MAKALAH AGAMA Disusun Oleh: Aulia Nabila (202210605) Kelompok 5 1.Aulia Nabila 2.Laila Fauza 3.Sabna Fitriani Jasmine Kelas: 1B DIV GIZI Dosen Pembimbing: YONDRI MULYADI, S. HI, MA POLTEKKES KEMENKES PADANG KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2020/2021 0 KATA PENGANTAR Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Akhlaq dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan”. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tuga mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Poltekkes Kemenkes Padang. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Padang,15 September 2020 Penulis 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1 DAFTAR ISI........................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3 1.2 Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5 2.1 Konsep Etika, Moral, dan Akhlak...................................................................... 5 2.2 Macam-Macam Akhlak ..................................................................................... 8 2.3 Enam akhlak mulia yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW................... 14 2.4 Ukhuwah Islamiya ........................................................................................... 17 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22 3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22 3.2 Saran ............................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini semakin banyak saja yang menyimpang dari Akhlakhul karimah. Berbicara soal akhlak memang tidak lepas dari generasi muda. Meskipun generasi yang lainpun akhlaknya tidak kalah rusak. Namun mungkin memang generasi muda yang paling terekspose. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan rusaknya akhlak pada generasi muda misalnya : 1. Longgarnya pegangan terhadap Agama. 2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan keluarga. 3. Dasarnya budaya matrealistis dan hedonis. 4. Belum ada kemauan yang sungguh sungguh dari masing masing individu. Itu merupakan kerusakan akhlah yang bersifat duniawi. Ketahuilah kerusakan akhlak yang paling besar adalah kerusakan akhlak kepada Allah , dan kerusakan akhlak yang paling besar ini terjadi karena akibat kerusakan aqidah dan tauhid. Tersebarnya segala bentuk peribadatan yang diarahkan kepada selain Allah seperti takut, tawakkal, meminta tolong, meminta perlindungan, bernadzar, menyembelih, mencari barakah, mengagungkan pohon-pohon, tempat-tempat keramat, kuburan-kuburan, dan jin-jin merupakan fenomena kerusakan akhlak kepada Allah. Segala bentuk pengingkaran kepada Allah seperti kufur nikmat, meninggalkan perintah-perintah dan melaksanakan larang-larangan-Nya, su’udzan kepada Allah, lari dari rahmat-Nya, merasa aman dari balasan tipu daya-Nya dan tidak memiliki rasa malu kepadaNya termasuk dari sekian dari bentuk fenomena kerusakan akhlak kepada Allah. Dan segala macam bentuk kejahatan berjudi, berzina, minum khamar, mencuri, merampok, membunuh, dan lain sebagainya termasuk dari sekian bentuk fenomena kerusakan akhlak kepada Allah. Kerusakan moral dan akhlak secara umum akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia secara menyeluruh dan akan mempengaruhi terhadap kemajuan dan perkembangan hidup mereka. Bukankah kehancuran sebuah negara sangat erat hubungannya dengan kerusakan moral dan akhlak anak bangsa itu sendiri? Namun dengan rahmat-Nya, Allah I masih menjaga stabilitas hidup mereka secara menyeluruh. Allah I berfirman: َِ وَها وتآَ وَتوََاو او َدَا َ وَلوت و وق ه ِ او َْ َف وَوو ََ ول وُءوت َش ُِ هْت وَ وهُه وْعَ وَ َدو ِْ َِ وْاو َدو َْ َُْو ه ِِ ِِنِذَ ِإ ْو ومهو ََُ َز َه ِ دس و ِ ا ِِ وض َم ِ تن ه ب وِ َم و ووتو و ه َم َه دوسه و ه ِق ذََ ه أ َ لو َدو ومتوو ِْا وهُوع ْو َ ِو وَوو ِِ هل د َ و َر “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Al-Baqarah: 251) 3 Itulah salah satu hal yang mendasari kami untuk membahas mengenai akhlak ini lebih dalam lagi. Bisa saja karena ketidaktahuan kita malah menjerumuskan kita ke dalam hal hal yang merusak akhlak oleh karena itu mari bersama sama membahas mengenai akhlak ini dan saling bertukar ilmu serta informasi. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperbaiki akhlak akhlak umat muslim khususnya untuk kalangan muda di zaman yang modern ini agar tidak terpengaruh oleh budaya budaya barat yang tidak memiliki adat atau cara berperilaku dengan baik sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan Pembinaan Akhlak Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. 4 A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak 1. Etika a. Pengertian Etika Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azazazaz akhlak (moral).Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan subyektivisme. 1) Obyektivisme Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu. 2) Subyektivisme Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan. b. Macam-Macam Etika 1) Etika deskriptif Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. 2) Etika Normatif 5 Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari. Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun.Etiket memandang manusia dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh. Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. 2. Moral a. Pengertian Moral Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. 6 3. Perbedaan Antara Etika dan Moral Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu: a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar. 4. Akhlak a. Pengertian Akhlak Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak.Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. 7 Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. B. Macam-Macam Akhlak 1.Akhlak kepada Allah a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. 2, Akhlak Kepada Rasululullah Saw Akhlak terhadap Rasulullah adalah cara kita berinteraksi secara tidak langsung kepada Rasulullah SAW yang meliputi tata cara bersikap kepada beliau dan tata cara berinteraksi dengan segala sesuat yang di bawanya. Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain : Mencintai dan memuliakannya . Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orangorang yang di cintai oleh beliau dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih khusus mencintai keluarga dan sahabat-sahabatnya. Menghormati dan memuliakan Rasulullah. Bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului beliau dalam mengambil keputusan atau menjawab pertanyaan. Bentuk lain menghormati Rasulullah dapat di teruskan 8 oleh umatnya yaitu dengan tidak mengeraskan suara di hadapan para ulama pewaris nabi. Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita. Mengikuti Rasuullah adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT. Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah. Perintah untuk bersholawat menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah. Di samping bukti penghormatan kepada beliau juga untuk kebaikan kita sendiri. 3.Akhlak kepada diri sendiri akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri : A.Shidiq Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya ke surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan, benar janji dan benar kenyataan. B,Amanah Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara semua nikmat yang diberikan Allah SWT. C.Istiqamah istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam. D,Iffah Iffah yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk menjaga 9 kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari halhal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang halal karena bertentangan dengan kehormatan dirinya.. E.Tawadhu’ Tawadhu’ artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya. F.Malu Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-uadalah sikap menahan segala kecenderungan berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan tindak kemaksiatan lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan banyak kebaikan. Perasaan malu juga merupakan akhlak yang paling asli dan pokok pada Rasulullah SAW. G.Sabar Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari mempertuhankan hawa nafsu. H.Pemaaf Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepada, tetapi boleh jadi karena hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf, Kebalikan dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati dan menunggu kesempatan untuk membalas. 4. Akhlak kepada sesama manusia Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat 1. Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati. menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi. Sedangkan Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa bersikap murah hati terhadap para tetangga dan memuliakannya. Di antara sikap memuliakan tetangga dan berbuat baik kepadanya adalah: memberikannya hadiah walaupun tidak seberapa nilainya 2. Memulai salam 10 Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati) seseorang dan tanda ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman,”…Dan berendah dirilah kamu terhadap o-rang-orang yang beriman.” (QS. 15:88) 3. Bermuka berseri-seri (ceria) Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para shahabatnya adalah merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-Albani). 4. Memberikan Penghormatan yang Istimewa. Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata krama dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi.Maka jika anda ingin mendapat cinta dan simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusan-urusan pribadi mereka. 5. Menerima Udzur (permohonan maaf). Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam berinteraksi dengannya merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati tetangga. Contohnya: Dengan menerima permohonan maaf darinya, dan menganggap seolah-olah ia tidak pernah melakukan kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. 6. Menasehati dengan lemah lembut. Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat maksiat adalah menasehatinya dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam, memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta mendo’akannya tanpa sepengetahuannya 7. Menutup Aib. Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya, menutup aibnya, bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu mendapatkan kebaikan ,taufiq serta istiqamah Seseorang hendaknya mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi tetangganya. Tidak mendatanginya dengan tiba-tiba atau tanpa mengabarinya terlebih dahulu atau meminta izin kepadanya. Dan hendaklah tidak membuat tetangga merasa terbebani atau direpotkan dengan kunjungannya. 9. Bersikap Ramah Tamah. Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap mereka dengan ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan memberikan hadiah istimewa 11 kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka untuk makan di rumah kita, dan lain sebagainya. Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak) Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat. Akhlak terhadap Keluarga Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya: 1. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan).. 2. Kerjasama Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa. 3. PerhitungandanKeseimbangan Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam.Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”. 12 4. Disiplin Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai. 5. Kasihsayang keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT.Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. 6. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN HIDUP Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya. Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam, sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai pemakmurnya.” (QS. Al-Anbiya’ 21:107) Manusia mempunyai kewajiban untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut: Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi. Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh Al-Qur’an. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk melestarikan alam. Bahwa Allah memerintahkan manusia untuk mrngambil manfaat yang sebesarbesarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi makmur. Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi. Dalam Islam ada aturan untuk mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan alam, yaitu ketika sedang melakukan ihram, seseorang dilarang mencabuti tumbuhan dan berburu binatang.Pada intinya, etika Islam terhadap alam semesta hanya mengajarkan satu hal saja yaitu perintah untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi.Akhlak manusia terhadap alam bukan semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga. Berakhlak dengan alam sekitar dapat kita lakukan dengan cara melestarikan alam sekitar sebagai berikut : Melarang penebangan pohon-pohon secara liar 13 Melarang perburuan binatang secara liar Melakukan reboisasi Membuat cagar alam dan suaka margasatwa Mengendalikan erosi Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak sadar, sombong, egois, rakus dan angkuh dan hal itu merupakan bentuk akhlak yang buruk dan sangat tidak terpuji.Musibah yang menimpa manusia pada hakekatnya adalah natijah (peringatan) dari perbuatannya sendiri. Ini sesuai dengan hukum kausal karena manusia merusak lingkungannya sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka. Jadi, sebagai konsekuensi dari perbuatan melakukan kerusakan itu, manusia harus bertanggungjawab. Tanggungjawab di dunia berupa : Kembali sadar dan tidak mengulangi perbuatannya yang merugikan lingkungan itu Memperbaiki lingkungan yang telah dirusaknya, sehingga dapat berfungsi kembali sesuai tujuan penciptaannya, dan Membayar ganti rugi, seorang yang merusak lingkungan harus diberi sanksi, baik sanksi negara maupun sanksi agama. Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan tidak angkuh terhadap sumber daya yang dimiliknya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.firman Allah: “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan.” (QS. AlAhqaf 46:3) C Enam akhlak mulia yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW 1. Berpegang teguh kepada kejujuran Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang sangat jujur sehingga mendapatkan gelar Al Amin yang artinya dapat dipercaya. Allah SWT pun sangat menyukai hamba-nya yang berperilaku jujur. Allah Ta’ala berfirman: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di 14 antara mereka pula ada yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), (23) agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang jujur itu karena kejujurannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (24) – (Q.S AlAhzab: 23-24). Semoga kita dimudahkan untuk memiliki akhlak yang mulia ini, yakni selalu berlaku jujur dalam segala hal. 2. Senantiasa berprasangka baik (husnuzan) kepada umat muslimin Rasulullah SAW bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari). Hadist itu jelas menunjukkan bahwa seorang muslim harus menjauhi sifat berburuk sangka kepada orang lain apalagi sesama muslim. Lebih baik mencari tahu dulu kebenarannya. 3. Menjaga pandangan dari yang haram Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah SAW menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat-sifat mereka dalam menjaga pandangan. Abu Umamah berkata, ”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.”[2] 4. Jangan ikut campur urusan orang lain Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58) 5. Menjawab salam Mengucapkan salam hukumnnya adalah sunnah dan menjawab salam hukumnya wajib. Sebab salam merupakan salah satu tanda cinta Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.” (HR Muslim no. 54). 6. Mengerjakan amal ma’ruf nahi munkar 15 Amar makruf nahi mungkar adalah perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah. Dari Abu Sa’îd al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.’” Itulah di antara akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu umat muslim dianjurkan untuk menjalankannya agar kehidupannya di dunia mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Wallahu a'lam bissowab. 16 D. Ukhuwah Islamiyah 2.2.1. Pengertian Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah kini tidak lagi monopoli kalangan “santri”. Pejabat pemerintah bahkan nonIslam sudah fasih menyebut kalimat ukhuwah yang berarti persaudaraan atau permitraan. Menurut Cholil Bisri (2000:116), Kata ukhuwah berasal dari akar kalimat âkh. Jika kata itu ikhwah atau ikhwaan yang berarti saudara sekandung, dan bisa juga saudara seagama, sebangsa, semarga, serumpun, seangkatan, sealmamater, dan lain-lain. Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan sesama muslim yang beriman dan bertakwa sebab ukhuwah Islamiyah tidak akan lepas dari keduanya, selain itu juga ta’liful qulub ketundukan dan kelembutan hati yang termanifestasikan dalam bentuk kasih sayang kepada sesama manusia yang sangat tergantung pada interaksi umat Islam terhadap ajarannya. Menurut Tholhah Hasan (2003: 185), ukhuwah Islamiyah merupakan hubungan sesama muslim tanpa membedakan luas dan sempitnya kapasitas hubungan, mulai dari hubungan keluarga, masyarakat kecil sampai hubungan antar bangsa, hubungan ini mempunyai bobot religius. Menurut Dr. Amir Faishalaba, bahwa ukhuwah (persaudaraan) antar muslim satu dan lainnya adalah sendi paling pokok dalam membentuk tatanan masyarakat Islam yang kokoh, yaitu Islam yang menegakkan keadilan bagi semua makhluk Allah, Islam yang membentangkan kepada siapa saja kasih sayang untuk semua umat manusia, Islam yang memberikan rasa damai bagi pemelukknya, bagi saudara seiman, bagi saudara sedarah, dan sedaging, bagi saudara satu negara, dan bagi umat manusia. Allah menurunkan Islam sebagai 'hudan linnaas', petunjuk bagi umat manusia. Sebagai petunjuk, Islam menciptakan alam pemikiran baru dan keyakinan manusia yang tidak lagi hanya tersekat pada batasbatas wilayah dan garis kekeluargaan. Sebagai agama fitrah penjunjung tinggi kemanusiaan umat