PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS DALAM PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA (Studi di SMAN 4 Palangka Raya) Irma Ayu Virtayanti1, Abudarin2, Enny Wijayanti3 1) Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Palangkaraya 2) Staf Pengajar Program Pasca Sarjana Universitas Palangkaraya 3) Staf Pengajar Program Pasca Sarjana Universitas Palangkaraya * Untuk korespondensi: Telp: 085651355474, e-mail: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pengembangan lembar kerja siswa (LKS) berorientasi keterampilan generik sains dalam pembelajaran kesetimbangan kimia di SMA. LKS berisi 4 kegiatan belajar yang memuat 6 (enam) keterampilan generik sains meliputi bahasa simbolik, pemodelan matematik, inferensi logika, konsistensi logika, hubungan sebab akibat dan membangun konsep. Pengembangan LKS menggunakan model 4-D dari Thiagarajan dengan tahap pengembangan meliputi define, design, develop, dan disseminate. Secara teknik tahap pengembangan yang dilakukan meliputi identifikasi masalah, analisis kebutuhan siswa, analisis tugas, analisis materi, desain LKS awal, penilaian ahli, uji keterbacaan perorangan, uji keterbacaan kelompok, dan uji coba lapangan. Uji coba dilakukan di SMAN 4 Palangka Raya kelas XI IPA 4. Uji coba bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS, peningkatan pemahaman konsep, keterampilan generik sains siswa dan sumbangan komponen KGS terhadap peningkatan pemahaman konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) LKS layak digunakan berdasarkan penilaian ahli dengan nilai koefisien validasi isi (Aiken’s V) sebesar 0,92; (2) keterampilan generik sains (KGS) siswa termasuk dalam kategori tinggi dengan ratarata sebesar 92,1; (3) peningkatan pemahaman konsep kesetimbangan kimia siswa sebelum dan sesudah pembelajaran termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata N-Gain sebesar 0,85; dan (4) sumbangan komponen KGS terhadap peningkatan pemahaman konsep sebesar 89,87%. Kata kunci: Kesetimbangan kimia, LKS, keterampilan generik sains, ABSTRACT A research in student worksheet (LKS) development has conducted, which is oriented in generic science skills in learning chemical equilibrium in high school. LKS contains four learning activities which consist of 6 (six) generic science skills including symbolic language, mathematical modeling, logic inference, consistency of logic, causality and concepts. LKS development using 4-D model from Thiagarajan with the development phase includes define, design, develop, and disseminate. Technically, the development phase includes identification of problems, analysis of the students’ needs, task analysis, material analysis, design of LKS early, expert assessment, individual legibility test, group legibility test, and field trials. The test is done in SMAN 4 Palangka Raya grade XI 4. The trial was aimed to determine the level of LKS legibility, the improvement of understanding the concept, the students’ generic science skills and contribution of KGS component on the improvement of understanding the concept. The results showed that: 1) LKS fit to use based on an expert assessment with the value of the validation coefficient of the contents (Aiken's V) 0.92; (2) generic science skills (KGS) students 1 2 Virtayanti, PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA........... in the high category with an average of 92.1; (3) an improvement of understanding the concept of chemical equilibrium before and after learning of students in the high category with an average N-Gain of 0.85; and (4) KGS component contribution on the improvement of understanding the concept of 89.87%. Keywords: chemical equilibrium, student worksheet (LKS), generic science skills (KGS) dapat dikemas misalnya dalam PENDAHULUAN Pembelajaran sains ditujukan bukan hanya agar siswa memahami pengetahuan alam tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan berfikir, terutama kemampuan berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking = HOT). Pengembangan HOT dilakukan baik dalam proses pembelajaran maupun dalam evaluasi pembelajaran dengan tujuan agar dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa secara optimal. Pengembangan HOT dalam pembelajaran mendorong siswa dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu masalah, mampu penjelasan, mampu memecahkan mengkonstruksi berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih Pada pembelajaran sains, berpikir tingkat tinggi (HOT) mencakup sejumlah keterampilan-keterampilan berpikir yang disebut keterampilan generik sains (KGS). KGS Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan salah satu mencakup keterampilan dalam sarana untuk menuntun, membimbing, dan mengarahkan siswa agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif. Dengan menggunakan LKS akan terjadi interaksi yang efektif antara siswa dan guru sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi siswa termasuk membangun keterampilan generik sains [4]. LKS berorientasi keterampilan generik sains adalah LKS yang dirancang sedemikian rupa untuk memandu siswa dalam belajar agar memperoleh pengetahuan dan sekaligus meningkatkan KGS secara optimal. Dalam LKS berorientasi KGS, setiap aktivitas belajar untuk jelas [1,2]. bentuk memperoleh dilakukan dengan pengetahuan proses berfikir baru yang mengacu kepada komponen keterampilan generik sains. METODE PENELITIAN melakukan pengamatan langsung atau tak Pengembangan LKS dalam penelitian langsung, bahasa simbolik, inferensi logika, ini mengunakan model 4D dari Thiagarajan pendekatan matematik, dan membangun dengan konsep [3]. define, design, develop, dan KGS tahap meliputi disseminate. Agar siswa dapat mengembangkan Secara secara pengembangan LKS seperti disajikan pada optimal dalam proses pembelajaran diperlukan fasilitas berupa panduan belajar. Panduan belajar tersebut teknik, pengembangan langkah-langkah Gambar 1. Uji coba lapangan yang 3 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (SN-KPK) dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Keterangan: desain one group pretes-postes only [5]. P = persentase keterbacaan ∑π = jumlah skor penilaian ∑ π1 = jumlah skor maksimum Produk LKS diuji melalui uji kelayakan isi dengan penilaian ahli dan uji keterbacaan siswa secara perorangan maupun 2. Pengukuran KGS kelompok, peningkatan pemahaman siswa (N-Gain), KGS siswa, sumbangan KGS pemahaman konsep serta dalam besarnya peningkatan siswa. Uji coba terbatas dilakukan di SMAN 4 Palangka Raya pada siswa kelas XI IPA 4. 1. a. Kemampuan konsep KGS siswa kesetimbangan dalam kimia diukur menggunakan tes berbentuk uraian obyektif terdiri dari 13 butir soal. Kemampuan KGS dihitung dengan persamaan sebagaimana dikemukakan oleh Purwanto [7]. Uji Kelayakan Validasi Isi (Penilaian Ahli) skor yang diperoleh siswa % KGS = Sebelum digunakan di kelas LKS 3. skor maksimum tiap soal x100% Pengukuran Pemahaman Konsep dilakukan validasi isi terlebih dahulu oleh Pemahaman konsep kesetimbangan tiga orang ahli, yaitu ahli bahasa, ahli kimia diukur menggunakan tes pemahaman pendidikan, dan ahli kimia. Hasil penilaian konsep. Soal tes berbentuk uraian obyektif ahli terdiri digunakan menentukan sebagai validitas dasar isi untuk menggunakan dengan persamaan sebagai berikut : V = ∑ s / [n(c-1)] Keterangan: lo = angka penilaian validitas yang terendah c = angka penilaian validitas yang tertinggi r = angka yang diberikan oleh penilai. Uji Keterbacaan Siswa Perorangan dan Kelompok Keterbacaan LKS ditentukan berdasarkan data penilaian dari responden, dihitung butir soal, validasi soal yang telah Hasil bahwa soal dapat didapatkan digunakan mengukur pemahaman kesetimbangan kimia dengan untuk konsep koefisien validitas isi (Aiken’s V) sebesar 1. Soal tes s = r – lo b. 13 divalidasi. formula Aiken’s V [6]. Formula digunakan untuk menghitung koefisien validitas isi dari menggunakan rumus berikut: π= ∑π π₯ 100% ∑ π1 sebagai juga dilakukan uji coba empiris untuk mengukur daya beda, tingkat kesukaran dan reabilitas. Hasil Uji coba empiris menyatakan bahwa soal 1 sampai soal 13 memiliki daya pembeda yang cukup, tingkat kesukaran sedang, dan reabilitas sebesar 1, artinya soal dikategorikan baik. 4 Virtayanti, PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA........... Peningkatan pemahaman konsep ditentukan menggunakan N-gain Identifikasi score masalah (pretest-posttest) yang dikemukakan Hake, [8], dengan persamaan sebagai berikut: π − ππππ π ππππ = πΊ πΊπππ₯ πππ π‘ππ − ππππ‘ππ 100 − ππππ‘ππ = Analisis kebutuhan Pendefinisian siswa Analisis tugas 4. Penentuan Sumbangan Komponen KGS terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Besarnya sumbangan Analisis materi Kriteria evaluasi komponen KGS terhadap peningkatan pemahaman konsep ditentukan menggunakan korelasi Perancangan Pemilihan media Product Moment Pearson yang dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi [9]. Rumus korelasi Product Pemilihan format Moment Pearson adalah sebagai berikut: r= Desain awal LKS n(∑ xy)− (∑ x .