Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia The Implementation of Islamic Law and Its Influence on Indonesian Legal Politics Ahmad Suganda Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia [email protected] Abstrak Kajian implementasi hukum Islam dan pengaruhnya terhadap hukum di Indonesia dapat dijadikan sebagai acuan dalam strategi harmonisasi antara hukum Islam dan hukum positif. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pengimplementasian hukum Islam dan menganalisis pengaruhnya terhadap hukum di Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data didapatkan dari beberapa sumber literatur terpercaya yang memperkuat hasil anaslisis. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah analisis induktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi hukum Islam di Indonesia menyesuaikan dengan sistem hukum yang berlaku yang berlandaskan kepada ideologi dan konstitusional negara yaitu UUD 1945 dan Pancasila. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hukum Islam memiliki peluang besar untuk diimplementasikan terhadap politik hukum di Indonesia secara gradual sehingga terpolarisasi dalam pembentukan sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Kata kunci: Hukum Islam, Politik Hukum dan Sistem Hukum yang Berlaku Abstract The research of implementation of Islamic law and it’s influence on law in Indonesia can be use as a reference in the harmonization strategy between Islamic law and positive law. This research aims to describe the implementation of Islamic law and analyze it’s influence on law in Indonesia. This research used a qualitative approach with descriptive method. Data obtained from reliable literature sources which confirmed the results of analysis. The analysis technique used inductive analysis. The research found that the implementation of Islamic law in Indonesia adjusts to the prevailing legal system based on the state ideology and constitution namely the 1945 Constitution and Pancasila. Based on the result of reseach can be concluded that Islamic law has a great opportunity to implement in the politics of law in Indonesia gradually so it is polarized in the formation of the legal system in Indonesia. Keywords: Islamic Law, Political Law and the Applicable Legal System Jurnal at-Tadbir Vol. 29 No. 02 Juli 2019 1 Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia (Ahmad Suganda) ISSN: 1858-2125 Proses sejarah hukum Islam I. PENDAHULUAN Umat Islam Indonesia dalam yang diwarnai “benturan” dengan kancah dunia internasional, dapat tradisi yang sebelumnya berlaku dikatakan komunitas dan dengan kebijakan-kebijakan muslim paling besar yang berada politik kenegaraan, serta tindakan- dalam sebagai satu kenegaraan batas teritorial tindakan yang diambil oleh para yang sangat tokoh Islam Indonesia terdahulu, keberadaannya. dapat menjadi bahan telaah penting diperhitungkan Oleh karena itu, menjadi sangat di menarik menganalis Pengaruh itu menunjukkan bahwa pengaruh proses islamisasi sebuah upaya untuk implementasi dan perkembangan sejarah hukum masa yang yang akan datang. sungguh-sungguh secara Islam di tengah-tengah komunitas bertahap Islam terhadap penerapan hukum norma-norma syari’at Islam dapat Islam di tanah air mulai sejak mewarnai perundang-undangan di komunitas Indonesia, karena hukum Islam Indonesia. muslim Kajian hadir di tentang implementasi dan pengaruh hukum Islam di Indonesia dapat dijadikan (tadarruj), merupakan salah sehingga satu dasar pembentukan hukum positif. Adapun hukum yang dimaksud sebagai salah satu pijakan bagi dengan Islam adalah umat Islam secara khusus untuk “upaya fuqaha dalam menerapkan menentukan strategi yang tepat di syari’at Islam sesuai kebutuhan masa depan dalam mendekatkan masyarakat” dan “mengakrabkan” bangsa ini 1993). Sedangkan Politik Hukum dengan hukum Islam. Islam adalah “perluasan peran (Ash-Shiddiqy, Jurnal at-Tadbir Vol. 29 No. 02 Juli 2019 2 penguasa untuk merealisasikan berkaitan dengan masalah-masalah kemaslahatan manusia sepanjang sipil-sosial dan mengembangkan hal-hal tersebut tidak bertentangan pendekatan-pendekatan dengan agama” dasar-dasar pemecahan terhadap masalah-masalah (Khallaf, 2005). Dengan demikian tersebut; dapat dikatakan bahwa politik berkaitan hukum Islam merupakan pilihan antara tentang hukum-hukum yang akan kelompok-kelompok diberlakukan dan sekaligus pilihan lainnya, yang berhubungan dengan tentang hukum-hukum yang akan perkara penggunaan kekuasaan dicabut atau tidak diberlakukan negara. Berikutnya Wahyono yang kesemuanya ini dimaksudkan (1986) untuk mencapai tujuan negara kebijakan dasar yang menentukan, seperti dalam arah, bentuk maupun isi hukum pembukaan UUD 1945 (Mahfud yang akan dibentuk, dijelaskan MD, 2010). lebih lanjut bahwa politik hukum yang tercantum Menurut Isjwara (d) Aktivitas dengan yang relasi-relasi bangsa-bangsa dan social mengemukakan bahwa (1964) adalah kebijakan penyelenggara “politik” mengandung beberapa negara tentang apa yang dijadikan pengertian di antaranya: (a) Apa kriteria untuk yang dengan sesuatu yang Perkara mencakup berhubungan pemerintahan; mengelola, (b) mengarahkan dan menyelenggarakan kebijaksanaan umum dan keputusan-keputusan atau kebijaksanaan menyangkut berperan di dalamnya perumusan, pembentukan, penetapan dan penegakan hukum. Dari beberapa pengertian yang tersebut dapat disimpulkan bahwa yang yang dimaksud dengan politik kehidupan hukum Indonesia disini adalah partai-partai dalam menghukumkan bernegara; (c). Bidang studi yang kebijakan dasar penyelenggara negara (Republik Indonesia) dalam tersebut, penulis menyoroti tujuan bidang hukum yang akan, sedang politik hukum Islam dan kebijakan dan telah berlaku yang bersumber dasar tentang konsep dan letak dari nilai-nilai yang berlaku dalam politik masyarakat untuk mencapai tujuan diwarnai negara yang dicita-citakan. Dalam syari’at Islam. pengertian ini ada 5 (lima) hal yang II. METODE PENELITIAN dititikberatkan sebagai hukum agenda nasional oleh yang norma-norma Di dalam penelitian ini, dalam politik hukum Indonesia penulis yaitu,(1) Tujuan politik hukum deskriptif analisis yaitu metode nasional, (2) Kebijakan dasar yang yang memberikan gambaran umum meliputi konsep dan letak, (3) dan analisis tentang implementasi Penyelenggara hukum Islam dan pengaruhnya negara sebagai menggunakan metode pembentuk konsep dasar tersebut, terhadap pembentukan hukum (4) Materi hukum yang meliputi nasional. penelitian ini hukum yang akan, sedang dan telah menggunakan berlaku Tuhan yaitu teori syahadat, atau serta, (5) Proses pembentukan hukum. teori kredo teori ialah kedaulatan teori yang Jadi dalam politik hukum mengharuskan pelaksaan hukum Indonesia kelima unsur di atas Islam oleh mereka yang telah merupakan agenda yang dijadikan mengucapkaan pedoman dasar bagi segala bentuk syahadat dan perumusan, logis dari pengucapan kredonya pembentukan dan pengembangan (Cahyadi & Manullang, 2007). hukum Data didapatkan dari beberapa proses di dirumuskan tanah dalam air yang peraturan sumber dua sebagai literature kalimat konsekwensi terpercaya, perundang-undangan yang bersifat sehingga memperkuat hasil mendasar. Sehubungan dengan hal anaslisis. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah analisis membentuk induktif pertama di Peureulak, Aceh Timur, yaitu pencarian hasil masyarakat penelitian yang didasarkan pada dan data-data yang diperoleh, sehingga daerah lainnya di sekitar wilayah pada akhirnya berkembang ke Islam beberapa dapat ditarik tersebut kemudian diikuti dengan menjadi hasil berdirinya kerajaan Islam pertama penelitian dalam bentuk teori, di tanah air pada abad 13, yang konsep dan sebagainya. dikenal dengan nama Kerajaan kesimpulan III. HASIL DAN Samudera Pasai yang terletak di wilayah Aceh Utara (Ali, 2013). PEMBAHASAN Pengaruh Islam yang begitu A. Perkembangan Hukum Islam cepat menyebar hingga ke berbagai di Indonesia Perkembangan Hukum Islam wilayah nusantara yang di Indonesia mengalami beberapa menyebabkan beberapa kerajaan fase, yaitu: Islam berdiri menyusul berdirinya a. Islam di Masa Pra Penjajahan Kerajaan Samudera Pasai di Aceh, Belanda tidak Menurut sebagian jauh dari Aceh berdiri ahli Kesultanan Malaka, lalu di Pulau sejarah awal mulai masuknya Islam Jawa berdiri Kesultanan Demak, di Nusantara pada abad pertama Mataram dan Cirebon, kemudian hijriyah, atau pada sekitar abad berkembang ketujuh dan kedelapan masehi, dan Nusantara seperti di Sulawesi dan sebagai gerbang masuknya, adalah Maluku berdiri Kerajaan Gowa dan melalui Kesultanan Ternate dan Tidore. kawasan utara Pulau Sumatera yang kemudian dijadikan ke bagian timur Kesultanan tercatat dalam sebagai titik awal gerakan dakwah sejarah ini mulai menetapkan para pendatang muslim. Secara hukum Islam sebagai hukum positif bertahap gerakan dakwah mulai yang berlaku, dengan penetapan hukum Islam sebagai hukum positif b. Atas dasar nota yang di setiap kesultanan tersebut, maka disampaikan oleh Mr. Scholten sudah tentu akan memperkuat Van Oud Haarlem, Pemerintah pengamalannya tentang hukum dan Belanda syariat Islam yang memang telah penggunaan berkembang di masyarakat muslim agama, lembaga-lembaga dan masa itu. Fakta-fakta ini dibuktikan kebiasaan pribumi dalam hal dengan adanya literatur-literatur persengketaan yang terjadi di fiqh yang ditulis oleh para ulama antara mereka, selama tidak nusantara pada sekitar abad 16 dan bertentangan 17. Kondisi ini terus berlangsung kepatutan dan keadilan yang hingga para pedagang Belanda diakui umum. Klausul terakhir datang ke kawasan nusantara. ini 2. Hukum Islam Masa Penjajahan hukum Belanda subordinasi Pemberlakuan hukum Islam oleh Pemerintah Hindia Belanda dapat disimpulkan, secara menginstruksikan undang-undang dengan kemudian asas menempatkan Islam di dari bawah hukum Belanda. c. Atas dasar teori receptie yang dikeluarkan oleh Snouck kronologis sebagai berikut: Hurgronje, Pemerintah Hindia a. Pada pertengahan abad 19, Belanda Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1922 kemudian membentuk komisi melaksanakan Politik Hukum untuk yang sadar, yaitu kebijakan yang wewenang pengadilan agama di secara menata Jawa dalam memeriksa kasus- mengubah kasus kewarisan (dengan alasan, kehidupan hukum di Indonesia ia belum diterima oleh hukum dengan hukum Belanda. adat setempat). kembali sadar dan ingin meninjau ulang d. Pada tahun 1925, dilakukan agama mayoritas penduduk perubahan terhadap Pasal 134 pulau Jawa. ayat 2 Indische Staatsregeling b. Mendirikan (yang isinya sama dengan Pasal (Kantor 78 Regerringsreglement), yang Islam) yang dipimpin oleh intinya perkara perdata sesama bangsa Indonesia sendiri. muslim akan diselesaikan Shumubu Urusan c. Mengizinkan Agama berdirinya dengan hakim agama Islam jika ormas hal itu telah diterima oleh Muhammadiyah dan NU. hukum adat dan selama tidak Islam, seperti d. Menyetujui berdirinya Majelis ditentukan lain oleh sesuatu Syura ordonasi (Ali, 2013). (Masyumi) pada bulan Oktober Lemahnya posisi hukum Islam ini terus terjadi hingga menjelang berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda di wilayah Muslimin Indonesia 1943. Yang pada akhirnya saat itu menjadi Partai Politik. e. Menyetujui Hizbullah berdirinya sebagai pasukan Indonesia pada tahun 1942. cadangan yang mendampingi 3. Hukum Islam Masa Pendudukan berdirinya Jepang PETA (Pembela Tanah Air) (Wibawa, Pemerintah Jepang tentara Pendudukan tetap berbagai melakukan kebijakan untuk 2001). f. Berupaya memenuhi desakan para tokoh Islam menarik simpati umat Islam di mengembalikan Indonesia, di antaranya adalah: Pengadilan a. Panglima Militer untuk kewenangan Agama dengan Jepang meminta seorang ahli hukum berjanji untuk melindungi dan adat, Soepomo, pada bulan memajukan Januari Islam sebagai 1944 untuk menyampaikan laporan tentang hal itu. Namun upaya ini Ketika pasukan Jepang datang, kemudian “dimentahkan” oleh mereka menyadari bahwa Islam Soepomo adalah suatu kekuatan di Indonesia dengan alasan kompleksitas dan menundanya yang dapat dimanfaatkan. hingga Indonesia merdeka (Ali, 4. Era Demokrasi Parlementer 2013). (1945-1959) dan Politik Hukum Atas situasi pada saat yang demikian, nyaris tidak perubahan berarti hukum Islam Indonesia ada Di dalam membangun sistem bagi posisi hukum nasional pemerintah telah selama masa menetapkan kebijakan untuk pendudukan Jepang di tanah air. memanfaatkan tiga sistem hukum Namun bagaimanapun juga, masa yang hidup eksis (living law) dan pendudukan Jepang masih lebih berkembang di Indonesia sebagai baik dari pada Hindia Belanda bahan bakunya yaitu, (1) Hukum terutama adanya Adat, (2) Hukum Islam dan (3) para Hukum Barat (Belanda), dalam pemimpin Islam dalam mengatur masa colonial ketiga sistem hukum masalah-masalah keagamaan. ini mulai berlaku di Indonesia pada Tjokrosujoso waktu yang berlainan. Hukum adat dari pengalaman sisi baru Abikusno menyatakan bagi kebijakan sudah lama ada dan berlaku di telah Indonesia walaupun baru dikenal memperlemah posisi Islam. Islam sebagai sistem hukum pada abad tidak memiliki para pegawai di ke-20. Hukum Islam telah ada di bidang agama yang terlatih di Kepulauan Indonesia sejak orang masjid-masjid pengadilan- Islam datang dan bermukim di Belanda Nusantara sejak abad pertama politik Hijriah atau pada abad ketujuh/ pemerintah bahwa, Belanda atau pengadilan Islam. menjalankan kebijakan yang memperlemah posisi Islam. kedelapan. Pendapat lain mengemukakan Islam datang di perspektif epistemologi kita belum Nusantara pada abad ke-13 (Ali, memiliki apa yang disebut sebagai 2013). “Ilmu Daerah yang pertama hukum nasional” didatangi adalah pesisir Utara “teorisasi Sumatera (Rahardjo, 1988), padahal kita dengan masyarakat membentuk Islam pertama di sangat hukum atau Indonesia” memerlukannya sebagai Peureulak Aceh Utara dan Samudra dasar untuk merumuskan sistem Pasai. Kemudian Hukum Barat hukum mulai dengan diperkenalkan sejak nasional yang sesuai karakteristik bangsa datangnya VOC. Tahun 1602 mula- Indonesia karena tidak mungkin mula diberlakukan terhadap orang- selamanya kita menggunakan teori- orang Belanda dan Eropa saja tetapi teori hukum dari Barat. Dari dengan berbagai peraturan dan penjelasan ini ternyata kita belum upaya dinyatakan berlaku bagi memiliki sistem hukum nasional orang-orang Asia dan termasuk yang representatif. Namun bukan penduduk pribumi di Nusantara. berarti idealitas tentang sistem Menurut Analisis Bustanul hukum nasional yang dikehendaki Arifin walaupun Hindia Belanda tidak telah pemerintah hengkang dari bumi diupayakan, dan pihak kampus telah Nusantara tetap saja suasana ketiga mengadakan beberapa pertemuan sistem hukum ini konflik, karena ilmiah masih nasional dan lokal yang dihadiri ada para ahli hukum mempertentangkan ketiganya dan mengunggulkan salah satu dari dan seminar berskala oleh para ahli hukum Dalam hal ini yang lain. Hal ini tentu tidak baik mendukung bagi proses pembangunan sistem Indonesia sebagaimana tersebut di hukum atas (Sidharta, 2000) mengusulkan citakan. nasional yang Disamping itu dicitapula bahwa kehendak untuk sistem/tatanan bangsa hukum nasional harus memuat ciri-ciri Yogyakarta sebagai berikut: dengan judul “Identitas Hukum a. Berwawasan kebangsaan dan Nasional” nusantara hukum b. Mampu yang merekomendasikan Nasional mengakomodir dibangun adalah: kesadaran hukum kelompok, a. Berlandaskan etnis kedaerahan dan keyakinan (filosofis) keagamaan (konstitusional). c. Sejauh mungkin berbentuk tertulis dan terunifikasi d. Bersifat dibukukan yang sedang Pancasila dan b. Berfungsi UUD 1945 mengayomi, menciptakan ketertiban sosial, rasional yang mendukung pelaksanaan mencakup rasionaliatas efisiensi pembangunan, rasionalitas kewajaran mengamankan hasil-hasil dari rasionalitas pembangunan (Alkostar. 1997). (redeijkheid), kaidah dan rasionalitas kaidah d. Aturan menjamin prosedural tranparansi dan Dari uraian di atas maka yang dapat dikemukakan tujuan politik yang hukum Indonesia sebagaimana memungkinkan kajian rasional dikemukakan oleh Philippe Nonet terhadap pengambil keputusan dan Philip Selznick dalam bukunya oleh pemerintah “Law and Society in Transition: e. Responsif terhadap perkembangan aspirasi ekspektasi dan masyarakat (Sidharta, 2000). Toward Resposive Law” adalah menciptakan sistem hukum nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom, dan responsif Sehubungan dengan usulan terhadap perkembangan aspirasi di atas maka hasil seminar tentang dan ekspektasi masyarakat, bukan hukum nasional di Fakultas Hukum merupakan sistem hukum yang Universitas Islam Indonesia bersifat menindas, ortodoks, dan merupakan penegasan terhadap reduksionistik. berlakunya hukum Islam yang Untuk mewujudkan sistem semakin jelas ketika UU No. 7 hukum dimaksud maka sangat Tahun 1989 tentang Peradilan diperlukam kerja sama di antara Agama ditetapkan pada tanggal 29 berbagai terutama Desember 1989, dan diundangkan pemerintah, partai politik dan dalam Lembaran Negara Nomor 49 masyarakat tanggal 29 Desember 1989 oleh pihak seperti halnya kompromi yang dilakukan dalam Sekretaris menetapkan momentum yang penting dalam tentang Sila Dasar Negara, Pertama yaitu Negara, pembangunan merupakan sistem hukum “Ketuhanan dengan kewajiban nasional termasuk bagi umat Islam menjalankan Syariat Islam bagi di Indonesia.25 Sebab hal ini pemeluknya” dari Piagam Jakarta semakin memantapkan kedudukan tanggal 22 Juni 1945 sebagai Pengadilan Agama sebagai salah konsep satu badan pelaksana kekuasaan Dasar Negara yang merupakan suatu proses konsep kehakiman yang “politik hukum” baru bagi Negara Indonesia dalam Republik Indonesia, yang baru hukum Islam bagi pencari keadilan saja sesuai diproklamasikan pada hukum mandiri di menegakkan Islam tanggal 17 Agustus 1945 dengan masyarakat UUD beragama Islam yang menyangkut 1945 sebagai hukum Indonesia bagi yang dasarnya. perkara-perkara perdata di bidang 5. Era Orde Baru perkawinan, Pada Era Orde Baru, telah disetujuinya kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan sedekah. Dengan Undang-undang demikian masyarakat Indonesia Pengadilan Agama ini oleh Dewan yang sebagian besar memeluk Perwakilan Rakyat (DPR) RI, agama Islam memiliki kesempatan yang seluas-luasnya menjalankan untuk ketentuan hukum Indonesia, dan peraturan tersebut dapat mengesampingkan Islam yang menjadi ajaran agama berlakunya peraturan yang bersifat sesuai ketentuan yang terkandung umum. dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945. 6. Era Reformasi peluang yang semakin jelas, upaya Pada Era ini merupakan kebangkitan Lebih dari itu, disamping demokrasi dan kongkrit Islam merealisasikan hukum dalam wujud kebebasan yang terjadi di seluruh perundang-undangan pelosok tanah peraturan telah air Indonesia membuahkan hasil yang nyata di dengan jatuhnya era ini. Salah satu buktinya adalah Soeharto penguasa Orde Baru terbitnya Undang-Undang Tentang selama kurang lebih 32 tahun. Pemerintahan Daerah dan Undang- Setelah melalui perjalanan yang Undang Otonomi Khusus serta panjang, di era ini setidaknya Undang-Undang Daerah Istimewa. hukum Islam mulai menempati Seperti halnya Undang-Undang posisinya secara perlahan tapi Nomor 32 Tahun 2004, tentang pasti. Lahirnya Ketetapan MPR Pemerintahan Daerah, kemudian No. III/MPR/2000 tentang Sumber yang sangat menjadi perhatian Hukum dan Tata Urutan Peraturan adalah Perundang-undangan, Undang No. 44 Tahun 1999 tentang bersamaan semakin diterbitkannya Undang- membuka peluang lahirnya aturan Penyelenggaraan undang-undang yang berlandaskan Provinsi Daerah Istimewa Aceh hukum Islam. Terutama pada Pasal dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2 menegaskan 2001 tentang Otonomi Khusus ditampungnya peraturan daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang didasarkan pada sebagai Provinsi Nangroe Aceh ayat khusus 7 di yang suatu kondisi daerah di Keistimewaan Darussalam. Kedua produk hukum Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Provinsi Daerah Istimewa Darussalam ini walaupun tidak Aceh tersebut maka Pemerintah berlaku secara nasional namun Provinsi telah secara Darussalam telah mengeluarkan keseluruhan tatanan hukum dan empat Peraturan Daerah (Perda) politik di Aceh, bahkan ditengarai atau Qanun. Adapun beberapa pula akan memberikan pengaruh Qanun dimaksud masing-masing yang terhadap adalah, Qanun No. 3 Tahun 2000 pemerintah pusat (Syaukani & tentang Organisasi dan Tata Kerja Thohari, 2005). Majelis Permusyawaratan Ulama merubah hampir tidak kecil Dalam Nangroe Aceh penyelenggaraan (MPU), Qanun No. 5 Tahun 2000 Keistimewaan Provinsi Nangroe tentang Pelaksanaan Syariat Islam Aceh Darussalam terdapat empat di Aceh, Qanun No. 6 Tahun 2000 keistimewaan yang dimiliki daerah tentang ini sebagai berikut, (1) Penerapan Pendidikan dan Qanun No. 7 syariat Islam dalam seluruh aspek Tahun kehidupan beragama, Penggunaan Penyelenggaraan Adat. kurikulum pendidikan berdasarkan syariat tanpa mengabaikan Penyelenggaraan 2000 Berkaitan tentang dengan isi beberapa Qanun tersebut maka kurikulum umum, (3) Pemasukan pelaksanaan Syariat Islam unsur sedemikian luasnya yang adat Pemerintahan dalam Desa struktur dan, (4) mencakup hukum tentang masalah Pengakuan peran Ulama dalam ibadah, penetapan kebijakan daerah. Untuk pidana. Berkaitan dengan peradilan menindaklanjuti undang-undang (qadha), pada tanggal 1 Muharram Penyelenggaraan 1424 Hijriah bertepatan dengan tentang Keistimewaan peradilan perdata dan tanggal 4 Maret 2003 melalui Keppres No. 11 Tahun 2003 Pemerintah telah meresmikan positif yang berlaku dalam hukum berdirinya Mahkamah Syar’iyah, Nasional kita. sehingga B. Pembinaan Hukum Nasional dapat melaksanakan syari’at Islam secara kaffah di Menurut Ismatullah (2008), wilayah Provinsi Nangroe Aceh kata hukum Islam sama sekali tidak Darussalam, ditemukan dalam al-Quran dan Syar’iah ini dan Mahkamah nantinya akan literatur hukum dalam Islam, yang menangani perkara-perkara perdata ada dalam al-Quran adalah kata (ahwal dan syariah, fiqh, hukum Allah dan perkara pidana (jinayah), hal ini yang seakar dengannya. Atau yang sesuai amanat Qanun No. 10 Tahun biasa digunakan dalam literatur 2002, dan sesuai pula dengan hukum dalam Islam adalah syari’at Qanun Provinsi Nangroe Aceh Islam, fiqh Islam dan hukum syara. Darussalam tentang Pelaksanaan Dengan demikian hukum Islam Syari’at Islam Nomor 11 Tahun merupakan istilah khas Indonesia 2002. yang agaknya diterjemahkan secara al-syakhshiyyah) Dengan demikian, di era harfiyah dari term Islamic Law dari reformasi ini, terbuka peluang yang literatur luas bagi sistem hukum Islam untuk halnya, jelas istilah hukum Islam memperkaya tradisi tidak merupakan terjemahan dari hukum di Indonesia. Kita dapat syari'ah, sebab Islamic Law sangat melakukan langkah-langkah berbeda pembaruan, dan filosofinya, khazanah bahkan Barat. Jika demikian dengan syari'ah, baik sumber pembentukan hukum baru yang pengambilannya, tujuannya, dan bersumber dan berlandaskan sistem sebagainya (Ismatullah, 2008). hukum Islam, untuk kemudian dijadikan sebagai norma hukum Kedudukan dalam hukum pembangunan Islam hukum nasional melalui perjuangan yang cukup panjang dan baru mendapat lagi titik terang setelah Pidato Menteri masyarakat. Dimensi ini untuk Kehakiman RI, Ali Said pada menghindari kekosongan hukum Upacara Pembukaan Simposium hal ini sebagai konsekuensi logis Pembaharuan Hukum dari Pasal II Aturan Peralihan UUD Nasional Yogyakarta di Perdata pada dengan 1945, (2) Dimensi pembaharuan tanggal 21 Desember 1981 yang yaitu menjelaskan meningkatkan bahwa disamping perkembangan usaha untuk lebih dan hukum adat dan hukum eks Barat, menyempurnakan pembangunan hukum Islam yang merupakan hukum dimensi salah satu komponen tata hukum disamping pembentukan undang- Indonesia, satu undang yang baru diusahakan pula bagi penyempurnaan sumber menjadi bahan pembentukan salah baku hukum nasional, nasional, ini peraturan perundang-undangan yang ada kemudian kebijakan ini dijabarkan sehingga sesuai dengan kebutuhan secara masa kini, (3) Dimensi penciptaan, rinci delapan tahun kemudian (1989) oleh Menteri yaitu Kehakiman Ismail Saleh. kreativitas, dalam hal ini dimensi Namun sebelum mengetahui tempat hukum pembangunan Islam hukum dalam nasional terlebih dahulu kita mengikuti langkah-langkah pembangunan kebijakan hukum nasional dimensi dinamika dan penciptaan perangkat perundang undangan yang baru, yang sebelumnya memang tidak pernah ada. Hubungan hukum Islam dengan hukum nasional secara melalui tiga dimensi antar lain, (1) khusus tidak dapat dipungkiri Dimensi bahwa Indonesia pemeliharaan yaitu penduduk memelihara tatanan hukum yang mayoritas memeluk agama Islam, ada walaupun sudah tidak sesuai menurut Menteri Kehakiman (Ismail Saleh) seyogyanya hukum taat kepada Rasullah Saw (Praja, Islam 2011). yang secara substansial Yang perlu menjadi terdiri dari dua bidang yaitu (1) perhatian bahwa karena hukum bidang ibadah, dan (2) bidang Islam memegang peranan yang muamalah. penting dalam membina ketertiban Artinya pengaturan hukum bertalian dalam bidang sosial ibadah bersifat rinci sedangkan mempengaruhi dalam kehidupan maka mengenai aneka kehidupan dalam ditempuh pemerintah masyarakat tidak bersifat rinci mengupayakan (Sidharta, 2000), artinya dalam transpormasi norma-norma hukum bidang ini diatur hanya prinsip- Islam kedalam hukum nasional prinsipnya sepanjang bidang muamalah saja atau sedangkan umat Islam dan berbagai segi yang harus adalah adanya tidak bertentangan aplikasinya dan pengembangannya dengan Pancasila dan UUD 1945 diserahkan kepada penyelenggara (Menteri Kehakiman Ismail Saleh). negara/ pemerintah atau Ulil ‘Amri. Serta relevan dengan kebutuhan Menurut Juhaya S. Praja, hukum khususnya umat Islam, “teori kredo atau syahadat” yang karena cukup banyak asas-asas mengharuskan pelaksanaan hukum yang bersifat universal terkandung Islam oleh mereka yang telah dalam hukum Islam yang dapat mengucapkan dua kalimat syahadat dipergunakan sebagai bahan/materi sesungguhnya penyusunan hukum nasional. kelanjutan dari prinsip tauhid dalam filsafat hukum Menurut Sayuti Thalib Islam, yang menghendaki setiap (1985), implementasi hukum Islam orang yang menyatakan dirinya di Indonesia menggunakan teori beriman kepada Allah Swt, maka ia receptie harus tunduk kepada apa yang dirumuskan oleh Lodewijk Willem diperintahkan oleh Allah sekaligus Cristian Van Den Berg (1845- in complexy yang 1927) (Thalib, 1985). Sebelumnya teori ini adalah hukum Islam dapat teori ini juga disebutkan oleh berlaku di Indonesia bagi pemeluk H.A.R. Gibb, menurut teori ini bagi Islam, umat Islam harus taat pada orang Islam berlaku penuh hukum ajaran Islam dan hukum Islam Islam sebab dia telah memeluk berlaku universal pada berbagai Islam bidang ekonomi, hukum pidana dan walaupun pelaksanaannya dalam masih terdapat hukum perdata (Praja, 2011). penyimpangan-penyimpangan. IV. KESIMPULAN Secara fakta teori Berg lebih rinci 1. dibandingkan yang Indonesia yang mayoritas Muslim dikemukakan H.A.R. Gibb, sebab harus memiliki kepedulian dan prakteknya hingga sekarang umat penuh keterbukaan tidak pelak lagi Islam di Indonesia masih banyak turut yang belum menjalankan teori Pembangunan diwarnai hukum oleh tuntutan- taat dalam tuntutan umat Islam yang ingin ajaran Islam. menegakkan Syariat Islam. Ketaatan mereka masih terbatas Gagasan ini tentu patut didukung. pada shalat lima waktu, zakat, Namun puasa dan haji, sedangkan ajaran dukungan, Islam upaya-upaya lainnya masih kurang sambil perlu memberikan pula kiranya semacam secara cerdas ini diperhatikan misalnya ajaran Islam dijalankan dan tentang ekonomi dan perbankan bijaksana demi tercapai tujuan dan Islam (Thalib, 1985). cita-cita besar bangsa ini. Karena Teori penerimaan hukum ini menegakkan yang ma’ruf haruslah kemudian dikenal dengan istilah juga dengan menggunakan langkah receptie yang in complex yaitu ma’ruf. Disamping bahwa itu, penerimaan hukum Islam secara kesadaran perjuangan keseluruhan oleh masyarakat yang penegakkan Syariat Islam sendiri beragama Islam. Karakteristik dari adalah jalan yang panjang dan berliku, sesuai dengan sunnatullãh. penguatan terhadap kekuatan dan Karena itu dibutuhkan kesabaran daya tawar politis umat Islam perlu dalam menjalankannya. ditingkatkan. 2. 3. Model transformasi nilai- Prospek legislasi syariat nilai syariat Islam dalam usaha Islam politik Islam di Indonesia baru penguatan mekanisme politiknya. terimplementasikan Potensi besar umat Islam dari di bidang di Indonesia moral (gerakan akhlak) belum aktualisasi tercapai dibidang legal hukum norma syariat Islam dapat di sejalan kembangkan hukum konsep Islam bertahap pembentukan dengan (Tadarruj). pelaksanaan tinggal dalam norma- kegiatan prinsip melalui payung hukum dengan Melalui berbagai perundang-undangan di proses pengakraban (harmonisasi) Indonesia, bangsa ini dengan hukum Islam daerah yang sejalan dengan norma- yang selama ini telah dilakukan, norma syariat Islam mengandung harus esensi keadilan, kemaslahatan dan terus kesabaran dan dijalani dengan kebijaksanaan. Disamping tentu saja upaya-upaya kesejahteraan. peraturan-peraturan Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia (Ahmad Suganda) ISSN: 1858-2125 DAFTAR PUSTAKA Ali, M. D. (2013) Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada. Ash-Shiddiqy, M. H. (1993). Bintang. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Alkostar, A. (1997). Identitas Hukum Nasional, Yogyakarta: Fakultas Hukum UII. Cahyadi, A. & Manulang, E. F. M. (2007). Pengantar ke Filsafat Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Isjwara, F. (1964). Pengantar Ilmu Politik. Bandung : Dhiwantara. Ismatullah, D. (2008) Sejarah Sosial Hukum Islam. Bandung:Tsabita. Khallaf, A. W. (2005). Politik Hukum Islam, alih bahasa Zainudin Adnan, cet. ke-2. Yogyakarta: Tiata Wacana. Moh. Mahfud MD. (2010). Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: PT.Rajawali Persada. Praja, j. S. (2011). Teori Hukum dan Aplikasinya. Bandung: CV Pustaka Setia. Rahardjo, S. (1988). Pembangunan Hukum Nasional Dan Perubahan Sosial, Bandung: Angkasa. Syaukani, I & Thohari, A. A. (2005) Dasar-Dasar Politik Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sidharta, A. (2000) Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Sebuah Penelitian tentang Fondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hulum Sebagai Landasan Pembangunan Ilmu Hukum Nasional Indonesia. Bandung: Mandar Maju. Jurnal at-Tadbir Vol. 29 No. 02 Juli 2019 19 Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia (Ahmad Suganda) ISSN: 1858-2125 Thalib, S. (1985). Receptie A Contratrio, Hubungan Hukum Adat dan Hukum Islam. Jakarta: Bina Aksara. UUD 1945, Undang-Undang Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, UUD 1945 yang diamandemen. Wahyono, P. (1986). Kerangka Pembangunan Hukum di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Wibawa, S. (2001). Negara-Negara di Nusantara (Dari Negara Kota Hingga Negara Bangsa dari Modernisasi Hingga Negara Bangsa dari Modernisasi Hingga Reformasi Administrasi), Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Jurnal at-Tadbir Vol. 29 No. 02 Juli 2019 20