manusia, Islam tidak menafikan hubungan yang fitri pada diri manusia yang terbentuk atas kesamaan asal wilayah dan muasal keturunan. Semakin orang dekat dalam persamaan dengan salah satu hal ini, maka merasa rapat dan mengikat simpul batin karena adanya kedekatan. Pada sisi lain, Islam menciptakan sebuah perasaan dekat lain, yaitu semangat keberagamaan baru seiman dan seagama, meskipun berangkat dari ketidak-samaan pada asal keturunan atau muasal daerah. Semangat ini disebut ukhuwah al-Islamiyah, persaudaraan atas kesamaan akidah. Badri Khaeruman (2004: 155), berpendapat bahwa lahirnya ukhuwah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan pengalaman ajaran agama seseorang secara keseluruhan. Melaksanakan perintah-perintah agama dengan tulus dan dimotivasi oleh keinginan untuk menciptakan hubungan harmonis dan serasi dengan Khaliq dan dengan sesama muslim adalah modal utama untuk membentuk tatanan masyarakat muslim yang penuh kasih sayang. Sesungguhnya manusia menurut fitrahnya, ummat yang terpadu dan bersatu, suka bekerja sama, bahu membahu dan saling membantu. Oleh karena itu, Allah memerintahkan dibinanya kekuatan kaum muslimin dengan memupuk persatuan, agar tidak mudah dipecah belah dan mengatur hubungan satu sama lain, melalui tolong menolong dan saling bantu membantu. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran: 103. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah kamu akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah akan mempersatukan kamu lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Al Imran: 103) (Depag RI, 2000: 50). 17 Selain dalam firman Allah, dalam hadits juga diterangkan. Hadits tentang ukhuwah ini diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, Rasulullah SAW. bersabda: “Seorang muslim menjadi saudara (dari) muslim lainnya. (Karena itu) dia tidak boleh menzaliminya dan mencelakakannya (tidak melindungi dari musuh). Orang yang dapat memenuhi keperluan (hajat) saudaranya, Allah pun akan memenuhi hajatnya. Siapa saja yang memberi kelapangan (mengatasi) kesusahan (kesulitan) saudaranya sesama muslim, Allah akan memberikan kelapangan dari berbagai kesulitan pada hari kiamat (nanti). Siapa saja yang menutupi (aib) saudaranya sesama muslim, Allah akan menutupi (aibnya) nanti di hari kiamat.” Dari hadits diatas dijelaskan bahwa ikatan persaudaraan sesama muslim sama dengan ikatan antara sesama senasab (pertalian darah), sama dalam seakidah (seiman), sama dalam menjalin kasih sayang, saling menolong, saling membantu dalam menghadapi kesulitan. Seorang muslim tidak boleh menzalimi atau menindas saudara muslim lainnya dan tidak boleh membiarkannya terjerumus ke dalam kecelakaan. Sebab, perbuatan zalim dan penindas haram hukumnya dalam pandangan Islam (Ali, 2003: 113). 2.2.2. Bentuk-Bentuk Ukhuwah Islamiyah Bentuk-bentuk ukhuwah Islamiyah diantaranya 1. Tolong-menolong dan saling mengasihi sesama muslim 2. Saling Membantu 3. Saling menasehati 4. Menjenguk jika sakit 5. Berta’ziah jika ada muslim yang meninggal 2.2.3. Hukum Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah mempunyai makna persaudaraan dan kebersamaan dalam Islam. Lahirnya ukhuwah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan pengalaman ajaran agama secara keseluruhan. Orang mukmin yang bersaudara berkumpul dalam satu dasar yaitu iman, oleh karena itu hukumnya wajib mempererat tali persaudaraan dan mendamaikan antara dua saudara yang sedang bertikai. Dalam al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 10 secara spesifik Allah memerintahkan umat Islam untuk mempererat tali ukhuwah Islamiyah. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al Hujurat : 10) (Depag RI, 2000: 412). 2.2.4. Cara Membangun Ukhuwah Islamiyah Cara membangun ukhuwah Islamiyah diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW. bersabda: “Hati-hatilah (jangan) buruk sangka, karena sesengguhnya buruk sangka itu adalah berita yang paling dusta, janganlah mematamatai (mencari kesalahan); jangan mencari informasi; 18 jangan saling mendengki; jangan saling memarahi; dan jangan saling bermusuhan. Kamu semuanya hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah. Seorang muslim menjadi saudara muslim yang lain, tidak menzaliminya, menelantarkannya dan tidak menghinanya. Seseorang dianggap telah melakukan suatu kejahatan, (yaitu orang) yang menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya, haram darahnya, hartanya, dan nama baiknya (kehormatannya). Sesungguhnya Allah tidak melihat jasadmu, dan tidak (pula) rupamu, tetapi