∑ y) √[n ∑ x2 (∑ x)2 ][n ∑ y2 (∑ y)2 ] revisi Keterangan: Penilaian ahli n = jumlah data Ya X = variabel bebas LKS revisi I Y = variabel terikat Adapun untuk rumus menghitung yang digunakan koefisien detrminasi Uji keterbacaan perorangan revisi adalah: Pengembangan KD = (r)2 x 100% LKS revisi II Keterangan: KD = Koefisien Determinasi r Uji keterbacaan kelompok = Korelasi Pearson Product Moment revisi LKS revisi III Uji coba lapangan Gambar 1. Prosedur Pengembangan LKS Berorientasi KGS 5 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (SN-KPK) Berdasarkan hasil uji keterbacaan HASIL DAN PEMBAHASAN didapatkan 1. a. Uji Kelayakan Validasi Isi (Penilaian Ahli) bahwa rata-rata keterbacaan perorangan sebesar 90,66 dan keterbacaan kelompok sebesar 90,28, yang Desain awal LKS divalidasi melalui dapat dimaknai bahwa LKS mudah untuk penilaian ahli yang dilakukan oleh 3 orang dipahami dan layak digunakan. ahli, yaitu ahli bahasa, ahli kimia, dan ahli 2. pendidikan. Skor digunakan untuk hasil penilaian mengitung nilai Keterampilan Generik Sains (KGS) ahli Komponen koefisien KGS validitas isi menggunakan formula Aiken’s V. dikembangkan Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien kesetimbangan kimia menggunakan LKS validitas isi sebesar 0,92 yang berarti bahwa meliputi LKS valid atau memadai dengan sedikit matematik, revisi pada beberapa bagian. Revisi desain logika, membangun konsep, dan hubungan awal LKS berdasarkan koreksi dari ahli sebab akibat, sesuai dengan lingkup materi menghasilkan kesetimbangan kimia. Keenam komponen desain yang selanjutnya dalam yang bahasa pembelajaran simbolik, inferensi pemodelan logika, konsistensi disebut “desain revisi 1”. KGS tersebut pernah dikembangkan dalam b. pembelajaran Uji Keterbacaan Siswa Perorangan dan Kelompok yang dilakukan oleh Sekarwinahyu dan Mustafa [10]. 1. Bahasa simbolik Uji keterbacaan dilakukan dalam Pemahaman bahasa simbolik yang dua tahap yaitu keterbacaan perorangan dikembangkan dan keterbacaan kelompok. Uji keterbacaan kesetimbangan perorangan dan kelompok memiliki tujuan pemahaman terhadap simbol-simbol yang yang sama, yaitu menilai kelayakan LKS terkait dari kesetimbangan aspek pembelajaran kimia dengan mencakup persamaan reaksi persamaan tetapan oleh siswa. terletak pada kesetimbangan. Beberapa contoh simbol substansi angket dan responden. Penilaian yang harus dipahami siswa misalnya adalah perorangan digunakan untuk merevisi LKS, simbol-simbol menjadi LKS desain revisi II. Selanjutnya kimia, fasa zat, tanda reaksi, konsentrasi, dilakukan uji keterbacaan kelompok dengan dan tetapan kesetimbangan. Data penelitian responden siswa yang lebih banyak. Hasil menunjukkan kemampuan siswa memahami penilaian tahap ini digunakan untuk merevisi bahasa LKS desain resvisi II sehingga menjadi LKS kesetimbangan kimia sebesar 100%. desain revisi III. LKS desain revisi III ini 2. Kerangka logika (membangun konsep) Perbedaan keterbacaan dalam keduanya selanjutnya diuji-coba secara terbatas, yaitu dan yang simbolik Pemahaman menyatakan terkait kerangka rumus dengan logika digunakan pada pembelajaran kimia di (membangun konsep) yang dikembangkan sekolah. dalam pembelajaran kesetimbangan kimia meliputi pemahaman terhadap keterampilan 6 Virtayanti, PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA........... mengkonstruksi konsep-konsep baru yang hubungan antara dua variabel. Sebagai terdapat contoh jika salah satu komponen (zat) yang pada materi kesetimbangan. Misalnya siswa menjelaskan tentang prinsip terdapat azas secara tekanannya diperbesar (volume diperkecil) kesetimbangan maka kesetimbangan akan bergeser kearah Le Chatelier, mikroskopik dimana sistem dalam ruas lingkungan. Data penelitian menunjukkan (koefisien) yang kecil, demikian sebaliknya. kemampuan siswa memahami kerangka Data penelitian menunjukkan kemampuan logika (membangun konsep) terkait dengan siswa memahami inferensi logika terkait kesetimbangan kimia sebesar 100%. dengan 3. Konsistensi logika 97,5%. dikembangkan dalam mempunyai kesetimbangan umumnya peka terhadap gangguan dari Pemahaman konsistensi logika yang yang sistem jumlah kesetimbangan kimia partikel sebesar 6. Pemodelan matematik pembelajaran Pemahaman pemodelan matematik kesetimbangan kimia mencakup penerapan yang dikembangkan dalam pembelajaran konsep dan prinsip. Sebagai contoh siswa kesetimbangan kimia meliputi pemahaman menghitung harga tetapan kesetimbangan terhadap persamaan reaksi kesetimbangan berdasarkan dan persamaan tetapan kesetimbangan. persamaan kesetimbangan. Data penelitian menunjukkan kemampuan Beberapa siswa memahami konsistensi logika terkait dipahami dengan menghitung harga Kc berdasarkan harga kesetimbangan kimia sebesar contoh siswa tetapan misalnya yang harus ketika siswa 83,86%. Kp, maka siswa harus menggunakan rumus 4. Inferensi logika dengan tepat. Data penelitian menunjukkan Pemahaman inferensi logika yang dikembangkan pembelajaran matematik terkait dengan kesetimbangan kesetimbangan kimia meliputi pemahaman kimia sebesar 75%. Rata-rata pemahaman menyimpulkan KGS siswa sebesar 92,1%. Sebagai dalam kemampuan siswa memahami pemodelan berdasarkan contoh, data-data. siswa mampu menunjukkan terjadinya pergeseran kesetimbangan berdasarkan data percobaan perubahan-perubahan hasil 3. Peningkatan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep siswa tentang kesetimbangan kimia mengalami sistem peningkatan. Nilai rata-rata skor pretes penelitian sebesar 5,1 dan nilai rata-rata skor postes menunjukkan kemampuan siswa memahami sebesar 23, dengan (N-Gain) rata-rata inferensi sebesar 0,85 yang termasuk kategori tinggi. kesetimbangan. Data logika terkait dengan kesetimbangan kimia sebesar 96,25%. 5. Hubungan sebab akibat Pemahaman hubungan sebab akibat siswa yang dapat ditingkatkan saat mempelajari konsep kesetimbangan kimia mencakup kemampuan mengungkapkan SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA (SN-KPK) 4. Sumbangan Komponen KGS terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Analisis sumbangan kemampuan peningkatan sesudah dengan menggunakan korelasi komponen (KD). Berdasarkan hasil pembelajaran termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata N-Gain sebesar Product Moment dan Koefisien Determinasi konsep kesetimbangan kimia siswa sebelum dan KGS terhadap pemahaman konsep siswa Pearson pemahaman 7 0,85; dan KGS (4) dalam sumbangan peningkatan pemahaman konsep sebesar 89,87%. penelitian didapatkan bahwa harga korelasi Pearson UCAPAN TERIMA KASIH Product Moment sebesar 0,948 dengan Terimakasih disampaikan kepada koefisien determinasi sebesar 89,87% yang Yenihayati, S.Pd., M.Pd, (Kepala Sekolah berarti tinggi. SMAN 4 Palangka Raya). KGS DAFTAR RUJUKAN Pemahaman [1] Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers. Person Merril Prentice Hall. New Jersey. [2] Haryanto. 2011. Evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Bertaraf Internasional. Makalah, disampaikan pada Workshop Pengembangan Instrumen Evaluasi pada Sekolah Bertaraf Internasiona, Jurusan Kimia, FMIPA UNNES, tanggal 7 Mei 2011. [3] Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First Inernational Seminar of Science Education. 27 Oktober 2007. Bandung. 13-18. [4] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)). Jakarta: Kencana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 KODE SISWA Gambar 2. Kurva Sumbangan terhadap Pemahaman Gambar 2. KGS menunjukkan kemampuan KGS dan pemahaman konsep yang diperoleh siswa. Kurva tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan cenderung KGS yang menunjukkan lebih baik pemahaman konsep yang lebih baik pula. KESIMPULAN Hasil bahwa: 1) penelitian LKS menunjukkan layak digunakan berdasarkan penilaian ahli dengan nilai koefisien validasi isi (Aiken’s V) sebesar 0,92; (2) keterampilan generik sains (KGS) siswa dengan termasuk rata-rata dalam kategori sebesar 92,1; tinggi (3) 8 [5] [6] [7] Virtayanti, PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA........... Thiagarajan, S., Semmel, D.S., & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Washington: National Center for Improvement of Educational Systems [8] Hake, R.R. 1998. InteractiveEngagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics, 66(1): 64 – 74. Aiken, L.R. 1985. Three Coefficients for Analyzing the Reliability of Single Items or Questionnaires. Educational and Psychological Measurement. [9] Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara Purwanto, M. Ngalim. 2013. PrinsipPrinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya [10] Sekarwinahyu, M. & Mustafa, D. 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia. Jakarta: PAIPPAI-UT.