan
sebagai bahan baku industri pengolahan. Selain itu, sistem ini diharapkan mampu menjamin
kestabilan harga ikan baik di tingkat nelayan/pembudidaya maupun di tingkat pasar,
mendorong pertumbuhan industri perikanan, dan menjaga/mempertahankan kualitas ikan
melalui sistem jaringan mutu. Secara komprehensif, sistem ini pada akhirnya diharapkan dapat
menciptakan sebuah sistem pengelolaan rantai pasokan yang mampu menjawab tantangan
dan permasalahan dalam penanganan pasokan, produksi, distribusi, dan konsumsi ikan.
Sistem yang telah dan sedang terus dikembangkan tersebut dinamakan Sistem Logistik Ikan
Nasional atau SLIN (Permen KP 05/2015).
Dasar hukum dari Konsepsi SLIN juga mengemban amanah Undang Undang No 7
tahun 2016 tentang Perlindungan dan pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak
Garam agar dapat menyerap produksi dari nelayan dan pembudidaya ikan dengan harga
yang tidak merugikan nelayan dan pembudidaya. Di sisi dalam Undang-undang Perdagangan
No 7 tahun 2014 mengamanahkan agar pemerintah menjamin ketersediaan pangan pokok
dengan harga yang terjangkau. Turunan dari Undang-undang perdagangan tersebut adalah
terbitnya Perpres no 71 tahun 2015 yang diubah dengan Perpres no 59 tahun 2020 tentang
Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dimana ikan
termasuk salah satu barang kebutuhan pokok dan barang penting (Tuna, Tongkol, Cakalang,
Kembung dan Bandeng). Dengan dasar Perpres tersebut, Pemerintah berkewajiban untuk
menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting dengan harga yang
terjangkau. Untuk menjamin ketersediaan dan kestabilan harga barang kebutuhan pokok dan
barang penting, pemerintah dapat melakukan intervensi pasar dengan menetapkan kebijakan
14
Kajian Koridor SLIN 2020
pengendalian harga, mengendalikan stok dan melakukan operasi pasar.
Konsepsi Sistem Logistik Ikan Nasional merupakan amanat perundangan-undangan
sehingga perlu didorong menjadi program milik bersama dengan dukungan program lintas
K/L, serta melibatkan stakeholders. SLIN sebagai rangkaian dari kata Sistem, Logistik, Ikan
dan Nasional dapat dijabarkan dengan konsep yang mutakhir dan mengikuti perkembangan
baik peraturan dan kebutuhan dunia usaha perikanan. Sebagai sebuah sistem perlu
memperhatikan availability, serviceability dan cost. Sistem dibuat untuk menjawab tantangan
antara lain mismatch antar sistem produksi, industri dan pasar, inefesiensi waktu dan biaya,
tingginya losses. Sistem tersebut dibagi menjadi subsistem untuk pemenuhan ikan segar
dalam negeri dan pemenuhan kebutuhan industri dan ekspor. SLIN terdiri dari 4 (empat)
komponen Pengadaan, Penyimpanan, Transportasi, Distribusi dijabarkan dalam implementasi
dalam target atau tujuan, pelaksana, waktu/tahapan serta metode pelaksanaan kegiatan.
Mekanisme SLIN secara umum terdiri dari: penyerapan produk di hulu dengan harga
menguntungkan pelaku hulu; konsolidasi ikan di pusat pengumpulan dan pusat distribusi
penangkapan, serta pengaturan transportasinya; Distribusi ikan untuk kebutuhan konsumsi
serta industri dengan tingkat harga yang terkoordinasikan dengan pemerintah; serta peran
dan dukungan lintas stakeholders.
Sistem Logistik Ikan Nasional merupakan konsepsi yang memiliki komponen pengadaan,
penyimpanan, transportasi dan distribusi. Dalam implementasinya pelaksanaan SLIN
dilakukan melalui pendekatan komoditas, wilayah/kawasan dan konektifitas. Komoditas
yang dimaksud adalah komoditas unggulan seperti bapok dan kebutuhan industri dan ekspor.
Wilayah/kawasan yang dimaksud adalah daerah yang memiliki potensi dalam penyediaan
bahan baku ikan yang disebut dengan Pusat Produksi/Pusat Pengumpulan serta daerah yang
berfungsi dalam penyaluran kepada unit pengolahan dan konsumsi yang disebut dengan Pusat
Distribusi. Konektivitas merupakan keterhubungan antara Origin to Destination yang dalam
konteks Sistem Logistik Ikan Nasional di Indonesia, yaitu menghubungkan Pusat Produksi/
Pengumpulan dengan Pusat Distribusi dalam trayek atau jalur yang dapat memberikan
benefit peningkatan aktifitas ekonomi. Berdasarkan Best Practices yang telah dilaksanakan,
maka konektivitas wilayah yang masih memerlukan pembenahan adalah Indonesia Timur
sebagai Pusat Produksi dan Pengumpulan dan Pulau Jawa sebagai Pusat Distribusi. Wilayah
Maluku, Papua, Sulawesi dan Nusa Tenggara merupakan daerah pengelolaan perikanan
yang belum teroptimalkan secara penuh, sedangkan Pulau Jawa merupakan daerah padat
penduduk yang merupakan pusat dari permintaan nasional dan unit pengolah ikan (UPI)
sehingga harus memenuhi kebutuhannya yang cukup tinggi sampai keluar daerah Jawa.
Koneksi antar daerah yang secara timbal balik saling membutuhkan dan dapat mendorong
pengembangan ekonomi daerah dilakukan pendekatan penataan dalam jalur koridor.
Kajian Koridor SLIN 2020
15
KONSEP PENGEMBANGAN KORIDOR LOGISTIK
PC
PC
Area
Konsumsi
PC
PC
Area
Industri
PC
PC
Gambar 3. Konsep Pengembangan Koridor Logistik
Koridor logistik tersusun atas Pusat Produksi (Production Center), Pusat Pengumpulan
(Collection Center), dan Pusat Distribusi (Distribution Center). Pusat pengumpulan/Pusat
Produksi menghimpun ikan dan mengirimkan ke Pusat Distribusi yang menjadi titik penyaluran
ikan ke area konsumsi dan area industri. Dasar pengembangan koridor dilakukan mengacu
kepada PERMEN KP nomor 5 tahun 2014 yaitu malalui pendekatan komoditas, wilayah/
daerah dan konektifitas.
4.1. Pendekatan Komoditas
Sumberdaya hayati laut khususnya ikan merupakan salah satu penyediaan pangan bagi
masyarakat. Sumberdaya kelautan dan perikanan diusahakan dapat dimanfaatkan secara
efisien dan efektif guna mendapatkan hasil yang optimal. Pengelolaan perikanan merupakan
sebuah kewajiban seperti yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 31/2004 yang
ditegaskan kembali pada perbaikan undang-undang tersebut yaitu pada Undang-Undang
No 45/2009. Dalam konteks adopsi hukum tersebut, pengelolaan perikanan didefinisikan
sebagai semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan
implementasi serta penegakan hukum dari peraturan-peraturan perundang-undangan di
bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk
mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah
disepakati.
Menurut Charles (2001) pengelolaan sistem perikanan tidak dapat dilepaskan dari
tiga dimensi yang terkait yaitu dimensi sumberdaya perikanan dan ekosistemnya; dimensi
pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk kepentingan sosial ekonomi masyarakat; dan
dimensi kebijakan perikanan.
Produksi perikanan dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat. Produksi yang
meningkat dapat dipicu naiknya permintaan karena pertumbuhan penduduk dalam skala
nasional maupun internasional. Manusia di era modern juga semakin menyadari pentingnya
16
Kajian Koridor SLIN 2020
konsumsi protein hewani yang juga kaya akan asam lemak omega 3 yang banyak dikandung
pada ikan. Animo tersebut pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi ikan dan kebutuhan
ikan dipastikan perlu penanganan yang intens untuk disediakan dalam jumlah yang kontinyu
dan cukup. Kebutuhan akan penyediaan ikan didorong oleh adanya regulasi seperti barang
kebutuhan pokok, dan juga untuk kebutuhan pemindangan dan ekspor.
Gambar 4. Tren produksi beberapa komoditas utama perikanan
(sumber: Pusdatin KKP 2020)
A. Bahan Pangan Pokok
Melalui Peraturan Presiden No 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan
Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, sebagaimana sudah diubah dalam Peraturan
Presiden nomor 59 tahun 2020, maka ikan khususnya jenis Tuna, Tongkol, Cakalang,
Kembung dan Bandeng termasuk ikan yang merupakan kategori bahan pokok. Pemerintah
Pusat menetapkan jenis Barang Kebutuhan Pokok dilakukan berdasarkan alokasi pengeluaran
rumah tangga secara nasional untuk barang tersebut tinggi.
Penetapan jenis Barang
Kebutuhan Pokok selain dilakukan berdasarkan ketentuan, juga memperhatikan ketentuan:
pengaruh terhadap tingkat inflasi dan/atau memiliki kandungan gizi tinggi untuk kebutuhan
manusia.
Sebagai gambaran kebutuhan ikan Bapok untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018
mencapai 266.376 ton per tahun. Kebutuhan tertinggi dari daerah Sumenep, Surabaya,
Jember dan Sidoarjo. (Gambar 5)
Kajian Koridor SLIN 2020
17
Gambar 5. Kebutuhan jenis ikan bahan pokok untuk konsumsi di Provinsi Jawa Timur
Tabel 2. Jenis Ikan Bahan Pokok
1. Tuna
2. Tongkol
3. Cakalang
4. Kembung
5. Bandeng
Pada kawasan yang sektor perikanan memegang peranan cukup tinggi dalam
perekonomian masyarakat setempat, ikan khususnya jenis barang pokok dapat menjadi
penyumbang tingkat inflasi. Jenis ikan bahan pokok juga sebagian besar hampir tersedia di
seluruh Provinsi di Indonesia.
Gambar 6. Grafik produksi bahan pokok tahun 2019
18
Kajian Koridor SLIN 2020
B. Komoditas Pemindangan
Industri Pemindangan cukup menyita perhatian hal ini karena pindang merupakan jenis
olahan rakyat yang peminatnya cukup tinggi. Jenis ikan pelagis yang dipindang umumnya
adalah jenis layang, tongkol, bandeng, cakalang, kenyar dan slengseng. Kebutuhan bahan
baku pemindangan memiliki jenis yang disubtitusi oleh produk-produk impor seperti pacific
mackarel (Scomber japonicus) sebagaimana yang disebutkan oleh Arthatiani dan Deswati
(2020) peruntukan impor salem/mackerel digunakan sebagai bahan baku pengolahan untuk
tiga jenis usaha yakni pemindangan (73,53%), industri pengalengan (8,97%) dan industri
fillet (17.50%) dengan tujuan pasar 80,71% untuk pasar domestik dan 19,29% pasar
ekspor. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan pengendalian impor dengan
melakukan koordinasi dengan instansi lain dan stakeholder, dengan tujuan dapat memberikan
kesempatan bagi para nelayan domestik untuk menjadi penyuplai bahan baku pemindangan
dalam negeri.
Gambar 7. Kebutuhan bahan baku pemindangan
(Ditjen PDS, 2020)
Kebutuhan Bahan baku pemindangan cenderung meningkat setiap tahunnya
sebagaimana pada Gambar 7. Bahan baku pemindangan cenderung meningkat rata rata
34 % per tahun dari 277.202 ton pada tahun 2015 menjadi 560.252 ton pada tahun 2018.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan pada tahun 2020 diketahui preferensi konsumen di Pulau Jawa
berdasarkan kebutuhan pengolah bahan baku pemindangan yaitu dari jenis ikan layang
38,13%, kembung 4,71%, tongkol 13,07%, lemuru 13,25%, salem/makarel 18,36% dan jenis
ikan lainnya 12,48%. Ikan layang termasuk yang paling tinggi permintaannya untuk menjadi
bahan baku pindang. Namun permintaan ikan salem juga cukup tinggi walaupun masih
berada di bawah jenis layang. Produksi ikan layang di Indonesia sebenarnya termasuk paling
tinggi di antara ikan lainnya. Pada tahun 2019 produksi ikan layang pada pelabuhan yang
dipantau oleh PIPP DJPT mencapai 20% dari total produksi, diikuti oleh Cakalang sebesar
Kajian Koridor SLIN 2020
19
16 % dan tongkol 10% (Gambar 8). Melihat kelimpahan produksi serta potensi ikan layang
dalam bahan baku pemindangan maka perlu menjadi perhatian dalam penanganan logistik
ikan secara nasional.
Gambar 8. Jenis Ikan tangkap tahun 2019 dari Pelabuhan Perikanan PIPP
C. Komoditas Eskpor
Salah satu komoditas unggulan perikanan adalah rumput laut, udang, TTC, CumiSotong-Gurita dan Rajungan-Kepiting. Volume tertinggi adalah rumput laut dan diikuti oleh
udang dan TTC sebagaimana pada Tabel 3.
Tabel 3. Volume komoditas ekspor tahun 2015-2019
Komoditas
Volume (Ribu ton)
2015
2016
2017
2018
Rumput Laut
212
188
192
213
209
Udang
162
172
181
197
208
Tuna-Tongkol-Cakalang
164
138
198
168
184
Cumi-Sotong-Gurita
99
122
120
152
144
Rajungan-Kepiting
24
29
27
28
26
Komoditas Lainnya
415
425
360
367
413
Gambar 9. Nilai devisa dari komoditas ekspor perikanan
20
2019
Kajian Koridor SLIN 2020
Selama kurun waktu 2015 – 2019 komoditas udang menyumbang nilai devisa paling
tinggi dibandingkan komoditas lainnya yaitu senilai 37 % diikuti TTC, Cumi-Sotong-gurita,
Rajungan-Kepiting, maupun rumput laut. Rumput laut walaupun secara kontribusi volume
paling tinggi namun nilainya rendah karena harga per satuan volume juga rendah. Oleh
sebab itu udang dan TTC sebagai komoditas ekspor utama dipandang perlu untuk menjadi
penentu dalam pengembangan koridor logistik perikanan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu terus berupaya mendongkrak
peningkatan ekspor produk perikanan Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencapai target
ekspor produk perikanan Indonesia. Udang dinilai sebagai salah satu komoditas perikanan
paling potensial untuk dikembangkan. Pasar utama udang Indonesia adalah pantai timur
Amerika. Sedangkan pantai barat Amerika masih dikuasai pemasok dari India. Begitu pula
dengan pasar Eropa yang belum dapat dioptimalkan untuk pemasaran produk perikanan
Indonesia.
4.2. Pendekatan Wilayah/Daerah
A. WPP Perikanan
Pengendalian ekploitasi perikanan sejak terbitnya Kepmen KP nomor 50 tahun 2017,
diharapkan dapat memperbaiki pemulihan ekosistem laut sehingga tingkat pemanfaatan untuk
komoditas tertentu di WPP tertentu saat ini sudah lebih membaik. Berdasarkan informasi
dari DJPT jumlah kapal perikanan >30 GT yang aktif mencapai lebih dari 5.000 kapal (Tabel
4) Sebagian besar menangkap di WPP RI dan sebagian kecil di laut lepas.
Tabel 4. Sebaran WPP Kapal Perikanan aktif ukuran > 30 GT (Sumber :DJPT 2020)
Kajian Koridor SLIN 2020
21
Jumlah izin terbanyak pada tahun 2020 berada di WPP 718 dengan jumlah kapal 1.672
(total 181.752 GT), diikuti oleh WPP 711 dengan jumlah kapal 974 kapal (73.138 GT) dan
WPP 572+ WPP 573 sebanyak 549 kapal (72.966 GT). Wilayah penangkapan tersebut
berada di sekitar perairan Laut Arafura, Samudra Hindia, dan Selat karimata hingga Laut
Cina Selatan. Beberapa lokasi penangkapan tersebut juga terdapat daerah SKPT potensial
seperti antara lain Timika dan Natuna, selain Merauke, Sabang, Saumlauki, Rote Ndao, dan
Sumba Timur.
Gambar 10. Sebaran Aktifitas Seluruh Kapal Penangkapan Indonesia
Gambar 11. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan >30 GT
22
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 12. Sebaran Aktifitas Kapal Penangkapan Ikan <30 GT
B. Sentra Budidaya
Sebagaimana Tabel 5 Potensi produksi budidaya cukup tinggi di beberapa daerah di
Sulawesi dan Nusa Tenggara, termasuk juga di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Jenis
komoditas budidaya antara lain udang, rumput laut, bandeng, ikan air tawar (lele, patin, nila,
mas) dan pembesaran ikan-ikan karang. Pada Gambar 13, sebagai contoh pada komoditas
Bandeng, Provinsi Sulawesi Selatan mampu memproduksi sekitar 18,84 % dari total produksi
Nasional, di bawah penghasil bandeng terbanyak yaitu Jawa Timur dengan presentase
21,01%.
Tabel 5. Penghasil terbesar produksi perikanan budidaya menurut provinsi
tahun 2011 – 2015 (DJPB 2016)
No
1
Provinsi
Sulawesi Selatan
2011
Produksi / Tahun (ton)
2012
2013
2014
2015
1 633 274
2 235 007
3 103 434
3 479 420
21,17
2 592 136
Kenaikan
Rata-rata (%)
2
Nusa Tenggara Timur
379 399
401 582
1 849 473
1 970 112
2 289 605
97,28
3
Sulawesi Tengah
781 378
929 215
1 324 445
1 218 406
1 396 701
17,02
4
Jawa Timur
715 865
927 974
995 962
1 043 886
1 093 121
11,62
5
Jawa Barat
695 104
778 999
970 568
1 006 017
1 075 260
11,80
6
Nusa Tenggara Barat
381 410
547 059
719 358
887 395
1 066 922
29,63
7
Sulawesi Tenggara
647 836
712 597
1 010 927
1 037 416
994 056
12,58
8
Maluku
612 505
477 484
592 053
501 582
725 278
7,82
9
Sumatera Selatan
291 375
404 923
435 001
487 199
496 943
15,10
10
Sulawesi Utara
151 549
212 160
322 863
429 543
478 702
34,17
242 865
261 736
397 106
501 809
421 022
17,44
...
...
...
...
316 963
-
286 712
22,02
11
Jawa Tengah
12
Kalimantan Utara
13
Sumatera Barat
131 554
181 360
206 870
262 863
14
Sumatera Utara
125 607
144 247
193 757
204 756
148 513
6,84
15
Kalimantan Selatan
76 903
91 029
96 646
118 256
127 152
13,61
Kajian Koridor SLIN 2020
23
Gambar 13. Sebaran sentra produksi ikan bandeng 2015
C. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Pada tahun 2017 KKP mengembangkan 12 SKPT prioritas untuk mendorong ekspor
perikanan ke luar negeri dan juga percepatan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan
perbatasan. Adapun ke 12 SKPT tersebut adalah Natuna, Samlauki, Merauke, Mentawai,
Nunukan, Talaud, Morotai, Biak-Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur dan Sabang.
Pembangunan SKPT dilakukan melalui pendekatan pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi,
efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefinisikan sebagai pusat bisnis kelautan
dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan.
Tujuan SKPT adalah ketahanan pangan, meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat,
serta mendorong pendapatan devisa melalui ekspor, dan memberikan pendapatan kepada
masyarakat, SKPT juga dalam rangka mengatur tata niaga dan mengelola dengan baik sektor
kelautan dan perikanan.
Kriteria pemilihan lokasi SKPT adalah: a) merupakan PPKT atau Kabupaten yang
memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau Kawasan Strategis Nasional; b) mempunyai
komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan;
c) ketergantungan masyarakat akan sumberdaya kelautan dan perikanan sangat tinggi; d)
adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah; e) memiliki sumberdaya manusia di
bidang kelautan dan perikanan; dan f) telah tersedia sarana dan prasarana di bidang kelautan
dan perikanan.
24
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 14. Wilayah Pengembangan SKPT
D. Pusat Indutri Perikanan
Perbaikan sistem distribusi perikanan dari proses hulu hingga ke hilir harus diperhatikan
seiring dengan meningkatnya permintaan pasar akan produk perikanan dan berkualitas yang
terus meningkat. Penguatan rantai pasok, kemitraan dan perluasan pasar dapat dilakukan
dengan peningkatan supply bahan baku dalam negeri, pengembangan sistem rantai dingin
dan distribusi, penguatan sistem informasi pasar, dan sistem produksi yang efisien. Sistem
Logistik Ikan Nasional (SLIN) yang dilaksanakan di sektor hulu menghadapi beberapa kendala
seperti masih kecilnya serapan lokal setempat.
Pesatnya pertumbuhan infrastrutur di Pulau Jawa yang diikuti oleh pertumbuhan
penduduk, turut meningkatkan kebutuhan permintaan bahan baku dari luar jawa. Fakta
menunjukkan bahwa kondisi wilayah Barat Indonesia, dipandang dari aspek perekonomian
wilayah, dapat dikatakan masih lebih maju dibandingkan dengan wilayah Timur Indonesia.
Kondisi tersebut dapat dicermati dari ketersediaan infrastruktur yang ada di kedua wilayah
tersebut.
Gambar 15. Sebaran Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Menengah besar
Kajian Koridor SLIN 2020
25
Dalam pembangunan sektor perikanan, daerah-daerah yang menjadi wilayah sentra
produksi ikan berada di wilayah Timur Indonesia, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sementara, konsumen ikan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, yang notabene memiliki
jumlah penduduk paling banyak dibandingkan pulau-pulau yang lain pada saat ini. Sehingga
cukup logis apabila industri berbasis komoditas ikan juga lebih banyak berada di Jawa.
Dari keberadaan fasilitas seperti UPI skala menengah besar, saat ini jumlahnya
mencapai unit, 991 unit mayoritas berada di Jawa. Saat ini, di Jawa terdapat lebih dari 444
unit pengolahan ikan (UPI) atau sekitar 44,80 % dari total UPI di seluruh wilayah. Sangat
jelas bahwa Jawa merupakan wilayah sentra industri bagi pengolahan produk perikanan,
sementara Sulawesi, Maluku dan Papua sebagai sentra produksi ikan terbesar.
Gambar 16. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Skala Mikro Kecil di Pulau Jawa
Begitu juga jumlah UPI skala mikro kecil terpusat terutama di Jawa Timur (10.624 unit),
Jawa Barat (9.804 unit) dan Jawa Tengah (6.552 unit). Fasilitas UPI yang terpusat di Pulau
Jawa turut mendorong peningkatan kapasitas nilai tambah, sehingga volume hasil olahan
sebagian besar berada di Pulau Jawa sebagaimana Gambar 17.
Gambar 17. Produksi olahan UPI Skala Kecil, Menengah dan Besar di Indonesia
26
Kajian Koridor SLIN 2020
4.3. Pendekatan Konektivitas
Pengiriman ikan melalui laut antar pulau di Indonesia merupakan salah satu pilihan yang
paling efisien dalam pengiriman komoditas ikan. Pengiriman ikan antar pulau di Indonesia
melalui laut dapat mencapai lebih dari 90%, jika dibandingkan pengangkutan dengan udara.
Oleh sebab itu maka keragaan logistik laut akan menjadi sangat penting untuk dipetakan
dalam penyusunan kebijakan logistik perikanan.
Tabel 6. Domestik Keluar dan Domestik Masuk melalui transportasi laut tahun 2019
Domestik keluar
Wilker Karantina
Ikan Timika
Wilker Pelabuhan
Laut Soekarno-Hatta,
Makassar
Wilker Pelabuhan
Laut Bitung
Wilker karantina Ikan
Kendari
Balai KIPM Tarakan
Wilker Pelabuhan
Laut Sorong
Wilker Pelabuhan
Laut Yos Sudarso,
Volume (ton)
%
Domestik
Volume (ton)
%
Nasional
12,9
Masuk
Balai
KIPM 128.247.589
Nasional
32,26
42.198.146
10,6
Jakarta II
Balai
KIPM 97.410.512
Surabaya II
24,50
39.863.800
10,0
Balai
4,40
19.314.127
4,9
12.127.292
10.158.038
3,1
2,6
9.934.825
2,5
51.094.111
KIPM 17.500.378
Semarang
Ambon
Sumber (diolah dari BKIPM)
Berdasarkan data dari BKIPM pada tahun 2019, pengiriman ikan melalui laut didominasi
melalui pintu pelabuhan Makassar, Bitung, Timika, Kendari, Tarakan, Sorong dan Ambon.
Tujuan kirim sebagian besar ke daerah Jakarta, Surabaya dan Semarang. Untuk mendalami
lebih jauh terkait logistik yang menghubungkan daerah tersebut maka tidak terlepas dari
fasilitas, jasa logistik dan lintasan yang dilewati dari lokasi produksi ke lokasi pengolahan
atau konsumsi
Mengulas terkait konektivitas maka tidak terlepas kaitannya dengan sarana transportasi
dengan dukungan wadah atau sarana muatan (container, palkah, tanker dan lainnya) yang
efisien, serta pelabuhan yang menghubungkan antar pulau sebagai tempat transfer muatan
antar moda laut-darat.
A. Pelabuhan
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat
untuk bongkar muat barang, crane untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan
tempat-tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang
di mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu
Kajian Koridor SLIN 2020
27
pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi jalan kereta api
dan/atau jalan raya, agar para penumpang atau barang bongkar muat dapat melanjutkan
perjalanan melalui darat menuju tempat tujuan. Pelabuhan merupakan suatu pintu masuk ke
suatu wilayah atau negara dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau
bahkan antar negara, benua dan bangsa. Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan
pelabuhan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosial ekonomis maupun teknis
(Triatmodjo 2009).
Masih menurut Triatmodjo (2009), pelabuhan dapat dibedakan berdasarkan
penyelenggaraan, pengusahaan, fungsi perdagangan nasional/internasional, fungsi
penggunaanya, dan letak geografis sebagaimana pada Tabel. 7.
Tabel 7. Kategori Pelabuhan
No
Kategori
1
Penyelenggaraan
2
3
4
5
28
Jenis
Pelabuhan
Umum
Pelabuhan
Khusus
Pengusahaan
Pelabuhan yang
diusahakan
Pelabuhan yang
tidak diusahakan
Fungsi perdagangan Pelabuhan Laut
nasional/
internasional
Pelabuhan Pantai
Penjelasan
Untuk kepentingan masyarakat umum
Untuk kepentingan sendiri (bukan untuk
umum) guna meunjang kegiatan sendiri
Terdapat fasilitas bongkar muat, bea cukai
dan dikenakan biaya atas jasa pelabuhan
Tanpa fasilitas bongkar muat, bea cukai
dan pembiayaan disubsidi oleh pemerintah.
Bebas dimasuki oleh bendera asing
Disediakan khusus untuk lalu lintas dalam
negeri
Fungsi Penggunaan Pelabuhan Ikan
Tempat bagi kapal ikan untuk mendukung
aktifitas penangkapan dan pelayanan yang
diperlukan
Pelabuhan
Khusus
untuk
penyaluran
minyak
Minyak
menggunakan pipa pipa. Terletak jauh dari
kepentingan umum.
Pelabuhan
Untuk bongkar muat barang dan
Barang
perpindahan moda transportasi dari laut
ke darat atau sebaliknya dan dilengkapi
gudang atau lapangan penumpukan. Jenis
Muatan biasanya Barang umum (general
cargo), curah (bulk cargo) dan peti kemas
(container)
Pelabuhan
Digunakan
oleh
orang-orang
yang
Penumpang
berpergian dengan menggunakan kapal
penumpang
Pelabuhan
Secara umum digunakan untuk penumpang
Campuran
dan barang, sedangkan untuk munyak dan
ikan terpisah. Namun pelabuhan yang dalam
skala pengembangan dapat digunakan
ragam komoditas secara bersama
Pelabuhan Militer Terletak di daerah yang cukup luas untuk
manuver cepat dari kapal-kapal perang
Letak Geografis
Pelabuhan Alam Terletak di daerah yang terlindungi dari
badai dan gelombang secara alami
Pelabuhan
Terletak di daerah yang dilindungi dari
Buatan
badai dan gelombang dengan membuat
bangunan pemecah gelombang.
Pelabuhan Semi Campuran dari tipe alam dan buatan
alam
Kajian Koridor SLIN 2020
Dalam kaitannya dengan komoditas ikan maka secara definisi untuk pelabuhan yang
terkait adalah pelabuhan ikan, pelabuhan barang dan pelabuhan campuran. Menurut
Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Kapal Perikanan adalah kapal,
perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung
operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. Oleh sebab itu fungsi pelabuhan
ikan memiliki fungsi khusus untuk pendaratan ikan dari kapal perikanan terutama kapal
penangkap ikan maupun kapal pengangkut ikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan nomor 8 Tahun 2012 Pelabuhan Perikanan
dapat diklasifikasikan atas Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
sebagaimana pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
Daerah
tangkap
KlasiKapal
fikasi Perikanan
yang
dilayani
PPS
perairan
Indonesia,
Zona
Ekonomi
Eksklusif
dan
laut
lepas
Peruntukan
Fasilitas
tambat labuh
Dermaga
Daya
tampung
kapal
Pengelolaan
Lahan
Dapat
Panjang
≥100
≥ 20 ha
digunakan
≥ 300 m, unit atau
kapal ≥ 60 GT kedalaman jumlah
kolam < - 3m seluruh ≥
6.000 GT
PPN
perairan
Dapat
Indonesia, digunakan
Zona
kapal ≥ 30 GT
Ekonomi
Eksklusif
Panjang
≥ 150 m,
kedalaman
kolam < - 3m
PPP
perairan
Indonesia
Dapat
Panjang
≥ 30 unit ≥ 5 ha
digunakan
≥ 100 m, atau
kapal ≥ 10 GT kedalaman jumlah
kolam < - 2m seluruh ≥
300 GT
PPI
perairan
Indonesia
Dapat
digunakan
kapal ≥ 5 GT
Panjang
≥ 50 m,
kedalaman
kolam < - 1
m
≥ 75 unit ≥ 10 ha
atau
jumlah
seluruh ≥
2.250 GT
≥ 15 unit ≥ 1 ha
atau
jumlah
seluruh ≥
75 GT
Operasional
Sebagian
ikan
untuk tujuan ekspor,
bongkar muat dan
pemasaran rata-rata
50 ton/hari, terdapat
Industri pengolahan
dan
industru
penunjang lainnya
bongkar muat dan
pemasaran
ratarata 30 ton/hari,
terdapat
Industri
pengolahan
dan
industru penunjang
lainnya
bongkar muat dan
pemasaran
ratarata
5
ton/hari,
terdapat
Industri
pengolahan
dan
industri penunjang
lainnya
bongkar muat dan
pemasaran
ratarata 2 ton/hari
Kajian Koridor SLIN 2020
29
Kriteria tersebut menjadi dasar dalam penetapan pelabuhan perikanan yang tersebar
di Seluruh Indonesia. Jumlah Pelabuhan Perikanan Samudera saat ini baru berjumlah 7
pelabuhan, Pelabuhan Perikanan Nusantara 18 Pelabuhan, Pelabuhan Perikanan Pantai 40
Pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan.
Gambar 18. Sebaran Pelabuhan Perikanan Samudera
Gambar 19. Sebaran Pelabuhan Perikanan Nusantara
Gambar 20. Sebaran Pelabuhan Perikanan Pantai
30
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 21. Sebaran Pangkalan Pendaratan Ikan
Pelabuhan barang/niaga yang juga memegang peranan penting dalam konektivitas
antar pulau yang menjadi simpul penting dalam proses disribusi ikan. Pelabuhan niaga di
era modern merupakan integrasi layanan terkait transfer produksi perdagangan, logistik dan
transfer informasi. Sebagai simpul dalam sistem rantai pasok yang yang menghubungkan
antar pulau, performa pelabuhan akan memberikan dampak kompetitif dari penggunanya
dan mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah asal (origin) maupun tujuan (destination)
(Lam dan Yap, 2011)
Pelabuhan niaga melakukan pelayanan antara lain jasa dermaga, jasa lapangan, dan
jasa gudang. Jasa pelayanan bongkar muat mulai dari kapal hingga penyerahan ke pemilik
barang. Barang lalu di kirim ke penumpukan lapangan atau gudang. Selain itu terdapat jasa
layanan yang menunjang kegiatan yang ada di pelabuhan, meliputi jasa sewa alat – alat
pelabuhan, penyediaan listrik, dan telepon. Misalnya pihak kapal menyewa alat derek (crane)
untuk mengangkat atau memindahkan barang saat di kapal atau dermaga.
Sebaran Pelabuhan Barang utamanya di operasionalkan oleh BUMN Pelabuhan yaitu
PELINDO I, PELINDO II, PELINDO III dan PELINDO IV. Perbedaan dari ke empat BUMN
tersebut adalah pembagian wilayah kerja sebagaimana gambar berikut.
Wilayah PELINDO I terutama di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan
Riau dengan Cabang antara lain di Belawan, Dumai, Tanjung Pinang, Pekanbaru, Karimun,
Kuala Tanjung, Batam, Sei Pakning, Sibolga, Malahayati, Lhokseumawe, Asahan, Tembilahan
Gambar 22. Pembagian daerah operasi PELINDO
Kajian Koridor SLIN 2020
31
dan Gunung Sitoli.
Gambar 23. Wilayah Kerja PELINDO I
Wilayah PELINDO II terutama di Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, sumatera
Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Kalimantan Barat
dengan Cabang antara Lain Tanjung Priok, Palembang, Panjang, Pontianak, Teluk Bayur,
Banten, Bengkulu, Cirebon, Jambi, Pangkal Balam, Sunda Kelapa, dan Tanjung Pandan.
Gambar 24. Wilayah Kerja PELINDO II
Wilayah PELINDO III terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, dan Bali Nusa Tenggara dengan cabang antara lain Tanjung Perak,
Tanjung Tembaga, Kalianget, Gresik, Tanjung Emas, Tegal, Tanjung Intan, Petikemas
Semarang, Sampit, Pulau Pisang, Batu Licin, Bagendang, Bumiharjo, Banjarmasin, Kotabaru,
Mekarputih, dan Kumai.
32
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 25. Wilayah Kerja PELINDO III
Wilayah kerja PELINDO IV berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi,
Kepulauan Maluku, dan Papua. Cabang yang dimiliki tersebar di Gorontalo, Makassar, Pare
Pare, Kendari, Pantoloan, Toli Toli, Manado, Bitung, Bau-Bau, Jayapura, Biak, Merauke,
Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sengata, Ambon, Nunukan, Tarakan, Tanjung Redeb,
Gambar 26. Wilayah Kerja PELINDO IV
Sorong, Manokwari, Fak fak dan Ternate .
Selain oleh BUMN PELINDO, Pelabuhan Barang juga dikelola oleh pemerintah ataupun
swasta. Total Pelabuhan barang/niaga berjumlah sekitar 162 Pelabuhan sebagaimana pada
Lampiran 1.
B. Sarana Distribusi
1) Kapal Perikanan
Keberadaan pelabuhan perikanan akan mempengaruhi peran dari salah satu jenis
kapal perikanan yaitu kapal pengangkut ikan untuk mendistribusikan ikan yang dikumpulkan
ke tujuan pelabuhan perikanan yang memiliki pasar yang cukup menjanjikan. Aktifitas kapal
pengangkut ikan juga rentan dengan pelanggaran sebagaimana yang dikemukakan oleh
Supit et al. (2016) bahwa sering terjadi kejadian dengan tidak mendaratkan hasil tangkapan/
angkutannya di setiap pelabuhan pangkalan yang sudah ditentukan dalam Surat Ijin Kapal
Kajian Koridor SLIN 2020
33
Pengangkut Ikan (SIKPI), dan lamanya hari operasi yang di tentukan dari keberangkatan
awalnya sampai kapal pengangkut ini kembali ke pelabuhan pangkalannya.
Kapal pengangkut ikan berdasarkan data DJPT (2020) pada Lampiran 2 dan Lampiran
3 sebagian besar izin pangkalannya berada di Nizam Zachman, Benoa, Bitung, Bajomulyo,
Ambon, Dobo, Mayangan, Pelabuhan Ratu, dan Poumako, sedangkan keterangan pelabuhan
muat singgah dominan berada di WPP 718 (Poumako,Dobo, Merauke, Kalar-kalar, Tual,
Saumlaki), WPP 717 (Karimun, Tanjung Pinang) dan WPP 715 (Kaimana, Dulan pokpok,
Bintuni, Tobelo, Morotai).
2) Kapal Niaga
Keberadaan perusahaan pelayaran sangat memberikan manfaat bagi masyarakat
Indonesia dalam bisnis pengiriman barang atau pindahan ke luar pulau, yang belum memiliki
jalur darat untuk saling terhubung. Transportasi laut mejadi sangat strategis karena berperan
dalam menghubungkan satu wilayah/pulau dengan wilayah/pulau lainnya sehingga aktifitas
perekonomian dapat berjalan lancar. Selain itu, sektor transportasi laut juga berperan dalam
menstimulus pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal dan daerah terluar dan sebagai sarana
penunjang perekonomian bagi daerah berkembang. Transportasi laut dapat menggerakkan
dinamika pembangunan melalui mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola
distribusi nasional. Salah satu sarana penting adalah kapal niaga atau kapal dagang.
Kapal niaga atau kapal dagang adalah perahu atau kapal yang mengangkut kargo.
Kapal ini terdiri dari berbagai jenis, ukuran dan bentuk. Salah satu jenis kapal niaga adalah
kapal barang (cargo ship). Kapal ini digunakan sebagai alat angkutan laut oleh penyedia
jasa logistik, termasuk dalam pengangkut produk perikanan. Jenis kapal kargo yang biasa
digunakan dalam transportasi logistik produk perikanan adalah kapal peti kemas (container).
Kapal jenis ini adalah kapal yang dapat menampung peti kemas dengan jumlah tertentu dari
satu tempat ke tempat lainnya.
Peti Kemas (container) adalah suatu peti kemas berbentuk box dan berisi berbagai
variasi muatan tertentu. Kapal peti kemas (sering juga disebut celullarship) adalah kapal
yang dibangun khusus mengangkut kontainer atau peti kemas ukuran standar. Penempatan
peti kemas bersifat seluler, dengan bingkai vertikal. Berukuran mulai dari sekitar 500 TEU
hingga sekitar 22.000 TEU. Kontainer dapat memuat kontainer ukuran 20 ft dan 40 ft. Setiap
kapal umumnya mencantumkan kapasitas angkut maksimumnya untuk masing-masing
ukuran kontainer.
Peti kemas berpendingin (reefer container) digunakan untuk mengangkut barang –
barang yang memerlukan suhu pendingin, misalnya untuk jenis sayur-sayuran, daging
dan produk perikanan, yang memiliki unit refrigerasi terpadu yang bergantung pada listrik
yang dipasok oleh sumber listrik pada lokasi di darat, kapal peti kemas, ataupun dermaga.
Saat diangkut oleh truk atau kereta api, listrik untuk peti kemas ini juga dapat dipasok oleh
generator diesel ("genset") yang ditempelkan pada peti kemas selama perjalanan. Peti
kemas berpendingin mampu mengatur suhu udara hingga mencapai paling rendah -65 °C
34
Kajian Koridor SLIN 2020
dan paling tinggi 40 °C.
Beberapa peti kemas berpendingin juga dilengkapi dengan sistem air pendingin, yang
dapat digunakan apabila peti kemas disimpan di bawah dek kapal, tanpa ventilasi yang
cukup untuk menurunkan panas yang dihasilkan oleh unit refrigerasi. Sistem air pendingin
lebih mahal daripada ventilasi udara biasa, sehingga makin jarang digunakan. Udara dan air
biasanya juga dikombinasi sebagai pendingin. Udara mengeluarkan panas yang dihasilkan
oleh peti kemas, sementara air membantu mengurangi panas yang dihasilkan oleh peti
Gambar 27. Kapal Peti Kemas dan Peti Kemas Berpendingin
kemas.
Penyedia jasa logistik angkutan laut adalah perusahaan atau perseoragan yang
mempunyai fungsi melakukan perpindahan barang atau kargo dari suatu tempat ke tempat
lainnya dengan menggunakan kapal laut sebagai alat angkut yang dilakukan sendiri atau
sewa kepada pihak lain.
Penyedia jasa logistik angkutan laut terdiri dari perusahaan pelayaran atau perusahaan
yang memiliki kapal dan perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi muatan barang
yang menjalankan usahanya untuk mencarikan pengangkut bagi pengirim barang. Dalam
hubungannya dengan pengiriman biasanya terdapat agen yang merupakan bagian dari
bisnis perusahaan pelayaran ataupun pihak ketiga yang disebut Freight Forwarder adalah
sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang keagenan yang mengurusi pengiriman dan
penerimaan barang domestik maupun internasional. Freight Forwarder ini bisa dikatakan
sebagai Shipping Agent / Carrier. Selain itu terdapat istilah EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal
Laut) yang merupakan usaha pengurusan dokumen dan muatan yang akan diangkut melalui
kapal atau pengurusan dokumen dan muatan yang berasal dari kapal yang bertugas untuk
mengurus barang dari pemilik yang secara tertulis telah mendapat kuasa dari pemilik.
Ada beberapa perusahaan pelayaran nasional yang melakukan aktifitas pengangkutan
ikan baik dalam bentuk curah maupun dalam bentuk kargo dengan menggunakan kontener
berpendingin (Reefer Container), beberapa diantaranya adalah:
Kajian Koridor SLIN 2020
35
- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
PT Pelni melayani pengangkutan paket barang, dry/refeer container, general cargo,
kendaraan maupun penyewaan kapal angkutan komersial. Dalam rangka menunjang bisnis
jasa logistik, saat ini PT PELNI memiliki 26 kapal penumpang; 5 kapal barang Tol Laut; 1
kapal ternak; dan 7 kapal barang komersial. Jenis wadah/container antara antara lain Red
Pack (dimensi 100 x 50 x 50 cm atau berat maksimal 120 kg), Dry Container (kapasitas 10
dan 20 TEUs), Reefer Container (muatan beku kapasitas 10 dan 20 TEUs), dan General
Cargo (curah). PT PELNI memiliki 7 (tujuh) kapal barang komersial yang dapat disewa oleh
pihak lain dengan skema kerja sama (1) Voyage Charter; (2) Time Charter. (Sumber : https
://pelni.co.id).
- PT Tanto Intim Line
Tanto Line memiliki 50 kapal kontainer dengan total kapasitas 26.731 TEUs. Melayani
18 pelabuhan di kepulauan Indonesia. Memiliki lebih dari 41.000 kontainer dari semua ukuran
dan jenis, usia rata-rata wadah kurang dari lima tahun. Mengelola total 246.000 m². dari
halaman kontainer di Surabaya dan Jakarta. Lokasi Tanto Surabaya memiliki luas 141.000
m², dengan kapasitas penyimpanan 16.600 TEUs sedangkan Jakarta memiliki luas 105.000
m². dengan kapasitas penyimpanan 13.200 TEUs, serta dilengkapi plug in reefer semalam.
- PT Meratus Line
Layanan dan Armada Meratus antara lain Kontainer-kapal antar pulau di Indonesia,
termasuk layanan langsung dari Surabaya ke Dili, Timor Timur. Meratus Memiliki armada
56 kapal, 40.000 kotak kontainer, 30 kapal kontainer antara pelabuhan utama di Indonesia.
Perusahaan afiliasi antara lain MIF (jasa pengiriman barang domestik dan internasiona,
Meratus Advance Maritim (MDM) (transportasi batubara dan logistik)
- PT Salam Pasific Indonesia Line (SPIL)
SPIL memiliki fasilitas plugging Reefer Container di setiap kapal, sehingga customer
tidak perlu lagi membawa genset apabila akan melakukan pengiriman. Jumlah plug yang ada
di kapal bervariasi mulai dari 50 plug hingga mencapai 500 plug. Ditunjang juga dengan crew
kapal SPIL yang berpengalaman juga siap untuk memastikan Container Reefer customer
tetap aman selama perjalanan dari pelabuhan pemuatan hingga pelabuhan bongkar.
- PT Pelayaran Tempuran Emas (TEMAS)
Armada yang dimiliki terdiri dari 22 unit kapal dengan kapasitas sebesar 12.838 TEUs,
24.854 unit. kontainer peti kemas. Keunggulan layanan Temas Line antara lain Armada kapal
modern dan memiliki sarana pelabuhan tersendiri. Keberadaan berbagai peralatan berat
penunjang kegiatan bongkar muat kontainer, seperti Harbour Mobile Crane (HMC) tipe HMK
260E, Reach Stakers, Empty Container Handler dan Container Forklift. Memiliki 2.500 unit
food grade container yang dikhususkan untuk mengangkut produk makanan, minuman dan
farmasi.
36
Kajian Koridor SLIN 2020
- PT Mentari Sejati Perkasa
Memiliki 16 kapal dengan berbagai jenis. Jenis pelayanan yang diberikan antara lain,
penyediaan kontainer, depot kontainer, Stevedoring, Shipping Agent, dan Project Shipment.
Selain dari beberapa perusahaan shipping line dan logistik di atas, terdapat perusahaan
ekspedisi muatan kapal laut yang sering melakukan pengiriman kargo ikan, beberapa
diantaranya adalah :
HSN GROUP
- PT Hamparan Segara Niaga
- PT Rahayu Perdana Trans
- PT Radah Penggih Tatalaksana
- PT Rukma Padaya Trans
- PT Citra Mandiri Sejati
- PT TAL
- PT Hagajaya Kemasindo Sarana
- PT Centranusa Pasific
C.Trayek / Jalur pengiriman
1) Pelni
Jaringan Trayek PELNI mencakup lintasan di beberapa pelabuhan dengan jaringan
cukup luas di Indonesia. Namun untuk beberapa daerah, PELNI lebih banyak mengoperasikan
kapal penumpang, sehingga pengiriman ikan untuk jalur pendek bisa dilakukan dengan
menggunakan wadah styrofoam.
Gambar 28. Jalur Pelayaran PELNI
Pelni juga telah berpartisipasi dalam mengoperasikan trayek tol laut. Pada tahun 2018
trayek yang dilayani PELNI antara lain
1. Trayek 2 -Jakarta Tanjung Priok-Tanjung Batu-Blinyu-Tarempa -Natuna (Selat
Lampa)-Midai-Serasan-Tanjung Priok Operator PT Pelni KM Cempaka Jaya Niaga
III-4
2. Trayek 4 Tahuna-27-Kahakitang-30-Buhias-23-Tahulandang-20-Biaro-144-Lirung-4Melangoane-50-Kakorotan-65-Miangas-81-Marore-73-Tahuna PT Pelni KM Logistik
Nusantara 1
3. Trayek 6 yang ada di Surabaya yaitu jalur Tanjung Perak-Tidore-Morotai PT. Pelni
Kajian Koridor SLIN 2020
37
KM Logistik Nusantara 2
4. Trayek 13 Surabaya, Tanjung Perak-Kalabahi-Moa-Rote-Sabu yang dioperatori PT
Pelni KM Logistik Nusantara 4
5. Trayek 14 Surabaya, Tanjung Perak-Loweleba-Adonara-Larantuka dioperatori PT
Pelni KM Logistik Nusantara 4
6. Trayek 15 Surabaya, Tanjung Perak-Kaisar-Namarole yang dioperatori PT Pelni KM
Carka Jaya Niaga III-32
Jumlah trayek tersebut dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan pengembangan
trayek tol laut. Pada tahun 2020, Pemerintah mencanangkan 26 trayek tol, yang pengerjaannya
dapat dilakukan oleh BUMN maupun swasta.
2) Meratus Line (Sumber: http://www.meratusline.com/ina/container-liner-service-routes/)
Rute Meratus Line (PP) antara lain :
1. Dari Surabaya menuju Belawan, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Tarakan,
Sampit, Semarang, Kumai, Kendari, Tangkiang, Pantoloan, Tolitoli, Makassar,
Ambon, Benoa, Lembar, Kupang, Mof, Calabai, Ende, Wini, Dili, Ambon, Timika,
Dobo dan Pontianak.
2. Dari Semarang menuju Pontianak
3. Dari Jakarta menuju Belawan, Padang, Makassar, Surabaya, Bitung, Gorontalo,
Semarang, Banjarmasin, Tanjung Pinang, Balikpapan, Samarinda, Pantoloan.
Frekuensi per bulan dan jumlah kapal dalam rute Meratus Line sebagaimana pada
Lampiran 4.
3) Tanto Line
Rute utama Tanto Line (PP) antara lain adalah :
1. Dari Surabaya menuju Medan, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Lembar,
Benete, Makassar, Bitung, Gorontalo, Kendari, Luwuk, Ambon, Ternate, Tobelo,
Tual, Jayapura, Sorong, Manokwari, Nabire, Timika, dan Merauke, Jakarta, Padang,
Sibolga, Pekanbaru, Batam, Pontianak.
2. Dari Jakarta menuju Medan, Padang, Sibolga, Pekanbaru, Batam, Pontianak,
Samarinda, Balikapapan, Banjarmasin, Makassar, dan Bitung., Surabaya, Gorontalo,
Kendari, Luwuk, Maluku, dan Papua.
Frekuensi per bulan rute Tanto Line sebagaimana pada Lampiran 5
4) SPIL
Rute utama SPIL (PP) antara lain adalah :
1. Dari Jakarta menuju Batam, Palembang, Dumai, Pekanbaru, Medan, Padang
(Bengkulu), Banda Aceh, Lhokseumawe, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin,
Pontianak, Samarinda, Batulicin, Surabaya, Sampit, Tarakan, Nunukan, Surabaya,
Makassar, Baubau, Kendari, Palu, Bitung, Gorontalo, Ternate, Nabire, Serui, Biak,
38
Kajian Koridor SLIN 2020
Timika, Merauke, Manokwari, Ambon, Tual, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura,
Fakfak.
2. Dari Surabaya menuju Batam, Palembang, Dumai, Pekanbaru, Medan, Padang
(Bengkulu), Banda Aceh, Lhokseumawe, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin,
Pontianak, Samarinda, Banjarmasin, Batulicin, Surabaya, Sampit, Tarakan, Nunukan,
Balikpapan Berau, Palu, Bitung, Gorontalo, Ternate, Surabaya, Makassar, Baubau,
Kendari, Makassar, Ambon, Tual, Fakfak, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura,
Nabire, Serui, Timika, Merauke, Biak dan Manokwari
3. Dari Semarang menuju Jakarta, Batam, Pelembang,Dumai, Pekanbaru, Medan,
Padang (Bengkulu), Banda Aceh, Lhokseumawe, Medan, Banjarmasin, Samarinda,
Pontianak, Sampit, Batulicin, Tarakan, Nunukan, Balikpapan Berau, Palu, Bitung,
Gorontalo, Ternate, Surabaya, Makassar, Baubau, Kendari, Makassar, Ambon, Tual,
Fakfak, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura, Nabire, Serui, Timika, Merauke, Biak
dan Manokwari
4. Dari Makassar menuju Banjarmasin, Surabaya, Semarang, Timika, Merauke,
Baubau, Kendari, Manokwari, Biak, Serui, Nabire, Balikpapan, Berau. Palu, Bitung,
Gorontalo, Ternate, Samarinda, Ambon, Tual, Kaimana, Sorong, Bintuni, Jayapura,
Ambon, Tual, Fakfak
Frekuensi per bulan rute SPIL sebagaimana pada Lampiran 6.
5) Temas Line
Rute Temas Line (PP) antara lain:
1. Dari Jakarta menuju Balikpapan, Batam, Belawan, Bitung, Kuala Tanjung,
Lhokseumawe, Makassar, Padang, Palembang, Palu, Pontianak, Surabaya,
2. Dari Surabaya menuju Belawan, Bitung, fakfak, Bitung, Ambon, Jakarta, Kendari,
Kuala Tanjung, Kumai, Lembar, Luwuk, Makassar, Manokwari, Merauke, Opin, Palu,
Reo, Samarinda, Selayar, Tarakan, Ternate, Tobelo, Waingapu, Timika, dan Palu
Frekuensi per bulan rute Temas Line sebagaimana pada Lampiran 7.
4.4. Daerah Pusat Pengumpulan
Rekomendasi daerah yang menjadi pusat pengumpulan disusun berdasarkan kriteria
Volume pengiriman domestik, komoditas unggulan, wilayah/daerah dan konektifitas. Penilaian
disusun dengan pendekatan sebagaimana pada Lampiran 8, dan penghitungan skor pada
Lampiran 9. Dari pendekatan tersebut, diperoleh 5 rekomendasi daerah pengumpulan yaitu:
Kendari, Mimika, Bitung, Makassar dan Ambon. Selanjunya untuk mengetahui performa
masing masing koridor saat ini dilakukan telaah lanjutan.
A. Kendari
Kendari merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis kendari
menjadi hub dari daerah di luar pulau sekitarnya antara lain, Muna, Buton, dan Wakatobi.
Kajian Koridor SLIN 2020
39
Daerah Kendari dan sekitarnya termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan 714 meliputi
perairan Teluk Tolo dan Laut Banda. WPP 714 mencakup perairan Teluk Tolo dan Laut
Banda.
Sebagaimana Tabel 9 , jenis ikan pelagis kecil dan udang paneid memiliki tingkat
pemanfaatan yang moderate (E<5), sedangkan jenis ikan pelagis besar, demersal, rajungan
dan ikan karang berstatus fully exploited (0,5 ≤E<1) sehingga upaya penangkapan perlu
dimonitor dan diperketat. Jenis Lobster, kepiting dan cumi-cumi over exploited sehingga
perlu dikurangi upaya penangkapannya.
Potensi perikanan mencapai 788 ribu ton per tahun dengan komposisi terbesar pelagis
Gambar 29. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 714
besar non TC 38,56 %, Pelagis Kecil 21,03 %, dan ikan karang 18,44%. Beberapa Jenis
ikan potensial yang ada di perairan Kendari dan sekitarnya antara lain layang, cakalang,
tongkol, madidihang, gurita, kembung dan tuna. Jenis ikan layang dan kembung merupakan
bahan baku bagi industri kecil di Pulau Jawa terutama untuk bahan baku pemindangan,
pengeringan dan asin.
Tabel 9. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 714
Sumber : Kepmen KP nomor 50 tahun 2017
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa potensi pelabuhan feeder antara lain
selain Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari antara lain PPI Sodohoa, PPI Lasolo,
PPI Torobulu, PPI Mangolo, PPI Laino, PPI Kamaru, PPI Pameo, PPI Sampolawa, PPI
Pasarwajo. (Sumber PIPP DJPT). Dari beberapa pelabuhan tersebut terdapat informasi
awal bahwa PPS Kendari, PPI Sodohoa dan PPI Pasar Wajo termasuk memiliki fasilitas
yang cukup lengkap.
40
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 30. Sebaran Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tabel 10. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara
PPS Kendari menjadi pusat pengumpulan yang paling potensial karena klasifikasi
pelabuhan setingkat Samudera, yang berarti mampu menampung jumlah kapal dan ukuran
yang lebih besar sehingga potensi pengadaan ikan dapat tersedia lebih banyak. Pelabuhan
Perikanan Samudera Kendari juga memiliki fasilitas lengkap dari listrik, air, TPI, BBM dan
Es sebagaimana pada Tabel 10.
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari berada dalam wilayah administrasi Kelurahan
Puday Kecamatan Abeli Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Posisi 03o 58’ 48” LS dan
122o 34’ 17” BT. PPS Kendari memiliki luas wilayah 40,53 Ha berjarak 11,6 km dari Pusat
Kota Kendari dan 30,4 km dari Bandar Udara Haluoleo.
Fasilitas dasar di PPS Kendari sebagaimana dalam Ismail et al. (2015) yang penting
sebagai pusat pengumpulan antara lain:
Kajian Koridor SLIN 2020
41
a. Lahan PPS Kendari
Area PPS Kendari memiliki luas total 40,53 Ha. Lahan di PPS Kendari belum seluruhnya
di manfaatkan.
b. Jalan Komplek Pelabuhan dan Kawasan
Jalan di dalam komplek PPS Kendari memiliki lebar ± 10m, kemudian panjang sampai
29.945 m2 yang mengelilingi komplek dan sampai saat ini terus di lakukan perbaikan.
Hampir seluruh jalanan di dalam komplek PPS Kendari sudah di aspal.
Menurut Ismail et al. (2015) beberapa faktor kekuatan dari PPS kendari antara lain:
Fasilitas pelabuhan yang memadai, lokasi PPS Kendari yang strategis, pelayanan perijinan
mudah, akses PPS Kendari secara geografis mudah, kebutuhan es, BBM dan air bersih
terpenuhi dan kolam pelabuhan yang luas.
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) yang memiliki peranan sangat penting
dan strategis karena berada di Teluk Kendari yang relatif aman dari gelombang serta berada
di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714 yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang
besar. PPS Kendari juga berada di daerah yang kondusif serta tidak kalah penting adanya
dukungan dari pemerintah daerah baik dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara maupun
dari Pemerintah Kota Kendari. Kinerja dari PPS Kendari masih memiliki catatan yang perlu
perbaikan antara lain pelayanan terhadap nelayan saat akan membongkar hasil tangkapan
dan kebutuhan perbekalan nelayan saat akan melaut seperti pengisian perbekalan seperti
BBM, air bersih, dan es. (Arung et al. 2019). Perbaikan kinerja tersebut amat erat kaitannya
dengan logistik perikanan.
Gambar 31. Jenis dan komposisi produksi PPS Kendari 2019 (Sumber, DJPT 2019)
Volume hasil tangkapan PPS Kendari hampir separuhnya didominasi oleh layang lalu
cakalang, tongkol dan Madidihang (Yellowfin Tuna) sebagaimana Gambar 31.
42
Kajian Koridor SLIN 2020
Jumlah hasil tangkapan pada tahun 2019 mencapai 20 ribu ton masih cukup jauh
dibandingkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 714 yaitu 631 ribu ton per tahun.
Ikan layang menunjukkan fluktuasi paling signifikan dibandingkan komoditas lainnya. Seperti
ditunjukkan di Gambar 32, pada bulan Mei 2018, Juli 2018 dan Februari – Maret 2019 terjadi
fluktuasi dari beberapa komoditas utama, namun untuk jenis ikan layang mampu mencapai
1.200 – 1.600 ton per bulan.
Menurut Samida et al (2018) musim ikan terbagi dua yaitu musim puncak dan musim
paceklik. Musim puncak biasannya terjadi pada musim barat sedangkan musim paceklik
Gambar 32. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Kendari
terjadi pada musim timur. Musim barat berlangsung dari bulan Oktober sampai April dimana
puncak musimnya terjadi pada bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim
timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober dengan puncak musimnya pada bulan
Juni sampai Agustus.
Hasil analisis Bubun dan Mahmud (2016) menunjukkan bahwa musim puncak
penangkapan ikan layang di PPS Kendari selama 2007 -2013 terjadi pada bulan Januari – Juni.
Hal tersebut berdasarkan volume hasil tangkapan ikan layang selama bulan Januari – Juni.
Volume hasil tangkapan mulai menurun pada bulan Juli – Desember. Tingkat pemanfaatan
ikan layang termasuk kategori padat tangkap.
Untuk jenis cakalang (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di Kota Kendari, menurut
Dopu et al. (2019) memiliki nilai tingkat pemanfaatan rata rata sebesar yang masih berada
di bawah Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 15.826 ton/tahun sehingga
status pemanfaatan dapat dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.
Penggunaan alat tangkap Purse seine untuk pelagis kecil yang cukup tinggi turut
mendorong peningkatan jenis tangkapan ikan layang. Sebagaimana pada Gambar 33, volume
tangkap purse seine dari kapal yang izinnya dikeluarkan oleh daerah (<30 GT) maupun
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat (>30GT) menunjukkan nilai yang paling tinggi dan
mencolok dibandingkan alat tangkap lainnya. Penggunaan alat purse seine di PPS Kendari
dinilai memiliki kelayakan keuntungan yang cukup baik bagi nelayan sebagaimana dijelaskan
oleh Samida et al. (2018) yaitu pendapatan bersih purse seine < 30 GT dapat mencapai 60 Kajian Koridor SLIN 2020
43
130 juta per trip dengan pembagian keuntungan 50 % pemilik kapal, Nahkoda sebesar 15%,
Kepala Kamar Mesin (KKM) 10% dan sisanya 25% untuk ABK lainnya.
Gambar 33. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPS Kendari
Pengiriman domestik ikan melalui Kendari, didominasi tujuan Surabaya (52%) dan
Jakarta (46%) sebagaimana pada Gambar 34. Dari perbandingan pengiriman Domestik
Keluar ikan dari Kendari dengan produksi di PPS Kendari dapat dilihat kecenderungan Grafik
pergerakannya hampir mirip. Jumlah domestik kirim yang lebih tinggi menunjukkan bahwa
ikan yang dikirim dari Kendari selain dari PPS Kendari juga berasal dari konsolidasi pulau/
daerah sekitarnya, yang menunjukkan potensi wilayah Kendari sebagai Pusat Pengumpulan.
Gambar 34. Perbandingan produksi PPS Kendari dan domestik keluar Kendari
Berdasarkan data BKIPM (2019) jenis ikan yang tercatat keluar dengan tujuan domestik
dari Kendari mayoritas adalah jenis cakalang, sedangkan pendaratan ikan PPS Kendari pada
44
Kajian Koridor SLIN 2020
tahun 2019 didominasi hampir separuhnya oleh jenis ikan layang. Kondisi tersebut dapat
dimungkinkan oleh beberapa hal seperti terjadi lonjakan ikan layang pada bulan tertentu
sedangkan tidak tersedianya kapasitas pembekuan dan penyimpanan yang memadai sehingga
ikan layang diolah dengan pengasapan dan pengasinan, yang selanjutnya diditribusikan
sebagai ikan kering atau ikan asin. Jenis ikan Cakalang dan Tuna sebagai komoditas
ekspor utama akan menjadi pertimbangan pelaku usaha untuk prioritas pembekuan dan
penyimpanan baik yang diproduksi dari PPS Kendari maupun dari pulau sekitarnya. Pada
Gambar 35, jumlah selisih kirim dengan produksi PPS pada jenis cakalang dan tuna, pada
bulan Januari dan Mei memperlihatkan nilai positif yang signifikan. Hal tersebut berbanding
terbalik dengan jenis ikan layang yang volume produksi/pendaratan ikannya lebih tinggi dari
kirim domestiknya. Volume pengiriman domestik cakalang dan tuna selain dari PPS Kendari
dapat berasal dari daerah pusat produksi di sekitar Kendari baik laut maupun darat atau dari
penyimpanan stok cold storage yang belum dikirim.
Gambar 35. Perbandingan Pengiriman via laut jenis ikan utama dengan
Produksi PPS Kendari
Pengiriman pada tahun 2019 menuju Kendari dari pusat produksi yang menjadi feeder
kendari berasal dari daerah Wakatobi (44%), Baubau (23%), Banggai (18%), Muna (14%)
dan lainnya 1% dengan total pengiriman 981 ton per tahun sebagaimana pada Gambar 36.
Kajian Koridor SLIN 2020
45
Gambar 36. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim ke Kendari
Komoditas yang dikirim ke kendari dari pelabuhan perikanan sekitar didominasi oleh
jenis Gurita dan Tuna, terutama daerah Wakatobi, Baubau dan Banggai, sedangkan Muna
mayoritas memasok udang Vanamei dan Tuna. Pasokan gurita yang dikirim dari daerah
sekitar Kendari seperti Banggai ditangkap oleh nelayan skala kecil <5GT dengan alat
tangkap pancing ulur dan tingkat eksploitasi cukup tinggi sehingga perlu diperhatikan dalam
pemanfaaatannya (Tarigan et al. 2018 dan Tarigan et al. 2019).
Tabel 11. Rata-rata pengirimian domestik keluar dari Kendar
Tujuan
Surabaya
Jakarta
Volume
Frekuensi
11.725,89
8.749,76
741,00
478,00
Rata2 kirim
(ton/ kirim)
15,82
18,30
Pengiriman rata rata tujuan domestik tahun 2019, yaitu Surabaya 15,82 ton dan Jakarta
18,30 ton. Melalui pendekatan tersebut dapat diduga bahwa penggunaan pengiriman
menggunakan mayoritas kontainer 20 feet yang berkapasitas sekitar 17 ton isi ikan per
kontainer. Rata rata kirim tujuan Jakarta lebih tinggi dapat disebabkan oleh mayoritas
pengiriman berisi ikan layang yang secara ukuran kecil, sehingga dapat lebih mengisi ruang
kosong di kontainer.
46
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 37. Performa Jasa Logistik dari Kendari
Jumlah estimasi kebutuhan kontainer 20 feet dari Kendari ke Domestik secara
keseluruhan rata-ratanya sebesar 21±18 kontainer/minggu namun pada musim puncak
dapat mencapai 89 kontainer. Tujuan Jakarta rata rata 9±9 kontainer per minggu, namun
pada musim puncak dapat mencapai 54 kontainer. Tujuan Surabaya rata-rata 11±9 namun
pada musim puncak dapat mencapai 40 kontainer per minggu. Performa Jasa logistik
existing sebagian besar melalui Shipping Line Meratus (61%), Tanto (18%) dan Lainnya 21%
(Gambar 37).
B. Mimika
Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan di daerah Papua
melalui Inpres nomor 9 Tahun 2017 yang mengamanatkan peningkatan industri perikanan
dengan memprioritaskan pemberdayaan ekonomi nelayan. Secara geografis daerah Papua
khususnya, pusat produksi berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 718) yang
secara potensi volume produksi berada dalam kondisi yang belum mencapai batas yang
diperbolehkan.
Gambar 38. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPN-RI) 718
Laut Arafura merupakan salah satu perairan yang penting dan telah memberikan
kontribusi besar dalam pembangunan perikanan nasional. Potensi yang tinggi berupa ikanikan bernilai ekonomis tinggi seperti udang dan ikan demersal, sehingga perairan Arafura
dikenal sebagai the golden fishing ground. Usaha penangkapan ikan di perairan Arafura
sudah berkembang pesat dan diusahakan secara komersial, terutama untuk wilayah perairan
di atas 12 mil dari garis pantai dan di wilayah ZEE Indonesia di bagian selatan perairan. Alat
tangkap dominan yang digunakan di bagian selatan adalah pukat udang dan pukat ikan.
Kajian Koridor SLIN 2020
47
Di wilayah perairan Papua dan sekitarnya, khususnya untuk wilayah kurang dari 12 mil ke
arah pantai, penangkapan ikan dilakukan menggunakan alat tangkap antara lain: trammel
net, bagan perahu, pancing ulur, bubu, huhate, tuna long line, mini purse seine dan gillnet
(Mulyana et al. 2012)
Wilayah 718 memiliki potensi ikan pelagis kecil 836.973 ton, ikan pelagis besar 818.870
ton, ikan demersal 876.722 ton, ikan karang 29.485 ton, udang penaeid 62.842 ton, lobtser
1.187 ton, kepiting 1.498 ton, rajungan 775 ton dan cumi-cumi 9.212ton. Total potensi
di wilayah timur Indonesia ini adalah 2.637.565 ton (Kepmen KP nomor 50 tahun 2017).
Besarnya potensi di WPP- NRI 718 menjadi salah satu solusi yang disiapkan KKP selain
Natuna untuk nelayan eks cantrang yang telah beralih alat tangkap akibat dari pelarangan
alat tangkap yang merusak lingkungan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
Perikanan dan Kelautan Nomor 2 tahun 2015.
Tabel 12. Potensi dan Jumlah tangkapan yang
diperbolehkan di WPP 718
Penerapan tersebut melihat kondisi tingkat pemanfaatan yang pada tahun 2015 tingkat
pemanfaatan jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar, demersal, udang peneid, lobster, kepiting
dan rajungan berstatus fully exploited (0,5 ≤E<1) sehingga upaya penangkapan perlu
dimonitor dan diperketat. Jenis Ikan karang, dan cumi-cumi over exploited sehingga perlu
dikurangi upaya penangkapannya.
Gambar 39. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718
48
Kajian Koridor SLIN 2020
Potensi perikanan mencapai 2,63 juta ton per tahun dengan komposisi terbesar ikan
karang 33,23 %, Ikan pelagis kecil 31,73%, dan ikan pelagis besar non TC 31,04 %. Jenis
ikan karang banyak dimanfaatkan untuk pengambilan gelembung renang yang memang
harganya sangat mahal, sedangkan jenis ikan pelagis kecil seperti layang dan kembung
merupakan kebutuhan konsumsi segar dan bahan baku pemindangan, pengeringan dan asin
terutama di Pulau Jawa.
Mimika/Timika dan Merauke merupakan daerah yang ditetapkan sebagai Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu (SKPT) dan menjadi bagian prioritas KKP untuk mengintegrasikan
proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan
secara berkelanjutan.
Secara spesifik Mimika lebih unggul dalam tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil,
sedangkan Merauke dalam tingkat pemanfaatan ikan karang.
Selain Mimika (PPI Pomako) dan PPN Merauke terdapat beberapa pelabuhan perikanan
di WPP 718 antara lain selain Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari antara lain PPI
Sumuraman, PPI Kalar kalar, PPI Dobo, dan PPI Omor. (Sumber PIPP DJPT). Dari beberapa
pelabuhan tersebut terdapat informasi awal kelengkapan sarana pelabuhan perikanan.
Tabel 13. Sebaran Pelabuhan Perikanan di WPP 718
Dibandingkan dengan Merauke, volume ikan yang dikirim dari Mimika (dengan ibukota
Kabupaten di Timika) jauh lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan Timika lebih dekat dengan
pelabuhan perikanan lain di wilayah WPP 718 dengan posisi terletak di tengah daratan utama
dan secara lintasan tempuh ke Pulau Jawa lebih pendek dibandingkan dengan Merauke.
Kajian Koridor SLIN 2020
49
Dalam Tabel. 14, fasilitas pelabuhan PPI Poumako untuk penyediaan air, listrik, TPI,
BBM dan es masih dalam tahap pengembangan. Walaupun demikian sebagai lokasi SKPT
Pemerintah memberikan perhatian khusus dengan melakukan pembangunan dan revitalisasi
pelabuhan antara lain:
1. Pembangunan Cold Storage 100 dan 200 ton
2. Ice Flake Machine, CoolBox, Chest Freezer, Kendaraan Berpendingin,
3. Sarana Pengolahan
4. Kapal Ikan < 3 GT dengan Alat Tangkap [Trammelnet, Gillnet]
5. Dermaga Tambat Labuh (Apung),
Tabel 14. Fasilitas Pokok PPI Poumako
Jenis Sarana &
Prasarana
Lahan
Dermaga Beton
Kapasitas/ Ukuran
Kepemilikan
49.6 Ha
Pemkab Mimika
Jetty ± 50 x 12 m, Trestel Pemkab Mimika
± 100 x 10 m
Dermaga Kayu
Jetty ± 20 x 2 m; Trestel Swadaya Masyarakat
± 50 x 2 m
Dermaga Ponton
Jetty ± 24 x 3 m; Trestel Pemkab Mimika
± 60 x 2 m
Akses Jalan (beton)
400 m x 8 m
Pemkab Mimika
Jalan & area parkir
Pemkab Mimika
pelabuhan (beton)
Penimbunan
Pembuatan Jalan
Revetmen/talud
& 150 x 165 m
150 m x 70 cm
Pemkab Mimika
Pemkab Mimika
6. Mobil Crane
Fasilitas Pokok penting yang terdapat di PPI Poumako sebagai pusat pengumpulan
antara lain Lahan dengan ukuran 49,6 Ha, Dermaga dan jalan akses masuk seluas 400x8 m.
Selain itu PPI Poumako merupakan pelabuhan pangkalan dan pelabuhan muat bagi kapal
Gambar 40. Sebaran Lokasi Perusahaan dengan izin aktif kapal
perikanan untuk pelabuhan pangkalan di Poumako (sumber
DJPT-KKP 2020)
50
Kajian Koridor SLIN 2020
perikanan yang berasal dari Pulau Jawa terutama Pati, Jakarta, dan Indramayu.
Transportasi laut dari Mimika/Timika dapat menggunakan beberapa kapal milik
perusahaan shipping line seperti Meratus, Tanto, Temas dan SPIL, karena terdapat jalur
trayek yang melewati/singgah di Poumako. Namun dengan peningkatan jumlah tangkapan
yang cukup besar yang tidak disertai dengan fasilitas penyimpanan dingin yang memadai,
Gambar 41. Jasa Logistik/Shipping Line yang melewati Timika
pengiriman dapat dikirim menggunakan kapal pengangkut yang berasal dari Pulau Jawa.
Beberapa pelaku juga mengeluhkan pengiriman melalui kontainer seringkali menjadikan
ikan yang diturunkan di pelabuhan tujuan menjadi turun drastis kualitasnya yang diduga
disebabkan oleh tidak stabil dan konsisten dalam penyaluran listrik selama perjalanan untuk
reefer container.
Berdasarkan data Domestik Keluar BKIPM, tujuan pengiriman moda transportasi Laut
dari Timika sebagian besar menuju Surabaya (65%), Jakarta (19%), dan Semarang (15%).
Gambar 42. Pengiriman domestik keluar dari Timika tahun 2018-2019
Kajian Koridor SLIN 2020
51
Jenis ikan utama yang dikirim adalah layang (42%), Kembung (26%) dan Lemuru (6%).
Mobilisasi kapal perikanan yang berasal dari Jawa menuju WPP 718 mempengaruhi
dinamika pengiriman dari Timika menuju Jawa. Jadwal penangkapan nelayan pantura Jawa
terlihat sekitar waktu 6 bulan digunakan melakukan penangkapan dan 6 bulan berikutnya
untuk jeda dan kembali ke lokasi tempat tinggal nelayan di Jawa. Pengumpulan ikan dapat
Tabel 15. Rata-rata Domestik keluar per pengiriman dari Timika
21.925
Frekuensi
kirim
130
Rata2 kirim
(ton/kirim)
169
16.189
108
150
10.008
159
63
Unit tujuan
Total
Balai
KIPM
Surabaya II
Balai
KIPM
Semarang
Balai
KIPM
Jakarta II
dilakukan melalui kapal pengangkut ikan yang memiliki izin pelabuhan pangkalan di Timika.
Dari Tabel 15, rata-rata volume domestik keluar Timika per pengiriman sekitar 169 ton
/kirim ke wilayah Surabaya, 150 ton/kirim ke Wilayah Semarang dan 63 ton /kirim ke wilayah
Jakarta. Jenis kapal pengumpul yang memiliki izin pangkalan di Pelabuhan Poumako
Tabel 16. Rata-rata ukuran kapal pengangkut perikanan yang dengan
izin pangkalan di Poumako menurut alamat perusahaan
Alamat badan usaha
kapal perikanan
Pati
Jakarta Utara
Jakarta Selatan
Asmat
Mimika
Jakarta Pusat
Grand total
Total GT
Jumlah Kapal
1.680
435
206
59
57
50
2.487
13
2
1
1
1
1
mencapai 19 kapal pengangkut ikan dengan Kapasitas kumulatif sekitar 2.487 GT.
