RESUME: “Materi : Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan” Nama NIM Mata Kuliah Dosen : Arie Ramadhan Pribudianto : 1907393 : Kajian Pedagogik : Dr. Amin Budiamin, M.Pd. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. Karakteristik individu yang kurang pengetahuan antara lain: (1) Mengungkapkan informasi yang tidak akurat. Informasi tidak disampaikan lengkap sehingga maksudnya menjadi biasa. (2) Adanya salah pengertian atau salah presepsi. Karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup biasanya terjadi makna yang disampaikan menjadi salah. (3) Menanyakan kembali informasi yang telah diberikan, kemampuan menerima informasi lambat sehingga pertanyaan diulang-ulang. (4) Tidak terampil dalam mendemonstrasikan sesuatu karena pengetahuan yang diterima tidak cukup biasanya kurang mampu dalam mempergunakan sesuatu. Secara terminologis, dalam pandangan dan konteks akademis, istilah ilmu atau science itu adalah sekumpulan pengetahuan yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) dan syarat-syarat tertentu sehingga disebut ilmu pengetahuan. Berikut pengertian beberapa ahli tentang Ilmu Pengetahuan: Mappadjantji Amien: Menurutnya, pengertian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma, objek pengamatan, metode, dan media komunikasi membentuk sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah. Jadi, pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang dikenal mengenai suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman dalam mengatasi masalah, dari informasi atau cerita orang lain, dan dari kebiasaan atau adat istiadat. Kajian Ontologis Tentang Objek Ilmu Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman panca indra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu menurut Hasbulloh (2008: 54) pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship) Ilmu pendidikan atau Paedagogiek adalah teori pendidikan perenungan tentang pendidikan dalam arti yang luas. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan (Hamalik, 2010: 56). Ilmu pendidikan telah berkembang dan memenuhi persyaratan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Ilmu pengetahuan dapat berdiri sendiri apabila telah memenuhi persyaratan yaitu : (a) memiliki objek sendiri, (b) metode penyelidikan, (c) sistematika, (d) tujuan sendiri. Implikasi Obyek Material dan Obyek Formal Persoalan-persoalan umum (implikasi dari obyek material dan obyek formal) yang ditemukan dalam bidang ilmu khusus itu antara lain sebagai berikut: (1) Sejauh mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang masing-masing ilmu khusus itu, dari mana ilomu khusus itu dimulai dan sampai mana harus berhenti. (2) Apakah persoalan kausalitas (hubungan sebab-akibat yang berlaku dalam ilmu kealam-an juga berlaku juga bagi ilmu-ilmu sosial maupun humaniora. (3) Dimanakah sesungguhnya tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang melingkupinya. (4) Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sampai dimana. Kajian Epistemologi tentang Metode Ilmiah Metode merupakan hal yang sama pentingnya dalam lapangan ilmu pengetahuan. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan. Dari segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya suatu penyelidikan atau pembahasan itu. Pendidikan merupakan suatu pemikiran yang praktis dan membutuhkan teori dalam menciptakan sistem pendidikan yang ideal. Oleh sebab itu pendidikan harus berangkat dari filsafat yang khusus dan condong membahas tentang pendidikan. Apalagi jika ada beberapa pertanyaan radikal tentang pendidikan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial dan alam. Berfikir filosofis pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan bersama-sama. Maka filsafat merupakan suatu pengetahuan teoritis dan pedagogic merupakan pengetahuan praktis yang menentukan suatu pendidikan itu efektif. Pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya. Sedangkan pengetahuan yang pra-ilmiah, walaupun sesungguhnya diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah tidak diperoleh secara sistematis-metodologis karena ada yang cenderung menyebutnya sebagai pengetahuan “naluriah”. Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan umum namun lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan. Perbedaan utama metode ilmiah bila dibandingkan dengan metode-metode lainnya menurut Creswell (2009: 352) adalah hakikat metode ilmiah yang bersifat sistematik dan eksplisit. Sikap eksplisit ini memungkinkan terjadinya komunikasi yang intensif dalam kalangan masyarakat ilmuwan. Ilmu ditemukan secara individual namun dimanfaatkan secara social. Dalam proses tersebut berlangsung logika berpikir secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan khusus dari yang umum. Kajian Aksiologis terhadap Fungsi dan Peranan Pedagogik terhadap Praktek Pendidikan Pengertian aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani "axios" yang berarti bermanfaat dan “logos” berarti ilmu pengetahuan atau ajaran (Budimansyah, 2008: 53). Secara istilah, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan (Tafsir, 2008: 37). Sedangkan Danim (2012: 22) menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Dengan kata lain, apakah yang baik atau bagus itu. Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian peserta didik (Syarifudin, 2006: 69). Dengan demikian aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai atau normanorma terhadap suatu ilmu. Prayitno (2013: 54) mendefinisikan istilah pedagogis sebagai proses interaksi terus menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi pengetahuan oleh siswa berkaitan dengan antusiasme mereka untuk mengetahui dalam proses kerja yang intensif dan aktif. Proses pedagogis juga menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Ini menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia; kemungkinan mengetahui sekitarnya dan dunianya sendiri, serta pada saat yang sama perasaan dan tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu. Generalisasi (Penalaran/ Ramalan dan Fungsi Pendidikan sebagai Kontrol) Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteriakriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara actual. Sistem adalah susunan persoalan-persoalan yang teratur, sehingga merupakan suatu kesatuan yang organis, sehingga antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan tidak dapat terpisahkan. Ilmu pendidikan memiliki persoalan-persoalan yang terssusun secara sistematis sehingga merupakan suatu kesatuan yang saling terkait. Terdapat berbagai variasi dalam komponen sistem pendidikan, namun ada beberapa hal yang selalu ada dalam sistem tersebut adalah (1) tujuan pendidikan, (2) pendidik, (3) peserta didik, (4) interaksi pendidikan, dan(5) lingkungan pendidikan. Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematis dan histories. Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Usman (2008: 13) berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat-penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama. Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang teoritis, adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran dari para ahli/orang lain, dia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori.