Uploaded by auliaakhirul21

MAKALAH AGAMA AULIA

advertisement
MAKALAH AGAMA
Disusun Oleh:
Aulia Nabila (202210605)
Kelompok 5
1.Aulia Nabila
2.Laila Fauza
3.Sabna Fitriani Jasmine
Kelas:
1B DIV GIZI
Dosen Pembimbing:
YONDRI MULYADI, S. HI, MA
POLTEKKES KEMENKES PADANG
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020/2021
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Akhlaq dan Aktualisasinya Dalam
Kehidupan”. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tuga mata kuliah Pendidikan
Agama Islam di Poltekkes Kemenkes Padang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Padang,15 September 2020
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Konsep Etika, Moral, dan Akhlak...................................................................... 5
2.2 Macam-Macam Akhlak ..................................................................................... 8
2.3 Enam akhlak mulia yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW................... 14
2.4 Ukhuwah Islamiya ........................................................................................... 17
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 22
3.1
Kesimpulan ................................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belakangan ini semakin banyak saja yang menyimpang dari Akhlakhul karimah.
Berbicara soal akhlak memang tidak lepas dari generasi muda. Meskipun generasi yang
lainpun akhlaknya tidak kalah rusak. Namun mungkin memang generasi muda yang paling
terekspose. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan rusaknya akhlak pada generasi
muda misalnya :
1. Longgarnya pegangan terhadap Agama.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan keluarga.
3. Dasarnya budaya matrealistis dan hedonis.
4. Belum ada kemauan yang sungguh sungguh dari masing masing individu.
Itu merupakan kerusakan akhlah yang bersifat duniawi. Ketahuilah kerusakan akhlak yang
paling besar adalah kerusakan akhlak kepada Allah , dan kerusakan akhlak yang paling besar
ini terjadi karena akibat kerusakan aqidah dan tauhid. Tersebarnya segala bentuk peribadatan
yang diarahkan kepada selain Allah seperti takut, tawakkal, meminta tolong, meminta
perlindungan, bernadzar, menyembelih, mencari barakah, mengagungkan pohon-pohon,
tempat-tempat keramat, kuburan-kuburan, dan jin-jin merupakan fenomena kerusakan akhlak
kepada Allah. Segala bentuk pengingkaran kepada Allah seperti kufur nikmat, meninggalkan
perintah-perintah dan melaksanakan larang-larangan-Nya, su’udzan kepada Allah, lari dari
rahmat-Nya, merasa aman dari balasan tipu daya-Nya dan tidak memiliki rasa malu kepadaNya termasuk dari sekian dari bentuk fenomena kerusakan akhlak kepada Allah. Dan segala
macam bentuk kejahatan berjudi, berzina, minum khamar, mencuri, merampok, membunuh,
dan lain sebagainya termasuk dari sekian bentuk fenomena kerusakan akhlak kepada Allah.
Kerusakan moral dan akhlak secara umum akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia
secara menyeluruh dan akan mempengaruhi terhadap kemajuan dan perkembangan hidup
mereka. Bukankah kehancuran sebuah negara sangat erat hubungannya dengan kerusakan
moral dan akhlak anak bangsa itu sendiri? Namun dengan rahmat-Nya, Allah I masih
menjaga stabilitas hidup mereka secara menyeluruh. Allah I berfirman:
‫َِ وَها وتآَ وَتوََاو او َدَا َ وَلوت و وق ه‬
‫ِ او َْ َف وَوو ََ ول وُءوت َش ُِ هْت وَ وهُه وْعَ وَ َدو ِْ َِ وْاو َدو َْ َُْو ه‬
‫ِِ ِِنِذَ ِإ ْو ومهو ََُ َز َه‬
ِ ‫دس و‬
ِ ‫ا ِِ وض َم‬
ِ ‫تن ه‬
‫ب وِ َم و‬
‫ووتو و‬
‫ه َم َه دوسه و‬
‫ه ِق ذََ ه‬
‫أ‬
َ ‫لو َدو ومتوو ِْا وهُوع ْو‬
َ ‫ِو وَوو ِِ هل د َ و َر‬
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam
peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud)
pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat
manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia
(yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Al-Baqarah: 251)
3
Itulah salah satu hal yang mendasari kami untuk membahas mengenai akhlak ini lebih dalam
lagi. Bisa saja karena ketidaktahuan kita malah menjerumuskan kita ke dalam hal hal yang
merusak akhlak oleh karena itu mari bersama sama membahas mengenai akhlak ini dan
saling bertukar ilmu serta informasi.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperbaiki akhlak akhlak umat
muslim khususnya untuk kalangan muda di zaman yang modern ini agar tidak
terpengaruh oleh budaya budaya barat yang tidak memiliki adat atau cara berperilaku
dengan baik sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan Pembinaan Akhlak Akhlak dalam ajaran
agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar
sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas
maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta mencakup pula
beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap
batin maupun pikiran.
4
A. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak
1. Etika
a. Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran
baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan keburukan, yang
menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia,
dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azazazaz akhlak (moral).Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua: obyektivisme dan
subyektivisme.
1) Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif, terletak pada substansi
tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika.
Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau
karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme
universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
2) Subyektivisme
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau
pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu
masyarakat, atau bisa saja subyek Tuhan.
b. Macam-Macam Etika
1) Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2) Etika Normatif
5
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus
bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika dan
etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus
dilakukan.Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket
juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya
orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang dengan orang
lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak tergantung dengan apapun.Etiket
memandang manusia dipandang dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan
baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan
oleh akal manusia.
2. Moral
a. Pengertian Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral
adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat
mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau
buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral
tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan
berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul
dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
6
3. Perbedaan Antara Etika dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad.
Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal
yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat
disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang
berada dalam situasi yang sejenis.
c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai
tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran
moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu
perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
4. Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas,
sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak.Berkenaan dengan ini, maka
timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang
sudah demikian adanya.
7
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul
Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham
yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
B. Macam-Macam Akhlak
1.Akhlak kepada Allah
a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya
sesuai dengan perintah-Nya.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.
2, Akhlak Kepada Rasululullah Saw
Akhlak terhadap Rasulullah adalah cara kita berinteraksi secara tidak langsung kepada
Rasulullah SAW yang meliputi tata cara bersikap kepada beliau dan tata cara berinteraksi
dengan segala sesuat yang di bawanya.
Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain :

Mencintai dan memuliakannya . Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orangorang yang di cintai oleh beliau dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih
khusus mencintai keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Menghormati dan memuliakan Rasulullah. Bentuk penghormatan dan pemuliaan
terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului beliau dalam mengambil keputusan
atau menjawab pertanyaan. Bentuk lain menghormati Rasulullah dapat di teruskan
8
oleh umatnya yaitu dengan tidak mengeraskan suara di hadapan para ulama pewaris
nabi.

Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita. Mengikuti Rasuullah
adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT.

Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah. Perintah untuk bersholawat
menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan Rasulullah di sisi Allah. Di
samping bukti penghormatan kepada beliau juga untuk kebaikan kita sendiri.
3.Akhlak kepada diri sendiri
akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani
sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan
jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki,
munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan
penyakit hati yang harus kita hindari.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri :
A.Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim dituntut selalu
berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan.
Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq membawa
kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya ke surga.Shidiq (benar) meliputi
benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan, benar janji dan benar kenyataan.
B,Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari kekuatan
iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada
dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan
tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara semua nikmat yang diberikan
Allah SWT.
C.Istiqamah
istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman haruslah istiqamah dalam
ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya, kebenaran perkataan dan
kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.
D,Iffah
Iffah yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari
segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk menjaga
9
kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari halhal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang halal
karena bertentangan dengan kehormatan dirinya..
E.Tawadhu’
Tawadhu’ artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati
tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda dengan rendah
diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan Kemahakuasaan Allah
atas semua hamba-Nya.
F.Malu
Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-uadalah sikap menahan segala kecenderungan berbuat
keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan tindak kemaksiatan lainnya.
Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan banyak kebaikan. Perasaan malu juga
merupakan akhlak yang paling asli dan pokok pada Rasulullah SAW.
G.Sabar
Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan
ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari mempertuhankan
hawa nafsu.
H.Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus
menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepada, tetapi boleh jadi karena hambatan
psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf,
Kebalikan dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati
dan menunggu kesempatan untuk membalas.
4. Akhlak kepada sesama manusia

Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat
1. Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati.
menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa
besar yang wajib untuk dijauhi. Sedangkan Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa
bersikap murah hati terhadap para tetangga dan memuliakannya.
Di antara sikap memuliakan tetangga dan berbuat baik kepadanya adalah: memberikannya
hadiah walaupun tidak seberapa nilainya
2. Memulai salam
10
Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati) seseorang dan tanda
ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala
berfirman,”…Dan berendah dirilah kamu terhadap o-rang-orang yang beriman.” (QS. 15:88)
3. Bermuka berseri-seri (ceria)
Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para shahabatnya adalah
merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. at-Tirmidzi.
Dishahihkan oleh al-Albani).
4. Memberikan Penghormatan yang Istimewa.
Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata krama dalam
bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan tidak menanyakan
urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi.Maka jika anda ingin mendapat cinta dan
simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusan-urusan pribadi mereka.
5. Menerima Udzur (permohonan maaf).
Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam berinteraksi dengannya
merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati tetangga. Contohnya: Dengan menerima
permohonan maaf darinya, dan menganggap seolah-olah ia tidak pernah melakukan
kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah.
6. Menasehati dengan lemah lembut.
Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat maksiat adalah menasehatinya
dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam,
memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya dari kejahatan, serta
mendo’akannya tanpa sepengetahuannya
7. Menutup Aib.
Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya, menutup aibnya,
bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu mendapatkan kebaikan
,taufiq serta istiqamah
Seseorang hendaknya mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi tetangganya. Tidak
mendatanginya dengan tiba-tiba atau tanpa mengabarinya terlebih dahulu atau meminta izin
kepadanya. Dan hendaklah tidak membuat tetangga merasa terbebani atau direpotkan dengan
kunjungannya.
9. Bersikap Ramah Tamah.
Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap mereka dengan
ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan memberikan hadiah istimewa
11
kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka untuk makan di rumah kita, dan lain
sebagainya.

Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)

Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu pula
sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana
ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari
anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu
yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan
orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu,
antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.

Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa
anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran
tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang
anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak, meskipun
orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh
sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.

Akhlak terhadap Keluarga
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya:
1. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin
bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di
berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan)..
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin
mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan
kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan
berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah
keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya
suatu bangsa.
3. PerhitungandanKeseimbangan
Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran
Islam.Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap
generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang
menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”.
12
4. Disiplin
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk
mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin
dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang
anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya
untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup
susah tercapai.
5. Kasihsayang
keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari
Allah SWT.Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan
berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.
6. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN HIDUP
Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah
melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan
mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta
kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban
terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam,
sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai
pemakmurnya.” (QS. Al-Anbiya’ 21:107)
Manusia mempunyai kewajiban untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan
kepada hal-hal sebagai berikut:

Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi.

Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh Al-Qur’an.

Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk melestarikan alam.

Bahwa Allah memerintahkan manusia untuk mrngambil manfaat yang sebesarbesarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi makmur.

Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi.
Dalam Islam ada aturan untuk mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan alam, yaitu
ketika sedang melakukan ihram, seseorang dilarang mencabuti tumbuhan dan berburu
binatang.Pada intinya, etika Islam terhadap alam semesta hanya mengajarkan satu hal saja
yaitu perintah untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi.Akhlak manusia terhadap
alam bukan semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga. Berakhlak dengan alam
sekitar dapat kita lakukan dengan cara melestarikan alam sekitar sebagai berikut :

Melarang penebangan pohon-pohon secara liar
13

Melarang perburuan binatang secara liar

Melakukan reboisasi

Membuat cagar alam dan suaka margasatwa

Mengendalikan erosi

Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai

Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan
masyarakat

Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak sadar,
sombong, egois, rakus dan angkuh dan hal itu merupakan bentuk akhlak yang buruk dan
sangat tidak terpuji.Musibah yang menimpa manusia pada hakekatnya adalah natijah
(peringatan) dari perbuatannya sendiri. Ini sesuai dengan hukum kausal karena manusia
merusak lingkungannya sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka.
Jadi, sebagai konsekuensi dari perbuatan melakukan kerusakan itu, manusia harus
bertanggungjawab. Tanggungjawab di dunia berupa :

Kembali sadar dan tidak mengulangi perbuatannya yang merugikan lingkungan itu

Memperbaiki lingkungan yang telah dirusaknya, sehingga dapat berfungsi kembali
sesuai tujuan penciptaannya, dan