C. Bitung
Kota Bitung merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara. Secara
geografis, Bitung memiliki garis pantai 143,2 km, dengan luas wilayah data 31.350,35 Ha dan
luas wilayah laut 714 km2. Kota Bitung dikenal dengan sebutan “Kota Cakalang” karena
memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar sehingga menjadikan sektor
ini sebagai primadona dalam pengingkatan kesejahteraan masyarakat. Total panjang garis
pantai 143,2 Km, terdiri dari 46,3 Km di daratan utama dan 98,9 km keliling Pulau Lembeh
serta pulau-pulau kecil lainnya. Kota Bitung memiliki 13 pulau besar dan kecil dan berbatasan
dengan Kecamatan Likupang di sebelah utara, di sebelah Timur dan Selatan dengan Laut
Maluku, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara. Kota
52
Kajian Koridor SLIN 2020
Bitung memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat potensial. Wilayah pengelolaan
perikanan Kota Bitung terutama berada pada WPP 716 (Laut Sulawesi) dan sebagian WPP
715 (Teluk Tomini - Laut Seram) dan. Daerah penangkapan nelayan dapat sampai ke WPP
717 dan WPP 718 mencakup Teluk Tomini, Laut Seram, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut
Halmahera, Teluk Beurau, Teluk Cendrawasih, Samudera Pasifik, Laut Aru, Laut Arafuru dan
Tabel 17. Potensi dan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di WPP 716
Gambar 43. Sebaran Pelabuhan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
LautTimor.
PPS Bitung menjadi pusat pengumpulan yang paling potensial karena klasifikasi
pelabuhan setingkat Samudera, yang berarti mampu menampung jumlah kapal dan ukuran
yang lebih besar sehingga potensi pengadaan ikan dapat tersedia lebih banyak. Pelabuhan
Perikanan Samudera Bitung juga memiliki fasilitas lengkap dari listrik, air, TPI, BBM dan Es
Tabel 18. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Utara
Kajian Koridor SLIN 2020
53
sebagaimana pada Tabel 18.
Pelabuhan Perikanan Samudera terletak di perairan laut Selat Lembeh berhadapan
dengan laut Sulawesi dan Samudera Pasifik pada koordinat 01º26 42” LU-125 º 12 24”BT di
Kel. Aertembaga Satu, Kec. Aertembaga Kota Bitung - Sulawesi Utara.
PPS Bitung merupakan tempat pendaratan ikan utama di Kota Bitung. Menurut
Zulham A (2011) pelabuhan perikanan ini dilengkapi berbagai fasilitas, baik fasilitas pokok,
fungsional, maupun pendukung. Fasilitas pokok yang telah ada di PPS Bitung, sebagai pusat
pengumpulan antara lain kesediaan lahan 4,6 Ha, jalan utama (1.648 m2 ), dan dermaga
pelabuhan. Jalan raya dari dan ke pelabuhan perikanan Bitung kondisinya cukup baik dan
beraspal namun lebar jalan masih terbatas, sehingga berpotensi menghambat arus barang
dan jasa. PPS Bitung memiliki kolam labuh kapal yang baik, karena terlindung oleh Pulau
Lembeh. PPS Bitung juga terdapat unit galangan yang dikelola dan dimiliki oleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan sangat mendukung keberadaan usaha penangkapan ikan
Gambar 44. Jenis dan komposisi produksi PPS Bitung 2019
(Sumber, DJPT 2019)
54
Kajian Koridor SLIN 2020
di kawasan tersebut.
Volume hasil tangkapan PPS Bitung didominasi oleh Tuna Sirip Kuning (36%) diikuti
oleh cakalang (33%) dan layang (19%) sebagaimana Gambar 44. jumlah hasil tangkapan
pada tahun 2019 mencapai 50.752 ton masih cukup jauh dibandingkan jumlah tangkapan
Gambar 45. Fluktuasi pendaratan ikan PPS Bitung
Gambar 46. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di PPS Bitung
yang diperbolehkan di WPP 716 yaitu 597 ribu ton per tahun.
Kapal perikanan yang berlabuh di PPS Bitung pada umumnya bertujuan melakukan
kegiatan pembongkaran ikan, mengisi perbekalan melaut, perbaikan mesin dan alat tangkap
serta beristirahat menunggu musim penangkapan. Jenis kapal berdasarkan alat tangkap ke
PPS Bitung, di antaranya adalah hand line, pole and line, purse seine, long line, penampung,
dan lain-lain. Kapal perikanan yang berkunjung ke PPS Bitung mempunyai ukuran bervariasi
dari ukuran ≤10 GT s/d ≥ 100 GT. Jenis kapal hand line tuna di PPS Bitung merupakan alat
penangkapan ikan yang dominan kapal perikanan yang ada (Darondo et al. 2020)
Berdasarkan data BKIPM (2019) jenis ikan yang tercatat keluar dengan tujuan domestik
dari Bitung mayoritas justru adalah jenis layang, padahal produksi tertinggi merupakan
yellowfin tuna /madidihang dan cakalang. Bitung yang memiliki kawasan industri pengolahan
merupakan daerah pengekspor hasil perikanan seperti jenis tuna dan cakalang. Pada tahun
Kajian Koridor SLIN 2020
55
2019 nilai ekspor beku maupun olahan cakalang dan tuna mencapai 24.185 ton. Grade tuna
non ekspor serta hasil samping olahan tuna juga dapat dibuat untuk bahan baku pengolahan
bakso di dalam negeri. Sedangkan untuk jenis ikan layang lebih banyak untuk memenuhi
permintaan dalam negeri.
Gambar 47. Perbandingan produksi PPS Kendari dan domestik keluar Bitung
Sebagai gravitasi pengumpulan ikan di wilayah sekitar perairan Sulawesi- Maluku Utara
PPS Bitung juga mendapatkan pengiriman ikan yang berasal dari Ternate (39%), Tahuna
(20%), Bacan (10%), Talaud (9%) dan Tobelo (8%). Jenis ikan yang dikirim antara lain TTC
dan ikan layang.
Gambar 48. Komposisi jenis ikan dari Pusat Produksi yang mengirim ke Bitung
56
Kajian Koridor SLIN 2020
Tabel 19. Jenis ikan yang dikirim dari Bitung dan masuk ke Bitung tahun
2018-2019
Sumber : Data Karantina keluar masuk domestik BKIPM 2018-2019 dan Data
PPS Bitung tahun 2019-2019
Tabel 20. Rata-rata pengiriman domestik keluar dari Bitung
Tujuan
28.450,21
1.411
Rata2 kirim
(ton/ kirim)
20,16
10.198,49
583
17,49
Volume
Balai
KIPM
Jakarta II
Balai
KIPM
Surabaya II
Frekuensi
Pengiriman rata rata tujuan domestik utama tahun 2019, yaitu Jakarta 20,16 ton
dan Surabaya 17,49 ton. Melalui pendekatan tersebut dapat diduga bahwa penggunaan
pengiriman menggunakan kontainer mayoritas ikan 20 feet yang berkapasitas sekitar 17
ton isi ikan per kontainer. Rata rata kirim tujuan Jakarta lebih tinggi dapat disebabkan oleh
mayoritas pengiriman berisi ikan layang yang secara ukuran kecil, sehingga dapat lebih
Gambar 49. Performa Jasa Logistik dari Bitung
Kajian Koridor SLIN 2020
57
mengisi ruang kosong di kontainer.
Jumlah estimasi kebutuhan kontainer 20 feet dari Bitung ke Domestik terutama pulau Jawa
secara keseluruhan rata-ratanya sebesar 44±19 kontainer/minggu namun pada musim puncak
dapat mencapai 107 kontainer. Tujuan Jakarta rata rata 27±15 kontainer per minggu, namun pada
musim puncak dapat mencapai 53 kontainer. Tujuan Surabaya rata-rata 11±6 namun pada musim
puncak dapat mencapai 34 kontainer per minggu. Performa Jasa logistik existing sebagian besar
melalui Shipping Line Tanto (34%), Meratus (17 %), SPIL (11%) dan Lainnya 38 % (Gambar 49).
Strategi Sistem Logistik Ikan Nasional di PPS Bitung menurut Tassi et al. (2017) antara lain :
a. optimalisasi armada, sarana bongkar muat, dan sarana penyalur logistik pada daerah
penangkapan ikan yang potensial untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap;
b. pembangunan gudang penyimpanan ikan, gudang dan toko bahan, dan alat tangkap dalam
rangka merenspon tingginnya permintaan ikan;
c. peningkatan kualitas produk perikanan untuk dapat berdaya saing di pasar bebas;
d. peningkatan kualitas SDM nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan dalam
merespon permintaan pasar dan dukungan sarana pelabuhan laut yang berskala
internasional;
e. optimalisasi pusat informasi pelabuhan perikanan mendapatkan informasi; dan
f. penambahan jumlah SDM aparatur pelabuhan untuk pengendalian IUU fishing di pelabuhan
perikanan.
Prioritas strategi yang dipilih dan menjadi pilihan utama dalam implementasi SLIN di PPSB yaitu
optimalisasi armada, sarana bongkar muat, dan sarana penyalur logistik pada daerah penangkapan
ikan yang potensial untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap.
D. Makassar
Sebagai gerbang lalu lintas wilayah timur ke barat, Makassar memiliki keunggulan dalam hal
kemudahan fasilitas logistik barang. Pembangunan Makassar sebagai gerbang utama percepatan
pembangunan Kawasan Timur Indonesia sehingga dapat mengakomodir tingkat arus peti kemas
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar pada khususnya maupun Indonesia
timur pada umumnya akan memicu peningkatan arus peti kemas maupun barang untuk memenuhi
kebutuhan permintaan yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Makassar
yang sangat strategis sebagai pelabuhan internasional karena dilalui oleh Alur Laut Kepulauan
Indonesia (“ALKI”) II, serta terletak tegak lurus dengan beberapa negara tujuan ekspor. Sehingga
pengembangan Makassar akan sangat penting untuk mendukung dan menstimulasi kegiatan lalu
lintas barang di Kawasan Timur Indonesia.
Dengan pertimbangan peningkatan yang telah dicapai dan mengantisipasi peningkatan
kunjungan kapal dan arus barang yang lebih pesat pada masa yang akan datang, maka aktivitas
logistik di Makassar dapat dimanfaatakan dalam kelancaran distribusi produk perikanan.
Potensi Kota Makassar merupakan simpul perikanan yang menghubungkan beberapa
Pelabuhan Perikanan dan Sentra Budidaya di Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan utama
58
Kajian Koridor SLIN 2020
di Sulawesi Selatan terletak terutama di PPI Paotere dan PPN Untia di Makassar, selain
beberapa pelabuhan seperti di PPI Lappa, PPI Beba, PPI Birea dan lainnya.
Gambar 50. Sebaran lokasi pelabuhan perikanan dan sentra budidaya
Sulawesi Selatan
PPI Paotere sebagai pelabuhan perikanan awal di Makassar ditetapkan sebagai
pelabuhan perikanan dengan klasifikasi pelabuhan perikanan Pangkalan Pendaratan
Ikan, yang seharusnya melayani tidak lebih dari 30 unit kapal/akumulasi 300 GT. Namun
kenyataannya, jumlah kapal yang melakukan aktivitas pendaratan ikan sebanyak 30 s/d 75 unit
kapal perhari, dan bahkan ada beberapa kapal ikan yang berukuran > 30 GT yang mendaratkan
hasil tangkapannya seperti kapal ikan dari Kalimantan dan Kendari. Pengembangan PPI
Paotere sangat terbatas oleh kesediaan lahan. Oleh karena itu pemerintah membangun PP
Untia untuk melayani kapal ikan yang berukuran lebih besar. Mengingat komoditi perikanan
cepat sekali mengalamai kemunduran mutu, harus disediakan fasilitas pembinaan mutu serta
gudang pendingin yang berupa coldstorage, tempat pelayanan ikan serta penyediaan sarana
Tabel 21. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan
Kajian Koridor SLIN 2020
59
pemasaran baik domestik maupun ekspor.
Pemanfaatan PP Untia sebagai pelabuhan perikanan laut terkendala dengan kendala
geografis yang sering dikeluhkan nelayan karena posisinya menghadap laut lepas sehingga
kadang sulit menambatkan kapal, kedangkalan kolam pelabuhan, dan fasilitas nelayan yang
belum siap. Menurut Massiseng dan Umung (2019) fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas penunjang yang mendukung operasional pelabuhan Untia sudah baik tapi belum
beroperasi secara maksimal. Fasilitas yang paling mendasar bagi nelayan yaitu Air, BBM dan
Pabrik Es belum berjalan sehingga menjadi kendala bagi kapal yang singgah di pelabuhan
Untia, dimana kapal tersebut membawa bahan baku untuk industri perikanan yang ada di
pelabuhan Untia.
Menurut Danial (2011) Fasilitas pokok yang ada di Untia, PPN Untia memiliki luas
lahan kurang lebih sebesar 38 ha dan apabila dilakukan penimbunan, maka luas lahan bisa
mencapai 50 ha. Fasilitas dermaga yang akan dibangun di PPN Untia sepanjang 1 200 m-1
300 m, kebutuhan dermaga untuk persiapan operasi penangkapan ikan, bongkar muat hasil
tangkapan. Luas kolam pelabuhan perikanan yang tersedia di PPN Untia sebesar 6.6 ha,
dan untuk mendapatkan kedalaman yang ideal perlu dilakukan pengerukan kolam pelabuhan
agar kedalaman bisa lebih besar dari 3 m.
Pemerintah Pusat dan Daerah perlu terus mendorong optimalisasi dan perbaikan
60
Kajian Koridor SLIN 2020
sarana PP Untia tersebut. Oleh sebab itu PP Untia selain sebagai pendaratan ikan, dapat
dioptimalkan dalam peran sebagai pengumpul dan pendukung logistik jenis ikan produksi
budidaya.
Berdasarkan data statistik KKP (statistik.kkp.go.id) Produksi Provinsi Sulawesi Selatan
didominasi oleh jenis bandeng dan udang dari produksi budidaya. Tren kencederungan
Produksi Ikan (ton)
Bandeng
Udang
Windu
Kembung
Layang
Cakalang
Vaname/
2015
2016
2017
2018
126.253
28.579
155.762
30.626
174.219
47.821
193.511
43.820
29.896
33.242
22.817
25.448
33.702
23.171
21.686
17.720
133
24.866
36.126
31.084
Gambar 51. Produksi utama Provinsi Sulawesi Selatan 2015-2018
produksi juga meningkat setiap tahu.
Daerah penghasil budidaya untuk komoditas bandeng antara lain Bone, Wajo, Pinrang,
Pangkep dan Luwu Timur, sedangkan jenis udang antara lain di darah Budidaya Takalar,
Maros, Barru, Pinrang, Pangkep dan Bulukumba. Selain itu produksi budidaya yang dikirim
via Makassar juga dikirim dari daerah lain seperti Pasangkayu Sulawesi Barat. (DJPB 2016)
Gambar 52. Daerah Produksi Budidaya Provinsi Sulawesi Selatan(DJPB 2016)
Kajian Koridor SLIN 2020
61
E. Ambon
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon (PPN Ambon) merupakan salah satu
pelabuhan perikanan yang dibangun dalam rangka pelayanan armada penangkapan ikan,
yang beroperasi di antara lain di Laut Arafura, perairan Laut Banda dan laut Seram. Struktur
armada penangkapan ikan yang berkunjung dan beraktifitas di PPN Ambon, didominasi oleh
kapal perikanan skala besar (industri) di atas 30 GT sedangkan untuk kapal perikanan skala
kecil di bawah 30 GT kebanyakan beraktifitas di tangkahan sendiri atau sentra nelayan yang
berada di teluk Ambon dan di pesisir pulau Ambon.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon terletak di dalam wilayah Teluk Ambon, tepatnya
di Dusun Pandan Kasturi, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau kota Ambon, provinsi
Maluku, dengan letak geografis 03°-40’-42” LS dan 128°-10’-32” BT. PPN Ambon memiliki
areal seluas ± 6 Ha (60.000m2) yang terdiri dari luas daratan/lahan 35.000m2 (3,5Ha) dan
luas areal dermaga (kolam Pelabuhan) ± 25.000m2 (2,5Ha).
Kebijakan “Menjadi Lumbung Ikan Nasional” berarti menjadikan Maluku sebagai salah
satu produsen perikanan terbesar di Indonesia, yang mampu mensuplai kebutuhan konsumsi
masyarakat dan industri nasional serta menjadi eksportir utama komoditas perikanan
Indonesia. Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait dengan penetapan Provinsi
Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN), mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Maluku untuk memperkuat master plan LIN yang belum berjalan maksimal selama ini.
Tabel 22. Daftar Pelabuhan Perikanan di Provinsi Maluku
62
Kajian Koridor SLIN 2020
Alasan paling mendasar dari Maluku sebagai lumbung ikan nasional karena letak
Provinsi Maluku dengan lokasi pulau yang tersebar dengan daerah tangkap di tiga lokasi
WPP penting yaitu WPP 714, WPP 715 dan WPP 718. Provinsi Maluku memiliki perairan
laut seluas 666.139,85 km² dengan jumlah pulau sebanyak 1.340 buah. Luas wilayah
provinsi ini 90% terdiri dari laut sehingga laut memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakatnya Sebaran potensi tersebut berada pada 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) yaitu WPP Laut Banda, WPP Laut Arafura serta WPP Laut Seram dan Teluk Tomini,
yang secara kumulatif mengandung potensi sumberdaya ikan yang cukup tinggi. Namun
tantangannya adalah preferensi bagi kapal perikanan untuk melakukan pembongkaran ikan
Gambar 53. Sebaran Pelabuhan Perikanan di
Provinsi Maluku
di banyak pilihan pelabuhan perikanan lainnya di perairan sekitar.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Provinsi Maluku ada dua yaitu PPN Ambon
dan PPN Tual; sedangkan empat belas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yakni PPI Eri,
PPI Masohi, PPI Leihitu, PPI Ukurlaran, PPI Dobo dan lainnya. PPN Ambon memiliki
peranan strategis dalam menunjang kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Maluku karena
kebanyakan kapal-kapal perikanan yang beraktivitas di Laut sekitar Maluku berpangkalan
di PPN Ambon. Menurut Manapa (2014) Peranan PPN Ambon yang berada di titik sentral
dari tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) tersebut harus lebih dioptimalkan dengan
cara peningkatan kapasitas layanan pelabuhan untuk fasilitasi usaha penangkapan ikan/
industri perikanan pada ketiga WPP tersebut serta memberikan pelayanan sesuai dengan
standar prosedur manajemen operasional (good operation and management practice). Letak
strategis PPN Ambon di ibukota provinsi memberikan kelebihan dalam menunjang operasional
Kajian Koridor SLIN 2020
63
pelabuhan karena memiliki infrastruktur yang memadai seperti jalan, telekomunikasi, listrik,
jaringan transportasi. Ambon juga termasuk Kota yang paling siap dalam Lumbung ikan
Nasional. Hikmayani dan Suryawati (2016) mengukur tingkat kesiapan Kota Ambon sebagai
salah satu lokasi pendukung Lumbung ikan dan hasil peniliaian dari semua dimensi yang
diukur menunjukkan kesiapan untuk menjadi pusat penyedia layanan barang dan jasa serta
peningkatan mutu dan kualitas lingkungan.
Jenis ikan dominan yang ditangkap di perairan Ambon pada tahun 2019 merupakan
jenis Tuna dan Cakalang mencapai 80 % dari proporsi jenis tangkapan. Penjulan ikan ikan
cakalang selain ke pedagang pengumpul nelayan juga ditujukan ke UPI (cold storage) untuk
diolah menjadi produk beku. Harga ikan cakalang yang dijual oleh nelayan ke UPI (cold
storage) lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga ikan cakalang yang dijual nelayan ke
pedagang pengumpul. Ikan cakalang tersebut kemudian diekspor sebagian ke berbagai
daerah di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya, akan tetapi ada juga yang diekspor ke
Gambar 54. Jenis dan komposisi produksi PPN Ambon 2019
(Sumber, DJPT 2019)
luar negeri seperti ke Jepang dan Amerika.
Gambar 55. Fluktuasi pendaratan per jenis ikan di PPN Ambon
64
Kajian Koridor SLIN 2020
Dari jenis alat tangkap yang digunakan di ambon produktifitas alat tangkap paling tinggi
adalah pukat cincin pelagis kecil, pancing tonda dan rawai tuna. Data tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan alat tangkap purse seine juga menjerat jenis jenis ikan tuna dan cakalang
Gambar 56. Grafik volume tangkapan per jenis alat tangkap di
PPN Ambon
selain jenis ikan layang.
Gambar 57. Perbandingan produksi PPN Ambon dan domestik keluar Ambon
Kajian Koridor SLIN 2020
65
Pengiriman ikan terbesar melalui transportasi laut dari data yang diolah dari BKIPM
ditujukan ke daerah Jakarta (57%) dan Surabaya (31%). Jenis ikan yang dikirim mayoritas
adalah Tuna dan layang. Perbandingan grafik pendaratan ikan dan pengiriman domestik
keluar menunjukkan gap yang cukup besar. Namun dapat dianalisis lebih lanjut ada
kecenderungan pengiriman domestik keluar naik saat pendaratan turun dan sebaliknya.
Tinjauan lebih lanjut dapat diduga bahwa terdapat kemungkinan kapal perikanan yang tidak
melakukan pembongkaran di PPN Ambon tetapi di lokasi lain atau melalui transhipment
ke kapal pengumpul/pengangkut yang memiliki izin SIKPI di Ambon. Namun hal ini perlu
Gambar 58. Perbandingan Produksi di PPN Ambon dan Pengiriman
Domestik Keluar dari Ambon Per Jenis Ikan
pendalaman lebih lanjut.
Pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan di perairan sekitar Provinsi
Maluku juga perlu memperhatikan aspek kelestarian dengan kontrol input melalui pembatasan
terhadap upaya penangkapan yang diizinkan, penggunaan alat tangkap yang selektif dan
pembatasan waktu penangkapan.
Bawole dan Apituley (2011) menyampaikan bahwa kendala penangkapan yang bersifat
restriktif akan mempengaruhi sasaran peningkatan produksi. Oleh sebab itu perikanan
tangkap di Maluku perlu diukur dari jumlah usaha industri yang menguntungkan secara
ekonomi, yang dapat dipertanggungjawabkan, eco-friendly, yang selanjutnya berdampak
pada keberlangsungan penghidupan masyarakat pantai Maluku baik untuk generasi sekarang
maupun yang akan datang.
Ketersediaan jasa logistik di Ambon pada tahua 2019 di layani oleh shippping line
Meratus (37%), Oriental (20%), tanto (7%) dan lainnya 36%. Pelabuhan Yos Sudarso Ambon,
merupakan pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo IV dengan fasilitas yang cukup lengkap
dari Dermaga, gudang dan sarana handling.
66
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 59. Performa Jasa Logistik dari Ambon
4.5. Daerah Pusat Distribusi
A. Jakarta
Daerah Jakarta Utara merupakan salah satu pusat distribusi ikan terletak di jantung
ibukota negara. Sumber produksi ikan terpusat di dua pelabuhan yaitu Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara
Angke. Sebagian besar ikan berasal dari Nizam Zachman karena fasilitas dan daya
tampung pendaratan ikan dapat menampung kapal kapal besar > 100 GT. Selain Ikan yang
didaratkan langsung dari kapal, ada pula ikan yang masuk ke PPSNZJ melalui transportasi
darat. Pendaratan langsung melalui dua dermaga yaitu dermaga timur dan dermaga barat.
Pendaratan ikan tuna segar dan ikan hasil tangkapan yang sejenis biasanya dilakukan melalui
dermaga timur, sedangkan dermaga barat difungsikan untuk pendaratan ikan segar dan beku
selain tuna. Di dalam laporan JICA (2011) hasil perikanan yang masuk ke PPSNZJ melalui
jalur darat berasal dari daerah di Jakarta dan sekitarnya, Banten dan Jawa Barat seperti
Sukabumi, Indramayu, Subang, Purwakarta, Cirebon, Cianjur, Karawang dan lain-lain; Jawa
Tengah seperti Jepara, Semarang, Kendal, Batang, Tegal, Brebes, Pekalongan, Pemalang,
Rembang, Pati dan lain-lain; Jawa Timur seperti Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Pasuruan,
Surabaya dan lain-lain, Sumatera seperti Lampung dan beberapa daerah (JICA 2011).
Luas PPS Nizam Zachman Jakarta adalah 110 Ha atau 25,29 % dari total luas Kelurahan
Gambar 60. PPS Nizam Zachman
Kajian Koridor SLIN 2020
67
Penjaringan.
Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang beroperasi di Muara Baru sebanyak 51 unit dengan
kapasitas terpasang sebesar 219.950 ton/tahun (2014 dan 2015) dan tenaga kerja sejumlah
4.463 orang. Utilitas UPI sebesar 36,25 persen (2014) dan meningkat menjadi 54,24 persen
(2015) dengan penggunaan bahan baku sebesar 79.735 ton (2014) dan 119.310 ton (2015).
Sekitar 60 persen dari UPI tersebut masih memerlukan bahan baku tuna untuk diolah baik
dalam bentuk beku maupun segar, (BKIPM dan Ditjen PDSPKP, 2015).
Fasilitas dan kapasitas dari PPS Nizam Zachman sebagaimana pada Tabel 23 sangat
mendukung aktifitas penyediaan dan pemasaran ikan yang didistribusikan ke hingga ke luar
daerah.