Allah melihat hatimu dan amalanmu. Takwa (berada) di sini, takwa (berada) di sini, takwa (berada) di sini, sambil menunjuk dadanya.” Hadits lain dijelaskan dari riwayat An-Nu’man bin Basyir r.a dan diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim, Rasulullah SAW. bersabda: “Engkau lihat (perhatikan) orang-orang beriman itu dalam hal saling menyayangi, mencintai (menyukai) dan saling menaruh simpati, sama seperti tubuh, apabila sakit satu anggota (badan), maka saling memanggil (memberitahu) seluruh anggota tubuh (yang menyebabkan) tidak bisa tidur dan menyebabkan panas dingin (demam).” Ukhuwah Islamiyah merupakan hubungan persaudaraan yang harmonis antara sesama muslim. Agar keharmonisan tetap terjaga, maka untuk melaksanakan persaudaraan Islam, harus menanamkan sikap terbuka sesama muslim, muslim juga siap dan bersedia mengakui kesalahan diri sendiri jika salah, untuk mengkuinya muslim harus memerlukan tingkat ketulusan dan kejujuran yang sangat tinggi. Cara melihara ukhuwah agar tetap terjaga yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah sebagai berikut: 1. Tidak saling merendahkan atau merusak nama sesama muslim 2. Tidak memanggil (menyindir) sesama muslim dengan panggilan panggilan dan ejekan 3. Tidak berprasangka terhadap sesama orang beriman sebab sebagian dari prasangka itu dosa (kejahatan) 4. Tidak saling memata-matai (tajusus) antara sesama (tidak saling mencari kesalahan sesama) 5. Tidak saling mengumpat, yaitu membicarakan keburukan seseorang pada saat orang yang bersangkutan tidak ada didepannya (Khaeruman, 2004: 159-160). 2.2.5. Tujuan Ukhuwah Islamiyah Tujuan ukhuwah Islamiyah diantaranya 19 - Untuk keharmonisan hidup bermasyarakat - Untuk mendekatkan hubungan persaudaraan - Untuk menghindari perselisihan dan sengketa - Untuk meningkatkan kualitas hidup yang sejahtera dan bahagia bersama - Untuk mengangkat derajat dan martabat supaya mulia dan masuk surga - Untuk memperoleh rahmat dan nikmat yang berlimpah ruah dari Allah SWT (Khaeruman, 2004: 156). 2.2.6. Faktor Penyebab Putusnya Tali Ukhuwah Islamiyah Manusia yang tidak dibimbing cinta yang tulus dan agung menyebabkan manusia terjebak dan membawa malapetaka. Tiadak kalah pentingnya dengan cinta, membangun ukhuwah atau persaudaraan juga merupakan hal yang amat fundamental. Tanpa persaudaraan cinta percuma, di sinilah perlu menegakkan tali ukhuwah. Tali ukhuwah bisa juga putus karena disebabkan adanya ketidaktulusan dan masih mempunyai sifat buruk yang dimanfaatkan oleh syaitan maupun iblis dalam rangka mendorong manusia berbuat dosa. Sifat buruk ini termasuk penyakit rohani yang menghalangi terwujudnya hubungan ukhuwah Islamiyah. Factor penyebab putusnya tali ukhuwah yaitu: 1. Ketidaktahuan bahaya memutuskan tali ukhuwah, 2. Ketakwaan yang melemah, 3. Masih suka menebar benih kebencian, 4. Kedengkian, 5. Iri hati, 6. Tidak saling menegur, 7. Saling menjauhi dan menjelekkan, 8. Masih suka menebarkan bibit kemunafikan dan fitnah kepada orang lain, 9. Keserakahan (Khaeruman, 2004: 153). 20 21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada hakikatnya akhlak sangat menentukan perilaku kita dan akhlak mengajarkan untuk selalu berbuat dengan akhlak yang baik dan Nabi sudah memberikan contohnya. Dalam al-Qur’an pun sudah dijelaskan tentang akhlak beserta karakteristiknya, bagaimana berakhlak yang baik dalam islam dan bagaimana cara mengamalkan akhlak dalam berbagai kehidupan sebagai seorang muslim. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang mulai dari hal yang dasar sampai hal yang cukup kompleks. Dengan adanya akhlak Allah menjadikan kita sebagai seorang muslim yang berakhlak yang baik dan selalu mendapatkan keridlaan Allah SWT dalam menjalankan hidup dan dengan berakhlak yang baik manusia akan mendapatkan derajat yang baik dimata Allah maupun sesame seorang muslimin. 3.2 Saran Hendaknya kita sebagai seorang muslim kita harus mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW agar kita menjadi pribadi yang baik dan yang berakhlak mulia. Jangan sampai kita sebagai seorang muslim menjadikan diri kita sebagai orang yang memilik akhlak/perilaku yang buruk sebab tidak mencerminkan kita sebagai seorang muslim yang baik. 22 DAFTAR PUSTAKA https://www.dakta.com/news/23385/enam-akhlak-mulia-yang-dicontohkan-rasulullah https://id.scribd.com/document/359136471/Aktualisasi-Akhlak-Dalam-Kehidupan-Sehari https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_ AKHLAK http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_pesantren/13/10/10 23