Abdul Rasyid, Ph.D. Merupakan kondisi prasyarat FONDASI yang perlu ada agar pilar dapat tegak dan akhirnya tujuan ekonomi syariah dapat dicapai. Dalam sistem ekonomi syariah terdapat tiga lapis fondasi yang terdiri dari akidah, syariah dan akhlak, serta kesetiakawanan (ukhuwah) Merupakan sasaran akhir dari semua kegiatan pengembangan ekonomi syariah. Tujuan dalam ekonomi syariah adalah alfalah yaitu kesuksesan yang hakiki berupa tercapainya kesejahteraan dunia dan akhirat. Kesejahteraan tersebut diartikan dengan dengan tercapainya pemenuhan kebutuhan hidup (aspek sosial dan ekonomi) yang ditandai dengan semakin menyempitnya kesenjangan antara kelompok masyarakat mampu dan tidak mampu serta terpenuhnya kebutuhan dasar manusia (maslahat). Dengan ini mengantarkan kepada tercapainya tujuan akhir yaitu kesejahteraan di akhirat. Tauhid, risalah, khilafah dan ukhuwah sebagai dasar Pemilikan individu yang terbatas. Hak milik berfungsi pribadi dan sosial Segala daya dan kemampuan diciptakan oleh Allah Kerja adalah cara mendapatkan hasil (income) yang paling sempurna Waktu adalah karunia Allah yang bermata dua (pasti merugi kecuali orang yang tidak memanfaatkannya). Norma dari Allah dan Rasul sebagai arahan dan batasan. Keuntungan wajar sebagai tujuan intermedier. Ridha Allah sebagai tujuan utama dan tujuan akhir. Dalam ekonomi Islam ada: larangan riba (Q.s. 2:275, 276, 278; s.3:170; s.4:161; s.30:39) larangan menimbang dengan curang (Q.s.36:1-3) larangan menumpuk harta (Q.s.104 :2). Bina Nusantara University 7 LAHIRNYA KHES BERAWAL DARI TERBITNYA UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA (UUPA) KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DIPERLUAS, TIDAK HANYA BERWENANG MENYELESAIKAN SENGKETA DI BIDANG PERKAWINAN, WARIS, WASIAT, HIBAH, WAKAF, DAN SADAQAH SAJA, MELAINKAN JUGA DIBERIKAN KEWENANGAN MENYELESAIKAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH. KETIKA UU NO. 3 TAHUN 2006 DISAHKAN PADA MARET 2006, BELUM ADA HUKUM MATERIIL YANG BISA DIPAKAI UNTUK MENYELESAIKAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH DI MEJA HIJAU. Yang dimaksud dengan ‘ekonomi syariah’ adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, meliputi: a. Bank syariah; b. Asuransi syariah; c. Reasuransi syariah; d. Reksa dana syariah; e. Obligasi syaria dan surat berharga jangka menengah syariah; f. Sekuritas syariah; Pembiayaan syariah h. Pembiayaan syariah; i. Dana pensiun lembaga keuangan syariah; j. Bisnis syariah; dan k. Lembaga keuangan mikro syariah g. Setelah UU No. 3/2006 diundangkan, Ketua MA lalu membentuk Tim Penyusunan KHES berdasarkan surat keputusan Nomor: KMA/097/SK/X/2006 tanggal 20 Oktober 2006 yang diketuai oleh Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.I.P., M.Hum. Tugas Tim KHES secara umum adalah menghimpun dan mengolah bahan (materi) yang diperlukan, menyusun draft naskah, menyelenggarakan diskusi dan seminar yang mengkaji draft naskah tersebut dengan lembaga, ulama dan para pakar, menyempurnakan naskah, dan melaporkan hasil penyusunan tersebut kepada Ketua MA RI Sumber hukum Islam itu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) sumber-sumber hukum yang disepakati (masadir al-ahkam al-muttafaq ’alaiha) atau sering disebut sumber-sumber utama, yaitu Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas; dan (2) sumber-sumber hukum yang diperselisihkan (masadir al-ahkam al-mukhtalaf fiha), yaitu Istihsan, Istislah (al-maslahah al-mursalah), zara’i’, ’urf, istishab, mazhab sahabi, syar’un man qablana, dan dalalah al-Iqtiran. Disamping itu, ada beberapa pasal yang terkait sekali dengan fatwa- fatwa DSN, baik dalam formula yang hampir sama ataupun merujuk sebagian saja. Saat ini terdapat 122 Fatwa DSN terkait dengan lembaga keuangan syariah. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah