Uploaded by User81548

Laporan Pendahuluan GASTRITIS - Nanana

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : GASTRITIS
Dosen pembimbing : Ns. Fransiska Romina, M. Kep
Disusun Oleh :
Nama
:
Bernadetta Sunia Cindy Natasia
NIM
:
20181940
YAYASAN PENDIDIKAN SANTO HIERONYMUS
AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN
PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020/2021
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Menurut
Hirlan dan Suyono 2012, gastritis adalah proses inflamasi pada mokosa lambung dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme produktif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa
lambung klinis berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa,
kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi perdarahan (Hadi, 2012).
Gastritis merupakan suatu inflamasi pada mukosa lambung. Gastritis bukan
penyakit tunggal, lebih tepatnya merupakan suatu kelompok penyakit yang
mempunyai perubahan peradangan pada mukosa lambung yang sama tetapi cirri-ciri
klinis, karakteristik histologist dan pathogenesis yang berlainan (McGuigan, 2015).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,kronik
difusi, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah (Suratun dan Lusianah, 2014).
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang
sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit. ( Smelzer, 2012).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan-makanan
yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2015). Gastritis juga merupakan
tanda pertama dari infeksi sistemik akut (Brunner & Suddarth).
2. Klasifikasi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut yang manisfestasi klinisnya adalah:
Gastritis akut erosife disebut erosife apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung) sedangkan
gastritis akut hemoragic karena pada penyakitini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung yang menyebabkan erosida perdarahan perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinusitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut. (Hirlan, 2011).
b. Gastritis Kronik
Menurut Muttaqin 2011 Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun, gastritis kronis
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
a) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan: edema, serta
perdarahan dan eros mukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada
perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta
anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan dari
penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis, dan hemoragik.
3. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1. Anatomi Fisiologi Gastritis (Lambung)
(http://biology911.files.wordpress.com/gbr5.png)
Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaste. Lambung terdiri dari bagian atas fundus
uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifasum pilorik, terletak di bagian
diafragma didepan pancreas dan limfa, menempel disebelah kiri fundus uteri
Menurut Syaifuddin 2012 bagian lambung terdiri dari:
a. Fundus ventrikuli
Adalah bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium
dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus ventrikuli
Adalah suatu lekukan pada bagian bawah kuvatura minor.
c. Antrum pylorus
Adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pylorus.
d. Kurvatura minor
Terdapat disebelah kanan lambung terbentang dari sisi kiri osteum kardiak sampai
ke pylorus.
e. Kurvatura mayor
f. Lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardiokum
melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke pylorus inferior.
g. Osteum kardiak Merupakan tempat dimana asofagusbagian kanan abdomen
masuk kelambung. Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari lapisan selaput
lender, apabila lambung lambung ini dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat
yang disebut rugae, lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis), lapisan otot
miring (muskulus obiliqus), lapisan otot panjang (muskulus longitudinal) dan
lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum). Sekresi getah lambung mulai terjadi
pada awal orang makan. Bila melihat orang makan dan mencium bau makanan
maka sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang
menyebabkan dinding lembung melepaskan hormone yang disebut sekresi getah
lambung, getah lambung dihalangi oleh system saraf simpatis yang dapat terjadi
pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
Fisiologi
Fungsi lambung menurut Syaifuddin 2012, terdiri dari :
1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan olih peristaltic
lambung dan getah lambung.
2) Getah cerna lambung yang dihasilkan :
a) Pepsin
Fungsinya mencegah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton).
b) Asam garam
Fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic dan desifektan dan
membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsi.
c) Rennin
Fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein
dan kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d) Lapisan lambung Memecah lemak yang merangsang sekresi getah
lambung.
4. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti beberapa jenis bakteri,
obat, alcohol, stress, penyakit : bile refluks (empedu), kelainan autoimmune atrophic,
crohn’ disease, radiasi (Hirlan, 2015).
Infeksi bakteri, sebagian besar populasi didunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter
pylori yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walapun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan,
namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan-makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang
diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ucer dan penyebab tersering
terjadi gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabakan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophicgastritis,sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna oleh lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari
kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi Helicobacter pylori
kronis tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada
penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan
yang lain tidak (Hirlan, 2015).
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus, obat analgesic anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakainnya dilakukan secara terus-menerus
atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer
(Hirlan, 2015).
Penggunaan alkohol secara berlebih, dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal (Hirlan, 2015).
Penyakit bile reflux (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju usus kecil. Dalam kondisi normal,
sebuah otot sphincter yang terbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah
empedu mengalir balik kedalam lambung. Tapi jika katup ini bekerja dengan benar,
maka empedu masuk kedalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis
(Hirlan, 2015).
Kelainan autoimmune atrophicgastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dlam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjarkelenjar penghasil asam lambung dan menggangu produksi faktor intrinsic (yaitu
sebuah zat yang membantu tubuh mengapsopsi vitamin B-12). Kekeurangan B-12,
akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika
tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh system dalam tubuh autoimmune
atrophicgastritis terjadi terutama pada orang tua (Hirlan, 2015).
Radiasi dan kemoterapi perawatan terhadap kanker dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
peptic ucer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya terjadi sementara, tetapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat menipis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung (Suratun dan lusianah, 2012).
5. Patofisiologi
Terjadinya peradangan yang akut dikarenakan suatu pola makan yang tidak teratur,
makanan dan minuman yang merangsang (seperti cabe, asam-asam, kopi,dan alcohol),
stress, perokok berat, dan pemakaian obat-obatan yang sering. Dari semuanya ini akan
menyebabkan membran mukosa mukosa menjadi edema, hyperemia dan terjadi erosi
superficial yang bisa menimbulkan perdarahan, dari keadaan inilah akan menimbulkan
perasaan tidak nyaman pada perut khususnya di daerah epigastrium, lelah mual, muntah,
dan anoreksia (Evelyn C.Pearce.2011,hal 847).
Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam HCL) dan pepsin, erosi yang terkait
berkaitan dengan peninggkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin atau berkenaan
dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mucus cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap HCL. Seseorang
mungkin mengalami gastritis karena dua faktor yaitu hipersekresi asam pasien dan
kelemahan barier mukosa lambung. Pada gastritis akut terdapat pengguan
keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensive yang berperan dalam
menimbulkan lesi pada mukosa lambung. Faktor agresif HCL, pepsin, asam empedu,
infeksi, virus, bakteri dan bahan korosif (asam dan basa kuat).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis kronis
(Mansjoer, 2016)
1. Gatritis Akut
Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia
paska perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat
penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
2. Gastritis Kronik
Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan gejala apapun (Jakson,
2014). Hanya sebagian keci mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull
pain) pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera makan setelah
makan beberapa gigitan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suratun 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan gastritis meliputi :
1. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
2. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi B12.
3. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
4. Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI lambung. Acholohidria
menunjukkan adanya gastritis atropi.
5. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental dan
faktor instrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori.
6. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.
7. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
8. Penatalaksanaan medis
Menurut Manjoer 2013 penatalaksanaan medis pada pasien gastritis, baik gastritis akut
maupun gastritis kronis ialah sebagai berikut :
1. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi
kecil dan sering. Obat-obatan ditunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid. Juga
ditunjukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglanding.
2. Gastritis kronis
Penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dyspepsia, apa lagi jika
test serologi negative. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghidari
penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan ampiris berupa antacid,
antagonis H2/inhibitor pompa pronton dan obat-obtan prokinetik. Jika endoskopi dapat
dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya
negatif atau hasil serologi negatif.
a. Perdarahan lambung, akibat dari peradangan menyeluruh lapisan mukosa lambung
bisa berakibat perdarahan serta ketidakmampuan lapisan dalam lambung
melindungi dirinya dirinya terhadap asam lambung.
b. Tukak lambung, akibat dari erosi/pengelupasan mukosa saluran cerna. Sering terjadi
di lambung dan duodenum, yang dapat mengakibatkan perdarahan.
c. Dehidrasi bila terjadi pengeluaran muntah yang berlebihan karena muntah terus
menerus.
9. Komplikasi
Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari. Insidensi ulkus
lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis. Gastritis dapat
menimbulkan komplikasi perdarahan saluran cerna dan gejala klinis yang berulang
seperti perdarahan lambung, tukak lambung dan dehidrasi.
10. Pencegahan
Penyembuhan penyakit gastritis harus dilakukan dengan memperhatikan diet
makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk memberikan
makanan dengan jumlah gizi yang gizi yang cukup, tidak meransang, dan dapat
mengurangi laju pengeluaran getah lambung, serta menetralkan kelebihan asam
lambung secara umum ada pendoman yang harus diperhatikan yaitu :
a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah tiga kali
makan-makanan lengkap dan tiga kali makan-makanan ringan.
b. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur menjadi
butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.
c. Maka secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan berlebihan
sehingga perut terasa sangat kosong tetapi jangan makan berlebihan sehingga perut
terasa sangat kenyang.
d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara direbus,
disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng karena biasanya
menjadi keras dan sulit untuk dicerna.
e. Jangan makan-makanan yang terlalu dingin karena akan menimbulkan rangsangan
termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai temperature tubuh).
f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang
merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.
g. Jangan minum-minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau the kental.
h. Hindari rokok
i. Hindari komsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya aspiri,
vitamin c dan sebagainya.
j. Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
(coklat, keju dan lain-lain).
k. Kelola stress psikologi seefisien mungkin (Misnadiarly, 2015).
B. Konsep Dasar Medik
1. Pengkajian
a. Kaji Persepsi-Pemeliharaan Kesehatan
1) Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diare dan apakah sudah
dilakukan tindakan untuk mengatasi gejala tersebut
2) Penggunaan obat-obatan
3) Perubahan pola makan, minum dan eliminasi bowel
b. Kaji Nutrisi Metabolik
1) Kebiasaan makan
2) Adakah mual muntah, anoreksia, kembung hematemesis
3) Adakah tanda-tanda dehidrasi
4) Adakah perasaan penuh pada abdomen, anemia
5) Banyak berkeringat
c. Kaji Pola Eliminasi
1) Apakah BAK lancer?
2) Apakah BAB lancer setiap hari?
3) Kosistensi BAB.
4) Adakah BAB bercampur darah?
d. Kaji Pola Aktivitas dan Latihan
1) Jenis pekerjaan?
2) Adakah olahraga yang rutin dilakukan?
3) Kelemahan fisik?
4) Mudah lelah?
e. Kaji Pola Tidur dan Istirahat
1) Adakah keluhan susah tidur karena nyeri?
2) Gelisah saat tidur?
3) Kebiasaan tidur?
f. Kaji Pola Persepsi Kongnitif
1) Adakah nyeri epigastrium?
2) Adanya gangguan penglihatan?
3) Keluhan pusing, perubahan status mental emosi.
g. Kaji Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Perasaan cemas dan takut.
2) Perubahan tingkah laku.
h. Kaji Pola Peran dan Hubungan Sesama
1) Peran dalam masyarakat tergangu?
i. Kaji Pola Reproduksi-Seksualitas
1) Apakah ada peradangan pada alat kelamin?
2) Adakah penyimpangan?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Toleransi Terhadap Stress
1) Perasaan tidak berdaya/putus asa
2) Mudah marah atau tersinggung
3) Menyelesaikan masalah dengan keluarga
k. Pola Sistem Kepercayaan
1) Kegiatan ibadah terganggu
2) Percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan penyakit
2. Diangnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat
c. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan masukan
cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelelahan
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Rencana Keperawatan
Rencanaan Keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan,
kapan
dilakukan,
siapa
yang
melakukan
dari
semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan utnuk mencapai tujuan spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup
peningkatan
kesehatan,
pencegahan
penyakit,
pemulihan
kesehatan
manesfestasi koping. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi (suatu tindakan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa pentunjuk/perintah dari dokter atau tenaga kesehatan
lainnya), Dependen (suatu tindakan dependan berhubungan dengan pelaksanaa rencana
tindakan medis, tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilaksanakan), dan Independen suatu tindakan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga
kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi, fisioterapi, dan dokter (Nursalam, 2014).
5. Evaluasi Keperawatan
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan
atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini
apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga timbul masalah baru. Adapun
evaluasi yang diharapkan, yaitu masalah nyeri berkurang, resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual muntah tidak terjadi kekurangan volume cairan, gangguan
mobilitas fisik tidak terjadi kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi Wijaya and Yessie Mariza Puteri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Teori dan
Contoh Askep, Edisi 1. Yogyakarta: Numed.
Akmal. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Teori dan Contoh Askep, Edisi I. Yogyakarta:
Nurmed.
Brunner and Sudarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Budiana.2006. Asuhan Keperawatan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: EGC.
Evelyn C. Pearce. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh. Hal: 247, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Lin Inaya. 2014. Buku Saku Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Linda. 2001. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Martini. 2000. Anatomi Fisiologi, Edisi 6 Jakarta: EGC.
Nugroho. Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi 1. Yogyakarta: Numel,
hal:216
S.I. Purwanto H, dkk. 2010. Data Obat Indonesia. Edisi 11. Jakarta: Muliapurna Jaya Terbit.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6, Jakarta:
EGC.
Download