Membayar ganti rugi, seorang yang merusak lingkungan harus diberi sanksi, baik
sanksi negara maupun sanksi agama.
Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan tidak angkuh terhadap
sumber daya yang dimiliknya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar
manusia.firman Allah: “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara
keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan.” (QS. AlAhqaf 46:3)
C Enam akhlak mulia yang dicontohkan Baginda Rasulullah SAW
1. Berpegang teguh kepada kejujuran
Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang sangat jujur sehingga mendapatkan gelar Al
Amin yang artinya dapat dipercaya. Allah SWT pun sangat menyukai hamba-nya yang
berperilaku jujur.
Allah Ta’ala berfirman: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di
14
antara mereka pula ada yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah
(janjinya), (23) agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang jujur itu karena
kejujurannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima taubat
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (24) – (Q.S AlAhzab: 23-24).
Semoga kita dimudahkan untuk memiliki akhlak yang mulia ini, yakni selalu berlaku jujur
dalam segala hal.
2. Senantiasa berprasangka baik (husnuzan) kepada umat muslimin
Rasulullah SAW bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari).
Hadist itu jelas menunjukkan bahwa seorang muslim harus menjauhi sifat berburuk sangka
kepada orang lain apalagi sesama muslim. Lebih baik mencari tahu dulu kebenarannya.
3. Menjaga pandangan dari yang haram
Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan
akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah SAW menjamin masuk surga bagi orang-orang yang
salah satu dari sifat-sifat mereka dalam menjaga pandangan.
Abu Umamah berkata, ”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang
kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan
jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah
tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.”[2]
4. Jangan ikut campur urusan orang lain
Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan
mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58)
5. Menjawab salam
Mengucapkan salam hukumnnya adalah sunnah dan menjawab salam hukumnya wajib.
Sebab salam merupakan salah satu tanda cinta
Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan
beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam
antar sesama muslim.” (HR Muslim no. 54).
6. Mengerjakan amal ma’ruf nahi munkar
15
Amar makruf nahi mungkar adalah perintah menegakkan yang benar dan melarang yang
salah.
Dari Abu Sa’îd al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran,
maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tidak mampu,
maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya
(merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.’”
Itulah di antara akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu umat
muslim dianjurkan untuk menjalankannya agar kehidupannya di dunia mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT. Wallahu a'lam bissowab.
16
D. Ukhuwah Islamiyah
2.2.1. Pengertian Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah kini tidak lagi monopoli kalangan “santri”. Pejabat pemerintah bahkan nonIslam sudah fasih menyebut kalimat ukhuwah yang berarti persaudaraan atau permitraan.
Menurut Cholil Bisri (2000:116), Kata ukhuwah berasal dari akar kalimat âkh. Jika kata itu
ikhwah atau ikhwaan yang berarti saudara sekandung, dan bisa juga saudara seagama,
sebangsa, semarga, serumpun, seangkatan, sealmamater, dan lain-lain.
Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan sesama muslim yang beriman dan
bertakwa sebab ukhuwah Islamiyah tidak akan lepas dari keduanya, selain itu juga ta’liful
qulub ketundukan dan kelembutan hati yang termanifestasikan dalam bentuk kasih sayang
kepada sesama manusia yang sangat tergantung pada interaksi umat Islam terhadap
ajarannya. Menurut Tholhah Hasan (2003: 185), ukhuwah Islamiyah merupakan hubungan
sesama muslim tanpa membedakan luas dan sempitnya kapasitas hubungan, mulai dari
hubungan keluarga, masyarakat kecil sampai hubungan antar bangsa, hubungan ini
mempunyai bobot religius.
Menurut Dr. Amir Faishalaba, bahwa ukhuwah (persaudaraan) antar muslim satu dan
lainnya adalah sendi paling pokok dalam membentuk tatanan masyarakat Islam yang kokoh,
yaitu Islam yang menegakkan keadilan bagi semua makhluk Allah, Islam yang
membentangkan kepada siapa saja kasih sayang untuk semua umat manusia, Islam yang
memberikan rasa damai bagi pemelukknya, bagi saudara seiman, bagi saudara sedarah, dan
sedaging, bagi saudara satu negara, dan bagi umat manusia. Allah menurunkan Islam sebagai
