PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP NYERI PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Siti Hayati Dwi Pangestika1), Atiek Murhayati2), Galih Priambodo2) 1) 2) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan rasa nyeri. Prevalensi fraktur di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami kecacatan fisik sehingga menimbulkan banyak orang menderita nyeri karena fraktur dan penanganan yang dilakukan bisa dengan farmakologi dan non farmakologi. Penanganan non farmakologi dapat diberikan terapi musik klasik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan nyeri pada pasien pre op fraktur. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan quasi eksperimen pre post test with control group design. Pengambilan sampel penelitian ini adalah teknik purposive sampling dengan jumlah 63 pasien. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah uji wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon dengan nilai signifikansi (p-value) 0,001. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value (0,001 < 0,05) maka hasil hitungan bermakna. Sehingga keputusan uji adalah H1 diterima dan H0 ditolak artinya Ada efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap skala nyeri pada pasien pre operasi fraktur di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi musik efektif dalam menurunkan skala nyeri pada pasien pre op fraktur. Kata Kunci Kepustakaan : terapi musik, skala nyeri, pre operasi, fraktur. : 35 (2006-2013) ii tulang. A. PENDAHULUAN Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang proses degeneratif dan rawan umumnya di karenakan rudapaksa dapat berpengaruh terhadap mempengaruhi (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari nyeri akibat fraktur (Depkes RI, 2011). Rasa yang semakin padat dengan aktifitas masing- nyeri osteoporosis juga yang timbul dapat mengejar mengakibatkan peningkatan tekanan darah perkembangan zaman, manusia tidak akan akibat respon kecemasan yang dialami akibat lepas dari fungsi normal musculoskeletal rasa nyeri sehingga perlu penanganan segera terutama tulang yang menjadi alat gerak untuk menurunkan rasa nyeri. Penanaganan utama bagi manusia, tulang membentuk rasa rangka penujang dan pelindung bagian tubuh farmakologis dan nonfaramakologis. Salah dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang satu terapi nonfarmakologis adalah terapi menggerakan kerangka tubuh, namun dari musik. Terapi musik adalah salah satu terapi ulah manusia itu sendiri, fungsi tulang dapat nonfarmakologis terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur meningkatkan kualitas fisik dan mental biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga melalui rangsangan suara yang terdiri dari fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak gaya yang diorganisir sedemikian rupa disekitar tulang akan menentukan apakah sehingga tercipta musik yang bermanfaat fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak untuk kesehatan fisik dan mental. Bahkan lengkap (Mansjoer, 2008). menurut Macey dan O’Hara (2006), terapi masing manusia Badan dan kesehatan untuk dunia nyeri ada penanganan yang bertujuan secara untuk (WHO) relaksasi dengan terapi musik juga dapat mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari digunakan sebagai pencegahan primer atau 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden terapi tanpa obat-obatan antihipertensi. Efek kecelakaan dansekitar 1.3 relaksasi mengalami kecacatan fisik. juta Salah orang dari terapi musik dapat memperlebar dan melenturkan pembuluh satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi darah cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas peredaran darah di seluruh tubuh. Terapi bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan musik dapat mengurangi kecemasan dan yang suatu membuat pasien lebih rileks dengan hasil keadaan dimana terjadi diintegritas pada akhir memberikan efek positif terhadap terjadi. Fraktur merupakan 1 sehingga berfungsi memperlancar penurnan intensitas nyeri (dalam Turuna Terapi musik dalam bidang kedokteran dapat 2008 dan Hui & Yin, 2011). digunakan untuk mempertahankan The International Association for the meningkatkan, dan mengembalikan nyeri kesehatan fisik, mental dan emosional atau dan spiritual dengan menggunakan bunyi dan emosional yang tidak menyenangkan yang irama pada beat tertentu. Penelitian yang disertai oleh kerusakam jaringan secara dilakukan Mc Caffrey menemukan bahwa potensial dan aktual. Nyeri merupakan suatu intensitas nyeri menurun sebanyak 33% kondisi yang lebih dari sekedar sensasi setelah terapi music menggunakan Mozart tunggal yang disebabkan oleh stimulus yang dilakukan selama 15 menit. (Jerrard, tertentu. (Potter & Perry 2005). Manajemen 2004) Study of merupakan Pain mendeinisikan pengalaman sensoris Jerath, Edry, Barnes dan Jerath (2006) untuk mengatasi nyeri secara garis besar ada 2 yaitu : farmakologis meliputi mengemukakan tindakan bahwa dokter yang mampu menghilangkan sensasi penurunan nyeri dan non farmakologis meliputi tindakan pernapasan lambat dan dalam masih belum mandiri perawat untuk menghilangkan nyeri jelas, namun menurut hipotesanya napas dengan menggunakan manajemen nyeri, dalam dan lambat yang disadari akan missal Transcutan mempengaruhi sistem saraf otonom melalui Electric Nervous Stimulating (TENS), guided penghambatan sinyal reseptor peregangan imagery, terapi music, distraksi, hipnoterapi, dan arus hiperpolarisasi baik melalui jaringan massage. (Andarmoyo, 2013) saraf teknik biofeedback, metabolisme mekanisme dan tubuh non-saraf pada dengan Musik yang memiliki tempo lambat mensinkronisasikan elemen saraf di jantung, dan menenangkan adalah musik klasik bisa paru-paru, sistem limbik dan korteks serebri. menjadi terapi yang dapat diartikan sebagai Selama inspirasi, peregangan jaringan paru pengobatan. Musik klasik memiliki aspek menghasilkan terapeutik, sehingga musik klasik banyak penghambat yang mengakibatkan adaptasi digunakan penyembuhan, reseptor peregangan lambat atau slowly menenangkan, dan memperbaiki kondisi fisik adapting stretch reseptors (SARs) dan dan hiperpolarisasi fisiologis untuk pasien maupun tenaga sinyal pada fibroblas. impuls atau Kedua kesehatan, berdasarkan penelitian ditemukan penghambat bahwa saraf penerus musik dan saraf penerus hiperpolarisasi ini untuk menyinkronkan rasa sakit adalah sama (Musbikin, 2009). unsur saraf yang menuju kemodulasi sistem 2 hantaran inhibitor dan saraf dan penurunan aktivitas metabolik yang dengan kriteria yang diinginkan sebanyak 63 merupakan status saraf parasimpatis. orang dengan kriteria inklusi : 1. Mengalami fraktur dengan pre operasi Hasil studi pendahuluan di RSUD dr. 2. Bersedia menjadi responden Moewardi Surakarta didapatkan data bahwa analisis jumlah pasien yang mengalami fraktur dilakukan untuk selama lima bulan terakhir sebanyak 823 mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk orang pada bulan januari 2015-Mei 2016. mengetahui Dari hasil latar belakang diatas menunjukkan dengan analisis SPSS menggunakan uji bahwa Wilcoxon. terdapat farmakologis dua dalam penanganan menurunkan non C. nyeri sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian terapi terapi musik klasik terhadap nyeri pada pasien pre operasi fraktur di RSUD dr. Moewardi Surakarta” B. yang METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah efektifitas terapi music klasik HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 1. Karakteristik Responden Menurut jenis kelamin Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pasien di RSUD dr. Moewardi Surakarta (n=63) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (f) (%) Laki-laki 41 65,0 Perempuan 22 35,0 Total 63 100,0 Berdasarkan Tabel 4.1 penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan karakteristik quasi eksperimen pre post test with control jenis kelamin paling banyak yaitu laki- group design yaitu penelitian ini dinilai skala laki sebanyak 41 orang (65%), dan jenis nyeri pemberian kelamin perempuan yaitu sebanyak 22 perlakuan yaitu pemberian terapi musik responden (35%). Umur sebagai salah klasik dan penilaian pre post pada kelompok satu sifat karakteristik tentang orang, kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah dalam studi epidemiologi merupakan pasien yang mengalami fraktur di RSUD dr. variabel yang cukup penting karena Moewardi Surakarta sebanyak 165 pasien. cukup banyak penyakit yang ditemukan Pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan berbagai variasi frekuensi yang pasien yang