Uploaded by User79391

cara dispensing obat yang baik

advertisement
Assalamualaikum
Warahmatullahi
Wabaraktuh
Intan Putri Dinanti
17160012
DISPENSING
LINGKUNGAN
DISPENSING
PERSONEL
DISPENSING
PROSES
DISPENSING
DISPENSING
Dispensing obat merupakan proses yang
mencakup berbagai kegiatan, yang dilakukan oleh
seorang Apoteker, mulai dari penerimaan resep
dengan memastikan penyerahan obat yang tepat
bagi pasien serta kemampuannya mengonsumsi
sendiri dengan baik. Kegiatan dalam proses
dispensing mencakup :
Menerima dan memvalidasi resep
dokter
Mengerti dan menginterpretasikan maksud
dokter dalam resep obat
Solusi masalah jika terdapat dalam resep
bersama dokter penulis resep
Mengisi P3 (Profil Pengobatan Penderita)
Menyediakan/meracik obat dengan teliti
Memberi wadah dan etiket yang benar
Merekam semua tindakan
Mendistribusikan obat kepada pasien rawat
inap atau rawat jalan
Memberikan informasi yang diperlukan
bagi pasien dan perawat
Dispensing merupakan proses rutin dan sederhana
yang tidak boleh salah. Praktik Dispensing yang
Baik adalah suatu praktik yang memastikan bahwa
obat yang diberikan kepada pasien yang benar,
dosis dan frekuensi yang benar, instruksi yang
jelas dan dalam suatu kemasan yang memelihara
potensi obat. Dispensing termasuk semua kegiatan
yang terjadi antara waktu resep diterima dan
obat yang ditulis disampaikan kepada pasien.
LINGKUNGAN DISPENSING
Lingkungan dispensing harus bersih karena
kebanyakan obat dikonsumsi secara internal.
Lingkungan tersebut harus menjamin kesehatan
dan tidak terkontaminasi. Oleh karena itu,
lingkungan dispensing wajib diorganisasikan
sedemikian sehingga didapatkan daerah kerja yang
aman, nyaman dan efisien. Lingkungan dispensing
termasuk staf, sekeliling fasilitas fisik, rak dan
ruang penyimpanan, ruang peracikan permukaan
yang digunakan selama bekerja, peralatan dan
bahan pengemas.
Lingkungan dispensing harus memiliki ruang yang cukup
agar memungkinkan gerakan yang longgar bagi staf selama
proses dispensing, tetapi jarak atau jangkauan yang harus
dicakup oleh personel dispensing harus diminimalkan untuk
memelihara efisiensi selama proses dispensing. Staf yang
terlibat dalam dispensing harus memelihara kebersihan
pribadi dan harus memakai pakaian kerja bersih
Sekeliling fasilitas fisik harus dipelihara dan harus sedapat mungkin bebas debu
dan kotoran. Memelihara suatu lingkungan yang bersih memerlukan pembersihan
rutin dan tetap pada semua rak dan lemari obat, membersihkan lantai dan
permukaan tempat kerja (misalnya meja kerja) setiap hari, serta harus ada jadwal
tetap untuk memeriksa dan membersihkan. Jika terjadi tumpahan, tumpahantumpahan harus segera dibersihkan, terutama cairan tumpahan yang lekat, manis
atau yang menarik serangga, seperti semut dan lalat. Makanan dan minuman tidak
boleh disimpan atau ditemaptkan didaerah dispensing dan dalam lemari pendingin
tempat penyimpanan obat
Alat penyimpanan yang digunakan untuk meracik, seperti
lumpang dan mortir, gelar ukur, timbangan serta anak
timbangan, sendok obat, sudip, spatula, alat penghitung
tablet atau kapsul,semuanya harus selalu bersih dan kering
sebelum digunakan untuk setiap peracikan produk yang
berbeda dan pada akhir kerja. Timbangan harus dilakukan
kalibrasi sesuai dengan peraturan pemerintah.
Tanggung jawab untuk kebenaran dan mutu obat yang diserahkan
terletaknya seluruhnya pada apoteker pengawas proses dispensing,
apoteker dan asisten apoteker yang langsung mengerjakan resep obat.
Selain membaca, menulis, menghitung dan menuang, personel atau
timdispensing memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
menyempurnakan proses dispensing, termasuk :
Pengetahuan tentang obat yang sedang di-dispensing, yaitu penggunaan umum,
dosis umum, peringatan tentang metode penggunaan, efek samping yang
umum, interaksi yang umum dengan obat lain atau makanan, mekanisme kerja
obat dan persyaratan penyimpanan
Keterampilan kalkulasi dan aritmatik yang
baik
Keterampilan dalam mengelola mutu sediaan
Bersifat bersih, teliti dan jujur
Sikap dan keterampilan diperlukan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan
penderita dan professional kesehatan.
Para asisten apoteker harus dilatih dengan
baik agar mereka dapat melakukan pekerjaan
dispensing berbagai sediaan yang berbeda
yang ditulis dokter.
Proses Dispensing
Proses dispensing mencakup semua kegiatan yang terlibat dari penerimaan resep sampai
penyerahan obat yang ditulis kepada pasien. Tahap kegiatan utama dalam proses dispensing
antara lain
1. Menerima dan Memvalidasi Resep
Tahap pertama yaitu menerima dan menvalidasi resep. Pada
waktu menerima suatu resep, Apoteker bertanggung jawab
mengidentifikasi pasien dan harus menegaskan nama pasien.
Mengidentifikasi
pasien
yang
akan
menggunakan
obat
merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena orang
yang menyerahkan resep belum tentu pasien yang sebenarnya.
2. Mengkaji Resep untuk Kelengkapan
Dalam mengkaji kelengkapan resep, Apoteker
informasi berikut telah tertera, yaitu:
harus
memastikan
1) Nama pasien,
2) Ruangan, kamar dan nomor pasien (untuk pasien rawat inap),
3) Nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, kuantitas, aturan pakai,
4) Tanggal dan jam penulisan resep,
5) Tanda tangan dokter penulis,
6) Instruksi lain dari dokter.
bahwa
3.
Mengerti dan Menginterpretasi Resep
Mengerinterpretasikan suatu resep harus dilakukan oleh Apoteker yang telah terlatih,
yaitu:
1) Membaca resep
2) Secara benar menginterpretasikan setiap singkatan yang digunakan dokter
penulis resep
3) Menegaskan bahwa dosis yang ditulis berada dalam rentang yang normal bagi
penderita (perhatikan jenis kelamin dan umur)
4) Secara benar melakukan perhitungan dosis dan kuantitas
5) Mengkaji ketidaktepatan yang tertera pada resep, antara lain kontraindikasi,
interaksi, duplikasi dan inkompatibilitas.
4.
Menapis Profil Pengobatan Pasien
Setelah tahap pertama sampai tahap ketiga selesai, Apoteker memasukkan semua data obat
yang
tertulis
pada
resep
ke
dalam
formulir
profil
pengobatan
pasien
(atau
terkomputerisasi), kemudian dilakukan pengkajian menyeluruh atas profil tersebut. Suatu
profil pengobatan pasien (P-3) mengandung dua jenis informasi, yaitu informasi khusus
pasien dan informasi terapi pasien. Informasi khusus pasien disebut juga “database”
pasien. Dalam proses penapisan P-3, terlebih dahulu dilakukan penapisan database pasien,
yaitu umur dan bobot tubuh, dihubungkan dengan kesesuaian dosis yang ditulis dokter. Untuk
pasien pediatrik dan geriatrik (diatas 65 tahun) pada umumnya memerlukan dosis yang pas
untuk mencegah terjadinya toksisitas
Dalam database pasien perlu diperiksa adanya peristiwa alergi obat dialami, yang
diketahui dari wawancara pasien sewaktu pengambilan sejarah obatnya. Obat yang
tertulis pada resep perlu dikaji tentang risiko merugikan pada pasien. Setelah
penapisan database pasien, dilakukan penapisan profil pasien tentang terapi obat
bersamaan yang diberikan pada pasien. Secara mendasar dalam penapisan ini apoteker
mengkaji adanya interaksi obat-obat; interaksi obat-makanan; duplikasi terapi, reaksi
obat merugikan dan terapi kontraindikasi. Di samping itu, Apoteker juga bertanggung
jawab mengkaji ketepatan dosis dan frekuensi pemberian, untuk mengetahui adanya dosis
toksis atau dosis kurang (subterapi)
5.
Menyiapkan, Membuat atau Meracik Sediaan Obat
Penyiapan, pembuatan atau peracikan sediaan merupakan bagian utama dari proses dispensing.
Ada beberapa langkah dalam penyiapan atau peracikan sediaan obat yang diminta dokter,
yaitu:
1) Menemukan/memilih wadah obat persediaan;
2) Formulasi, membuat, menghitung, mengukur dan menuang;
3) Memproses/pemberian etiket; dan
4) Penghantaran/distribusi
6. Menyampaikan atau mendistribusikan Obat kepada Pasien
Untuk pasien rawat jalan, obat diberikan kepada paisen yang namanya
tertera pada resep atau wakil pasien dengan informasi dan edukasi. Untuk
pasien rawat inap, obat
didistribusikan sesuai dengan sistem distribusi
obat untuk rawat inap di rumah sakit. Selain penekanan dosis, frekuensi,
lama pengobatan dan rute pemberian, prioritas adalah memberikan penderita
informasi yang akan memaksimalkan efek pengobatan. Oleh karena itu,
informasi perlu ditekankan pada
1) Kapan obat digunakan (terutama berkaitan dengan makanan dan obat-obatan lain)
2) Cara obat digunakan (dikunyah, ditelan seluruhnya, tidak boleh digerus, dikocok dahulu,
dikonsumsi dengan banyak air minum dan sebagainya)
3) Cara menyimpan dan memelihara obat
4) Peringatan tentang kemungkinan efek samping. Efek samping yang umum tetapi tidak
berbahaya (mual, diare ringan dan perubahan warna urin), perlu diberitahukan guna mencegah
pasien yang takut dari penghentian pengobatan.
Setiap upaya wajib dibuat untuk menegaskan bahwa pasien mengerti informasi yang diberikan.
THANK YOU
Download