Uploaded by User78765

Domestic Violence di Dalam Hubungan Generasi Muda

advertisement
Domestic Violence di Dalam Hubungan Generasi Muda
Dalam Prespektif Komunikasi
Nikmah Zilma Avcoditha
(2016-41-202) (C)
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika orang berpikir tentang domestic violence, mereka sering fokus pada
kekerasan dalam rumah tangga. Tetapi domestic violence mencakup upaya apa pun oleh
seseorang dalam hubungan intim atau perkawinan untuk mendominasi dan
mengendalikan yang lain. Kekerasan dalam domestic violence digunakan hanya untuk
satu tujuan: untuk mendapatkan dan mempertahankan kendali penuh atas orang lain.
Seorang
pelaku
kekerasan
tidak "bermain
adil."
Seorang
pelaku
kekerasan
menggunakan rasa takut, bersalah, malu, dan intimidasi untuk membuat orang lain lelah
dan membuat orang tersebut dibawah kontrolnya.
Kekerasan dalam domestic violence dapat terjadi pada siapa saja, tanpa pandang
bulu. Kekerasan terjadi dalam hubungan heteroseksual maupun dalam hubungan
sesama jenis, tidak luput pula dalam hubungan generasi muda. Domestic violence terjadi
dalam semua rentang usia, latar belakang etnis, dan tingkat ekonomi. Domestic violence
dapat meningkat dari ancaman dan serangan verbal menjadi kekerasan. Dan sementara
cedera fisik dapat menimbulkan akibat yang serius, konsekuensi emosional dan
psikologis dari domestic violence juga berdampak serius. Hubungan yang penuh dengan
kekerasan secara emosional dapat menghancurkan harga diri seseorang, memicu
kecemasan dan depresi, dan membuat Anda merasa tidak berdaya dan sendirian.
Di Indonesia, kekerasan seksual dan fisik adalah kenyataan sehari-hari bagi
banyak
wanita.
Sebuah
survei
nasional
yang
ditugaskan
oleh
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik, dengan bantuan dari PBB menunjukkan bahwa satu dari tiga
wanita Indonesia telah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual dalam masa hidup
mereka.
Di Indonesia kasus domestic violence setiap tahun mengalami peningkatan,
korbannya bukan hanya dari kalangan dewasa saja sekarang sudah merambah ke
remaja, anak-anak bahkan balita. Fenomena domestic violence terhadap generasi muda
semakin sering terjadi dan menjadi global hampir di berbagai negara. Kasus domestic
violence dikalangan generasi muda terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan
tersebut tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah kasus yang terjadi, bahkan juga dari
kualitas. Dan yang lebih tragis lagi pelakunya adalah kebanyakan dari lingkungan
terdekat mereka, antara lain di dalam rumahnya sendiri, sekolah, lembaga pendidikan,
dan lingkungan sosial.
1.2 Fokus masalah
Fokus masalah ini digunakan untuk menghindari unsur-unsur yang tidak relevan
dengan tujuan penelitian. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis
penelitian kualitatif. Dengan demikian dalam penulisan dan penelitian skripsi hanya
melihat dan memfokuskan dalam ”Domestic Violence di Dalam Hubungan Generasi
Muda Dalam Prespektif Komunikasi”.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini:
Seperti apa bentuk domestic violence yang dialami oleh generasi muda?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini:
Efek apa yang ditimbulkan dari prilaku domestic violence terhadap generasi
muda?
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui lebih lanjut tentang upaya
menurunkan angka domestic violence.
1.5.2 Manfaat untuk Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan bagi generasi muda dan masyarakat mengenai
domestic violence dan bahaya yang ditimbulkan dari domestic violence.
1.6 Sistematika Penulisan
1. Judul
Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian
penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang
bermacam-macam dan tidak bias makna.
2. Abstrak
Abstrak ditulis secara singkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa
yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain berguna untuk
membantu pembaca memahami dengan cepat hasil penelitian, juga dapat
merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya.
3. Kata pengantar
Halaman yang berisi ucapan-ucapan dari si penulis atas selesainya penulisan
karya tulis tersebut baik tentang rasa syukur, ucapan rasa terima kasih, tujuan dan
manfaat penulisan serta kritik dan saran yang membangun.
4. Daftar isi
Halaman yang menjadi petunjuk isi dalam sebuah karya tulis.
5. Daftar gambar
Halaman yang berisi tentang daftar gambar yang dilampirkan di dalam
penulisan tersebut.
6. Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang penelitian.
7. Fokus penelitian
Pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan.
8. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan sederhana mengenai penelitian yang sedang dilakukan.
9. Tujuan penelitian
Berisi tentang apa tujuan penulis melakukan penelitian tersebut.
10. Manfaat penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian tersebut, manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
11. Bab II Perspektif Teoritis Dan Kajian Pustaka
Berisi tentang teori yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan
dan penelitian-penelitian terdahulu yang serupa sebagai bahan perbandingan
dengan penelitian yang sedang dilakukan.
12. Bab III Metode Penelitian
Langkah yang dilukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan
informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan
tersebut.
13. Pendekatan
Merupakan cara berpikir yang diadopsi peneliti tentang bagaimana desain
riset dibuat dan bagaimana penelitian akan dilakukan.
14. Batasan istilah
Berguna untuk menghindari adanya perbedaan persepsi.
15. Unit analisis
Seluruh hal yang kita teliti untuk mendapatkan penjelasan ringkasan
mengenai keseluruhan unit dan untuk menjelaskan berbagai perbedaan diantara
unit analisis tersebut.
16. Deskripsi Setting Penelitian
Gambaran secara rinci tentang proses yang akandilakukan oelh para
peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan penelitian.
17. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dan rangkuman informasi mengenai objek yang
diteliti.
18. Analisis Data
Upaya
yang
dilakukan
dengan
jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan data dan memilahnya menjadi satuan yang dpat dikelola.
19. Keabsahan Data
Bersisi tentang bukti bahwa penelitian yang dilakukan benar-benar
penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh.
20. Bab IV Hasil Dan Pembahasan
Berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan.
21. Bab V Kesimpulan Dan Saran
Berisi tentang hasil yang didapatkan dalam suatu penelitian dan juga saran
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
22. Daftar Pustaka
Susunan tulisan akhir sebuah karya tulis yang isinya berupa nama penulis,
judul tulisan, penerbit, identitas penerbit, dan tahun terbit.
BAB 2
2.1 Penelitian Terdahulu
2.2 Kajian Teoritis
A. Metode Etnografi Komunikasi
Metode etnografi komunikasi merupakan metode etnografi yang diterapkan
untuk melihat pola-pola komunikasi kelompok sosial. Ada empat asumsi etnografi
komunikasi. Pertama, para anggota budaya akan menciptakan makna yang digunakan
bersama. Mereka menggunakan kode-kode yang memiliki derajat pemahaman yang
sama.
Kedua,
para
komunikator
dalam
sebuah
komunitas
budaya
harus
mengordinasikan tindakan-tindakannya. Oleh karena itu, di dalam komunitas itu akan
terdapat aturan atau sistem dalam berkomunikasi. Ketiga, makna dan tindakan bersifat
spesifik dalam sebuah komunitas, sehingga antara komunitas yang satu dan lainnya akan
memiliki perbedaan dalam hal makna dan tindakan tersebut. Keempat, selain memiliki
kekhususan dalam hal makna dan tindakan, setiap komunitas juga memiliki kekhususan
dalam hal cara memahami kode-kode makna dan tindakan.
B. Teori Humanisme Komunikasi
Humanisme berasal dari latin, humanis; manusia, dan isme berarti paham atau aliran.
Humanisme merupakan istilah yang sering digunakan pada kalangan massyarakat
Indonesia sebagai suatu kata yang mengungkapkan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan manusia. adapun arti humanisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau
yang seing di sebut KBBI yaitu aliran yg bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan
dan mencita-citakan pergaulan hidup yg lebih baik.
Adapun humanisme itu sendiri sangatlah berkaitan dengan kegiatan kehidupan
masyarakat yang berkaitan eperti humanisme terkait pendidikan pembelajaran kepada
para siswa, humanisme terkait keagamaan, hingga humanisme universal yang
mencakup Satu Dunia, Satu Bangsa, Bangsa Manusia yang lahir di alam bumi ini
sehingga, banyak yang menghubungkan antara humanisme dengan masalah masalah
serta isu yang berhubungan dengan manusia.
C. Teori Komunikasi Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah teori pembelajaran dengan rumus sebagai berikut:
Stimulus Respon Perubahan tingkah laku Penguatan. Teori ini lebih mementingkan
respon yang dihasilkan. Input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon yang
menghasilkan perubahan tingkah laku adalah bagian yang terpenting.
Karena bagian ini yang akan diamati dan dibuktikan secara empiris. Sedangkan
proses pembelajaran tidak dianggap penting sama sekali. Selain dari faktor stimulus
(input) dan respon (output), faktor lain yang juga dianggap penting adalah penguatan
(reinforcement). Teori ini dipelopori oleh Pavlov, Watson, Hull, Guthrie dan Skinner.
Setiap dari pelopor – pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi perkembangan
teori ini dari awal perkebangannya hingga sekarang.
2.3 Kajian Konseptual
2.3.1 Pengertian strategi secara umum dan khusus
Strategi merupakan suatu pendekatan yang semua berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan serta eksekusi dalam aktivitas yang memiliki
kurun waktu tertentu.
2.3.1.1
Pengertian Strategi Secara Umum Dan Khusus

Pengertian Umum
Strategi adalah proses penentuan rancana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Pengertian Khusus
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi
dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi
pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi
inti. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dalam bisnis yang dilakukan.
2.3.1.2
Tingkat-Tingkat Strategi

Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi
mempunyai hubungan dengan masyarakat. Mastarakat adalah kelompok
yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam
masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai
kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok
sosial lainnya.
Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan
masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat
menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa
organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi
pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi. Sehingga sering
disebut dengan Grand Strategy yang meluputi bidang yang digeluti oleh
suatu organisasi.

Business Strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran
di tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para
pengusaha, para penguasa, para investor dan sebagainya. Semua itu
dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan strategi
yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat
yang lebih baik.

Functional Strategy
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang
suksesnya strategi lain. ada tiga jenis strategi functional yaitu:
o Strategi functional ekonomis yaitu mencakup fungsi-fungsi yang
memungkinkan oraganisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi
yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan,
pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.
o Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing,
leading, motivating, communicating, decision making, representing,
dan integrating.
o Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan,
baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun sistuasi yang
belum diketahui atau yang selalu berubah.
2.3.1.3
Jenis Strategi

Strategi Integrasi
Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal
kadang semyanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi
integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan
para distributor, pemasok, dan/atau pesaing.

Strategi Intensif
Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut
sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha
intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak
ditingkatkan.

Strategi Diversifikasi
Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik,
horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun
masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk
atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggang yang sudah ada disebut
diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak
disebut diversifikasi konglomerat.

Strategi Defensive
Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasim organisasi
juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau
likuidasi. Ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui
penghematan biaya dan asset untuk meningkatkan kembali penjualan dan
laba yang sedang menurun.

Strategi umum Michael Porter
Ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi
memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi,
dan fokus.Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar
dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap
perubahan harga.
2.3.2 Komunikasi
2.3.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses atau suatu kegiatan penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Komunikasi adalah
prasyarat kehidupan seorang manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila
tidak adanya sebuah komunikasi.
Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan,
kelompok, maupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan teleh
melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan sebuah aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi dilakukan manusia baik secara perorangan, kelompok, maupun secara organisasi.
2.3.2.2
Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli

Aristoteles
Menurut Aristoteles, definisi komunikasi yaitu usaha yang berfungsi
sebagai alat warga masyarakat dalam berperan serta dalam demokrasi.

Shannon dan Weaver
Menurut Shannon dan Weaver, pengertian Komunikasi yaitu sebuah
wujud interaksi manusia yang keduanya ada ikatan dan saling
mempengaruhi satu sama lain, baik sengaja atau tidak sengaja.
Komunkikasi tidak hanya dalam bentuk verbal saja, namun termasuk
ekspresi muka, teknologi dan juga memiliki lukisan seni.
2.3.2.3
Macam-Macam Komunikasi

Komunikasi Verbal
Adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal, baik
secara lisan maupu tulisan.

Komunikasi Non Verbal
Adalah proses yang dijalani oleh seseorang individu atau lebih pada
saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal yang memiliki potensi untuk
merangsang makna dalam pemikiran individu lain.

Komunikasi Intrapersonal
Adalah penggunaan bahasa dan pikiran yang terjadi didalam diri
komunikator sendiri.