Tabel 23. Fasilitas Pokok PPS Nizam Zachman Jakart
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Fasilitas Pokok
Penahan
gelombang
(Breakwater)
Turap (Revetment)
Dermaga
Jetty
Kolam Pelabuhan
Alur Pelabuhan
Kapasitas/Volume
1.040 m
3.340 m
2.118,5 m
350 m
38.9 ha
Panjang: 530 m
Lebar: 185 m
Jalan Kawasan
83.100 m2
Lebar jalan 6,75 - 10
m
Drainase dan gorong- 16.792 m
gorong
Lahan/tanah kawasan
71 ha
Pagar Keliling
1.90
B. Surabaya
Provinsi Jawa Timur adalah salah satu gerbang aliran barang yang cukup padat dengan
variasi komoditas. Pelabuhan Barang Tanjung Perak Surabaya merupakan salah satu titik
peralihan moda transportasi laut ke moda transportasi darat terutama yang menggunakan
kontainer dengan tujuan sekitar Jawa Timur hingga ke Jakarta. Komoditas ikan merupakan
komoditas pangan yang penting karena Industri perikanan tersebar dengan Episentrum di
Surabaya yang dikelilingi kawasan industri perikanan yang tersebar didaerah Lamongan,
Sidoarjo, Gresik, dan Pasuruan.
Kawasan industri dengan pusat peralihan moda di Surabaya tersebut pada dasarnya
adalah kawasan industri perikanan yang juga dipasok dari pelabuhan perikanan seperti
di PPN Brondong di Lamongan, PPP Bulu-Tuban, dan PPP Lekok-Pasuruan. Tingginya
kebutuhan bahan baku di industri pengolahan telah mendorong permintaan ikan hingga dari
daerah timur.
68
Kajian Koridor SLIN 2020
Gambar 61. UPI Skala Menengah Besar dengan
Episentrum Surabaya
Pengembangan antara faktor produksi ikan dan pengolahan perlu dikembangkan secara
simultan dan saling terkait. Pengolahan ikan sangat memerlukan dukungan pasokan produksi
sebagai input begitu juga dengan produksi yang memerlukan berbagai usaha pengolahan
ikan untuk dapat memanfaatkan outputnya. (Huda et al. 2015)
Sebagai salah satu pengembangan pusat distribusi di Surabaya, Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong yang berada di Lamongan adalah salah satu pelabuhan perikanan
nusantara sebagai titik temu (terminal point) yang menguntungkan antara kegiatan ekonomi
di laut dengan kegiatan ekonomi di darat yang telah terbukti mampu melakukan revitalisasi
terhadap fungsi dan peranannya sehingga menjadikannya sebagai ”Centre of Excelence”
bagi pengembangan perikanan tangkap serta sebagai pusat pembinaan nelayan dan industri
pengolahan hasil perikanan.
PPN Berondong mempunyai peran sebagai pusat kegiatan perikanan laut di wilayah
Kabupaten Lamongan terutama dalam usaha perikanan tangkap. Pelabuhan ini terletak di
Desa Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur dengan
posisi koordinat geografis pada 060 53’ 30,81” LS dan 1120 17’ 01,22” BT. PPN Brondong
memiliki luas 8 Ha Aktivitas bongkar muat kapal berasal dari daerah disekitar Lamongan,
antara lain Brondong, Blimbing, Kandang Semangkon dan Palang. Selain itu, pelabuhan ini
bekerjasama dengan pusat pendaratan ikan yang ada di Lamongan seperti PPI Weru, PPI
Kranji dan PPI Lohgong.
PPN Brondong merupakan pusat kehidupan masyarakat nelayan dan pusat kegiatan
industri perikanan:
a. Peranan pelabuhan perikanan yang berkaitan dengan aktivitas produksi, antara lain:
tempat mendaratkan hasil tangkapan perikanan, tempat untuk persiapan operasi
penangkapan (mempersiapkan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan alat
tangkap, ataupun kapal), tempat untuk berlabuh kapal perikanan.
b. Sebagai pusat distribusi, antara lain: tempat transaksi jual beli ikan, sebagai terminal
untuk mendistribusikan, sebagai terminal ikan hasil laut.
c. Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan antara lain sebagai pusat : kehidupan
nelayan, pengembangan ekonomi masyarakat nelayan, lalu lintas dan jaringan
informasi antara nelayan dengan pihak luar.
Kajian Koridor SLIN 2020
69
4.6. Koridor Pusat Pengumpulan dan Pusat Distribusi
Gambar 62. PPN Brondong sebagai salah satu
pengembangan pusat Distribusi Surabaya
Tabel 24. Fasilitas Pokok di PPN Brondong
Fasilitas Pokok PPN
Brondong
Areal pelabuhan
Kolam Pelabuhan
Dermaga sekeliling kolam
Turap (Revetment)
Jalan Kompleks
ukuran
13,21 m2
23,4 m2
525,5 m2
3.680,2 m
1.500 m
Dari beberapa lokasi yang diuraikan di atas maka pendekatan penentuan koridor
didasarkan pada pendekatan komoditas, wilayah, dan konektivitas yang menghubungkan
Pusat Distribusi dan Pusat Pengumpulan sebagaimana pada Tabel. 25.
70
Kajian Koridor SLIN 2020
Tabel 25. Pendekatan penentuan koridor
Pusat
Pengumpulan
Mimika
Pendekatan
Komoditas
potensial
Pendekatan Wilayah
Pemindangan:
Komoditas
layang volume
pengirimannya
cukup tinggi
Berada di lokasi
WPP 718 dengan
potensi tangkapan
tinggi (2,63 juta ton/
tahun).
Ekspor : Kepiting
dan udang laut
Izin kapal perikanan
untuk penangkapan
cukup tinggi
Merupakan wilayah
pengembangan
SKPT
Makassar
Bapok: Bandeng
Ekspor: udang
vannamei
Pendekatan Konektivitas
Pusat
Distribusi
PPI Poumako berada di lokasi
Jakarta
dengan luas lahan 49,6 H,
Surabaya
tersedia akses jalan yang
memadai; tersedia pasokan listrik,
air bersih, dan telekomunikasi
yang memadai.
Pelabuhan niaga dengan
kapabilitas handling RC 20
feet di Poumako yang dikelola
Pemerintah,
Jasa Logistik Shipping Line yang
tersedia Meratus, Tanto, SPIL,
Temas (via Agats) yang menuju
Surabaya.
Kapal Pengangkutan banyak
mendapatkan izin pangkalan di
wilayah 718
Menghubungkan
beberapa daerah
pusat produksi
sekitar timika seperti
Pronggo, Amar,
Kokonao, Atuka
ataupun dari luar
timika seperti Dobo,
Kalar kalar, Merauke
Merupakan daerah
PPI Paotere dan PPI Untia dekat Jakarta
Sentra Budidaya
dengan Pelabuhan Barang di
Surabaya
Bandeng dan Udang wilayah Timur yang dikelola
PELINDO IV
Terdapat lokasi
Fasilitas jalan, air dan listrik cukup
produksi perikanan di memadai di PPI Paotere dan
PPN Untia dan PPI
PPI Untia, dan untuk Untia perlu
Paotere. PP Untia
pengembangan lebih lanjut.
sedang didorong
dalam peningkatan
pemanfaatan fasilitas
pelabuhannya
Kajian Koridor SLIN 2020
71
Pusat
Pengumpulan
PPS Kendari
Pendekatan
Komoditas
potensial
Pemindangan:
layang
Ekspor :
Cakalang Tuna
PPS Bitung
Pemindangan:
layang
Pendekatan Wilayah
Menghubungkan
beberapa daerah
pusat produksi
budiddaya seperti
Bone, Barru,
Pangkep, Wajo
Takalar, Pinrang,
Bulukumba,
Maros, Luwu Timur
Pasangkayu-Sulbar
Berada di lokasi
WPP 714 dengan
potensi tangkapan
(788 ribu ton/tahun)
Menghubungkan
beberapa daerah
pusat produksi
seperti Wakatobi,
Baubau, Muna
Berada di lokasi
WPP 716, dengan
potensi tangkapan
(597 ribu ton/tahun)
Bapok : Tuna,
Menghubungkan
tongkol, cakalang beberapa daerah
pusat produksi
seperti Ternate,
Talaud, Tahuna,
Bacan, dan Morotai
Ekspor : Tuna dan
Cakalang
Ambon
72
Kajian Koridor SLIN 2020
Pemindangan:
layang
Berada di lokasi
WPP 714, dengan
potensi tangkapan
(788 ribu ton/tahun)
Pendekatan Konektivitas
Pusat
Distribusi
Terdapat Jasa Logistik antar
domestik Shipping Line Meratus,
Tanto, SPIL dan Temas
PPS Kendari memiliki luas
lahan 40,53 Ha, tersedia akses
jalan yang memadai; tersedia
pasokan listrik, air bersih, dan
telekomunikasi yang memadai.
Akses pengiriman barang
dengan Pelabuhan Laut di bawah
PELINDO IV
Surabaya
Jakarta
Terdapat Jasa Logistik Shipping
Line Meratus, Tanto Line, SPIL,
PELNI.
PPS Bitung memiliki luas lahan
Jakarta
4,6 Ha tersedia akses jalan yang Surabaya
memadai; tersedia pasokan listrik,
air bersih, dan telekomunikasi
yang memadai.
Akses pengiriman barang
dengan Pelabuhan Laut di bawah
PELINDO IV
Terdapat Jasa Logistik Shipping
Line Meratus, Tanto, SPIL dan
Lainnya
PPN Ambon memiliki luas lahan
Jakarta
3,5 Ha tersedia akses jalan yang Surabaya
memadai; tersedia pasokan listrik,
air bersih, dan telekomunikasi
yang memadai.
Pusat
Pengumpulan
Pendekatan
Komoditas
potensial
Pendekatan Wilayah
Bapok : Tuna,
Pusat dari Provinsi
Cakalang, tongkol Maluku yang
merupakan Daerah
pencanangan
Lumbung Ikan
Nasional (LIN) yang
menjangkau WPP
715, 714 dan 718
Eskpor : Tuna,
Cakalang
Pendekatan Konektivitas
Pusat
Distribusi
Akses pengiriman barang
dengan Pelabuhan Laut di bawah
PELINDO IV
Terdapat Jasa Logistik Shipping
Line Meratus, Tanto,SPIL dan
Lainnya
Kajian Koridor SLIN 2020
73
V. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Pengelolaan sumberdaya perikanan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat
Indonesia dengan memperhatikan azas berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya ikan
tidak hanya untuk tujuan memperoleh keuntungan semata tetapi harus memadukan
tujuan dari berbagai dimensi yaitu Dimensi Ekonomi, Dimensi Ekologi dan Dimensi Sosial.
Artinya pengelolaan sumberdaya perikanan harus mampu menghasilkan produk ikan
secara berkesinambungan (on continuing basis), memberikan kesejahteraan finansial bagi
masyarakat, menjaga stabilitas ketersediaan stok sumber daya ikan dan kondisi lingkungan
terpelihara dengan baik serta kebutuhan protein hewani sebagai sumber pangan masyarakat
Indonesai terpenuhi dengan baik.
Kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan laut telah diatur dengan membagi
perairan Indonesia menjadi beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang diharapkan
menjadi basis tata kelola perikanan Indonesia. Begitupula dengan sektor perikanan budidaya,
kebijakan pengembangannya adalah peningkatan produksi perikanan budidaya secara
berkelanjutan melalui kegiatan intensifikasi usaha perikanan budidaya khususnya di Pulau
Jawa dan kegiatan extensifikasi usaha budidaya khususnya di luar Pulau Jawa dengan fokus
pada jenis-jenis ikan ekonomis penting dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Demikian pula untuk pengelolaan sumberdaya ikan di daerah-daerah remote area, KKP
telah melakukan terobosan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
di daearah terluar Indonesia melalui pendekatan wilayah dan sistem manajemen kawasan
dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.
Tantangan utama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia terletak pada
pendistribusian dan pemasaran hasil perikanan dari pusat produksi (sentra produksi) ke
pusat pemasaran. Wilayah Indonesia yang sangat luas dan di dominasi oleh lautan menjadi
kendala utama dalam pendistribusian hasil perikanan yang berimbas langsung pada tingginya
biaya logistik. Disisi lain sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan sentra
produksi dengan sentra pemasaran masih terbatas sehingga seringkali terjadi penomena
kelebihan pasokan ikan di sentra produksi (Wilayah Indonesia Timur) dan tidak terserap
pasar sehingga ikan tersebut dijual dengan harga murah atau bahkan tidak laku. Di sisi lain,
di sentra pemasaran (pulau Jawa) mengalami kelangkaan ikan yang menyebabkan harga
ikan sangat tinggi.
Berdasarkan survey Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI) yang
dilakukan oleh Bank Dunia dan dipublikasikan pada tahun 2018, posisi Indonesia berada pada
peringkat ke-46 dari 160 (seratus enam puluh) negara yang disurvei, bahkan masih berada
di bawah kinerja beberapa negara ASEAN. LPI mengukur efisiensi on-the-ground rantai
suplai perdagangan atau kinerja logistik yang merupakan tulang punggung perdagangan dan
bisnis internasional. Sementara biaya logistik meliputi biaya transportasi, pergudangan atau
74
Kajian Koridor SLIN 2020
wherehouse, clearance perbatasan, sistem pembayaran dan fungsi-fungsi terkait lain.
Pada tahun 2012, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012
tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional mengamanatkan bahwa
implementasi Sislognas bertujuan untuk menurunkan biaya logistik, memperlancar arus
barang dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting di seluruh
wilayah Indonesia dengan harga yang terjangkau.
Pada tahun 2014, KKP mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) sebagai bentuk turunan
dari Perpres 26 Tahun 2012. Sebagaimana rencana aksi Cetak Biru Sistem Logistik Nasional,
dalam implementasi SLIN perlu ditentukan titik-titk lokasi sebagai sentra produksi, pusat
pengumpulan dan pusat distribusi atau jaringan logistik penyangga di masing-masing wilayah
yang terintegrasi dalam satu kesatuan rantai distribusi yang disebut koridor. Kriteria penentuan
koridor adalah mengikuti rantai pasok atau rantai distribusi yang sudah ada dengan tujuan
memotret kondisi lapangan dan melakukan perbaikan rantai pasok hasil perikanan melalui
fasilitasi program, sarana dan prasarana.
Mekanisme SLIN secara umum terdiri dari : penyerapan produk di hulu dengan harga
menguntungkan pelaku hulu; konsolidasi ikan di pusat pengumpulan dan pusat distribusi
penangkapan, serta pengaturan transportasinya; Distribusi ikan untuk kebutuhan konsumsi
serta industri dengan tingkat harga yang terkoordinasikan dengan pemerintah; serta peran
dan dukungan lintas stakeholder.
Penentuan koridor sebagaimana telah ditetapkan dalam Permen SLIN dilakukan
melalui pendekatan wilayah/ daerah, pendekatan komoditas dan pendekatan konektivitas.
Berdasarkan hasil kajian dengan mempertimbangkan pendekatan-pendekatan tersebut
diatas maka direkomendasikan untuk ditentukan koridor-koridor impementasi SLIN antara
lain;
- Koridor Kendari
–
Surbaya/Jakarta;
- Koridor Makassar –
Surabaya/Jakarta
- Koridor Bitung
–
Surabaya/ Jakarta
- Koridor Ambon
–
Surabaya/ Jakarta
- Koridor Mimika
–
Surabaya /Jakarta
Pada tahun 2019, telah dilakukan kegiatan penghitungan indek logistik ikan tahap awal
berdasarkan kaidah LPI yang menilai kinerja logistik secara umum dengan membandingkan
kinerja antar jalur distribusi ikan atau koridor tersebut diatas. Hasil perhitungan sementara
menunjukkan bahwa koridor tersebut secara aspek kelogistikan sudah memenuhi persyaratanpersyaratan dasar yaitu adanya input komoditas yang didistribusikan, sarana dan prasarana
pelabuhan (port equipment) dan sarana transportasi laut (shipping line).
Secara kelembagaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai regulator,
fasilitator, penanggungjawab dan pengawas implementasi SLIN, kegiatannya dikoordinasikan
oleh Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan c.q. Direktur
Logistik. Implementasi di lapangan dilaksanakan oleh Operator Utama yang didukung oleh
Kajian Koridor SLIN 2020
75
operator pendukung di daerah daerah.
Dalam implementasi SLIN, sebagaimana tertuang pada Permen SLIN diamanatkan
untuk menetapkan Operator Utama dan Operator pendukung yang bertugas mejalankan
operasional SLIN untuk masing-masing koridor. Operator Utama SLIN ditetapkan dalam
rangka mendukung tugas pemerintah pada sistem terbatas yang melingkupi fungsi SLIN.
Pemerintah dapat melakukan penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
proses seleksi pelaku usaha lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Operator Utama SLIN ditetapkan dalam rangka mendukung tugas pemerintah pada
sistem terbatas yang melingkupi fungsi SLIN. Penunjukkan operator utama SLIN dapat
dilakukan melalui Penugasan atau seleksi. Pemerintah dapat melakukan penugasan kepada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau proses seleksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas utama operator SLIN adalah melakukan perencanaan pasokan dan permintaan
ikan nasional yang disesuaikan dengan karakteristik produksi hasil perikanan; membeli,
menampung, dan menyalurkan ikan dan hasil perikanan dari/ke operator pendukung;
menjamin penyerapan produksi ikan dan hasil perikanan dari pelaku usaha perikanan
berdasarkan; menjamin ketersediaan ikan dan hasil perikanan kepada industri; membantu
pemerintah melakukan pengendalian disparitas dan stabilisasi harga; penyelenggaraan
transportasi dan/atau mengoordinasikan transportasi ikan serta hasil perikanan dengan
penyedia jasa logistik; penyelenggaraan distribusi dan pemasaran ikan serta hasil perikanan
untuk kebutuhan konsumsi maupun industri pengolahan secara berkelanjutan; pengelolaan
dan pemeliharaan atas Barang Milik Negara (BMN) berupa sarana dan prasarana logistik
perikanan secara bertanggung jawab; pengelolaan data dan informasi logistik ikan serta
bekerja sama dengan para pihak untuk penguatan data logistik ikan nasional; dan membuat
dan menyampaikan laporan kegiatan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu
bila diminta kepada pemerintah pusat dan daerah.
Dalam mendukung kinerja operator utama, pemerintah dapat memberikan insentif
berupa pembinaan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, fasilitasi sarana dan
prasarana logistik, fasilitasi pengadaan ikan untuk menjamin ketersediaan dan stabilisasi
harga, dan mengoordinasikan/ memfasilitasi kemitraan antara operator utama dengan
operator pendukung dan/atau badan usaha lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Uji coba tahap awal telah dilakukan untuk Koridor Sulawesi Tenggara - Jawa Timur-DKI
Jakarta. Implementasi SLIN Tahap Awal ini, pada dasarnya dilakukan untuk melihat sejauh
mana fungsi SLIN yang meliputi pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pemasaran dapat
berjalan dengan baik dalam satu manajemen rantai pasok.
Hasil implementasi SLIN tahap awal yang dilakukan operator utama telah berhasil
meningkatan kapasitas dan stablitas produksi melalui penyerapan ikan di sektor hulu
dan peningkatan distribusi ikan di sektor hilir. Operator utama juga mampu menampung/
76
Kajian Koridor SLIN 2020
menyerap hasil tangkapan nelayan pada skala yang lebih besar dengan harga yang wajar.
Keterlibatan mitra mitra operator pendukung juga semakin meningkat, dengan semakin
banyaknya kelompok nelayan yang menjalin kerjasama.
Melihat keberhasilan implementasi SLIN tahap awal, maka perlu dilakukan implementasi
SLIN pada koridor-koridor sebagaimana telah diuraikan diatas. Untuk menunjang keberhasilan
implementasi SLIN, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Penetapan operator utama SLIN melalui Keputusan Dirjen PDSPKP, sesuai dengan
kapasitas, core bussines dan ketentuan perundangan yang berlaku lainnya
2. Menetapkan Pusat Produksi/ Pengumpulan dari daerah Mimika, Bitung, Kendari,
Makassar dan Ambon dan Pusat Distribusi Jakarta dan Surabaya/Lamongan yang
selanjutnya menjadi Koridor SLIN, dengan menggunakan pendekatan komoditas
unggulan, wilayah/kawasan, dan konektivitas sesuai dengan potensi daerah.
3. Melakukan penguatan dan pengembangan sistem data dan informasi pada Koridor
logistik yang ditetapkan secara real time, akurat dan tervalidasi.
4. Melakukan evaluasi kinerja logistik ikan dengan pengukuran aspek aspek logistik
secara periodik, untuk mengukur tingkat keberhasilan koridor SLIN melalui indeks
kinerja logistik ikan (IKLI).
5. Dukungan bantuan sarana dan prasarana logistik
6. Dukungan beberapa kementerian/lembaga terkait maupun pemerintah daerah
(pemda) setempat. Sebagai contoh, di beberapa pelabuhan perikanan masih
terkendala masalah infrastruktur dasar, seperti air bersih dan listrik. Selain itu,
aksesibilitas menuju pelabuhan kurang memadai.
7. Melakukan pengembangan koridor lain secara bertahap sesuai pendekatan SLIN
Kajian Koridor SLIN 2020
77
DAFTAR PUSTAKA
1. [ARD] Asosiasi Rekanan Distribusi. Indonesia. 2005. Profil Logistik Indonesia 2005.
Asosiasi Rekanan dan Distribusi Indonesia, Jakarta, 2005.
2. Arthatiani FY, Deswati RH. 2020. Strategi Pengendalian Impor Mackarel Sebagai Bahan
Baku Usaha Pemindangan. Jurnal Kebijakan Sosek Kelautan dan Perikanan 10(1): 3952
3. Bawole D, Apituley YMTN. 2011. Maluku sebagai lumbung ikan nasional:Tinjauan atas
suatu kebijakan. Disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan
Pulau-Pulau Kecil 239 -246.
4. Bowersox DJ, Closs DJ, Cooper MB. 2002. Supply chain logistics management (Vol. 2).
New York(US): McGraw-Hill.
5. 5. Bubun RL, Mahmud A. 2016. Tingkat pemanfaatan ikan layang (Decapterus spp)
berdasarkan hasil tangkapan pukat cincin di perairan timur Sulawesi Tenggara. Journal
Airaha : 5(1) : 32-38.
6. Budhiman AA, Christijanto A, Kamarijah S, Budoyo GH. 2011. Kajian Awal Keragaan
Pendekatan Ekosistem Dalam Pengelolaan Perikanan (Ecosystem Approach to
Fisheries Management) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. Jakarta (ID) :
KKP-WWF-IPB.
7. Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. Oxford (UK) : Blackwell Scientific
Publications.
8. Christopher M. 2016. Logistics & supply chain management. UK: Pearson.
9. Cordeau JF, Pasin F, Solomon MM. 2006. An integrated model for logistics network
design. Analysis of Operations Research 144(1): 59-82
10. Danial. 2011. Model Pengembangan Industri Perikanan Berbasis Pelabuhan Perikanan
Di Kota Makassar Sulawesi Selatan. [Thesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
11. Dopu ASHW, Tadjuddah M, La Anadi. 2019. Analisis pemanfaatan sumber daya ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) yang didaratkan di Kota Kendari. Jurnal Sains dan
Inovasi Perikanan 3(1) : 31-38.
12. [DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP. 2016. Peta Sentra Produksi
Perikanan Budidaya. Jakarta (ID) : KKP
13. Fatma E, Kartika W. 2017. Penjadwalan dan penentuan rute distribusi komoditas ke
wilayah timur Indonesia. Jurnal Optimasi Sistem Industri 16 (1) : 40-49.
14. Firdaus M. 2018. Profil perikanan tuna dan cakalang di Indonesia . Buletin Ilmiah
“MARINA” Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 4 (1) : 23-32.
15. Ghiani G, Guerriero F, Laporte G, Musmanno. 2003. Real-time vehicle routing: Solution
concepts, algorithms and parallel computing strategies. European Journal of Operational
Research. 151(1) :1-11.
16. Hikmayani Y, Suryawati SH. Evaluasi kesiapan Kota Ambon dalam mendukung Maluku
sebagai lumbung ikan nasional. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan
6(2): 97 - 110
17. Huda HM, Purnamadewi YL, Firdaus M. 2015. Industrialisasi perikanan dalam
pengembangan wilayah di Jawa Timur. Tata Loka 17(2) : 99-112.
18. Ismail, Anggoro DS, Pramonowibowo. 2015. Strategi pengembangan Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS) Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology 4(4): 67-77.
19. [KKP] Kementerian Kelautan Perikanan. 2015. Peraturan Menteri Perikanan dan
78
Kajian Koridor SLIN 2020
Kelautan Nomor 2/PERMEN KP/2015. Jakarta (ID): KKP.
20. Lam JSL, Yap WY. 2011. Dynamics of liner shipping network and port connectivity in
supply chain systems: analysis on East Asia. Journal of Transport Geography. 19 :
1272–1281.
21. Massiseng ANA, Umung A. 2019. Strategi pengembangan industri pelabuhan perikanan
nusantara (PPN) Untia di Kota Makassar. Octopus Jurnal Ilmu Perikanan 8(2) 44-52.
