2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB I. I.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH Gambaran Umum Kabupaten Bantul II.2.1. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di DIY. Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 506,85 Km2 (15,90 % dari Luas wilayah DIY). Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07°44'04"-08°00'27" Lintang Selatan dan 110°12'34"-110°31'08" Bujur Timur. Berikut adalah batas wilayah Kabupaten Bantul: a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia c. Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul d. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo Untuk lebih jelasnya terkait batas-batas wilayah Kabupaten Bantul, dapat dilihat pada peta administrasi di bawah ini: Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul Laporan Antara II - 1 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di sebelah utara, Kabupaten Gunungkidul di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat. Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya. II.2.2. Kondisi Geomorfologi Garis besar geomorfologi di Kabupaten Bantul terdapat satuan geomorfologi, yakni: a. Satuan Perbukitan Struktural Baturagung Perbukitan Baturagung secara umum merupakan bentuk lahan asal proses strukturisasi, yang secara genesis merupakan dataran tinggi (plate) Selatan Pulau Jawa yang telah mengalami pengangkatan dan patahan. Perbukitan struktural ini terbentuk oleh proses diatropisme yang berupa sesar bertingkat. Topografi perbukitan ini mempunyai lereng yang miring di bagian bawah (I 5— 30%) hingga terjal di bagian atas (30—45%), terdapat igir memanjang dari selatan ke utara di bagian barat, dan arah barat ke timur di bagian utara dengan lereng sangat curam (>45%) yang merupakan bidang patahan (escarpment). Batuan penyusun pada perbukitan Baturagung yang termasuk dalam wilayah kajian ini berupa material vulkanik tua yang telah banyak mengalami pelapukan tingkat lanjut, yang meliputi: Formasi Kebo-Butak, Semilir, Nglanggeran dan Sambipitu, menghasilkan Satuan Geomorfologi S1k, S1n, dan S1s (Lihat Gambar 2.2). Struktur batuan umumnya masif dengan banyak retakan dan patahan, banyak singkapan batuan (outcrop), lapisan tanah relalif tipis (litosol), dan dengan curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan proses erosi dan longsor lahan cukup intensif dan sangat sering terjadi di wilayah ini. Lembah-lembah yang sempit dengan lereng relalif datar hingga landai (8-15%) hanya dijumpai di antara perbukitanperbukitan yang ada dan di sekitar aliran Sungai Oyo (intermountain basin) membentuk Satuan Geomorfologi F3 (Gambar 2.2). Laporan Antara II - 2 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul b. Satuan Perbukitan Karst Wonosari Perbukitan karst merupakan satuan geomorfologi yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuannya yang intensif (Ford dan Williams, 1989). Berdasarkan definisi tersebut mengungkapkan bahwa batugamping bukan merupakan salah satu batuan yang dapat membentuk topografi karst. Batugamping mudah mengalami pelarutan (solusional) akibat curah hujan yang tinggi. Berlangsungnya proses geomorfologis dalam waktu yang sangat lama, telah membentuk fenomena topografi karst yang unik di Perbukitan Karst Gunung Sewu, yang sebagian terdapat di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu di sebagian Kecamatan Dlingo dan Kecamatan Pundong. Perbukitan karst merupakan satuan geomorfologi yang mempunyai banyak keunikan alami, seperti bukitbukit berbentuk kerucut yang teratur, lembah-lembah drainase yang disebut dolina, sistem gua-gua dan sungai bawah tanah yang berpotensi besar akan sumber daya air bawah permukaan serta berbagai kekayaan flora di permukaannya dan fauna di dalamnya. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh material batugamping formasi Wonosari. Formasi Wonosari (Tmpw) terbentuk pada zaman Miosen Atas sampai Pliosen di bagian selatan perbukitan Baturagung, seluruh cekungan Wonosari dan Pegunungan Sewu. Formasi ini tersusun atas batugamping berlapis kasar (kalkarenit) dan lunak (kalsilutit), dengan ketebalan lapisan berkisar antara 300 hingga 800 meter. Laporan Antara II - 3 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul Gambar 2. 2 Peta Geomorfologi Kabupaten Bantul Sumber: Santosa dan Aji, 2014 Berdasarkan morfologinya cekungan air tanah Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul merupakan dataran fluviovulkan yang merupakan sebuah graben. Sedangkan perbukitan menoreh merupakan horst yang menyebabkan air tanah berkumpul pada bagian tengah sedangkan di bagian ujung graben dan horst tidak memiliki banyak cadangan air tanah. bagian tersebut berada di Kabupaten Bantul. II.2.3. Kondisi Geologi Formasi geologi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau Laporan Antara II - 4 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul di bawah permukaan. Formasi geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batugamping. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat dirinci menjadi beberapa formasi sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Daftar Formasi Geologi Kabupaten Bantul No 1 Formasi Geologi Endapan Gunung Merapi Muda 2 Sentolo 3 Sambipitu SemilirNglanggeran 4 5 Wonosari 6 Endapan Aluvium Jenis Batuan Pasir vulkanik klastik, lanau, gravel Batu gamping berlapis, napal, tuff Konglomerat, batupasir Luas (Ha) Breksi, batupasir, tuff 12.164 Batu gamping, lagoon Pasir Tersortasi karang, 23.316 9.123 1.520 4.055 507 II.2.4. Jenis Tanah Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Regosol, Litosol, Mediteran, Latosol, Grumosol, Rendzina dan Alluvial. Masing-masing jenis tanah tersebut tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Bantul yang secara rinci dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini: a. Tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul yang tersebar pada Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul dan Kecamatan Bambanglipuro. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur kasar bercampur pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah. b. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir, dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Kecamatan Pandak. c. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan sedikit di Kecamatan Sedayu. Laporan Antara II - 5 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul d. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi yang tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan dan Kecamatan Pleret. e. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batu gamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro dan Kecamatan Srandakan. f. Tanah Rendzina adalah jenis tanah berwarna coklat keabu-abuan, kaya humus dan biasanya berada di antara zona-zona tanah. Jenis tanah ini sangat erat berkaitan dengan tanah hasil pelapukan batuan dasar. Jenis tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan lunak seperti dolomit, batugamping, batukapur, batuserpih, kadang-kadang batuan gipsum. Jenis tanah ini terletak di Kecamatan Piyungan, Imogiri, Dlingo, Pleret, Pajangan dan Kecamatan Kasihan. g. Tanah Alluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan badan air (sungai dan danau), bertekstur halus dan dapat menampung air hujan yang tergenang. Tanah alluvial biasanya terdapat di tebingan sungai, delta sungai, dan dataran yang tergenang banjir. Banjir yang melimpah akan menimbulkan endapan tanah alluvial di tepi sungai. Jenis tanah yang dimiliki oleh Kabupaten Bantul sebagian besar bukan merupakan jenis tanah yang mudah meloloskan dan menyimpan air, oleh sebab itu diperlukan kajian khusus dalam menemukan sumber pengambilan air tanah di daerah yang sulit ditemukan melalui kegiatan Eksplorasi Detail Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul. II.2.5. Hidrogeologi Secara hidrogeologi, Kabupaten Bantul merupakan bagian dari cekungan air tanah Yogyakarta-Sleman. Cekungan Air tanah Yogyakarta-Sleman mencakup wilayah di lereng selatan Gunung Merapi yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang industri, pertanian dan domestik. Kabupaten Bantul merupakan wilayah di Cekungan Air tanah Yogyakarta-Sleman yang memiliki Laporan Antara II - 6 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul ketebalan akuifer paling tipis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bantul merupakan daerah discharge dalam sistem Cekungan Air tanah Yogyakarta-Sleman. Untuk lebih jelasnya terkait cekungan air tanah Yogyakarta-Sleman, dapat dilihat pada peta cekungan air tanah di bawah ini: Gambar 2. 3 Peta Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman Kabupaten Bantul memiliki ketebalan akuifer yang cukup bervariasi. Ketebalan maksimal berkisar antara 35-80 meter, meliputi Kecamatan Bantul, Sewon bagian selatan dan Kecamatan Bambanglipuro bagian utara. Besarnya ketebalan yang mencapai 80 meter ini disebabkan karena adanya struktur geologi Laporan Antara II - 7 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul berupa sesar turun yang membentuk Graben Bantul. Sedangkan ketebalan akuifer minimal berkisar antara 5-25 meter, yang terletak di Kecamatan Srandakan, Imogiri, Jetis, Pleret, Pandak, Sanden, Kretek, Sedayu dan Kecamatan Pundong. Hal ini salah menjadi salah satu penyebab Kecamatan kecamatan seperti Imogiri, Pandak, dan Kecamatan Sedayu mengalami kesulitan air terutama saat musim kemarau. Berdasarkan satuan geomorfologinya Kabupaten Bantul memiliki cadangan air tanah sebagai berikut: Tabel 2. 2 Cadangan Air Tanah Kabupaten Bantul Tahun 2018 No Zona Karakteristik Satuan Geomorfologi Lokasi Zona 1: Dataran Kaki Gunungapi Merapi Luas: 117.656.090 m2 Ketersediaan: 5.147.453.937,5 m3 Hasil Aman: 123.538.894,5 m3 Penetrasi Bor: 60 - 120 m Dataran Fluvial Gunungapi Merapi Luas: 191.336.220 m2 Ketersediaan: 4.783.405.500 m3 Hasil Aman: 119.585.137,5 m3 Penetrasi Bor: 60 - 80 m Akuifer tebal produktivitas tinggi dengan penyebaran luas, dan potensi air tanah tinggi Dataran Kaki Gunungapi Merapi Kecamatan Sedayu, Kasihan, Sewon, Banguntapan, dan Kecamatan Piyungan Dataran Fluvio Gunungapi Merapi Kecamatan Bantul, Jetis, Imogiri, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Srandakan, Sanden, dan Kecamatan Kretek Zona 2: Dataran Fluviomarin Luas: 9.012.200 m2 Ketersediaan: 135.183.000 m3 Hasil Aman: 3.379.575 m3 Penetrasi Bor: 40 - 60 m Kompleks Beting Gisik dan Gumuk Pasir Luas: 6.231.670 m2 Ketersediaan: 94.721.384 m3 Hasil Aman: 5.920.086,5 m3 Zona 3: Lembah antar Perbukitan Baturagung Luas: 2.250.030 m2 Ketersediaan: 4.050.054 m3 Hasil Aman: 945.012,6 m3 Akuifer tebal produktivitas sedang dengan penyebaran sempit, dan potensi air tanah sedang Dataran Fluviomarin Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kecamatan Kretek Kompleks Beting Gisik dan Gumuk Pasir Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kecamatan Kretek Akuifer tipis, produktivitas rendah dengan penyebaran sempit, dan potensi air tanah rendah Lembah antar Perbukitan Baturagung Kecamatan Dlingo Sumber: DPUPKP, 2018 Laporan Antara II - 8 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa cadangan air tanah di Kabupaten Bantul dibagi menjadi 3 zona dengan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik masing-masing zona menyebabkan setiap wilayah di Kabupaten Bantul memiliki cadangan yang berbeda. Salah satu wilayah di Kabupaten Bantul yang memiliki cadangan air tanah sedikit adalah Kecamatan Dlingo karena memiliki akuifer yang tipis sehingga potensi air tanahnya rendah. II.2.6. Formasi Geologi Formasi geologi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan. Formasi geologi menunjukkan kelompok-kelompok bantuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya simpanan air. No 1 2 3 4 5 6 Tabel 2. 3 Daftar Formasi Geologi Kabupaten Bantul Formasi Geologi Jenis Batuan Luas (Ha) Pasir vulkanik Endapan Gunung Merapi klastik, lanau, 23.316 Muda gravel Batu gamping Sentolo 9.123 berlapis, napal, tuff Konglomerat, Sambipitu 1.520 batupasir Kebu-Butak-SemilirBreksi, batupasir, 12.164 Nglanggeran tuff Batu gamping, Wonosari 4.055 karang, lagoon Endapan Aluvium Pasir Tersortasi 507 Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batugamping. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat dirinci menjadi beberapa formasi sebagaimana ditampilkan pada tabel 2. 3. Laporan Antara II - 9 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul II.2.7. Klimatologi Secara umum wilayah Kabupaten Bantul dapat dikategorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Pada musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian Barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di Tenggara. Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu diperlukan parameter data minimal berupa banyaknya Hari Hujan (HH) dan intensitas curah hujan (mm) hujan yang berada pada 12 lokasi tersebar di Kabupaten Bantul. Curah hujan tertinggi di Kabupaten Bantul pada tahun 2019 terjadi pada bulan November dan Desember yang tercatat di Stasiun Pemantau Kebonongan, yaitu sebanyak 1.287 mm. Sedangkan, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari sebanyak 27 hari tercatat di Stasiun Pemantau Pundong. II.2.8. Demografi Jumlah penduduk di Kabupaten Bantul terus mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk yang semakin bertambah berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas dan kegiatan sehari-hari, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dengan adanya sumur bor diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memanfaatkan salah satu sumber air bersih sehingga dapat terpenuhi kebutuhan utamanya. Untuk itu, semakin besar jumlah penduduknya maka potensi untuk pengembangan sumur bor sebagai salah satu sumber air bersih akan semakin baik. Jumlah penduduk di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. 