mengalami fraktur di RSUD disebabkan oleh umur (Noor, 2008). sebelum dan sesudah responden berdasarkan dr.Moewardi Surakarta dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu 2. cara penarikan sampel dengan sampel sesuai 3 Karakteristik Berdasarkan Tingkat umur Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia pasien di RSUD dr. Moewardi Surakarta (n=63) Usia Frekuensi( Persentase f) (%) 20-29 tahun 31 49,2 30-39 tahun 13 20,7 40-49 tahun 12 19,0 50-59 7 11.1 Total 63 100,0 Berdasarkan Tabel Produktivitas pada usia muda merupakan banyak yaitu 20-29 jika 3. tahun 49 tahun sejumlah 12 orang (19,0%) dan 50-59 tahun sebanyak 7 orang(11,1%). berdasarkan usia paling banyak yaitu 20-29 tahun karakteristik tahun yaitu 13 responden (25%), usia sarjanah sejumlah 20 Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa diberikan, dan pola pikir orang (31,8%), sejumlah 6 orang (9,5%). Tingkat pendidikan terbanyak pada hasil penelitian adalah pendidikan semakin bertambah usia maka daya tangkap berdasarkan SMP sejumlah 7 orang (11,1%) dan SD usia seseorang akan mempengaruhi daya yang responden 4.3 SMA sejumlah 30 orang (47,6%), tahun sebanyak 7 responden (5%). informasi Tabel tingkat pendidikan paling banyak yaitu 40-49 tahun yaitu 12 (17,5%) dan 50-59 terhadap diberikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pasien Di RSUD dr. Moewardi Surakarta (n=63) Tingkat Frekuensi Persentase pendidikan (f) (%) SD 6 9,5 SMP 7 11,1 SMA 30 47,6 Sarjanah 20 31,8 Total 63 100,0 Berdasarkan yaitu 31 responden (52,5%), usia 30-39 seseorang yang pasien (Sunar, 2012). 4.2 tangkap dan pola pikir pelayanan memberikan rasa kepuasan terahadap tahun yaitu 13 orang (20,7%), usia 40- responden yang rumah sakit akan mencapai tujuannya sejumlah 31 orang (49,2%), usia 30-39 Karakteristik kinerja mencakup efektivitas dan efisiensi, suatu karakteristik responden berdasarkan usia paling ukuran SMA sebanyak 35 responden (50%). seseorang Tingkat pendidikan individu sangat semakin berkembang bahwa Semakin berperan dengan pengetahuan mereka cukup umur, tingkat kematangan dan tentang kesehatan, dimana pendidikan kekuatan seseorang akan lebih matang dapat mempengaruhi pekerjaan dan dalam berfikir dan bekerja. 4 pendapatan. Rendahnya pendidikan akan tingkatan menyebabkan kurangnya informasi kesehatan yang sejumlah 26 orang (41,3%), wirausaha akan didapatkan, sehingga menyebabkan sejumlah pengetahuan tentang kesehatan juga sejumlah 10 orang (15,9%), ibu rumah kurang. selain dalam masalah kesehatan, tangga sejumlah 8 orang (12,7%), dan rendahnya pensiunan sejumlah 6 orang (9,5%). tingkat pendidikan juga berpengaruh dalam pengetahuan tentang orang Tingkat keselamatan jalan. (20,6%), pendidikan petani terbanyak pada hasil penelitian adalah pendidikan Notoadmodjo (2010), SMA sebanyak 35 responden (50%). menjelaskan bahwa pendidikan dapat Tingkat diperoleh melalui jenjang pendidikan berperan dengan pengetahuan mereka formal, pengetahuan dan kognitif sangat tentang kesehatan, dimana pendidikan penting untuk menghasilkan perilaku dapat seorang individu. Tahap pendidikan pendapatan. formal tersebut diharapkan membantu pendidikan akan menyebabkan kurangnya pasien yang mengalami nyeri fraktur informasi mendapatkan informasi, didapatkan, sehingga melakukan pengetahuan tentang sehingga sumber pasien dapat pendidikan mempengaruhi rendahnya Karakteristik pekerjaan responden berdasarkan sangat pekerjaan Rendahnya kesehatan dan tingkatan yang akan menyebabkan kesehatan juga tingkat pendidikan juga berpengaruh dalam pengetahuan tentang keselamatan jalan. Notoadmodjo Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pasien di RSUD dr. Moewardi Surakarta (n=63) Pekerjaan Frekuensi( Persentase f) (%) Petani 10 15,9 Wirausaha 13 20,6 Pensiunan 6 9,5 Mahasiswa 26 41,3 IRT 8 12,7 Total 63 100,0 Berdasarkan karakteristik individu kurang. selain dalam masalah kesehatan, management nyeri secara individu. 4. 13 responden (2010), menjelaskan bahwa pendidikan dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan formal, pengetahuan dan kognitif sangat penting untuk menghasilkan perilaku seorang individu. Tahap pendidikan formal tersebut diharapkan membantu pasien yang mengalami nyeri fraktur 4.4 mendapatkan sumber informasi, sehingga berdasarkan pasien dapat melakukan management Tabel nyeri secara individu. pekerjaan paling banyak yaitu mahasiswa 5 menggunakan musik untuk membantu dan mempertahankan kesehatan dari aspek fisik, emosional, mental, sosial, 5. Analisis Bivariat Tabel estetika dan spiritual. Dengan terapi musik yang sesuai dengan kebutuhan 4.2.2 Analisa efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap nyeri pada pasien pre op fraktur di RSUD dr. Moewardi Surakarta Mean Std. P value deviation 7 0,410 0.001 4 0,366 Pre post klien baik secara elemen musik (pitch, tempo, trimbe dan dinamika) akan memberikan respon pada individu untuk menenangkan emosi, meningkatkan kesehatan, mengembangkan kemampuan kognitif dan komunikasi (American Music Therapy Association, 2011). Hasil uji Wilcoxon dengan nilai Musik yang memiliki tempo signifikansi (p-value) 0,001. Hasil uji lambat dan menenangkan adalah musik statistik p-value klasik bisa yang menjadi terapi dan (0,001 < 0,05) maka hasil hitungan dapat diartikan sebagai pengobatan. Hal bermakna. ini menunjukkan Sehingga nilai keputusan uji dikarenakan musik memiliki adalah H1 diterima dan H0 ditolak beberapa artinya Ada efektifitas pemberian terapi universal, nyaman, menyenangkan dan musik klasik terhadap skala nyeri pada berstuktur. Terapi musik klasik dapat pasien pre operasi fraktur di RSUD DR. mengatasi nyeri berdasarkan teori gate Moewardi Surakarta. Hal ini didukung control, bahwa impuls nyeri dapat di dari penelitian yang dilakukan oleh Mc atur atau di hambat oleh mekanisme Caffrey bahwa pertahanan di sepanjang sistem saraf pasien pusat (Farida, 2010). intensitas yang menunjukkan penurunan nyeri kelebihan, seperti bersifat sebanyak 33% setelah pemberian terapi Potter dan Perry (2005), terapi musik klasik yang dilakukan dengan musik digunakan sebagai teknik untuk durasi watu pemberian terapi yaitu 15 penyembuhan suatu penyakit dengan menit dengan musik karya W.A Mozart menggunakan bunyi atau irama tertentu. ( Jerrard, 2004 ). Terapi musik merupakan usaha Terapi musik merupakan proses meningkatkan kualitas fisik dan mental antara terapis musik dengan klien dengan rangsangan suara yang terdiri 6 D. SIMPULAN dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan diorganisir 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis sedemikian rupa sehingga tercipta musik kelamin paling banyak yaitu laki-laki yang bermanfaat untuk kesehatan fisik sejumlah 41 orang (75%), karakteristik dan mental. Terapi musik bekerja responden berdasarkan usia paling banyak langsung pada organ dan sistem saraf yaitu 20-29 tahun sejumlah 31 orang pendengaran kemudian dikirim pada (52,5%), sistem limbik di otak atau daerah yang berdasarkan tingkat pendidikan paling mengatur emosi. banyak yaitu SMA sejumlah 35 orang Hasil gaya yang penelitian menunjukkan (50%), karakteristik dan karakteristik responden responden bahwa ada perbedaan pada pasien berdasarkan pekerjaan paling banyak fraktur yang diberikan terapi musik yaitu mahasiswa sejumlah 26 orang klasik. (40%). Sejalan penelitian dengan penelitian Syamsudin (2009) 2. Hasil analisa bivariat didapatkan p-value membuktikan bahwa terapi music klasik (0,001<0,005) secara bermakna dapat menurunkan bermakna. maka hasil hitungan intensitas nyeri pada anak dengan post 3. Ada efektifitas pemberian terapi musik operasi. Begitu juga dengan penelitian klasik terhadap skala nyeri pada pasien Macey dan O’Hara (2006), terapi musik pre operasi fraktur di RSUD dr. Moewardi juga Surakarta. dapat digunakan sebagai pencegahan primer atau terapi tanpa obat-obatan relaksasi dari memperlebar antihipertensi. terapi musik dan DAFTAR PUSTAKA 1. Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Jogyakarta :Ar-Ruzz 2. Anderson, T.2008.The Theory and Practice of Online Learning.Asecond Edition. Athabasca University : AU Press Canada 3. Azwar, S.2012.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar 4. Breathesy. (2006). Blood Pressure reduction : Frequently asked question, http:www.control-your-bloodpressure.com/faq.html, 5. Carpenito, Lynda Jual. 2007. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan. Alih Bahasa Monika Ester. Edisi 2. Jakarta : EGC. Efek dapat melenturkan pembuluh darah sehingga berfungsi memperlancar peredaran darah di seluruh tubuh. Terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap penurnan intensitas nyeri (dalam Turuna 2008 dan Hui & Yin, 2011). 7 6. Farida, A (2010), Efektifitas terapi musik terhadap penurunan nyeri post operasi pada anak usia sekolah di RSUP Haji Adam Malik Medan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, http://www.repository.usu.ac.id, di peroleh tanggal 24 April 2016 7. Greer, Sarah 2007, The Effect of Music on Pin Perception. http/:www.hubel.sfasu. Diakses 28 Juli 2016 8. Izzo, J.L., Gradman, A.H., 2008. Mechanisms and Management of Hypertensive Heart Disease: From Left Ventricular Hypertrophy to Heart Failure. The Medical Clinics of North America. USA. 88:1257-71. 9. Jerrard. (2004). The use & benefits of music therapy in LTC. diakses pada tanggal 5 Juli 2016. http:// music therapy. cfm /. 10. Jerath, R., Edry, J.W., Barnes, V.A., Jerath, V. (2006). Physiology of long pranayamic breathing : Neural respiratory elements may provide a mechanism that explains how slow deep breathing shifts the autonomic nervous system, Medical Hypothesis, 67, 566-571 11. Kasiram, Mohammad.2008.Metode Penelitian Kuantitaif-Kualitatif.Malang :UIN-Malang Press 12. Lestari Puji, dkk, 2007. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal. STIKes Telogorejo Semarang. http:www.portalgaruda.com diakses 30 Agustus 2016 13. Lovastatin, Kohlmeier, 2005. Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi.Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher 14. Macey, J.R. and M. O’Hara (2006), “The Corporate Governance of Banks”,Federal Reserve Bank of New York Economic Policy Review, Vol. 9 No.1, pp. 91107 15. Mansjoer, A, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal, Jakarta: EGC 16. Martini, F.H. 2006. Fundamental of Anatomy & Phisiology. Seventh Edition.San Francisco: Pearson 17. Muttaqin, Arif.2009.Buku Ajar Keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular dan hematologi.Jakarta : Salemba Medika 18. Nilsson (2008). ‘The anxiety and pain reducing effects of music interventions: A systematic review’. AORN Journal, 87(4), 76-80, diunduh dari. http://www.researchgate.net/publication/5457 754_The_anxiety-_and_pain-reducing-effectof-music-intervention pada tanggal 25 Juli 2016 19. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 20. Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed. 2.Jakarta : Salemba Medik 21. Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC. 22. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktik. Jakarta : EGC 23. Potter, P.A. & Perry, A.G., (2011), Fundamentals of nursing, (6th Ed). St. Louis, MO: Mosby 24. Schou, K 2008, Music Therapy for Post Operative Cardiac Patiens, A Randomized Cotrolled Trial Evaluating Guided Relaxation with Music and Music Listening on Anxiety, Pain, and Mood Dissertation Thesis. Department of Communication : Aalborg University. http://www.mtphd.aau.dk/digitalAssets/6/6848_karin_schou _thesis.pdf 25. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta. 26. Smeltzer, S.C., et al. (2008). Text book medical-surgical nursing Brunner-Suddarth. (11th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 27. Soekidjo ,Notoadmojo ,2005. Metodologi Penelitian Kesehatan .Jakarta : Rineka Cipta 8 28. Sugiyono.2007.Metode Penelaitian Pendidikan Pendekatan Kuantitafi, Kualitatif dan R&D.Bandung : ALFABETA 29. Sugiyono.2010.Metode Penelaitian Pendidikan Pendekatan Kuantitafi, Kualitatif dan R&D.Bandung : ALFABETA 30. Syamsuddin, A. (2009). Efektifitas Terapi Relaksasi Napas Dalam dengan Bermain Meniup Baling-baling untuk menurunkan tingkat nyeri pada anak post perawatan luka operasi di dua Rumah Sakit di Banda Aceh, Nanggoe Aceh Darussalam. Tesis: Tidak dipublikasikan 31. Tamsuri, A.2007.Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri.Jakarta : EGC 32. Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn, P.2013. Fundamental of Nursing. The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins,Wolters Kluwer 33. Torrance and Serginson. 1997. Fisiologi Nyeri dari,http://repository.usu.ac.id/b itstream/123456789/20095/4/chapter%2011. pdf 34. Velkumary, G.K.P.S., & Madanmohan. (2004). Effect of Short-term Practice of Breathing Exercise on Autonomic Function in Normal Human Volunteers. Indian Journal Respiration, (120), 115-121. 9