22. Mulyana R, Haluan J, Baskoro MS, Wisudo SH. 2012. Keberlanjutan Perikanan Skala
Besar di Laut Arafura. Buletin PSP 20(1) : 35-43.
23. Natalia C, Agus MA. 2016. Desain Rute Pelayaran Sistem Hub a Industri perikanan di
Bitung nd Spoke. (Studi Kasus: Wilayah Papua, Indonesia). Jurnal Metris 17 : 113 –
122.
24. Pamudhi AA, Acjmadi T. 2012. Pengembangan indikator logistik untuk wilayah
kepulauan. Jurnal Teknik ITS 1 :15-20.
25. Pertiwi I. 2005. Pemecahan Berbasis Set Covering Heuristic Untuk Pemecahan Masalah
Penentuan Rute Penugasan Kapal. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
26. Rushton A, Croucher P, Baker P. 2004. The handbook of logistics and distribution
management: Understanding the supply chain. Kogan Page Publishers.
27. Samida, La Anadi, Abdullah. 2018. Analisis pendapatan usaha Purse Seine
di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan 3(2): 125-134.
28. Stock JR, Lambert DM. 2001. Strategic Logistics Management (Vol. 4). Boston (US):
McGraw-Hill/Irwin
29. Supit AE, Pamikiran RDC, Pangalila FPT. 2016. Pelaksanaan monitoring, controlling,
surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera
Bitung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(4): 135-139.
30. Tarigan DJ, Simbolon D, Wiryawan B. 2018. Strategi pengelolaan perikanan gurita di
Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal teknologi perikanan dan
kelautan 9(1): 13-24.
31. Tarigan DJ, Simbolon D, Wiryawan B. 2019. Evaluasi keberlanjutan perikanan gurita
dengan indikator EAFM (ecosystem approach to fisheries management) di Kabupaten
Banggai Laut. Marine Fisheries 10(1) :83-94.
32. Wijopriono, Satria F. 2014. Status perikanan dan stok sumberdaya ikan pelagis kecil di
Laut Arafura. Jurnal Penelitian Perikananan Indonesia 20(3):177 – 182.
33. Yang Z, Chen K. 2010. Optimization of Shipping Network of Trunk and Feeder Lines
for Inter-Regional and Intra –Regional Container Transport. Journal of the Eastern Asia
Society for Transportation Studies. 8: 694-705.
34. Zulham A. 2011. Industri perikanan di Bitung. Buletin sosek kelautan dan perikanan 6(2):
53-58.
Kajian Koridor SLIN 2020
79
Lampiran 1. Daftar Pelabuhan Niaga di Indonesia
No
1
2
3
Provinsi
Jawa Barat
Nama Pelabuhan
Pelabuhan Cirebon
Pelabuhan Pertiwi, Pamanukan, Subang
Pelabuhan Pramuka, Garut
4
5
Jakarta
Pelabuhan Tanjung Priok
Pelabuhan Sunda Kelapa
6
Banten
Merak
7
8
9
10
11
12
Jawa Timur
Pelabuhan Batu Guluk, Madura,
Pelabuhan Kalianget, Madura
Pelabuhan Kalimas, Surabaya
Pelabuhan Kamal, Madura
Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi
Pelabuhan Surindro Supjarso, Popoh,
Tulungagung
Pelabuhan Ujung, Surabaya
Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya
Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo
Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi
17
18
19
Jawa Tengah
Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang
Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap
Pelabuhan Tegal, Tegal
20
Kepulauan Riau
Pelabuhan Penawar Rindu, Belakang Padang,
Batam
Pelabuhan Putih, Sambu Belakang Padang
Pelabuhan ASDP Desa Jagoh, Lingga
Pelabuhan ASDP Dompak, Tanjungpinang
Pelabuhan ASDP Parit Rempak, Karimun
Pelabuhan ASDP Tanjung Uban, Bintan
Pelabuhan ASDP Telaga Punggur, Batam
Pelabuhan Bakong, Lingga
Pelabuhan Batam Centre, Batam
Pelabuhan Batu Ampar, Batam
Pelabuhan Bulang Linggi, Bintan
Pelabuhan Dabo Singkep, Lingga
Pelabuhan Harbour Bay, Batam
Pelabuhan Sri Bayintan, Bintan
13
14
15
16
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
80
Kajian Koridor SLIN 2020
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Pelabuhan Kote, Lingga
Pelabuhan Marok Tua, Lingga
Pelabuhan Midai, Natuna
Pelabuhan Letung Jemaja
Pelabuhan Penagih, Natuna
Pelabuhan Penuba, Lingga
Pelabuhan Pulau Laut, Natuna
Pelabuhan Pulau Subi, Natuna
Pelabuhan Sei Tenam, Lingga
Pelabuhan Senayang, Lingga
Pelabuhan Sekupang, Batam
Pelabuhan Sijantung, Batam
Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang
Pelabuhan Sri Payung, Tanjungpinang
Pelabuhan Nongsa, Batam
Pelabuhan Pancur, Lingga
Pelabuhan Sungai Buluh, Lingga
Pelabuhan Sunggak, Kepulauan Anambas
Pelabuhan Tanjung Setelung Serasan, Natuna
Pelabuhan Tarempa, Kepulauan Anambas
Pelabuhan Telaga Punggur, Batam
Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Karimun
Pelabuhan Tanjung Buton, Lingga
57
58
Lampung
Pelabuhan Bakauheni, Lampung
Pelabuhan Panjang, Lampung
59
60
61
62
63
64
65
66
Sumatera Utara
Pelabuhan Belawan
Pelabuhan Sibolga
Pelabuhan Angin Gunungsitoli
Pelabuhan Teluk Dalam, Nias Selatan
Pelabuhan Roro, Nias
Pelabuhan Lahewa, Nias Utara
Pelabuhan Sirombu, Nias Barat
Pelabuhan Kuala Tanjung, Batubara, Sumatra
Utara
Pelabuhan Tanjung Balai
68
Bengkulu
Pelabuhan Bengkulu, Bengkulu
69
70
71
Aceh
Pelabuhan Krueng Geukueh
Pelabuhan Kuala Langsa, Langsa
Pelabuhan Yoseph Iskandar, Tapaktuan, Aceh
67
Kajian Koridor SLIN 2020
81
82
72
73
74
Jambi
Pelabuhan Jambi
Pelabuhan Idris Sardi, Muara Sabak
Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar
75
76
Sumatera Barat
Pelabuhan Muara, Padang
Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatra Barat
77
78
Bangka Belitung
Pelabuhan Pangkal Balam
Pelabuhan Tanjung Pandan
79
Riau
Pelabuhan Sungai Pakning, Dumai
80
Sumatera Selatan
Pelabuhan Tanjung Api-api, Palembang
81
82
Kalimantan Selatan
Banjarmasin, Batu Licin, Satui
Dwikora
83
Kalimantan Tengah
Palangkaraya, Sampit-Kotim, Kumai-Kobar,
Bagendang-Sampit, Kuala Pembuang-Seruyan
84
85
Kalimantan Timur
Semayang, Balikpapan
TPK Palaran,Samarinda
86
Kalumantan Utara
Malundung, Tarakan
87
88
Kalimantan Selatan
Pelabuhan Samudera, Batulicin
Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
Sulawesi Selatan
Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar
Tanjung Ringgit, Palopo
Belopa
Malili
Pare Pare
Barru
Pelabuhan Paotere, Makassar
Pamatata, Selayar
Pelabuhan penyeberangan Bajoe-Watampone
Pelabuhan penyeberangan Bira, Bulukumba
99
100
101
Sulawesi Tenggara
Pelabuhan Kendari
Pelabuhan Buton
Pelabuhan Bau-Bau
Kajian Koridor SLIN 2020
102
Sulawesi Utara
Pelabuhan Bitung
103
104
Gorontalo
Pelabuhan Gorontalo
Pelabuhan Anggrek, Kwandang
105
Sulawesi Tengah
Pelabuhan Pantoloan, Palu
106
Sulawesi Barat
Pelabuhan Polewali
107
108
109
110
Bali
Pelabuhan Benoa, Denpasar
Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana
Pelabuhan Padangbai, Karangasem
Pelabuhan Buleleng, Buleleng
111
112
113
114
115
Nusa Tenggara Barat
Pelabuhan Lembar, Lombok
Pelabuhan Kayangan, Lombok
Pelabuhan Gili Trawangan, Lombok
Dermaga Tanjung Luar, Lombok
Pelabuhan Pemenang, Lombok
116
117
118
119
120
121
122
123
124
Nusa Tenggara Timur
Pelabuhan Tenau, Kota Kupang
Pelabuhan Bolok,Kota Kupang
Pelabuhan Waingapu, Sumba Timur
Pelabuhan Bung Karno, Ende
Pelabuhan Ippi, Ende
Pelabuhan Atapupu, Belu
Pelabuhan Wini, Timor Tengah Utara
Pelabuhan Larantuka, Flores Timur
Pelabuhan Lorosay,Sikka
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
Maluku Utara
Pelabuhan Ternate
Pelabuhan Buli
Pelabuhan Daruba
Pelabuhan Sanana
Pelabuhan Tobelo
Pelabuhan Labuha
Pelabuhan Gebe
Pelabuhan Jailolo
Pelabuhan Soa Sio
Pelabuhan Laiwui
135
Maluku
Pelabuhan Yos Soedarso
Kajian Koridor SLIN 2020
83
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
84
Pelabuhan Banda
Pelabuhan Tuhelu
Pelabuhan Wahai
Pelabuhan Waisarisa
Pelabuhan Saumlaki
Pelabuhan Namlea
Pelabuhan Amahai
Pelabuhan Geser
Pelabuhan Leksula
Pelabuhan Tual
Pelabuhan Dobo
Pelabuhan Wonreli
148
149
150
151
152
153
154
Papua Barat
Pelabuhan Sorong
Pelabuhan Manokwari
Pelabuhan Fak-fak
Pelabuhan Kaimana
Pelabuhan Bintuni
Pelabuhan Taminabuan
Pelabuhan Wasior
155
156
157
158
159
160
161
162
Papua
Pelabuhan Depapre
Pelabuhan Jayapura
Pelabuhan Biak
Pelabuhan Merauke
Pelabuhan Nabire
Pelabuhan Agats
Pelabuhan Pomako
Pelabuhan Amahai
Kajian Koridor SLIN 2020
Lampiran 2. Lokasi Pelabuhan Pangkalan kapal Pengangkut/Pengumpul 2020
Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal
perikanan
PP.Ambon, PU.Benoa
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pelabuhan Ratu
PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PPS. Nizam Zachman Jakarta
PPN. Palabuhanratu, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PU.Benoa
PPS. Nizam Zachman Jakarta, PU.Benoa
PP. Poumako, PPP. Bajomulyo
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Sibolga
PP.Bitung
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Dobo
PPP. Mayangan, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PPN. Merauke, PPP. Mayangan
PP.Bitung, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Bau-bau
PP.Bitung, PU.Benoa
PP.Ambon, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PPP. Dobo, PPP. Mayangan
PPN. Ambon, PU.Benoa
PPP. Dobo, PU.Benoa
PP. Weda, PPS. Bitung
PU. Buru Karimun, PU.Tanjung Balai Karimun
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Probolinggo
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Penambulai
PP. Sorong, PPS. Bitung
PP.Bajomulyo
PP.Bitung, PP.Sorong
PP.Ambon, PP.Kendari
PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Nizam Zachman
(Jakarta)
PPN. Sibolga, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PPP. Dobo, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pekalongan
PP. Poumako, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PPN. Merauke, PU.Benoa
PU.Benoa, PU.Merauke
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Timika
PP. Tanjung Balai Karimun, PPS. Nizam Zachman
Jakarta
2.587
2.579
2.274
2.141
2.127
1.775
1.592
1.421
1.382
1.269
1.262
1.217
1.180
1.142
993
977
852
842
804
791
758
733
719
676
592
542
506
500
Jumlah
Kapal
14
12
11
8
9
11
6
11
6
13
4
5
7
7
4
8
4
4
7
4
6
3
4
3
4
6
4
1
484
2
242
466
464
448
435
426
403
395
2
3
2
2
2
3
1
233
155
224
218
213
134
395
389
3
130
Total GT
Ukuran
Rata-rata
185
215
207
268
236
161
265
129
230
98
316
243
169
163
248
122
213
211
115
198
126
244
180
225
148
90
127
500
Kajian Koridor SLIN 2020
85
Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal
perikanan
PPN. Pekalongan, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PPP. Tobelo, PPS. Bitung
PPP. Dobo, PPP. Bajomulyo
PP.Bajomulyo, PP.Tual
PP.Ambon, PP.Bajomulyo
PP.Bajomulyo, PU.Dobo
PP.Mayangan (Probolinggo)
PP.Bajomulyo, PP.Timika
PU. Namatota
PP. Banjarmasin, PPP. Bajomulyo
PP.Mayangan (Probolinggo), PU.Merauke
PP. Coa Kaimana, PPP. Mayangan
PU.Tanjung Pinang
PPS. Nizam Zachman Jakarta, PU.Penambulai
PP. Kalar Kalar, PPP. Mayangan
PP.Bungus, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PP. Poumako, PP.Bajomulyo
(blank)
PPP. Dobo, PPN. Muara Angke
PPN. Merauke, PPP. Bajomulyo
PP.Bau-bau, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PP.Bajomulyo, PPP. Dobo
PP.Bajomulyo, PP.Banjarmasin
PPN. Tanjung Pandan, PPP. Muara Sungai Baturusa
PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Tanjung Balai Karimun
PU.TB. Karimun
PPP. Muncar, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.TB. Karimun
PP.Muara Angke, PU.Merauke
PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Merauke
PPN. Merauke, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PP. Poumako, PP.Juwana
PPP. Dobo, PP.Tehoru
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Nizam Zachman
(Jakarta)
PPS. Cilacap, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PP.Cilacap, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PP.Bitung, PP.Merauke
PPP. Tumumpa, PPS. Bitung
PP. Telaga Punggur, PPP. Mayangan
PPP. Bajomulyo , PPP. Mayangan
86
Kajian Koridor SLIN 2020
366
357
354
338
336
333
330
323
316
310
299
298
298
295
291
282
267
265
258
256
246
244
232
229
228
218
218
217
211
210
200
198
198
Jumlah
Kapal
2
4
3
3
3
3
1
3
4
5
2
1
1
1
2
1
2
3
1
1
1
3
4
3
1
2
1
2
1
1
1
1
1
198
1
198
197
197
195
186
175
173
1
1
1
2
1
1
197
197
195
93
175
173
Total GT
Ukuran
Rata-rata
183
89
118
113
112
111
330
108
79
62
150
298
298
295
146
282
134
88
258
256
246
81
58
76
228
109
218
109
211
210
200
198
198
Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal
perikanan
PPP. Dobo, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Pelabuhan Ratu,
PP.Sibolga
PPP. Tobelo, PU.Benoa
PP.Bitung, PP.Ternate
PP.Mayangan (Probolinggo), PP.TB. Karimun
PP.Merauke, PP.Timika
PP.Bajomulyo, PP.Probolinggo
PP.Nizam Zachman
PPS. Bungus, PPS. Nizam Zachman Jakarta
PPP. Dobo, PP.Merauke
PP. Kijang, PPP. Muara Sungai Baturusa
PP.Juwana, PPN. Merauke
PP.Juwana, PP.Tual
PP. Fandoi, PPS. Bitung
PP.Teluk Awang, PPP. Muncar
PPI. Dobo, PPP. Bajomulyo
PP.Timika, PU. Namatota
PP.Juwana, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PPN. Palabuhanratu, PPS. Cilacap
PPP. Bajomulyo , PPP. Muncar
PPN. Merauke, PPN. Muara Angke
PP.Juwana
PP.Merauke, PU.Benoa
PU.Moro Karimun, PU.Pangkal Balam
PP.Moro, PP.TB. Karimun
PU.Benoa, PU.Penambulai (Jambu air)
PP. Tanjung Balai Karimun, PPP. Mayangan
PP.Bajomulyo, PP.Kota Baru
PP.Bintuni, PP.Sorong
PP.Belawan
PP.Mayangan, PP.Merauke
PP.Sungai Rengas, PU.Kijang
PP. Tanjung Balai Karimun, PPN. Muara Angke
PP.Bajomulyo, PP.Dobo
PP.Benjina, PPP. Dobo
PPN. Tual, PPP. Bajomulyo
PP. Sungai Lumpur, PP.Muara Angke (Jakarta)
PP.Natuna, PP.TB. Karimun
PP.Bajomulyo, PP.Sorong
PPS. Belawan
173
Jumlah
Kapal
1
172
1
172
172
172
169
165
159
158
153
150
150
149
149
149
148
148
147
147
145
141
141
140
140
139
131
130
129
125
123
122
111
109
101
100
99
97
94
92
91
90
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
172
172
169
165
159
158
153
150
75
149
149
149
148
148
74
147
145
141
141
140
140
139
131
130
129
125
123
122
111
109
101
100
99
97
47
92
91
90
Total GT
Ukuran
Rata-rata
173
Kajian Koridor SLIN 2020
87
Lokasi izin Pelabuhan Pangkalan kapal
perikanan
PP.Binuangeun (Lebak), PP.Nizam Zachman
(Jakarta)
PP. Kotabaru/Saijaan, PPP. Bajomulyo
PPN. Ternate, PPS. Bitung
PP. Moro, PPP. Muara Sungai Baturusa
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Benoa
PP. Tanjung Balai Karimun, PPN. Pemangkat
PPI. Tarempa, PPP. Sungai Rengas
PP.Moro, PU.Pangkal Balam (Pangkal Pinang)
PP.Barelang (Batam), PU.TB. Karimun
PPP. Bajomulyo , PPP. Dobo
PP.Tanjung Pandan, PU.Pangkal Balam
PP.Muara Angke (Jakarta), PP.TB. Karimun
PP.Moro, PP.Tj.Pandan
PP. Salibabu, PPS. Bitung
PP.Juwana, PP.Pekalongan
PP. Salahutu, PPN. Ambon
PP.Pekalongan
PPP. Bajomulyo
PP.Bajomulyo, PP.Tegalsari
PP. Poumako, PPI. Banda
PP.Juwana, PP.Muara Angke
PP.Pemangkat
PP. Sungai Lumpur, PU.Palembang
PP. Poumako, PP.Kaimana
PP.Ternate
PP. Tambelan, PP.Pontianak (Sungai Rengas)
PP.Pemangkat, PP.Ranai (Kep. Natuna)
PP. Kuala Tungkal
PP.Sorong, PP.Ternate
PP. Sorong, PPS. Kendari
PP. Poumako, PP. Sorong
PP.Pulau Halang, PU.Bagansiapiapi
PP. Kuala Pembuang, PPN. Muara Angke
PP.Bajomulyo, PP.Pekalongan
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PU.Sungai Lumpur
PP.Sei Kakap, PP.Sungai Rengas
88
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
Jumlah
Kapal
Ukuran
Rata-rata
88
2
44
87
84
83
77
76
75
73
69
69
68
68
67
64
59
59
59
59
59
59
59
59
58
57
56
55
55
53
53
52
50
46
46
43
42
38
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
87
84
83
77
76
75
73
69
69
34
68
67
64
59
59
59
59
59
59
59
59
58
57
56
55
55
53
53
52
50
46
46
43
42
38
Lampiran 3. Lokasi Pelabuhan Muat Singgah Kapal Pengangkut/Pengumpul 2020
Pelabuhan
PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPN. Merauke, PPP. Dobo
PP. Poumako, PPI. Dobo, PPN. Merauke
PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo
PP.Tobelo, PU.Morotai, PU.Namlea, PU.Obimayor, PU.Taliabu,
PU.Weda
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok ,
PP. Inengo , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong,
PP. Tilamuta , PP. Weda, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPN. Ternate,
PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Bintuni, PP. Daeo Majiko, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok ,
PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Masohi, PPN. Tual, PU. Kisui, PU. Teor, PU.Bandanaira,
PU.Bula, PU.Buru, PU.Geser, PU.Gorong, PU.Namlea,
PU.Saumlaki
PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Tual
PP. Masohi, PPN. Ambon, PPN. Tual, PU. Kisui, PU. Teor,
PU.Bandanaira, PU.Bula, PU.Buru, PU.Geser, PU.Gorong,
PU.Namlea, PU.Saumlaki
PP. Namatota, PP.Bitung, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Longgar
(Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki,
PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP.Tual, PU.Dobo, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Saumlaki
PP.Kupang, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dufa-Dufa, PP.
Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Loloda,
PP. Piru, PP. Sorong, PP. Weda, PP. Wersar, PPI. Dobo, PPN.
Ternate, PPN. Tual, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Poumako, PP.
Sumuraman, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PPI.
Banda, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS.
Kendari
PP.Tual, PU.Dobo, PU.Penambulai, PU.Saumlaki
PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP.
Sampolawa, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PPI. Dobo, PPN. Ambon,
PPN. Merauke, PPN. Tual, PU.Gorom, PU.Kesui
PP.Ambon, PP.Bacan, PP.Banggai, PP.Bau-bau, PP.Bintuni,
PP.Halmahera, PP.Morotai, PP.Ternate, PP.Tual, PU.Benjina,
PU.Buru, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Merauke,
PU.Saumlaki, PU.Wakatobi
PP.Banggai, PP.Bau-bau, PP.Masohi, PP.Morotai, PP.Sorong,
PP.Ternate, PP.Tobelo, PU.Maba
PP.Banggai, PP.Bau-bau, PP.Masohi, PP.Morotai, PP.Sorong,
PP.Ternate, PP.Tobelo
Total GT
1.744
916
695
693
668
592
571
544
510
500
448
434
426
409
403
396
395
391
391
Kajian Koridor SLIN 2020
89
Pelabuhan
PP. Poumako, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual
PP. Poumako, PP.Penambulai, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke
PP.Adijaya (Kaimana), PP.Ambon, PP.Banggai, PU. Kultubai
Selatan, PU.Afarah, PU.Bau-bau, PU.Buton Selatan, PU.Kimaan,
PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Trangan
PPN. Tual, PU.Banda, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Piru (Boano),
PU.Sanana, PU.Saumlaki, PU.Taliabu
PPN. Palabuhanratu
PP.Tual, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Masohi,
PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Timika,
PU.Wanam, PU.Yamdena
PP. Poumako, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke
PP. Masohi, PP. Poumako, PP.Wetar, PPI. Dobo, PPN. Ambon,
PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari
PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPN. Merauke, PPN. Tual
PP.Benjina, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Morotai,
PP.Popoh, PP.Sorong, PP.Timika, PU. Namatota, PU.Dobo,
PU.Wanam
PP.Bacan, PP.Morotai, PP.Sanana, PP.Tahuna, PP.Tobelo
PP.Adijaya (Kaimana), PP.Banggai, PP.Bitung, PP.Sorong, PU.
Kultubai Selatan, PU.Afarah, PU.Bacan, PU.Bau-bau, PU.Kimaan,
PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Ternate, PU.Timika, PU.Trangan
PP.Baai (Bengkulu), PP.Bungus, PU.Banyuwangi, PU.Benoa
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok ,
PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Loloda,
PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda,
PP. Wersar, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Dobo,
PPP. Tobelo
PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Merauke, PU. Namatota, PU.Longgar
(Apara), PU.Penambulai (Jambu air), PU.Saumlaki,
PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP. Bintuni, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP.
Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PPI. Dobo, PPN. Merauke,
PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Mayangan, PPP. Tobelo
PP.Ambon, PP.Tual, PU.Benjina, PU.Merauke, PU.Timika,
PU.Wanam
PP.Bacan, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU. Widi, PU.Afarah,
PU.Banggai, PU.Bintuni, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Saumlaki,
PU.Teminabuan, PU.Trangan
PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual,
PU.Dobo
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.P Baai (Bengkulu), PP.Pelabuhan
Ratu
PP.Ambon, PU.Banggai, PU.Buton, PU.Dobo
90
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
387
370
366
360
339
338
332
330
321
316
309
309
299
298
298
298
298
298
297
297
296
Pelabuhan
PP. Kalar Kalar, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Poumako, PPI. Dobo,
PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Mayangan, PPS.
Kendari
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.P Baai
(Bengkulu), PP.Pelabuhan Ratu, PU.Benoa
PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Kamaru, PP. Lasolo, PP. Masarete, PP.
Masohi, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Tehoru, PP.
Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPI. Dobo, PPN.
Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari, PU.Penambulai
PP.Bintuni, PP.Bitung, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Saumlaki,
PP.Sorong, PP.Ternate, PP.Timika, PP.Tual, PP.Weda, PU.Agats,
PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Pamako, PU.Teminabuan
PU.Dobo, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai
(Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP. Kalar Kalar, PP. Sampolawa, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN.
Tual, PPS. Kendari
PP.Benjina, PP.Merauke, PP.Penambulai
PP. Kalar Kalar, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Poumako, PPI. Banda,
PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari
PP. Coa Kaimana, PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP.
Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Ukurlaran, PP. Weda,
PPN. Merauke, PPP. Dobo, PPP. Tobelo
PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Luwuk, PP. Masarete, PP.
Masohi, PP. Poumako, PP. Salahutu, PP. Sumuraman, PP. Tehoru,
PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN.
Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari
PP. Masohi, PP. Poumako, PP. Wameo, PP.Banggai, PPI. Dobo,
PPN. Merauke, PPS. Kendari
PP. Kalar Kalar, PP. Kupang, PP. Poumako, PP. Sorong, PPN.
Ambon, PPN. Merauke, PPN. Sibolga, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPP.
Muncar
PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP.
Omor, PP. Poumako, PP. Salahutu, PP. Sumuraman, PP. Tamher
Timur, PP. Tehoru, PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar,
PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo,
PPS. Kendari
PP.Kaimana, PP.Timika, PP.Tual, PU.Banyuwangi, PU.Penambulai
PP.Kuisui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai,
PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom,
PU.Jurjogo, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu,
PU.Leksula, PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Tior, PU.Wahai
PP.Pelabuhan Ratu, PU.Banyuwangi, PU.Benoa
PP.Bau-bau, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU.
Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai
(Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
Total GT
296
296
295
295
295
292
289
288
288
287
287
287
286
285
285
282
280
Kajian Koridor SLIN 2020
91
Pelabuhan
PP. Ketapang, PPN. Palabuhanratu, PPN. Pengambengan, PPN.
Sibolga, PPS. Bungus
PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Merauke, PP.Tual, PU.
Namatota, PU.Bau-bau, PU.Longgar (Apara), PU.Penambulai
(Jambu air), PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam
(Wagin)
PP.Bitung, PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Dobo,
PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air),
PU.Saumlaki, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP. Poumako, PP. Ukurlaran, PPI. Banda, PPI. Dobo, PPN. Ambon,
PPN. Merauke, PPN. Tual
PP.Dobo, PP.Masohi, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PU.Kaimer,
PU.Leksula
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dotir, PP. Dulan Pok-pok , PP.
Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Omor, PP. Poumako,
PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Tanjung Balai Karimun, PP.
Wersar, PPN. Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok ,
PP. Inengo , PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong,
PP. Tilamuta , PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP.
Bacan, PPP. Tobelo
PP.Kuisui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Taniwei, PP.Tior, PP.Tual,
PU.Banggai, PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser,
PU.Gorom, PU.Jurjogo, PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur,
PU.Laimu, PU.Leksula, PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Wahai
PP.Banyuwangi, PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Kupang
PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Loloda, PP. Poumako, PP.
Sorong, PPI. Pagimana, PPN. Merauke, PPP. Bacan
PP. Kalar Kalar, PPN. Merauke, PPN. Tual
PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP.
Poumako, PPI. Dobo, PPN. Merauke
PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Bau-bau, PU.Dobo,
PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki,
PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP. Ie Meulee, PPN. Prigi, PPN. Sibolga, PPP. Muncar, PPS.
Bungus, PPS. Cilacap
PP. Belang, PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok ,
PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP.
Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda, PPI. Dobo, PPI. Tenda, PPN.
Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP.Ambon, PP.Bacan, PP.Bintuni, PP.Bitung, PP.Kaimana,
PP.Kimaan, PP.Merauke, PP.Sorong, PP.Taminabuan, PU. Kultubai
Selatan, PU. Widi, PU.Afarah, PU.Banggai Laut, PU.Dobo,
PU.Trangan, PU.Weda
PP.Merauke, PP.Tual
92
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
277
275
275
275
274
266
264
262
260
258
257
256
249
248
247
246
244
Pelabuhan
PP. Poumako, PPN. Merauke, PPP. Dobo
PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PPN.
Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo
PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring,
PP. Kijang, PP. Kuala Tungkal, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP.
Selakau, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Sungai Kakap, PP. Tanjung
Satai, PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN.
Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Mayangan, PPP. Sungai
Rengas
PP.Nangamesi, PP.Sibolga, PP.Sikakap, PP.Tulandale,
PU.Banyuwangi
PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang,
PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa,
PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP.
Mayangan, PPP. Sungai Rengas
PP.Bacan, PP.Penambulai, PP.Ternate, PP.Tobelo, PP.Tual,
PU.Dobo, PU.Kaimana
PP.Tual, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Masohi, PU.Merauke,
PU.Timika, PU.Wanam
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Cilacap, PP.Pelabuhan Ratu
PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP.
Sampolawa, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP.Wetar, PPN. Ambon,
PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PU.Penambulai
PP.Bacan, PP.Sorong, PP.Timika, PU.Dobo
PP.Avona, PP.Benjina, PP.Biak, PP.Dobo, PP.Kaimana, PP.Sorong,
PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU. Namatota, PU.Agats
PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Dobo
PP. Bungku, PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Luwuk, PP. Masarete, PP.
Masohi, PP. Omor, PP. Sumuraman, PP. Wameo, PPN. Ambon,
PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari
PP. Kalar Kalar, PP. Masohi, PP. Penambungan, PP. Poumako, PP.
Sampolawa, PP. Tehoru, PP. Ukurlaran, PP.Wetar, PPN. Ambon,
PPN. Tual, PPP. Dobo
PP.Bacan, PP.Bitung, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU.
Sepekan, PU. Widi, PU.Afarah, PU.Banggai, PU.Bintuni, PU.Dobo,
PU.Kaimana, PU.Penambulai, PU.Teminabuan
PP.Bacan, PP.Sorong, PU. Kultubai Selatan, PU. Widi, PU.Afarah,
PU.Banggai, PU.Bintuni, PU.Dobo, PU.Kaimana, PU.Teminabuan
PP. Kupang, PPN. Sibolga, PPP. Pulau Baai, PPS. Bungus, PPS.
Cilacap
PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Kupang, PP.Sibolga
PP.Bungus, PP.Sibolga, PU.Banyuwangi
Total GT
240
239
239
237
228
228
220
220
218
211
210
208
206
200
200
199
199
199
199
Kajian Koridor SLIN 2020
93
Pelabuhan
PP. Poumako, PP.Merauke, PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Baubau, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Jambu Air, PU.Kesui, PU.Kur,
PU.Larat, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Namrole, PU.Penambulai,
PU.Saumlaki, PU.Tehoru, PU.Tior, PU.Trangan, PU.Wahai,
PU.Wanam, PU.Wanci
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bitung, PP.Kendari, PP.Kupang,
PU.Benoa, PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Timika
SN.Apara, SN.Bandanaira, SN.Bula, SN.Geser, SN.Gorong,
SN.Kabalsiang, SN.Kenari, SN.P.Barakan, SN.Penambulai,
SN.Tayando-Tual, SN.Tehoru, SN.Teminabuan, SN.Trangan,
SN.Wanam, SN.Warilau, SN.Werinama
PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Tulehu
PP.Merauke, PU.Dobo, PU.Timika
PP.Pelabuhan Ratu, PP.Probolinggo, PP.Sibolga
PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Timika
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus, PP.P Baai (Bengkulu)
PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU.
Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai
(Jambu air), PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP. Himatota, PP. Poumako, PP. Pulau Obi, PP. Saonek, PP.
Sungai Bian, PP. Tiley, PP.Adijaya (Kaimana), PP.Avona, PP.Bacan,
PP.Daruba(Morotai), PP.Dobo, PP.Kalar-Kalar, PP.Katapop,
PP.Omor, PP.Piru (Boano), PP.Ternate, PP.Tobelo, PP.Wanam,
PP.Weda
PP. Kalar Kalar
PP.Adijaya (Kaimana), PP.Ambon, PP.Bau-bau, PP.Benjina,
PP.Dobo, PP.Kalar-Kalar, PP.Kendari, PP.Merauke, PP.Timika,
PP.Tual, PP.Wanam, PU.Agats, PU.Avona, PU.Penambulai (Jambu
air)
PP. Masohi, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPP. Dobo
PP.Tual
PP. Air Bangih (Aia Bangih), PP. Cikidang, PP. Ketapang, PP.
Lengkong, PP. Muara Maras, PP. Sape, PP. Sikakap, PP. Teluk
Sinabang, PP. Tulandale, PPN. Palabuhanratu, PPN. Prigi, PPP.
Labuhan Haji (Aceh), PPP. Lempasing, PPP. Muncar, PPP. Pulau
Baai, PPS. Bungus, PPS. Cilacap, PPS. Lampulo
PPN. Tual, PPN. Merauke
PP. Bintuni, PP. Bolang Uki, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko,
PP. Dulan Pok-pok , PP. Kema, PP. Sorong, PP. Weda, PPN.
Kwandang, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga,
PU.Benoa
PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Timika
PP. Loloda, PPN. Ternate, PPP. Bacan
94
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
198
198
198
198
198
198
198
197
197
195
195
193
190
190
189
187
186
185
185
183
Pelabuhan
PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Bau-bau, PU.Benjina, PU.Dobo,
PU.Geser, PU.Jambu Air, PU.Kesui, PU.Kur, PU.Masohi,
PU.Merauke, PU.Namrole, PU.Penambulai, PU.Tehoru,
PU.Wakatobi, PU.Wanam, PU.Wanci
PP. Masohi, PP. Pasar Wajo, PP. Poumako, PP.Wetar, PPI. Banda,
PPN. Ambon, PPN. Tual
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus (Padang), PP.P Baai
(Bengkulu)
PP.Kuisui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai,
PU.Bau-bau, PU.Buton, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kadatuang,
PU.Kaimer, PU.Tior
PP.Tual, PU.Bandanaira, PU.Bau-bau, PU.Benjina, PU.Dobo,
PU.Jambu Air, PU.Kesui, PU.Kur, PU.Larat, PU.Masohi,
PU.Merauke, PU.Namrole, PU.Penambulai, PU.Saumlaki,
PU.Tehoru, PU.Tior, PU.Trangan, PU.Wanam
PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar, PP. Omor,
PP. Poumako, PP. Sumuraman, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP.
Bacan, PPP. Dobo, PPP. Tobelo
PP.Merauke, PP.Timika
PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masohi, PP. Omor, PP.
Penambungan, PP. Sumuraman, PPI. Banda, PPI. Sodohoa, PPN.
Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPP. Dobo, PPS. Kendari
PP. Poumako, PP. Tilamuta , PP. Weda, PPI. Dobo, PPI. Tenda,
PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar,
PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda,
PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP.Baai (Bengkulu), PP.Banyuwangi, PP.Bungus, PP.Cilacap,
PP.Lampulo, PP.Pengambengan
PP.Ambon, PP.Banda, PP.Bau-bau, PP.Kalar-Kalar, PP.Kendari,
PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Wameo, PU.Timika
PP.Bintuni, PP.Fak-Fak, PP.Halmahera, PP.Morotai, PP.Obi,
PP.Tahuna, PU.Dobo, PU.Siau, PU.Talaud, PU.Teminabuan
PP.Tual, PU.Dobo, PU.Merauke
PP.Sorong, PP.Tual
PP.Avona, PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual,
PP.Wanam, PU.Dobo
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dotir, PP. Dulan Pok-pok , PP.
Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Omor, PP. Poumako,
PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Wersar, PPI. Dobo, PPN.
Merauke, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP.Avona, PP.Dobo, PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Timika,
PP.Wanam, PU.Agats
PP.Bitung, PP.Ternate
PP.Kaimana, PP.Merauke, PP.Timika, PU.Dobo
Total GT
182
180
180
178
177
175
173
173
172
172
172
172
172
171
171
170
169
169
169
168
Kajian Koridor SLIN 2020
95
Pelabuhan
PP. Kalar Kalar, PP. Loloda, PP. Poumako, PP. Sorong, PP.
Sumuraman, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP.Ambon, PP.Banda, PP.Benjina, PP.Dobo, PP.Eri (Maluku),
PP.Kendari, PP.Penambulai, PP.Saumlaki, PP.Timika, PP.Tual,
PP.Wanam, PU.Merauke
PP. Poumako, PP.Nizam Zachman (Jakarta)
PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Kamaru, PP. Lasolo, PP. Masarete, PP.
Masohi, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Tehoru, PP.
Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN.
Merauke, PPS. Kendari
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Bungus (Padang), PP.Cilacap,
PP.Kupang, PU.Benoa
PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.P Baai (Bengkulu), PP.Pelabuhan Ratu,
PP.Sibolga, PU.Banyuwangi
PP.Bungus, PP.Cilacap, PP.Pekalongan, PP.Pelabuhan Ratu,
PP.Sungai Jawi, PP.Sungailiat, PP.Telaga Punggur, PP.Tj.
Pandan(Belitung)
PP. Eri, PP. Leihitu, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP. Wameo, PP.Wetar,
PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari
PP.Benjina, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam, PU.Dobo
PP.Sorong, PP.Tual, PU.Agats, PU.Babo, PU.Bandanaira, PU.FakFak, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kasiui, PU.Kokas, PU.Penambulai,
PU.Seram, PU.Teminabuan, PU.Wanam
PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sape, PP.Sibolga, PU.Banyuwangi,
PU.Benoa
PP.Natuna, PP.Pemangkat, PP.Sungai Rengas, PP.Sungailiat
PPN. Palabuhanratu, PPN. Sibolga, PPS. Cilacap
PP. Poumako, PP. Tilamuta , PP. Weda, PPI. Dobo, PPI. Tenda,
PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PPN. Palabuhanratu, PPN. Sibolga, PPS. Belawan, PPS. Cilacap
PP.Kuisui, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau,
PU.Buton, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kadatuang, PU.Kaimer,
PU.Laimu, PU.Luwuk, PU.Tior
PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP. Poumako, PPN. Merauke, PPN. Tual
PP.Ambon, PP.Kaimana, PP.Kimaan, PP.Nizam Zachman (Jakarta),
PP.Tual, PP.Wanam
PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota,
PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air),
PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP.Kaimana, PP.Mayangan, PP.Penambulai, PP.Saumlaki,
PP.Sorong, PP.Timika
PP. Eri, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Penambungan,
PP. Poumako, PP. Salahutu, PP. Tamher Timur, PP. Tehoru, PP.
Tiakur, PP. Ukurlaran, PP.Wetar, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN.
Tual
96
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
165
165
165
163
163
163
162
160
159
158
158
158
158
158
153
152
150
150
150
149
149
Pelabuhan
PP. Belang, PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dotir, PP. Dulan
Pok-pok , PP. Fandoi, PP. Hamadi, PP. Inengo , PP. Loloda, PP.
Sanggeng, PP. Sorong, PP. Tilamuta , PP. Waiya Depapre, PP.
Waropen, PP. Weda, PPI. Tenda, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP.
Labuan, PPP. Tobelo
PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PP.Tual
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dufa-Dufa, PP. Dulan Pok-pok ,
PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Katapop, PP. Klademak, PP. Loloda,
PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda,
PP. Wersar, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar,
PP. Labuan (Ampana), PP. Sorong, PPN. Merauke, PPN. Ternate,
PPP. Bacan, PPP. Dobo
PP. Poumako, PP. Wameo, PPI. Banda, PPN. Ambon, PPN. Tual,
PPS. Kendari
PP. Tulandale, PP.Kupang, PP.Mayangan (Probolinggo),
PP.Pekalongan
PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota, PU.Longgar (Apara),
PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PU.Bau-bau, PU.Benjina, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Jambu Air,
PU.Larat, PU.Masohi, PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki,
PU.Tehoru, PU.Timika, PU.Wanam
PP.Ambon, PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Timika, PP.Tual,
PU.Dobo, PU.Merauke
PP.Ambon, PP.Tual, PU.Agats, PU.Banda, PU.Bandanaira,
PU.Merauke, PU.Penambulai, PU.Saumlaki, PU.Wanam
PP.Kuisui, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau,
PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Jurjogo,
PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu, PU.Leksula,
PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Tior, PU.Wahai
PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Pelabuhan Ratu
PP. Kupang, PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Tual, PU.Benoa
PP. Kupang, PP. Lontar, PP. Popoh, PP. Tambakrejo, PP. Tegalrejo,
PP. Tulandale, PPI. Kedonganan, PPN. Pengambengan, PPP.
Labuhan Lombok, PPP. Muncar, PPP. Pondok Dadap, PPP. Pulau
Baai
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Kalar Kalar,
PP. Sorong, PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPN. Ternate, PPP. Bacan,
PPP. Labuan
PP. Belang, PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok ,
PP. Goto, PP. Loloda, PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP.
Sumuraman, PP. Weda, PPI. Tenda, PPN. Merauke, PPP. Bacan,
PPP. Tobelo
PP. Banjarmasin, PP. Coa Kaimana, PP. Poumako, PP.Kota Baru,
PPN. Merauke, PPP. Dobo, PU.Penambulai
Total GT
149
149
148
148
148
148
148
148
147
147
147
147
146
145
144
142
141
Kajian Koridor SLIN 2020
97
Pelabuhan
PP. Eri, PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Luwuk, PP. Masohi, PP.
Omor, PP. Pasar Wajo, PP. Sumuraman, PP. Tamher Timur, PP.
Tehoru, PP. Ukurlaran, PP. Wameo, PP.Wetar, PPI. Banda, PPI.
Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari
PP.Dobo, PP.Sorong, PP.Timika
PP.Barelang (Batam), PP.Pemangkat, PP.Tanjung Pandan,
PP.Tarempa, PU.Natuna, PU.Pontianak
PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Penambulai, PP.Saumlaki, PP.Timika,
PP.Tual
PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual,
PU.Dobo, PU.Merauke, PU.Penambulai
PP.Bau-bau, PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU.
Namatota, PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Teminabuan,
PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP.Bintuni, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana, PP.Luwuk, PP.Merauke,
PP.Morotai, PP.Penambulai, PP.Ternate, PP.Tobelo, PP.Tual,
PU.Dobo
PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring,
PP. Kijang, PP. Kuala Tungkal, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP.
Selakau, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Sungai Duri, PP. Sungai
Kakap, PP. Tanjung Satai, PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa,
PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP.
Mayangan, PPP. Sungai Rengas
PP. Coa Kaimana, PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Omor, PP.
Poumako, PP. Sumuraman, PPN. Merauke, PPP. Tobelo
PP.Bau-bau, PP.Bitung, PP.Kendari, PP.Tual, PU. Namatota,
PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Teminabuan, PU.Timika,
PU.Wanam (Wagin)
PP.Dobo, PP.Kendari, PP.Saumlaki, PP.Tual, PU. Namatota,
PU.Longgar (Apara), PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air),
PU.Teminabuan, PU.Timika, PU.Wanam (Wagin)
PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring, PP. Kijang, PP.
Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Telaga
Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN. Sungailiat, PPN.
Tanjung Pandan, PPP. Sungai Rengas, PPS. Nizam Zachman
Jakarta
PP.Sorong, PP.Tual, PU.Dobo, PU.Kaimana
PP.Ambon, PP.Batu Licin, PP.Donggala, PP.Ende, PP.Eri (Maluku),
PP.Kendari, PP.Luwuk, PP.Masarete, PP.Masohi, PP.Muara Kintap,
PP.Rata, PP.Sangatta, PP.Tual, PP.Untia
PP.Bacan, PP.Boalemo, PP.Ternate
PP. Coa Kaimana, PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar,
PP. Omor, PP. Poumako, PP. Sorong, PP. Sumuraman, PP. Weda,
PPI. Dobo, PPN. Merauke, PPP. Tobelo
PP. Coa Kaimana, PP. Poumako, PP. Sorong, PPI. Dobo, PPN.
Ternate
98
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
141
140
140
140
140
137
133
132
130
130
129
129
128
125
124
124
124
Pelabuhan
PP.Merauke, PP.Saumlaki, PP.Sorong
PP.Bacan, PP.Bintuni, PP.Merauke, PP.Sumuraman, PP.Ternate,
PP.Tilamuta, PP.Tobelo
PP. Bawean, PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Labuhan Bajo, PP.
Manggar Baru, PP. Masalembu, PP. Untia, PPN. Brondong, PPN.
Pekalongan, PPP. Mayangan
PP. Coa Kaimana, PPN. Ambon, PPN. Merauke
PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Jakabaring,
PP. Kijang, PP. Moro, PP. Nipah Panjang, PP. Selat Lampa (Ranai),
PP. Telaga Punggur, PPI. Tarempa, PPN. Pemangkat, PPN.
Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan, PPP. Sungai Rengas
PP.Kuisui, PP.Taniwei, PP.Tual, PU.Banggai, PU.Bau-bau,
PU.Buton, PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Jurjogo,
PU.Kadatuang, PU.Kaimer, PU.Kur, PU.Laimu, PU.Leksula,
PU.Luwuk, PU.Namrole, PU.Tior
SN. Mandioli, SN.Gamumu, SN.Lele, SN.Obi, SN.P. Joronga, SN.P.
Kasiruta, SN.Soligi, SN.Tapat, SN.Widi
PP.Saumlaki, PP.Tual
PP.Ambon, PP.Biak, PP.Dobo, PP.Fak-Fak, PP.Kaimana,
PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual, PP.Wanam
PP.Bacan, PP.Morotai, PP.Ternate, PU.Falabisahaya,
PU.Melonguane
PP.Tobelo
PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Ternate, PU.Merauke
PP.Ambon, PP.Merauke, PP.Timika, PP.Tual, PU. Namatota
PU.Masohi, PU.Namlea, PU.Sanana
PP.Kaimana, PP.Timika, PP.Wanam, PU.Jambu Air, PU.Longgar
(Apara), PU.Mesian
PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual
PP. Kalar Kalar, PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN.
Tual, PPP. Bajomulyo
PP. Ukurlaran, PPN. Ambon, PPN. Merauke
PP.Banjarmasin, PP.Bawean, PP.Brondong, PP.Kota Baru,
PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep
PP.Sorong, PP.Timika, PU.Merauke
PP.Bitung, PP.Dobo, PP.Merauke, PP.Timika, PU. Namatota,
PU.Longgar (Apara), PU.Penambulai (Jambu air), PU.Teminabuan,
PU.Wanam (Wagin)
PP.Barelang (Batam), PP.Jakabaring (Palembang), PP.Kijang,
PP.Kuala Jelai, PP.Moro, PP.Natuna, PP.Nizam Zachman (Jakarta),
PP.Pemangkat, PP.Pontianak (Sungai Rengas), PP.Sungailiat,
PP.Tanjung Pandan, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam)
PP. Masohi, PU. Kisui, PU. Teor, PU.Bandanaira, PU.Bula, PU.Buru,
PU.Geser, PU.Gorong, PU.Namlea, PU.Saumlaki
Total GT
123
123
123
120
119
118
116
116
111
107
102
100
100
99
99
98
97
97
97
96
95
92
92
Kajian Koridor SLIN 2020
99
Pelabuhan
PP.Labuhan Bajo, PP.Maumere, PP.Tual
PP.Kijang, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Nizam Zachman
(Jakarta), PP.Pemangkat, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur, PU.
Buru Karimun, PU.Moro, PU.Pangkal Pinang, PU.Pontianak
PP.Bacan, PP.Morotai, PP.Tahuna, PP.Tobelo, PU.Sanana
PP. Poumako, PP.Merauke, PP.Sumuraman, PP.Tual, PP.Wanam
PP. Bawean, PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Sangsit, PPN. Kejawanan,
PPP. Mayangan, PPP. Tasik Agung
PP.Balikpapan, PP.Banjarmasin, PP.Bawean, PP.Brondong, PP.Kota
Baru, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Tasik Agung
PP.Banjarmasin, PP.Bawean, PP.Kejawanan, PP.Kota Baru,
PP.Tegal (Tegalsari), PP.Tual, PP.Untia
PP.Banda, PP.Merauke, PP.Tamher Timur, PP.Tual, PP.Tulehu
PP.Flores, PP.Labuhan Bajo, PP.Makasar, PP.Pekalongan,
PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dagho, PP.
Dulan Pok-pok , PP. Gebang Rejo, PP. Goto, PP. Labuan (Ampana),
PP. Loloda, PP. Malenge, PP. Salibabu, PP. Sorong, PP. Tanjung
Sidupa, PP. Tilamuta , PP. Ulu, PP. Weda, PPI. Tenda, PPP. Bacan,
PPP. Ogotua, PPP. Tobelo
PP. Kampung Baru Tengah, PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Untia
PP. Poumako, PPN. Ambon, PPN. Merauke
PP.Kaimana, PP.Timika, PP.Tual
PP.Sorong, PP.Tual, PU.Agats, PU.Babo, PU.Fak-Fak, PU.Geser,
PU.Gorom, PU.Kasiui, PU.Kokas, PU.Penambulai, PU.Saumlaki,
PU.Seram, PU.Teminabuan, PU.Wanam
PP.Sorong, PP.Tual, PU.Agats, PU.Babo, PU.Bandanaira, PU.FakFak, PU.Geser, PU.Gorom, PU.Kasiui, PU.Kokas, PU.Penambulai,
PU.Saumlaki, PU.Seram, PU.Teminabuan
PP.Bacan, PP.Ternate, PU.Morotai, PU.Namlea, PU.Tahuna,
PU.Talaud
PP.Kota Baru, PPN. Palabuhanratu, PPS. Cilacap
PP.Barelang (Batam), PP.Jemaja, PP.Kijang, PP.Mayangan
(Probolinggo), PP.Moro, PP.Pemangkat, PP.Pontianak (Sungai
Rengas), PP.Ranai (Kep. Natuna), PP.Sungailiat, PP.Tarempa,
PP.Telaga Punggur (Batam), PP.Tj.Pandan, PU. Selat Lampa,
PU.Midai, PU.Natuna, PU.Serasan, PU.Tambelan
PP.Cilacap, PP.Lempasing, PP.Pengambengan
PP. Barelang, PP. Bunguran Barat, PP. Dompak, PP. Karangsong,
PPI. Tarempa, PPP. Bajomulyo , PPP. Klidang Lor, PPP. Mayangan,
PPP. Sungai Rengas, PPP. Tegalsari
PP.Kaimana, PP.Saumlaki, PP.Sorong, PP.Timika, PP.Tual
PP. Barelang, PP. Moro, PP. Telaga Punggur, PPN. Pemangkat,
PPN. Sungailiat, PPN. Tanjung Pandan
PP.Kota Baru
100
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
91
90
90
90
87
86
85
85
84
84
81
81
79
79
79
79
78
77
77
76
75
75
73
Pelabuhan
PP. Poumako, PPN. Merauke
PP.Panambuang, PP.Weda, PU.Banda, PU.Daruba, PU.Fak - Fak,
PU.Geser, PU.Jailolo, PU.Maba, PU.Masohi, PU.Obi, PU.Piru,
PU.Sanana, PU.Saumlaki, PU.Taliabu, PU.Tobelo, PU.Waisai
PP.Barelang (Batam), PP.Kijang, PP.Kuala Jelai, PP.Moro,
PP.Natuna, PP.Pemangkat, PP.Pontianak (Sungai Rengas),
PP.Ranai (Kep. Natuna), PP.Sungailiat, PP.Tanjung Pandan,
PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam)
PP.Balikpapan, PP.Bawean, PP.Brondong, PP.Flores, PP.Kota
Baru, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep,
PP.Untia
PP.Ambon, PP.Timika
PP. Kotabaru/Saijaan, PP. Manggar Baru, PP. Untia, PP. Bawean,
PPN. Brondong, PPN. Pekalongan, PPP. Mayangan
PP. Bahari, PP. Bolang Uki, PP. Daeo Majiko, PP. Dagho, PP.
Dodepo, PP. Gebang Rejo, PP. Goto, PP. Likupang, PP. Loloda,
PP. Malenge, PP. Tanjung Sidupa, PP. Weda, PPI. Pagimana, PPI.
Tenda, PPN. Kwandang, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Bawean, PP.Balikpapan, PP.Brondong, PP.Flores, PP.Kota
Baru, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo, PP.Rembang, PP.Sumenep,
PP.Untia
PP.Labuhan Bajo, PP.Mayangan (Probolinggo), PP.Pekalongan,
PP.Rembang, PP.Sumenep, PP.Untia
PP.Batang Dua, PP.Morotai, PP.Talaud, PP.Tobelo
PP.Batu Licin, PP.Bawean, PP.Mayangan, PP.Pekalongan,
PP.Sungai Rengas, PU.Banjarmasin, PU.Benoa, PU.Kalianget,
PU.Kangean, PU.Mamuju, PU.Masalima, PU.Pontianak
PP.Barelang, PP.Sungai Rengas, PU.Banjarmasin, PU.Midai,
PU.Palembang, PU.TB. Karimun
PP.Penambulai, PP.Sorong, PP.Tahuna, PP.Toli -Toli
PP. Karangsong, PPN. Kejawanan, PPN. Pekalongan, PPP.
Tegalsari
PP.Brondong, PP.Karangsong, PP.Kejawanan, PP.Klidang Lor,
PP.Kota Baru, PP.Lappa, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo,
PP.Tuban, PP.Untia
PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Tamher
Timur, PP. Tehoru, PPI. Banda, PPN. Tual
PP.Masohi, PP.Pulau Buru, PP.Tehoru, PP.Tual, PU.Bandanaira,
PU.Dobo, PU.Geser, PU.Gorong, PU.Merauke, PU.Namlea,
PU.Saumlaki, PU.Timika
PP. Kalar Kalar, PP. Leihitu, PP. Masarete, PP. Masohi, PP. Omor,
PP. Penambungan, PP. Salahutu, PP. Sumuraman, PP. Tamher
Timur, PP. Tiakur, PP.Wetar, PPI. Dobo, PPI. Sodohoa, PPN.
Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual, PPS. Kendari
Total GT
69
69
68
66
66
65
64
63
62
62
59
59
59
59
59
59
59
59
Kajian Koridor SLIN 2020
101
Pelabuhan
PPP. Bacan, PU.Fak - Fak, PU.Kaimana, PU.Maba, PU.Manokwari,
PU.Nabire, PU.Obi, PU.Serui, PU.Wahai, PU.Waisai, PU.Weda,
PU.Windesi
PP.Batu Licin, PP.Jangkar, PP.Kota Baru, PP.Matasiri, PP.Tegal
(Tegalsari)
PP. Bungku, PP. Ende, PP. Konge, PP. Maccinibaji, PP. Sangatta,
PPI. Benteng/Bonehalang, PPN. Tual, PU.Bontang, PU.Geser,
PU.Labuan Bajo, PU.Maumere, PU.Salakan, PU.Saumlaki,
PU.Taliabu, PU.Wanci
PP.Nizam Zachman (Jakarta), PP.Sungsang
PP.Benjina, PP.Bintuni, PP.Dobo, PP.Fak-Fak, PP.Geser,
PP.Kuisui, PP.Sorong, PP.Tual, PP.Warabal, PU.Agats, PU.Dobo,
PU.Gorom, PU.Kokas, PU.Merauke, PU.Penambulai (Jambu air),
PU.Teminabuan, PU.Wanam
PP.Sungai Liat (Bangka), PP.Sungsang
PP.Ambon, PP.Bacan, PP.Bitung
PP.Pontianak, PP.Probolinggo, PP.Tanjung Pinang
PP.Barelang, PP.Pemangkat
PP.Banjarmasin, PP.Brondong, PP.Pemangkat, PP.Sungai Rengas,
PP.Tasik Agung, PP.Tegal (Tegalsari)
PP.Banda, PP.Merauke, PP.Tamher Timur, PP.Tual
PP.Bacan, PP.Bitung, PP.Fak-Fak, PU.Seram
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dulan Pok-pok
, PP. Masarete, PP. Piru, PP. Tiakur, PP. Ukurlaran, PP. Weda, PP.
Wersar, PP.Wetar, PPN. Ambon, PPN. Ternate, PPN. Tual, PPP.
Bacan, PPP. Tobelo
PP.Kuala Duabelas, PP.Mesuji, PU.Lampung, PU.Sungai Lumpur
PP. Bintuni, PP. Coa Kaimana, PP. Daeo Majiko, PP. Dufa-Dufa,
PP. Dulan Pok-pok , PP. Goto, PP. Kalar Kalar, PP. Loloda, PP.
Omor, PP. Poumako, PP. Sumuraman, PP. Weda, PP. Wersar, PPI.
Pagimana, PPN. Ternate, PPP. Bacan, PPP. Tobelo
PP. Bawean, PP.Balikpapan, PP.Brondong, PP.Flores, PP.Kota
Baru, PP.Labuhan Bajo, PP.Pekalongan, PP.Probolinggo,
PP.Rembang, PP.Sumenep, PP.Untia
PP. Kalar Kalar, PPI. Dobo, PPN. Ambon, PPN. Merauke, PPN. Tual
PP.Barelang (Batam), PP.Kuala Tungkal, PP.Sungai Liat (Bangka),
PP.Sungai Rengas, PP.Tanjung Balai Asahan, PP.Tanjung Pandan,
PP.Tanjung Pinang, PP.Tarempa, PU.Bengkalis, PU.Dumai,
PU.Jakabaring, PU.Pangkal Balam, PU.Panipahan, PU.Tanjung
Balai Karimun
PP. Kota Tegal, PP. Kuala Jelai, PP. Kuala Pembuang, PP. Kuala
Tungkal, PP. Kumai, PP. Selat Lampa (Ranai), PP. Ujung Pandaran,
PPI. Tarempa, PPN. Pekalongan, PPN. Sungailiat, PPP. Sungai
Rengas
102
Kajian Koridor SLIN 2020
Total GT
59
59
58
58
57
57
56
55
55
54
53
53
52
51
50
49
48
46
46
Pelabuhan
PP.Bungus (Padang), PP.Krui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Probolinggo
(Mayangan), PP.Sibolga, PU.Lampung
PP.Banjarmasin, PP.Banyuwangi (Muncar), PP.Batu Licin,
PP.Makasar, PU.Lombok, PU.Samarinda
PP.Bungus (Padang), PP.Krui, PP.Pelabuhan Ratu, PP.Sibolga
PP.Kuala Duabelas, PP.Mesuji, PU.Lampung
PP. Batulicin, PP. Kampung Baru Tengah, PP. Kotabaru/Saijaan
PP. Bungku, PP. Ogotion, PP. Wanggarasi Timur (Wonggarasi
Timur), PPN. Tual, PU.Ampana, PU.Geser, PU.Salakan,
PU.Saumlaki, PU.Taliabu, PU.Wanci
PP. Ende, PP. Konge, PP. Maccinibaji, PP. Sangatta, PPI.
Benteng/Bonehalang, PU.Berau, PU.Bontang, PU.Labuan Bajo,
PU.Maumere
PP. Kuala Singkawang, PP. Muara Kubu, PP. Tanjung Satai,
PP.Pemangkat, PP.Sungai Duri, PP.Sungai Pinyuh, PP.Teluk Batang
PP. Labuhan Maringgai, PP. Sepeken, PP. Tanjung Jabung,
PP.Bajomulyo, PP.Barelang, PP.Karimunjawa, PP.Kuala Duabelas,
PP.Kuala Tungkal, PP.Kumai, PP.Mesuji, PP.Sungai Rengas,
PP.Sungailiat, PP.Tegalsari, PP.Teladas, PU. Sungai Pedada, PU.
Tanjung Pandan, PU.Bangka, PU.Banjarmasin, PU.Pangkal Pinang
PP.Barelang, PP.Kijang, PP.Pemangkat, PP.Sungai Rengas,
PP.Telaga Punggur (Batam), PU.Moro Karimun, PU.TB. Karimun,
PU.Tj.Pinang
PP.Barelang, PP.Tarempa, PP.Telaga Punggur (Batam), PU.Gudang
Garam (Palembang), PU.Kuala Tungkal, PU.Tj.Pinang
Grand Total
Total GT
45
43
43
42
41
41
41
38
37
34
34
56.129
Kajian Koridor SLIN 2020
103
Lampiran 4. Rute Meratus Line
Rute
Surabaya - Belawan - Surabaya
Surabaya - Banjarmasin - Surabaya
Surabaya - Samarinda - Surabaya
Surabaya - Balikpapan - Surabaya
Surabaya - Tarakan - Surabaya
Surabaya - Sampit - Surabaya
Surabaya - Semarang - Kumai - Surabaya
Surabaya - Tangkiang - Kendari - Surabaya
Surabaya - Pantoloan - Surabaya
Surabaya - Tolitoli - Surabaya
Surabaya - Makassar - Surabaya
Surabaya - Makassar - Ambon - Surabaya
Surabaya - Kendari - Surabaya
Surabaya - Benoa - Surabaya
Surabaya - Lembar - Surabaya
Surabaya - Kupang - Surabaya
Surabaya - Mof - Calabai - Surabaya
Surabaya - Mof - Surabaya
Surabaya - Ende - Surabaya
Surabaya - Wini - Dili - Surabaya
Surabaya - Ambon - Timika - Dobo - Surabaya
Semarang - Pontianak - Semarang
Surabaya - Pontianak - Surabaya
Jakarta - Belawan - Jakarta
Jakarta - Padang - Jakarta
Jakarta - Makassar - Jakarta
Jakarta - Surabaya - Bitung - Gorontalo - Jakarta
Jakarta - Semarang - Banjarmasin - Jakarta
Jakarta - Tanjung Pinang - Jakarta
Jakarta - Balikpapan - Samarinda - Pantoloan - Jakarta
104
Kajian Koridor SLIN 2020
Frekuensi
dalam 1
bulan
5
2,5
3,5
3,5
7
6
4
7
10
12
3,5
7
12
5
5
5
14
7
9
7
10
7
10
3,5
4,5
5
7
5
8
5
Jumlah
Kapal
3
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
5
1
2
3
2
1
3
Lampiran 5. Rute Tanto Line
Rute
Surabaya - Medan
Jakarta - Medan
Jakarta - Padang
Jakarta - Sibolga
Jakarta - Pekanbaru
Jakarta - Batam
Jakarta - Pontianak
Surabaya - Samarinda
Jakarta - Samarinda
Surabaya - Balikpapan
Jakarta - Balikpapan
Surabaya - Banjarmasin
Jakarta - Banjarmasin
Surabaya - Lembar
Surabaya - Benete
Surabaya - Makassar
Jakarta - Makassar
Surabaya - Bitung
Jakarta - Bitung
Surabaya - Gorontalo
Surabaya - Kendari
Surabaya - Luwuk
Surabaya - Ambon
Surabaya - Ternate
Surabaya - Tobelo
Surabaya - Tual
Surabaya - Jayapura
Surabaya - Sorong
Surabaya - Manokwari
Surabaya - Nabire
Surabaya - Timika
Surabaya - Merauke
Frekuensi
dalam 1
Bulan
6
8-9
4-5
2
4
3-4
12
8
4-5
8
3 -4
8
5-6
4
3
18 - 20
4-5
5 -6
5-6
4
4
3
5
4
2-3
3
3
3
3
3
3
3
Kajian Koridor SLIN 2020
105
Lampiran 5. Rute SPIL
Rute
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Batam - Jakarta
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Palembang - Jakarta
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Dumai - Pekanbaru - Jakarta
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Pekanbaru - Jakarta
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Medan - Jakarta
Surabaya - Jakarta - Medan - Jakarta - Surabaya
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Padang (Bengkulu) - Banda Aceh
- Lhokseumawe - Medan - Batam - Palembang - Jakarta (Trans
Sumatera)
Jakarta/Surabaya - Balikpapan - (Berau) - Jakarta (Via Pendulum II)
Jakarta - Banjarmasin - Jakarta
Jakarta/Surabaya via Jakarta - Pontianak - Jakarta
Jakarta - Samarinda - Jakarta
Surabaya - Banjarmasin - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Batulicin - Surabaya
Surabaya - Samarinda - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Sampit - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Tarakan - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Nunukan - Surabaya
Semarang - Jakarta - Batam - Jakarta
Semarang - Jakarta - Palembang - Jakarta
Semarang - Jakarta - Dumai - Pekanbaru - Jakarta
Semarang - Jakarta - Medan - Jakarta
Semarang - Jakarta - Padang (Bengkulu) - Banda Aceh Lhokseumawe - Medan - Batam - Palembang - Jakarta (Trans
Sumatera)
Semarang - Jakarta - Banjarmasin - Jakarta
Semarang - Jakarta - Samarinda - Jakarta
Semarang - Jakarta - Pontianak - Jakarta
Semarang - Surabaya - Sampit - Surabaya
Semarang - Surabaya - Batulicin - Surabaya
Semarang - Surabaya - Tarakan - Surabaya
Semarang - Surabaya - Nunukan - Surabaya
Semarang - Surabaya - Balipapan - (Berau) - (Palu) - Bitung (Gorontalo) - (Ternate) - Surabaya (Via Pendulum II)
Semarang - Surabaya - Makassar - Baubau - Kendari -Surabaya
106
Kajian Koridor SLIN 2020
Frekuensi
(Kapal yang di
operasionalkan)
5
4
3
3
4
4
4
4
6
12
6
12
4
8
8
4
2
5
4
3
8
4
7
6
12
8
4
4
2
4
4
Frekuensi
(Kapal yang di
operasionalkan)
Rute
Semarang - Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak) (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura (via Pendulum I)
Semarang - Surabaya - Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) Manokwari - Surabaya (Via Pendulum III)
Semarang - Surabaya - Makassar - Timika - Merauke - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Baubau - Kendari Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Balikpapan - (Palu) - Bitung (Gorontalo) - (Ternate) - Balikpapan - Surabaya - (Pendulum II)
Makassar - Banjarmasin - Makassar
Makassar - Surabaya - Semarang - Jakarta
Makassar - Timika - Merauke
Makassar - Baubau - Kendari
Makassar - Manokwari - (Biak) - (Serui) - Nabire (via Pendulum III)
Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) - Manokwari (via Pendulum III)
Makassar - Balikpapan - (Berau) - (Palu) - (Bitung) - (Gorontalo) (Ternate) (via Pendulum II) - Samarinda - Makassar
Makassar - Ambon - (Tual) - (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura
Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) Surabaya (via Pendulum I)
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Manokwari - (Biak) (Serui) - Surabaya (via Pendulum I)
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Timika - Merauke Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura - Surabaya (via Pendulum
III)
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak)
- Sorong - (Bintuni) - Jayapura - Surabaya (via Pendulum III)
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) (Kaimana) - Sorong - (Bintuni) - Jayapura - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Ambon - (Tual) - (Fakfak)
- Sorong - Bintuni - Jayapura - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Medan - Jakarta - Surabaya
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Balikpapan - (Palu) - (Berau) Bitung - (Gorontalo) - (Ternate) - Balikpapan - Surabaya/Jakarta
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Manokwari - (Biak) (Serui) - Nabire
Surabaya/Jakarta via Surabaya - Makassar - Nabire - (Serui) - (Biak) Manokwari
4
4
5
4
4
4
4
4
4
2
2
4
2
2
2
2
5
2
2
2
2
4
4
2
2
Kajian Koridor SLIN 2020
107
Lampiran 7. Rute Temas Line
Rute
Jakarta - Balikpapan
Jakarta - Batam
Jakarta - Belawan
Jakarta - Bitung
Jakarta - Kuala Tanjung
Jakarta - Lhokseumawe
Jakarta - Makassar
Jakarta - Padang
Jakarta - Palembang
Jakarta - Palu
Jakarta - Pontianak
Jakarta - Surabaya
Agats - Elat
Agats - Fakfak
Agats - Surabaya
Agats - Timika
Ambon - Jayapura
Ambon - Manokwari
Ambon - Surabaya
Balikpapan - Jakarta
Balikpapan - Makassar
Balikpapan - Palu
Balikpapan - Samarinda
Balikpapan - Tarjun
Banda Aceh - Belawan
Banda Aceh - Jakarta
Banda Aceh - Lhokseumawe
Banda Aceh - Pekanbaru
Banda Aceh - Sabang
Banda Aceh - Tapaktuan
Banjarmasin - Kupang
Banjarmasin - Makassar
Batam - Jakarta
Batam - Pekanbaru
Belawan - Bitung
108
Kajian Koridor SLIN 2020
Frekuensi (kali/bulan
September 2020)
3
2
6
2
6
1
3
1
1
1
2
6
1
2
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
Rute
Belawan - Jakarta
Belawan - Kuala Tanjung
Belawan - Makassar
Belawan - Palu
Belawan - Pekanbaru
Belawan -Surabaya
Bitung - Belawan
Bitung - Jakarta
Bitung - Kuala Tanjung
Bitung - Makassar
Bitung - Palu
Bitung - Surabaya
Bontang - Kumai
Bontang - Sampit
Bontang - Surabaya
Fakfak - Dobo
Fakfak - Kaimana
Fakfak - Kumai
Fakfak - Saumlaki
Fakfak - Surabaya
Jayapura - Manokwari
Jayapura - Surabaya
Kumai - Sampit
Kumai - Surabaya
Kupang - Makassar
Kupang - Surabaya
Kupang - Tobelo
Makassar - Balikpapan
Makassar - Belawan
Makassar - Bitung
Makassar - Jakarta
Makassar - Kuala Tanjung
Makassar - Kupang
Makassar - Palu
Makassar - Surabaya
Manokwari - Jayapura
Manokwari - Surabaya
Palembang - Jakarta
Palu - Balikpapan
Frekuensi (kali/bulan
September 2020)
6
4
3
1
1
5
3
3
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
4
3
2
1
3
1
1
2
1
Kajian Koridor SLIN 2020
109
Rute
Palu - Belawan
Palu - Jakarta
Palu - Kuala Tanjung
Palu - Makassar
Palu - Surabaya
Palu - Tarjun
Pekanbaru - Balikpapan
Pekanbaru - Batam
Pekanbaru - Jakarta
Pontianak - Jakarta
Samarinda - Balikpapan
Samarinda - Jakarta
Samarinda - Makassar
Samarinda - Palu
Samarinda - Tarjun
Sampit - Kumai
Sampit - Surabaya
Surabaya - Belawan
Surabaya - Bitung
Surabaya - Fakfak
Surabaya - Jakarta
Surabaya - Kendari
Surabaya - Kuala Tanjung
Surabaya - Kumai
Surabaya - Lembar
Surabaya - Luwuk
Surabaya - Makassar
Surabaya - Manokwari
Surabaya - Merauke
Surabaya - Opin
Surabaya - Palu
Surabaya - Reo
Surabaya - Samarinda
Surabaya - Selayar
Surabaya - Tarakan
Surabaya - Ternate
Surabaya - Tobelo
Surabaya - Waingapu
Tarakan - Balikpapan
110
Kajian Koridor SLIN 2020
Frekuensi (kali/bulan
September 2020)
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
2
4
3
2
5
1
5
3
2
1
4
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
Rute
Tarakan - Jakarta
Tarjun - Balikpapan
Tarjun - Jakarta
Tarjun - Makassar
Timika - Agats
Timika - Elat
Timika - Fakfak
Timika - Surabaya
Frekuensi (kali/bulan
September 2020)
1
1
1
1
1
1
2
2
Kajian Koridor SLIN 2020
111
Lampiran 8. Metode Skoring Pusat Pengumpulan
Bobot
50%
25%
15%
10%
Wilayah
Konektifitas
Kriteria
Metode
Skoring
Skala
Bobot
Prosentase
Volume
Konsolidasi
pengiriman
domestik
keluar
nasional
50%
4
3
≥ 7,5 %
5 ≤ x < 7,5 %
5 Volume
terbesar
merupakan
Komoditas
utama (Tuna,
Tongkol,
Cakalang,
Bandeng,
Kembung,
layang, udang
vaname,
cephalopod )
25%
15%
10%
4-5 jenis
Menghubungkan pusat
produksi di luar daerah,
Kelas Pelabuhan
Perikanan PPS/PPN atau
wilayah SKPT atau sentra
budidaya komoditas
utama
Tersedia
jasa logistik
berpendingin,
merupakan
daerah pelabuhan
pangkalan kapal
pengangkut
3 jenis
Menghubungkan
pusat produksi di luar
daerahnya, Kelas
Pelabuhan Perikanan
PPP/PPI
Tersedia
jasa logistik
berpendingin
2 jenis
Tidak menghubungkan
pusat produksi di luar
daerahnya, Kelas
Pelabuhan Perikanan
PPS/PPN
Merupakan
Daerah pelabuhan
pangkalan kapal
pengangkut
0-1 jenis
Tidak menghubungkan
pusat produksi di luar
daerahnya, Kelas
Pelabuhan Perikanan
PPP/PPI
Tidak Tersedia
Jasa Logistik
berpendingin dan
bukan merupakan
daerah pelabuhan
pangkalan kapal
pengangkut
Penilaian
2
1
2.5 ≤ x <5 %
0≤ x <2,5 %
Metode Skoring menggunakan 4 Kriteria dengan bobot yaitu Presantase volume distribusi
(50%), Komoditas utama (25%), wilayah (15%) dan konektifitas (10%). Rincian penilaian
sebagaimana pada Tabel, dengan skala pengukuran 1-4.
Selanjutnya dilakukan Perhitungan Skor masing masing lokasi dengan rumus :
Skor total = (0,50 x Penilaian Volume + 0,25 x Penilaian Komoditas + 0,15 x Penilaian
Wilayah + 0,1 x Penilaian Konektifitas) x100/4
112
Kajian Koridor SLIN 2020
Lampiran 9. Hasil Skoring Pusat Pengumpulan
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Daerah
Mimika
Bitung
Kendari
Makassar
Tarakan
Ambon
Merauke
Pontianak
Pantoloan
Sorong
Banjarmasin
Tanjung
Pandan
Baubau
Bacan
Pangkal
pinang
Kaimana
Karimun
Banggai
Maumere
Gorontalo
Medan
Ternate
Kolaka
Kupang
Banda Aceh
Parepare
Natuna
Sibolga
Tual
Kuala
Langsa
Volume
4
4
3
4
2
1
1
1
1
2
1
Komoditas
2
4
4
4
1
4
1
2
3
2
1
Wilayah
4
4
4
4
1
4
4
4
3
1
1
Konektifitas
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
Skor
87,5
100
87,5
100
42,5
62,5
43,75
47,5
50
48,75
30
1
1
1
3
30
1
1
4
4
1
1
4
4
51,25
51,25
1
2
1
3
36,25
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
2
1
1
1
1
4
2
2
1
1
2
1
4
2
2
4
4
4
4
3
3
4
1
4
3
1
2
3
4
38,75
38,75
51,25
51,25
60
52,5
55
37,5
45
52,5
37,5
51,25
52,5
42,5
1
4
1
1
43,75
Kajian Koridor SLIN 2020
113
114
Kajian Koridor SLIN 2020
Download