Uploaded by rizkanabil23

aaaabbb

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP NYERI
PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Siti Hayati Dwi Pangestika1), Atiek Murhayati2), Galih Priambodo2)
1)
2)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan rasa
nyeri. Prevalensi fraktur di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami kecacatan fisik
sehingga menimbulkan banyak orang menderita nyeri karena fraktur dan penanganan
yang dilakukan bisa dengan farmakologi dan non farmakologi. Penanganan non
farmakologi dapat diberikan terapi musik klasik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan nyeri pada
pasien pre op fraktur.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis
rancangan quasi eksperimen pre post test with control group design. Pengambilan sampel
penelitian ini adalah teknik purposive sampling dengan jumlah 63 pasien. Analisa yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji wilcoxon.
Hasil uji Wilcoxon dengan nilai signifikansi (p-value) 0,001. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai p-value (0,001 < 0,05) maka hasil hitungan bermakna. Sehingga
keputusan uji adalah H1 diterima dan H0 ditolak artinya Ada efektifitas pemberian terapi
musik klasik terhadap skala nyeri pada pasien pre operasi fraktur di RSUD DR.
Moewardi Surakarta. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi musik efektif dalam
menurunkan skala nyeri pada pasien pre op fraktur.
Kata Kunci
Kepustakaan
: terapi musik, skala nyeri, pre operasi, fraktur.
: 35 (2006-2013)
ii
tulang.
A. PENDAHULUAN
Penyebab
terbanyaknya
adalah
insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti
Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
proses degeneratif dan
rawan umumnya di karenakan rudapaksa
dapat berpengaruh terhadap mempengaruhi
(Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari
nyeri akibat fraktur (Depkes RI, 2011).
Rasa
yang semakin padat dengan aktifitas masing-
nyeri
osteoporosis juga
yang
timbul
dapat
mengejar
mengakibatkan peningkatan tekanan darah
perkembangan zaman, manusia tidak akan
akibat respon kecemasan yang dialami akibat
lepas dari fungsi normal musculoskeletal
rasa nyeri sehingga perlu penanganan segera
terutama tulang yang menjadi alat gerak
untuk menurunkan rasa nyeri. Penanaganan
utama bagi manusia, tulang membentuk
rasa
rangka penujang dan pelindung bagian tubuh
farmakologis dan nonfaramakologis. Salah
dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
satu terapi nonfarmakologis adalah terapi
menggerakan kerangka tubuh, namun dari
musik. Terapi musik adalah salah satu terapi
ulah manusia itu sendiri, fungsi tulang dapat
nonfarmakologis
terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur
meningkatkan kualitas fisik dan mental
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
melalui rangsangan suara yang terdiri dari
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
gaya yang diorganisir sedemikian rupa
disekitar tulang akan menentukan apakah
sehingga tercipta musik yang bermanfaat
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
untuk kesehatan fisik dan mental. Bahkan
lengkap (Mansjoer, 2008).
menurut Macey dan O’Hara (2006), terapi
masing
manusia
Badan
dan
kesehatan
untuk
dunia
nyeri
ada
penanganan
yang
bertujuan
secara
untuk
(WHO)
relaksasi dengan terapi musik juga dapat
mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
digunakan sebagai pencegahan primer atau
5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden
terapi tanpa obat-obatan antihipertensi. Efek
kecelakaan
dansekitar
1.3
relaksasi
mengalami
kecacatan
fisik.
juta
Salah
orang
dari
terapi
musik
dapat
memperlebar dan melenturkan pembuluh
satu
insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi
darah
cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas
peredaran darah di seluruh tubuh. Terapi
bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan
musik dapat mengurangi kecemasan dan
yang
suatu
membuat pasien lebih rileks dengan hasil
keadaan dimana terjadi diintegritas pada
akhir memberikan efek positif terhadap
terjadi.
Fraktur
merupakan
1
sehingga
berfungsi
memperlancar
penurnan intensitas nyeri (dalam Turuna
Terapi musik dalam bidang kedokteran dapat
2008 dan Hui & Yin, 2011).
digunakan
untuk
mempertahankan
The International Association for the
meningkatkan,
dan
mengembalikan
nyeri
kesehatan fisik, mental dan emosional atau
dan
spiritual dengan menggunakan bunyi dan
emosional yang tidak menyenangkan yang
irama pada beat tertentu. Penelitian yang
disertai oleh kerusakam jaringan secara
dilakukan Mc Caffrey menemukan bahwa
potensial dan aktual. Nyeri merupakan suatu
intensitas nyeri menurun sebanyak 33%
kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
setelah terapi music menggunakan Mozart
tunggal yang disebabkan oleh stimulus
yang dilakukan selama 15 menit. (Jerrard,
tertentu. (Potter & Perry 2005). Manajemen
2004)
Study
of
merupakan
Pain
mendeinisikan
pengalaman
sensoris
Jerath, Edry, Barnes dan Jerath (2006)
untuk mengatasi nyeri secara garis besar ada
2 yaitu : farmakologis meliputi
mengemukakan
tindakan
bahwa
dokter yang mampu menghilangkan sensasi
penurunan
nyeri dan non farmakologis meliputi tindakan
pernapasan lambat dan dalam masih belum
mandiri perawat untuk menghilangkan nyeri
jelas, namun menurut hipotesanya napas
dengan menggunakan manajemen nyeri,
dalam dan lambat yang disadari akan
missal
Transcutan
mempengaruhi sistem saraf otonom melalui
Electric Nervous Stimulating (TENS), guided
penghambatan sinyal reseptor peregangan
imagery, terapi music, distraksi, hipnoterapi,
dan arus hiperpolarisasi baik melalui jaringan
massage. (Andarmoyo, 2013)
saraf
teknik
biofeedback,
metabolisme
mekanisme
dan
tubuh
non-saraf
pada
dengan
Musik yang memiliki tempo lambat
mensinkronisasikan elemen saraf di jantung,
dan menenangkan adalah musik klasik bisa
paru-paru, sistem limbik dan korteks serebri.
menjadi terapi yang dapat diartikan sebagai
Selama inspirasi, peregangan jaringan paru
pengobatan. Musik klasik memiliki aspek
menghasilkan
terapeutik, sehingga musik klasik banyak
penghambat yang mengakibatkan adaptasi
digunakan
penyembuhan,
reseptor peregangan lambat atau slowly
menenangkan, dan memperbaiki kondisi fisik
adapting stretch reseptors (SARs) dan
dan
hiperpolarisasi
fisiologis
untuk
pasien
maupun
tenaga
sinyal
pada
fibroblas.
impuls
atau
Kedua
kesehatan, berdasarkan penelitian ditemukan
penghambat
bahwa saraf penerus musik dan saraf penerus
hiperpolarisasi ini untuk menyinkronkan
rasa sakit adalah sama (Musbikin, 2009).
unsur saraf yang menuju kemodulasi sistem
2
hantaran
inhibitor
dan
saraf dan penurunan aktivitas metabolik yang
dengan kriteria yang diinginkan sebanyak 63
merupakan status saraf parasimpatis.
orang dengan kriteria inklusi :
1. Mengalami fraktur dengan pre operasi
Hasil studi pendahuluan di RSUD dr.
2. Bersedia menjadi responden
Moewardi Surakarta didapatkan data bahwa
analisis
jumlah pasien yang mengalami fraktur
dilakukan
untuk
selama lima bulan terakhir sebanyak 823
mengetahui keterkaitan dua variabel, untuk
orang pada bulan januari 2015-Mei 2016.
mengetahui
Dari hasil latar belakang diatas menunjukkan
dengan analisis SPSS menggunakan uji
bahwa
Wilcoxon.
terdapat
farmakologis
dua
dalam
penanganan
menurunkan
non
C.
nyeri
sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian
terapi terapi musik klasik terhadap nyeri pada
pasien pre operasi fraktur di RSUD dr.
Moewardi Surakarta”
B.
yang
METODOLOGI
Jenis penelitian yang digunakan adalah
efektifitas terapi music klasik
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
1. Karakteristik Responden Menurut jenis
kelamin
Tabel 4.1 Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin pasien di
RSUD dr. Moewardi Surakarta (n=63)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(f)
(%)
Laki-laki
41
65,0
Perempuan
22
35,0
Total
63
100,0
Berdasarkan
Tabel
4.1
penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan
karakteristik
quasi eksperimen pre post test with control
jenis kelamin paling banyak yaitu laki-
group design yaitu penelitian ini dinilai skala
laki sebanyak 41 orang (65%), dan jenis
nyeri
pemberian
kelamin perempuan yaitu sebanyak 22
perlakuan yaitu pemberian terapi musik
responden (35%). Umur sebagai salah
klasik dan penilaian pre post pada kelompok
satu sifat karakteristik tentang orang,
kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah
dalam studi epidemiologi merupakan
pasien yang mengalami fraktur di RSUD dr.
variabel yang cukup penting karena
Moewardi Surakarta sebanyak 165 pasien.
cukup banyak penyakit yang ditemukan
Pengambilan sampel penelitian ini adalah
dengan berbagai variasi frekuensi yang
pasien yang mengalami fraktur di RSUD
disebabkan oleh umur (Noor, 2008).
sebelum
dan
sesudah
responden
berdasarkan
dr.Moewardi Surakarta dengan menggunakan
teknik
purposive
sampling
yaitu
2.
cara
penarikan sampel dengan sampel sesuai
3
Karakteristik Berdasarkan Tingkat umur
Tabel 4.2 Karakteristik responden
berdasarkan usia pasien di RSUD dr.
Moewardi Surakarta (n=63)
Usia
Frekuensi( Persentase
f)
(%)
20-29 tahun
31
49,2
30-39 tahun
13
20,7
40-49 tahun
12
19,0
50-59
7
11.1
Total
63
100,0
Berdasarkan
Tabel
Produktivitas pada usia muda
merupakan
banyak
yaitu
20-29
jika
3.
tahun
49 tahun sejumlah 12 orang (19,0%) dan
50-59 tahun sebanyak 7 orang(11,1%).
berdasarkan
usia paling banyak yaitu 20-29 tahun
karakteristik
tahun yaitu 13 responden (25%), usia
sarjanah sejumlah 20
Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
diberikan,
dan
pola
pikir
orang (31,8%),
sejumlah 6 orang (9,5%).
Tingkat
pendidikan
terbanyak
pada hasil penelitian adalah pendidikan
semakin bertambah usia maka daya
tangkap
berdasarkan
SMP sejumlah 7 orang (11,1%) dan SD
usia seseorang akan mempengaruhi daya
yang
responden
4.3
SMA sejumlah 30 orang (47,6%),
tahun sebanyak 7 responden (5%).
informasi
Tabel
tingkat pendidikan paling banyak yaitu
40-49 tahun yaitu 12 (17,5%) dan 50-59
terhadap
diberikan
Karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan
Tabel 4.3 Karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan pasien Di
RSUD dr. Moewardi Surakarta (n=63)
Tingkat
Frekuensi Persentase
pendidikan
(f)
(%)
SD
6
9,5
SMP
7
11,1
SMA
30
47,6
Sarjanah
20
31,8
Total
63
100,0
Berdasarkan
yaitu 31 responden (52,5%), usia 30-39
seseorang
yang
pasien (Sunar, 2012).
4.2
tangkap dan pola pikir
pelayanan
memberikan rasa kepuasan terahadap
tahun yaitu 13 orang (20,7%), usia 40-
responden
yang
rumah sakit akan mencapai tujuannya
sejumlah 31 orang (49,2%), usia 30-39
Karakteristik
kinerja
mencakup efektivitas dan efisiensi, suatu
karakteristik responden berdasarkan usia
paling
ukuran
SMA sebanyak 35 responden (50%).
seseorang
Tingkat pendidikan individu sangat
semakin berkembang bahwa Semakin
berperan dengan pengetahuan mereka
cukup umur, tingkat kematangan dan
tentang kesehatan, dimana pendidikan
kekuatan seseorang akan lebih matang
dapat mempengaruhi pekerjaan dan
dalam berfikir dan bekerja.
4
pendapatan.
Rendahnya
pendidikan
akan
tingkatan
menyebabkan
kurangnya informasi kesehatan yang
sejumlah 26 orang (41,3%), wirausaha
akan didapatkan, sehingga menyebabkan
sejumlah
pengetahuan tentang kesehatan juga
sejumlah 10 orang (15,9%), ibu rumah
kurang. selain dalam masalah kesehatan,
tangga sejumlah 8 orang (12,7%), dan
rendahnya
pensiunan sejumlah 6 orang (9,5%).
tingkat
pendidikan
juga
berpengaruh dalam pengetahuan tentang
orang
Tingkat
keselamatan jalan.
(20,6%),
pendidikan
petani
terbanyak
pada hasil penelitian adalah pendidikan
Notoadmodjo
(2010),
SMA sebanyak 35 responden (50%).
menjelaskan bahwa pendidikan dapat
Tingkat
diperoleh melalui jenjang pendidikan
berperan dengan pengetahuan mereka
formal, pengetahuan dan kognitif sangat
tentang kesehatan, dimana pendidikan
penting untuk menghasilkan perilaku
dapat
seorang individu. Tahap pendidikan
pendapatan.
formal tersebut diharapkan membantu
pendidikan akan menyebabkan kurangnya
pasien yang mengalami nyeri fraktur
informasi
mendapatkan
informasi,
didapatkan,
sehingga
melakukan
pengetahuan
tentang
sehingga
sumber
pasien
dapat
pendidikan
mempengaruhi
rendahnya
Karakteristik
pekerjaan
responden
berdasarkan
sangat
pekerjaan
Rendahnya
kesehatan
dan
tingkatan
yang
akan
menyebabkan
kesehatan
juga
tingkat
pendidikan
juga
berpengaruh dalam pengetahuan tentang
keselamatan jalan.
Notoadmodjo
Tabel 4.4 Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan pasien di RSUD dr.
Moewardi Surakarta (n=63)
Pekerjaan
Frekuensi( Persentase
f)
(%)
Petani
10
15,9
Wirausaha
13
20,6
Pensiunan
6
9,5
Mahasiswa
26
41,3
IRT
8
12,7
Total
63
100,0
Berdasarkan
karakteristik
individu
kurang. selain dalam masalah kesehatan,
management nyeri secara individu.
4.
13
responden
(2010),
menjelaskan bahwa pendidikan dapat
diperoleh melalui jenjang pendidikan
formal, pengetahuan dan kognitif sangat
penting untuk menghasilkan perilaku
seorang
individu.
Tahap
pendidikan
formal tersebut diharapkan membantu
pasien yang mengalami nyeri fraktur
4.4
mendapatkan sumber informasi, sehingga
berdasarkan
pasien dapat melakukan management
Tabel
nyeri secara individu.
pekerjaan paling banyak yaitu mahasiswa
5
menggunakan musik untuk membantu
dan mempertahankan kesehatan dari
aspek fisik, emosional, mental, sosial,
5.
Analisis Bivariat
Tabel
estetika dan spiritual. Dengan terapi
musik yang sesuai dengan kebutuhan
4.2.2
Analisa
efektifitas
pemberian terapi musik
klasik terhadap nyeri pada
pasien pre op fraktur di
RSUD
dr.
Moewardi
Surakarta
Mean
Std.
P value
deviation
7
0,410
0.001
4
0,366
Pre
post
klien baik secara elemen musik (pitch,
tempo, trimbe dan dinamika) akan
memberikan respon pada individu untuk
menenangkan
emosi,
meningkatkan
kesehatan, mengembangkan kemampuan
kognitif dan komunikasi (American
Music Therapy Association, 2011).
Hasil uji Wilcoxon dengan nilai
Musik
yang
memiliki
tempo
signifikansi (p-value) 0,001. Hasil uji
lambat dan menenangkan adalah musik
statistik
p-value
klasik bisa yang menjadi terapi dan
(0,001 < 0,05) maka hasil hitungan
dapat diartikan sebagai pengobatan. Hal
bermakna.
ini
menunjukkan
Sehingga
nilai
keputusan
uji
dikarenakan
musik
memiliki
adalah H1 diterima dan H0 ditolak
beberapa
artinya Ada efektifitas pemberian terapi
universal, nyaman, menyenangkan dan
musik klasik terhadap skala nyeri pada
berstuktur. Terapi musik klasik dapat
pasien pre operasi fraktur di RSUD DR.
mengatasi nyeri berdasarkan teori gate
Moewardi Surakarta. Hal ini didukung
control, bahwa impuls nyeri dapat di
dari penelitian yang dilakukan oleh Mc
atur atau di hambat oleh mekanisme
Caffrey
bahwa
pertahanan di sepanjang sistem saraf
pasien
pusat (Farida, 2010).
intensitas
yang
menunjukkan
penurunan
nyeri
kelebihan, seperti
bersifat
sebanyak 33% setelah pemberian terapi
Potter dan Perry (2005), terapi
musik klasik yang dilakukan dengan
musik digunakan sebagai teknik untuk
durasi watu pemberian terapi yaitu 15
penyembuhan suatu penyakit dengan
menit dengan musik karya W.A Mozart
menggunakan bunyi atau irama tertentu.
( Jerrard, 2004 ).
Terapi
musik
merupakan
usaha
Terapi musik merupakan proses
meningkatkan kualitas fisik dan mental
antara terapis musik dengan klien
dengan rangsangan suara yang terdiri
6
D. SIMPULAN
dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk
dan
diorganisir
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis
sedemikian rupa sehingga tercipta musik
kelamin paling banyak yaitu laki-laki
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik
sejumlah 41 orang (75%), karakteristik
dan mental. Terapi
musik bekerja
responden berdasarkan usia paling banyak
langsung pada organ dan sistem saraf
yaitu 20-29 tahun sejumlah 31 orang
pendengaran kemudian dikirim pada
(52,5%),
sistem limbik di otak atau daerah yang
berdasarkan tingkat pendidikan paling
mengatur emosi.
banyak yaitu SMA sejumlah 35 orang
Hasil
gaya
yang
penelitian
menunjukkan
(50%),
karakteristik
dan
karakteristik
responden
responden
bahwa ada perbedaan pada pasien
berdasarkan pekerjaan paling banyak
fraktur yang diberikan terapi musik
yaitu mahasiswa sejumlah 26 orang
klasik.
(40%).
Sejalan
penelitian
dengan
penelitian
Syamsudin
(2009)
2. Hasil analisa bivariat didapatkan p-value
membuktikan bahwa terapi music klasik
(0,001<0,005)
secara bermakna dapat menurunkan
bermakna.
maka
hasil
hitungan
intensitas nyeri pada anak dengan post
3. Ada efektifitas pemberian terapi musik
operasi. Begitu juga dengan penelitian
klasik terhadap skala nyeri pada pasien
Macey dan O’Hara (2006), terapi musik
pre operasi fraktur di RSUD dr. Moewardi
juga
Surakarta.
dapat
digunakan
sebagai
pencegahan primer atau terapi tanpa
obat-obatan
relaksasi
dari
memperlebar
antihipertensi.
terapi
musik
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan proses
keperawatan nyeri. Jogyakarta :Ar-Ruzz
2. Anderson, T.2008.The Theory and Practice
of Online Learning.Asecond Edition.
Athabasca University : AU Press Canada
3. Azwar,
S.2012.Metode
Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
4. Breathesy. (2006). Blood Pressure reduction
:
Frequently
asked
question,
http:www.control-your-bloodpressure.com/faq.html,
5. Carpenito, Lynda Jual. 2007. Rencana
Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan.
Alih Bahasa Monika Ester. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Efek
dapat
melenturkan
pembuluh darah sehingga berfungsi
memperlancar
peredaran
darah
di
seluruh tubuh. Terapi musik dapat
mengurangi kecemasan dan membuat
pasien lebih rileks dengan hasil akhir
memberikan
efek
positif
terhadap
penurnan intensitas nyeri (dalam Turuna
2008 dan Hui & Yin, 2011).
7
6. Farida, A (2010), Efektifitas terapi musik
terhadap penurunan nyeri post operasi pada
anak usia sekolah di RSUP Haji Adam Malik
Medan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera
Utara,
http://www.repository.usu.ac.id, di peroleh
tanggal 24 April 2016
7. Greer, Sarah 2007, The Effect of Music on
Pin
Perception.
http/:www.hubel.sfasu.
Diakses 28 Juli 2016
8. Izzo,
J.L.,
Gradman,
A.H.,
2008.
Mechanisms
and
Management
of
Hypertensive Heart Disease: From Left
Ventricular Hypertrophy to Heart Failure.
The Medical Clinics of North America. USA.
88:1257-71.