'hudan linnaas', petunjuk bagi umat manusia. Sebagai petunjuk, Islam menciptakan alam
pemikiran baru dan keyakinan manusia yang tidak lagi hanya tersekat pada batasbatas
wilayah dan garis kekeluargaan. Sebagai agama fitrah penjunjung tinggi kemanusiaan umat
manusia, Islam tidak menafikan hubungan yang fitri pada diri manusia yang terbentuk atas
kesamaan asal wilayah dan muasal keturunan. Semakin orang dekat dalam persamaan dengan
salah satu hal ini, maka merasa rapat dan mengikat simpul batin karena adanya kedekatan.
Pada sisi lain, Islam menciptakan sebuah perasaan dekat lain, yaitu semangat keberagamaan
baru seiman dan seagama, meskipun berangkat dari ketidak-samaan pada asal keturunan atau
muasal daerah. Semangat ini disebut ukhuwah al-Islamiyah, persaudaraan atas kesamaan
akidah. Badri Khaeruman (2004: 155), berpendapat bahwa lahirnya ukhuwah dalam Islam
sangat erat kaitannya dengan pengalaman ajaran agama seseorang secara keseluruhan.
Melaksanakan perintah-perintah agama dengan tulus dan dimotivasi oleh keinginan untuk
menciptakan hubungan harmonis dan serasi dengan Khaliq dan dengan sesama muslim
adalah modal utama untuk membentuk tatanan masyarakat muslim yang penuh kasih sayang.
Sesungguhnya manusia menurut fitrahnya, ummat yang terpadu dan bersatu, suka bekerja
sama, bahu membahu dan saling membantu.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan dibinanya kekuatan kaum muslimin dengan
memupuk persatuan, agar tidak mudah dipecah belah dan mengatur hubungan satu sama lain,
melalui tolong menolong dan saling bantu membantu.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran: 103.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah kamu akan nikmat Allah kepadamu, ketika
kamu dahulu (masa jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah akan mempersatukan kamu
lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Al
Imran: 103) (Depag RI, 2000: 50).
17
Selain dalam firman Allah, dalam hadits juga diterangkan. Hadits tentang ukhuwah ini
diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, Rasulullah SAW. bersabda:
“Seorang muslim menjadi saudara (dari) muslim lainnya. (Karena itu) dia tidak boleh
menzaliminya dan mencelakakannya (tidak melindungi dari musuh). Orang yang dapat
memenuhi keperluan (hajat) saudaranya, Allah pun akan memenuhi hajatnya. Siapa saja yang
memberi kelapangan (mengatasi) kesusahan (kesulitan) saudaranya sesama muslim, Allah
akan memberikan kelapangan dari berbagai kesulitan pada hari kiamat (nanti). Siapa saja
yang menutupi (aib) saudaranya sesama muslim, Allah akan menutupi (aibnya) nanti di hari
kiamat.” Dari hadits diatas dijelaskan bahwa ikatan persaudaraan sesama muslim sama
dengan ikatan antara sesama senasab (pertalian darah), sama dalam seakidah (seiman), sama
dalam menjalin kasih sayang, saling menolong, saling membantu dalam menghadapi
kesulitan. Seorang muslim tidak boleh menzalimi atau menindas saudara muslim lainnya dan
tidak boleh membiarkannya terjerumus ke dalam kecelakaan. Sebab, perbuatan zalim dan
penindas haram hukumnya dalam pandangan Islam (Ali, 2003: 113).
2.2.2. Bentuk-Bentuk Ukhuwah Islamiyah
Bentuk-bentuk ukhuwah Islamiyah diantaranya
1. Tolong-menolong dan saling mengasihi sesama muslim
2. Saling Membantu
3. Saling menasehati
4. Menjenguk jika sakit
5. Berta’ziah jika ada muslim yang meninggal
2.2.3. Hukum Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah mempunyai makna persaudaraan dan kebersamaan dalam Islam.
Lahirnya ukhuwah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan pengalaman ajaran agama
secara keseluruhan. Orang mukmin yang bersaudara berkumpul dalam satu dasar yaitu iman,
oleh karena itu hukumnya wajib mempererat tali persaudaraan dan mendamaikan antara dua
saudara yang sedang bertikai. Dalam al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 10 secara spesifik Allah
memerintahkan umat Islam untuk mempererat tali ukhuwah Islamiyah.
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al Hujurat : 10) (Depag RI, 2000: 412). 2.2.4. Cara
Membangun Ukhuwah Islamiyah
Cara membangun ukhuwah Islamiyah diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a, Rasulullah SAW. bersabda:
“Hati-hatilah (jangan) buruk sangka, karena sesengguhnya buruk sangka itu adalah berita
yang paling dusta, janganlah mematamatai (mencari kesalahan); jangan mencari informasi;
18
jangan saling mendengki; jangan saling memarahi; dan jangan saling bermusuhan. Kamu
semuanya hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah.
Seorang muslim menjadi saudara muslim yang lain, tidak menzaliminya, menelantarkannya
dan tidak menghinanya. Seseorang dianggap telah melakukan suatu kejahatan, (yaitu orang)
yang menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya, haram
darahnya, hartanya, dan nama baiknya (kehormatannya). Sesungguhnya Allah tidak melihat
jasadmu, dan tidak (pula) rupamu, tetapi Allah melihat hatimu dan amalanmu. Takwa
(berada) di sini, takwa (berada) di sini, takwa (berada) di sini, sambil menunjuk dadanya.”
Hadits lain dijelaskan dari riwayat An-Nu’man bin Basyir r.a dan diriwayatkan oleh Bukhari
dan muslim, Rasulullah SAW. bersabda: “Engkau lihat (perhatikan) orang-orang beriman itu
dalam hal saling menyayangi, mencintai (menyukai) dan saling menaruh simpati, sama
seperti tubuh, apabila sakit satu anggota (badan), maka saling memanggil (memberitahu)
seluruh anggota tubuh (yang menyebabkan) tidak bisa tidur dan menyebabkan panas dingin
(demam).”
Ukhuwah Islamiyah merupakan hubungan persaudaraan yang harmonis antara sesama
muslim. Agar keharmonisan tetap terjaga, maka untuk melaksanakan persaudaraan Islam,
harus menanamkan sikap terbuka sesama muslim, muslim juga siap dan bersedia mengakui
kesalahan diri sendiri jika salah, untuk mengkuinya muslim harus memerlukan tingkat
ketulusan dan kejujuran yang sangat tinggi. Cara melihara ukhuwah agar tetap terjaga yang
harus dilakukan oleh umat Islam adalah sebagai berikut:
1. Tidak saling merendahkan atau merusak nama sesama muslim
2. Tidak memanggil (menyindir) sesama muslim dengan panggilan
panggilan dan ejekan
3. Tidak berprasangka terhadap sesama orang beriman sebab sebagian
dari prasangka itu dosa (kejahatan)
4. Tidak saling memata-matai (tajusus) antara sesama (tidak saling
mencari kesalahan sesama)
5. Tidak saling mengumpat, yaitu membicarakan keburukan seseorang
pada saat orang yang bersangkutan tidak ada didepannya
(Khaeruman, 2004: 159-160).
2.2.5. Tujuan Ukhuwah Islamiyah
Tujuan ukhuwah Islamiyah diantaranya
19
- Untuk keharmonisan hidup bermasyarakat
- Untuk mendekatkan hubungan persaudaraan
- Untuk menghindari perselisihan dan sengketa
- Untuk meningkatkan kualitas hidup yang sejahtera dan bahagia
bersama
- Untuk mengangkat derajat dan martabat supaya mulia dan masuk
surga
- Untuk memperoleh rahmat dan nikmat yang berlimpah ruah dari
Allah SWT (Khaeruman, 2004: 156).
2.2.6. Faktor Penyebab Putusnya Tali Ukhuwah Islamiyah
Manusia yang tidak dibimbing cinta yang tulus dan agung menyebabkan manusia terjebak
dan membawa malapetaka. Tiadak kalah pentingnya dengan cinta, membangun ukhuwah atau
persaudaraan juga merupakan hal yang amat fundamental. Tanpa persaudaraan cinta
percuma, di sinilah perlu menegakkan tali ukhuwah. Tali ukhuwah bisa juga putus karena
disebabkan adanya ketidaktulusan dan masih mempunyai sifat buruk yang dimanfaatkan oleh
syaitan maupun iblis dalam rangka mendorong manusia berbuat dosa. Sifat buruk ini
termasuk penyakit rohani yang menghalangi terwujudnya hubungan ukhuwah Islamiyah.
Factor penyebab putusnya tali ukhuwah yaitu:
1. Ketidaktahuan bahaya memutuskan tali ukhuwah,
2. Ketakwaan yang melemah,
3. Masih suka menebar benih kebencian,
4. Kedengkian,
5. Iri hati,
6. Tidak saling menegur,
7. Saling menjauhi dan menjelekkan,
8. Masih suka menebarkan bibit kemunafikan dan fitnah kepada orang lain,
9. Keserakahan (Khaeruman, 2004: 153).
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya akhlak sangat menentukan perilaku kita dan akhlak mengajarkan
untuk selalu berbuat dengan akhlak yang baik dan Nabi sudah memberikan contohnya.
Dalam al-Qur’an pun sudah dijelaskan tentang akhlak beserta karakteristiknya, bagaimana
berakhlak yang baik dalam islam dan bagaimana cara mengamalkan akhlak dalam berbagai
kehidupan sebagai seorang muslim. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak
seseorang mulai dari hal yang dasar sampai hal yang cukup kompleks. Dengan adanya akhlak
Allah menjadikan kita sebagai seorang muslim yang berakhlak yang baik dan selalu
mendapatkan keridlaan Allah SWT dalam menjalankan hidup dan dengan berakhlak yang
baik manusia akan mendapatkan derajat yang baik dimata Allah maupun sesame seorang
muslimin.
3.2 Saran
Hendaknya kita sebagai seorang muslim kita harus mengamalkan apa yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW agar kita menjadi pribadi yang baik dan yang
berakhlak mulia. Jangan sampai kita sebagai seorang muslim menjadikan diri kita sebagai
orang yang memilik akhlak/perilaku yang buruk sebab tidak mencerminkan kita sebagai
seorang muslim yang baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dakta.com/news/23385/enam-akhlak-mulia-yang-dicontohkan-rasulullah
https://id.scribd.com/document/359136471/Aktualisasi-Akhlak-Dalam-Kehidupan-Sehari
https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_
AKHLAK
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_pesantren/13/10/10
23
Download