4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2018 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Jumlah Penduduk 29.414 30.340 30.608 32.654 38.656 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 1.606 1.310 1.143 1.379 1.703 Laporan Antara II 10 - 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul No 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kecamatan Jumlah Penduduk Pandak Bantul Jetis Imogiri Dlingo Pleret Piyungan Banguntapan Sewon Kasihan Pajangan Sedayu Jumlah 49.600 63.678 55.478 59.065 36.966 47.626 56.272 145.956 117.200 129.233 36.297 47.649 1.006.692 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 2.041 2.901 2.267 1.084 662 2.073 1.729 5.125 4.315 3.991 1.092 1.387 1.986 Sumber: BPS Kabupaten Bantul, 2019 Jumlah penduduk di Kabupaten Bantul pada tahun 2018 sebesar 1.006.692 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul. Kepadatan penduduk Kabupaten Bantul adalah 1.986 jiwa/km2. Kecamatan dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk paling besar adalah Kecamatan Banguntapan dengan jumlah penduduk 145.956 jiwa dan kepadatan penduduk 5.125 jiwa/km2. Sementara itu, kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Srandakan dengan jumlah penduduk 29.414 jiwa dan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Dlingo dengan kepadatan penduduk 662 jiwa/km2. II.2.9. Penggunaan Lahan Terdapat tiga jenis penggunaan lahan yang dominan di Kabupaten Bantul, yaitu: kampung/permukiman, sawah irigasi dan kebun campuran. Penggunaan lahan dengan persentase paling tinggi adalah kampung seluas 18.112,96 Ha (35,76%), selanjutnya sawah irigasi seluas 14.266,80 Ha (28,15%), dan kebun campuran seluas 7.431,72 Ha (14,66%). Tabel berikut merupakan detail penggunaan lahan di Kabupaten Bantul: Laporan Antara II 11 - 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul Tabel 2. 5 Penggunaan Lahan Kabupaten Bantul 2018 Kecamatan Dlingo memiliki luasan hutan yang paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bantul. Hutan yang ada di Kecamatan Dlingo merupakan hutan pinus yang cenderung menyerap air tanah. Walaupun hutan penyerapan air yang dilakukan oleh tumbuhan pinus tidak maksimal. Oleh sebab itu ketersediaan air tanah tidak signifikan. Kecamatan Imogiri, Pandak dan Kecamatan Sedayu penggunaan lahan terbesar adalah pemukiman. Hal ini menyiratkan bahwa konsumsi air banyak digunakan untuk konsumsi harian dan minim daerah resapan. Sedangkan Kecamatan Pajangan sebagian besar merupakan kebun campuran. Kebun campuran ini berpotensi untuk diajdikan lahan resapan bila ditanami dengan tumbuhan yang tepat. I.2 Gambaran Umum Kecamatan Dlingo II.2.1. Kondisi Geografis Kecamatan Dlingo berada di sebelah Timur Ibukota Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah 5.793,9790 ha. Wilayah administrasi Kecamatan Dlingo meliputi 6 desa yaitu Desa Terong, Dlingo, Temuwuh, Muntuk, Mangunan dan Desa Jatimulyo. Berikut adalah peta administasi Kecamatan Dlingo: Laporan Antara II 12 - 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul Gambar 2. 4 Peta Administrasi Kecamatan Dlingo Secara administrasi, Kecamatan Dlingo berbatasan dengan Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Bantul dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Berikut adalah batas administrasi Kecamatan Dlingo: Sebelah Utara : Kecamatan Piyungan dan Kecamatan Patuk; Sebelah Timur : Kecamatan Playen dan Kabupaten Gunungkidul; Sebelah Selatan : Kecamatan Playen dan Kecamatan Panggang; Sebelah Barat : Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Pleret. Kecamatan Dlingo berada di dataran tinggi. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 320 mdpl. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 23 km. Bentangan wilayah di Kecamatan Dlingo berupa daerah berombak sampai berbukit. II.2.2. Klimatologi Kecamatan Dlingo beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi di Kecamatan Dlingo adalah 32ºC dengan suhu terendah 24ºC. Laporan Antara II 13 - 2020 SED Geologi Lingkungan Air Tanah di Kabupaten Bantul II.2.3. Demografi Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul, jumlah penduduk Kecamatan Dlingo adalah sebanyak 39.092 orang yang terdiri dari 13.310 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk laki-laki 19.463 orang dan penduduk perempuan 19.629 orang. Dari keseluruhan jumlah penduduk di Kecamatan Dlingo terdapat warga miskin sebanyak 9.786 orang atau sebesar 22,31% dari keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Dlingo adalah 750 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Dlingo adalah petani. Dari data monografi kecamatan tercatat 20,88% penduduk Kecamatan Dlingo bekerja di sektor pertanian. Laporan Antara II 14 -