9. Jerrard. (2004). The use & benefits of music
therapy in LTC. diakses pada tanggal 5 Juli
2016. http:// music therapy. cfm /.
10. Jerath, R., Edry, J.W., Barnes, V.A., Jerath,
V. (2006). Physiology of long pranayamic
breathing : Neural respiratory elements may
provide a mechanism that explains how slow
deep breathing shifts the autonomic nervous
system, Medical Hypothesis, 67, 566-571
11. Kasiram,
Mohammad.2008.Metode
Penelitian
Kuantitaif-Kualitatif.Malang
:UIN-Malang Press
12. Lestari Puji, dkk, 2007. Efektifitas Terapi
Musik Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien
Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Dr.
H Soewondo Kendal. STIKes Telogorejo
Semarang.
http:www.portalgaruda.com
diakses 30 Agustus 2016
13. Lovastatin, Kohlmeier, 2005. Penyakit
Jantung dan Tekanan Darah Tinggi.Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher
14. Macey, J.R. and M. O’Hara (2006), “The
Corporate Governance of Banks”,Federal
Reserve Bank of New York Economic Policy
Review, Vol. 9 No.1, pp. 91107
15. Mansjoer, A, 2008, Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuluskeletal, Jakarta: EGC
16. Martini, F.H. 2006. Fundamental of Anatomy
&
Phisiology.
Seventh
Edition.San
Francisco: Pearson
17. Muttaqin, Arif.2009.Buku Ajar Keperawatan
klien dengan gangguan sistem kardiovaskular
dan hematologi.Jakarta : Salemba Medika
18. Nilsson (2008). ‘The anxiety and pain
reducing effects of music interventions: A
systematic review’. AORN Journal, 87(4),
76-80,
diunduh
dari.
http://www.researchgate.net/publication/5457
754_The_anxiety-_and_pain-reducing-effectof-music-intervention pada tanggal 25 Juli
2016
19. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
20. Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan
Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed.
2.Jakarta : Salemba Medik
21. Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006).
Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses
Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.
22. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku
Ajar Fundamental : konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC
23. Potter, P.A. & Perry, A.G., (2011),
Fundamentals of nursing, (6th Ed). St. Louis,
MO: Mosby
24. Schou, K 2008, Music Therapy for Post
Operative Cardiac Patiens, A Randomized
Cotrolled
Trial
Evaluating
Guided
Relaxation with Music and Music Listening
on Anxiety, Pain, and Mood Dissertation
Thesis. Department of Communication :
Aalborg
University.
http://www.mtphd.aau.dk/digitalAssets/6/6848_karin_schou
_thesis.pdf
25. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G,
2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol.
1,2),
Alih
bahasa
oleh
Agung
Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
26. Smeltzer, S.C., et al. (2008). Text book
medical-surgical nursing Brunner-Suddarth.
(11th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
27. Soekidjo ,Notoadmojo ,2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan .Jakarta : Rineka Cipta
8
28. Sugiyono.2007.Metode
Penelaitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitafi, Kualitatif
dan R&D.Bandung : ALFABETA
29. Sugiyono.2010.Metode
Penelaitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitafi, Kualitatif
dan R&D.Bandung : ALFABETA
30. Syamsuddin, A. (2009). Efektifitas Terapi
Relaksasi Napas Dalam dengan Bermain
Meniup Baling-baling untuk menurunkan
tingkat nyeri pada anak post perawatan luka
operasi di dua Rumah Sakit di Banda Aceh,
Nanggoe Aceh Darussalam. Tesis: Tidak
dipublikasikan
31. Tamsuri,
A.2007.Konsep
Dan
Penatalaksanaan Nyeri.Jakarta : EGC
32. Taylor, R.C., Lillis, C., LeMone, P., Lynn,
P.2013. Fundamental of Nursing. The Art
and Science of Nursing Care. Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins,Wolters
Kluwer
33. Torrance and Serginson. 1997. Fisiologi
Nyeri
dari,http://repository.usu.ac.id/b
itstream/123456789/20095/4/chapter%2011.
pdf
34. Velkumary, G.K.P.S., & Madanmohan.
(2004). Effect of Short-term Practice of
Breathing Exercise on Autonomic Function
in Normal Human Volunteers. Indian Journal
Respiration, (120), 115-121.
9
Download