Komunikasi interpersonal
Proses penukaran informasi atau komunikasi yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih secara langsung maupun dengan media dengan
tujuan untuk memperoleh reaksi atau feedback dalam bentuk verbal
ataupun non-verbal.

Komunikasi kelompok
Adalah komunikasi yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama.

Komunikasi organisasi
Adalah komunikasi yang terjadi dimana pengirim dan penerima
pesan terdapat dalam kelompok formal maupun informal di suatu
organisasi.

Komunikasi massa
Merupakan proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh
sebuah lembaga media massa dimana komunikasi yang terjadi bersifat
satu arah dan komunikan tidak dapat memberikan feedback secara
langsung.
2.3.2.4
Tujuan Komunikasi

Agar Komunikator Dimengerti Komunikan
Tujuan komunikasi yang pertama yaitu untuk memastikan informasi
atau pesan dari komunikator dapat dimengerti oleh orang lain atau
komunikan. Karena itu komunikator harus bisa menyampaikan pesan
utama sejelas mungkin kepada komunikan.

Agar Mengenal Orang Lain
Dengan adanya interaksi dan juga komunikasi maka setiap orang
dapat saling mengenali dan memahami satu sama lain. Kemampuan
mendengar, membaca, dan mengartikan pesan orang lain dengan baik
adalah hal penting dalam aktivitas komunikasi.

Agar Pendapat Diterima Orang Lain
Komunikasi secara persuasif seringkali dilakukan untuk dapat
menyampaikan gagasan maupun ide seseorang pada orang lain.
Tujuannya yaitu agar ide dan gagasan tersebut diterima dengan baik.

Menggerakkan Orang Lain
Komunikasi dengan cara yang persuasif dapat membangun
kesamaan persepsi dengan orang lain. Selanjutnya, kesamaan persepsi
tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan orang lain sesuai dengan
keinginan kita.
2.3.2.5
Fungsi Komunikasi

Sebagai Alat Kendali
Fungsi komunikasi yang pertama yaitu sebagai alat kendali atau alat
kontrol. Dalam hal ini alat kendali berarti dengan komunikasi maka perilaku
individu untuk dapat dikontrol dengan penyampaian aturan
yang harus dipatuhi.

Sebagai Alat Motivasi
Komunikasi yang baik dan juga persuasif dapat meningkatkan
motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu. Menyampaikan informasi
yang dapat diraih dalam kehidupan akan dapat membangun motivasi
seseorang.

Sebagai Ungkapan Emosional
Berbagai perasaan yang ada di dalam diri seseorang dapat
diungkapkan langsung kepada orang lain dengan cara berkomunikasi.
Emosi ini dapat berupa perasaan senang, marah, kecewa, gembira, dan
lain-lain.

Sebagai Alat Komunikasi
Dengan berkomunikasi maka kita dapat memberikan informasi yang
akan dibutuhkan oleh orang lain atau kelompok sehingga dengan informasi
itu maka proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik dan
tepat.
2.3.2.6
Manfaat Komunikasi

Manfaat Teoritis
o Dapat memberikan informasi
o Dapat memberikan hiburan
o Dapat memberikan pengaruh orang lain
o Dapat mengenal dunia luar
o Dapat menciptakan dan memelihara hubungan
o Mengubah sikap dan perilaku

Manfaat Praktis
o Dapat menyalurkan pendapat kita
o Dapat mengetahui informasi terbaru
o Dapat menambah relasi baru
o Dapat menjaga tali silaturahmi
2.3.3 Strategi Komunikasi
2.3.3.1 Pengertian Strategi Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy (1984: 35), intinya strategi adalah perencanaan
atau planning dan manajemen untu mencapai suatu tujuan yang hanya dapat dicapai
melalui taktik operasional. Sebuah strategi komunikasi hendaknya mencakup segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan
khalayak sasaran.
Strategi komunikasi mendefinisikan khalayak sasaran, berbagai tindakan yang
akan dilakukan, mengatakan bagaimana khalayak sasaran akan memperoleh manfaat
berdasarkan sudut pandangnya, dan bagaimana khalayak sasaran yang lebih besar
dapat dijangkau secara lebih efektif.
2.3.3.2 Tujuan Strategi Komunikasi
Dalam dunia bisnis, tujuan strategi pada umumya adalah untuk menentukan dan
mengkomunikasikan gambaran tentang visi perusahaan melalui sebuah sistem tujuan
utama dan kebijakan. Strategi menggambarkan sebuah arah yang didukung oleh
berbagai sumber yang ada. Sementara itu, menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson,
dan M. Dallas menyatakan bahwa strategi komunikasi memiliki 3 (tiga) tujuan, yaitu
(Effendy, 1984: 35-36):

To secure understanding – memastikan pesan diterima oleh komunikan.

To establish acceptance – membina penerimaan pesan.

To motivate action – kegiatan yang dimotivasikan.
2.3.3.3 Komponen Komunikasi Dan Strategi Komunikasi
Dalam strategi komunikasi perlu mempertimbangkan berbagai komponen dalam
komunikasi karena komponen-komponen itulah yang mendukung jalannya proses
komunikasi yang sangat rumit. Selain komponen-komponen komunikasi, hal lain yang
juga menjadi bahan pertimbangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
serta hambatan-hambatan komunikasi.
2.3.3.4 Proses Perencanaan Strategi Komunikasi
Secara garis besar, teradpat 4 (empat) tahapan dalam proses strategi komunikasi
yaitu analisa situasi, mengembangkan tujuan serta strategi komunikasi, dan mengakui
hasil usaha yang telah dilakukan. Perlu dipahami bahwa strategi komunikasi yang
diterapkan dalam berbagai konteks komunikasi mungkin tidak sama namun secara garis
besar memiliki alur yang sama.

Analisis situasi yaitu menggunakan penelitian untuk melakukan analisis situasi
yang secara akurat dapat mengidentifikasi berbagai permasalahan serta peluang
yang dimiliki.

Mengembangkan rencana tindakan strategis yang ditujukan kepada berbagai
permasalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Hal ini mencakup tujuan
umum, tujuan yang dapat diukur, identifikasi khalayak sasaran dengan jelas,
target strategi, serta taktik yang efektif.

Menjalankan perencanaan dengan alat-alat komunikasi dan tugas yang
memberikan kesuksesan strategi komunikasi dengan menggunakan alat-alat
evaluasi.

Mengukur kesuksesan strategi komunikasi dengan menggunakan alat-alat
evaluasi.
2.3.3.5 Manfaat Mempelajari Teori Strategi Komunikasi

Kita memahami pengertian strategi dan strategi komunikasi.

Kita memahami tujuan umum strategi komunikasi.

Kita memahami landasan teori strategi komunikasi

Kita memahami komponen komunikasi dan kaitannya dengan strategi
komunikasi.

Kita memahami proses strategi komunikasi.
2.3.4 Pengertian Domestic Violence

Domestic
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), pengertian domestik
(domestic) adalah suatu hubungan atau mengenai permasalahan dalam negeri,
arti domestik juga bermakna segala sesuatu yang bersifat kerumahtanggan
(Kemendikbud, 2019) sedangkan istilah domestic mencakup segala sesuatu yang
masuk dalam ruang lingkup internal dalam negeri atau dalam rumah tangga
(Nurrohmawati, 2014).

Violence
Violence artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang
dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat
atau negara terhadap jenis kelamin lainnya (KBBI, 2017). Violence merupakan
sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang
mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau
martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang (Junaidi, 2017).
Bentuk kekerasan yang dilakukan perorangan adalah seperti perlakuan
kekerasan dengan menggunakan fisik, kekerasan seksual, psikologis (pelecehan),
oleh seseorang dalam lingkungannya (Simon, 2006).

Domestic Violence
Sebelum munculnya ilmu modern dan tokoh tokoh sosial, teori domestic
violence sudah ada sejak zaman rasulullah. Salah satu hadist nabi tentang
domestic violence yang diriwayatakkan oleh Ahmad yang artinya “Kamu harus
memberikan makan kepadanya seperti halnya yang kamu makan, kamu harus
memberi dia pakaian semampu kamu beri, jangan memukul wajah, jangan kamu
menjelekkannya, dan jangan melakukan hajr(boikot) kecuali didalam rumah” (HR
Ahmad).
Menurut ilmu kriminalogi, kekerasan sebagai segala sesuatu yang
dipergunakan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan kerusakan baik secara
fisik maupun psikis adalah merupakan kekerasan yang bertentangan dengan
hukum kekerasan ini menunjukkan pada tingkah laku yang pertama-tama harus
bertentangan dengan undang-undang, baik tindakan nyata dan memiliki akibatakibat kerusakan pada benda atau fisik atau mengakibatkan kesakitan dan
kematian pada seseorang (Missa, 2010). Definisi ini sangat luas karena
menyangkut
perbuatan
“mengancam”
disamping
suatu
tindakan
nyata
(Harkrisnowo, 2003).
Kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga adalah setiap
perbuatan berdasarkan perbedaan kelamin yang berakibat atau mungkin
berakibat kesengsaraan, kesakitan dan penderitaan perempuan secara fisik,
seksual atau
psikologis, termasuk ancaman
tertentu, pemaksaan
atau
perampasan hak-hak secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum
atau dalam kehidupan pribadi.
Menurut LBH APIK (Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan),
Domestic Violence yang dikutip dalam (Wiludjeng, 2005) merupakan tindakan
yang dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama terhadap seseorang
atau sepihak yang berakibatkan kesengsaraan,penderitaan secara fisik, seksual,
psikis,ekonomi, dan psikologi, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan,
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang dalam ruang lingkup
keluarga.
Domestic violence dapat diartikan juga dengan tindakan perkosaan atau
pelecehan yang dialami seseorang (kekerasan seksual); kekerasan terkait dengan
masalah ekonomi hingga terkait dengan kesehatan reproduksi seperti paksaan
ikut KB. Secara konsisten di antara pasangan, domestic violence dipicu oleh
ketidaksetiaan, biasanya dalam konteks alkohol atau penggunaan narkoba
(Pasaribu, 2014).
2.3.4.1

Bentuk-Bentuk Domestic Violence
Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat. Perilaku ini membuat korban menjadi trauma dalam hidupnya
sehingga mereka tidak merasa nyaman dan aman (UU No 23 Tahun 2004) . Di
seluruh dunia, hampir sepertiga (30%) wanita yang pernah berhubungan
melaporkan bahwa mereka telah mengalami beberapa bentuk kekerasan fisik atau
seksual yang dilakukan oleh pasangan intim mereka di masa hidup mereka.
Dalam penelitian Gibbs et al. (2018) mengungkapkan 71% wanita yang
pernah mengalami kekerasan fisik oleh pasangan intim mereka, lebih mungkin
mengalami tekanan emosional, usaha bunuh diri, keterbatasan kesehatan fisik,
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan keguguran.
Thomas et al. (2014) menyebut pencekikan sebagai kekerasan dalam
rumah tangga yang setara dengan waterboarding, yang secara luas dianggap
sebagai bentuk penyiksaan sehingga para korban beresiko cemas, depresi, malu,
rendah diri. Ada beberapa bentuk kekerasan fisik menurut WHO (2017) yang
sering terjadi dalam ranah domestic, yaitu menampar atau memukul, menggigit,
memutar tangan, menikam, menendang dan mengancam dengan suatu benda
atau senjata bahkan bisa berakhir dengan membunuh.

Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam lingkup
rumah tangga yang dapat membuat seseorang merasa takut, trauma dan tidak
percaya diri. Seperti membentak anak atau isteri, selalu mengucapkan kata-kata
kasar(UU No 23 Tahun 2004).
Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya diri,
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya atau penderitaan psikis
berat seseorang. Adapun tindakan kekerasan psikis seperti mengejek, menghina,
mencaci maki, dan penjagaan yang berlebihan (WHO, 2017). Kusmiran (2011)
menyebutkan Kekerasaan psikis dapat berbentuk hinaan atau kata- kata kotor
yang merendahkan diri perempuan, perilaku kontrol berlebihan, intimidasi
(cowing), mengisolasi dari keluarga dan teman serta pembatasan dalam akses
kepada sarana umum terutama kesehatan termasuk kedalam kekerasan psikis.

Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah segala tindakan seksual, upaya untuk
mendapatkan tindakan seksual, atau tindakan lain yang ditujukan terhadap
seksualitas seseorang dengan pemaksaan, oleh siapa pun tanpa memandang
hubungan antara pelaku dengan korban, didalam setiap situasi (UU No 23 Tahun
2004).
Setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan
hubungan dengan cara yang tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan
seksual dengan tujuan komersial atau tujuan tertentu merupakan bentuk
kekerasan dan memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan
pihak istri (Sutrisminah, 2019).
Kekerasan seksual meliputi; 1).pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkungan ruamh tangga
tersebut, dan 2). Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
ruang lingkup rumah tanggannya dengan tujuan komersial atau tujuan tertentu,
sehingga berdampak mengalami gangguan fungsi reproduksi, haid tidak teratur,
sering mengalami keguguran dan kesulitan menikmati hubungan seksual
(Hasanah et al., 2003).

Kekerasan Ekonomi/Penelantaran Rumah Tangga
Berdasarkan Pasal 9 Ayat 2 UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) Penelantaran sebagaimana
dimaksud adalah bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi
dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam
atau di luar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.
Kekerasan ekonomi merupakan tindakan seseorang yang menelantarkan orang
dalam ruang lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku
baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut contoh dari kekerasan jenis
ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri
(Sutrisminah, 2019).
Suatu bentuk pelecehan ketika satu pasangan intim atau kepala keluarga
memiliki kendali atas akses pasangannya ke sumber daya ekonomi, yang
mengurangi kapasitas korban untuk menghidupi diri sendiri dan memaksa mereka
untuk bergantung pada pelaku secara finansial (Adams et al., 2011).
2.4
Kerangka Berpikir
Generasi Muda
Etnografi
Budaya
Domestic Violence
Verbal & Non-Verbal
BAB 3
Metodologi Penelitian
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia
nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal.
Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus
dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang
panjang (Mulyana, 2003).
Paradigma sendiri ada 4 jenis, yaitu:
A. Positivisme
Paradigma positivisme merupakan teori tertua yang digunakan ilmu sosial
dan
telah
mendominasi
perkembangan
ilmu
sosial
(Sarantakos,1995).
Pengadopsian paradigma positivis dalam penelitian ilmu sosial khususnya ilmu
ekonomi sebenarnya menimbulkan beberapa konflik serta kebingungan. Johnson
(33) berpendapat bahwa konflik tersebut dikarenakan karena adanya dikotomi
antara fakta dan value. Asumsi dasar positivis dalam memandang suatu realita
adalah bahwa realita sebagai obyek, sesuatu yang sudah given, dengan demikian
bebas dari nilai (value free).
Berbeda dengan fakta sosial, yang sebenarnya sangat sarat dengan nilai.
Lebih tajam Sarantakos (1995,43) menyatakan, metode ilmiah untuk ilmu alam
tidak sesuai diterapkan dalam penelitian sosial. Orang tidak hanya sekedar
elemen alam saja tetapi juga makhluk sosial, yang bertindak menurut kemauan,
persepsi dan kemauannya sendiri. Keteraturan dalam aktivitas sosial bukanlah
fenomena alam.
B. Post Positivisme
Post positivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada
Positivisme. Post positivisme sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu
memang nyata, ada sesuai hukum alam. Tetapi pada sisi lain, Post positivisme
berpendapat bahwa manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari
realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak terlibat
secara langsung dengan realitas. Hubungan antara peneliti dengan realitas harus
bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi, yaitu
penggunaan bermacam-macam metode,
sumber
data, data, dan lain-lain.
Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan
positivisme, yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung
terhadap objek yang diteliti.
Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa
realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi satu hal
yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti).
Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi
tidaklah
cukup,
tetapi
harus
menggunakan
metode
triangulation,
yaitu
penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti, dan teori.
C. Konsturktivisme
Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu
realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas
sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif
interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik,
fenomenologis dan hermeneutik. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial
merupakan
kritik
terhadap
paradigma
positivisme.
Menurut
paradigma
konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat
digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum
positivis.
Konsep
mengenai
konstruksionis
diperkenalkan
interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas Luckman.
oleh
sosiolog
Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut
berada diantara teori fakta sosial dan defenisi sosial (Eriyanto 2004:13).
Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku
manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia
bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik
itu melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku menurut Weber,
menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya
dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorang yang
timbul dari alasan-alasan subjektif.
Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam
masyarakatnya. Paradigma konstruktivis dipengaruhi oleh perspektif interaksi
simbolis dan perspektif strukturan fungsional. Perspektif interaksi simbolis ini
mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons
terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia
dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia
sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut
dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga
memantapkan realitas itu secara objektif.
D. Kritis
Paradigma kritis adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan
epistemologi kritik marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya. Paradigma
kritis diinspirasikan dari teori kritis dan terkait dengan warisan marxisme dalam
seluruh filosofi pengetahuannya. Teori kritis pada satu pihak merupakan salah
satu aliran ilmu sosial yang berbasis pada ide-ide Karl Marx dan Engels (Denzin
dan Lyncoln, 2009: 18). Penelitian dalam paradigma kritis memandang realitas
tidak berada dalam harmoni tapi cenderung dalam situasi konflik dan pergulatan
sosial.
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma
konstuktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan
antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang
ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap perilaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka (Hidayat, 2003)
32.
Dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik.
Dengan demikian, penelitian dengan strategi seperti ini menyarankan bahwa
setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu
adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut. Paradigma konstruktivis
memiliki beberapa kriteria yang membedakannya dengan paradigma lainnya, yaitu
ontologi, epistemologi, dan metodologi. Level ontologi, paradigma konstruktivis
melihat kenyataan sebagai hal yang ada tetapi realitas bersifat majemuk, dan
maknanya berbeda bagi tiap orang. Dalam epistemologi, peneliti menggunakan
pendekatan subjektif karena dengan cara itu bisa menjabarkan pengkonstruksian
makna oleh individu. Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan berbagai
macam
jenis
pengkonstruksian
dan
menggabungkannya
dalam
sebuah
konsensus. Proses ini melibatkan dua aspek: hermeunetik dan dialetik.
Hermeunetik merupakan aktivitas dalam merangkai teks – percakapan,
tulisan atau gambar. Sedangkan dialetik adalah penggunaan dialog sebagai
pendekatan agar subyek yang diteliti dapat ditelaah pemikirannya dan
membandingkannya dengan cara berpikiri peneliti. Dengan begitu, harmonitas
komunikasi dan interaksi dapat dicapai dengan maksimal (Hidayat, 2003).
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif dimana
penelitian ini membahas tentang pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel
atau lebih. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah generasi muda yang menjadi
korban domestic violence.
3.3 Format Penelitian
Format penelitian ini adalah penelitian kualitatif, alasannya karena penelitian ini
berdasarkan kasus-kasus tertentu atau hanya dialami oleh individu atau kelompok
tertentu. Selain itu juga data yang akan digali bersumber dari pernyataan kata-kata atau
gambaran tentang sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan dengan kata-kata
atau tulisan.
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode etnografi, etnografi merupakan metode
penelitian yang melihat kajian bahasa dalam perilaku sosial dan komunikasi masyarakat
dan bagaimana bahasa tersebut diterapkan berdasarkan konsep budaya yang terkait,
dalam penelitian ini yang dimaksud adalah generasi muda yang menjadi korban domestic
violence. Kajian etnografi memiliki dua dasar konsep yang menjadi landasan penelitian,
yaitu aspek budaya (antropologi) dan bahasa (linguistik), dimana bahasa dipandang
sebagai sistem penting yang berada dalam budaya masyarakat.
Metode penelitian etnografi memiliki tujuan untuk mengkaji bentuk dan fungsi
bahasa yang tersedia dalam budaya serta digunakan untuk berkomunikasi individu di
dalamnya, serta melihat bagaimana bentuk dan fungsi bahasa tersebut menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat. Selain itu, metode etnografi juga menginterpretasikan
kelompok sosial, sistem yang berlaku dan peran yang dijalankan, serta interaksi sosial
yang terjadi dalam suatu masyarakat. Metode etnografi biasanya digunakan untuk
berfokus pada kegiatan atau ritual tertentu dalam masyarakat, bahasa, kepercayaan,
cara-cara hidup.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
A. Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti
biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa
menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera
untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.
B. Observasi
Observasi juga berperan penting dalam penelitian ini, dimana peneliti bisa
mendapatkan data-data yang valid dari informan terkait dari keterangan yang
diberikan lewat wawancara sebelumnya. Observasi yang peneliti lakukan ialah
observasi non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam
pengamatan.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip
wawancara, cacatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dipahami oleh peneliti.
Kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data, menata data, membagi menjadi
satuan-satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang bermakna dan apa yang diteliti
dan dilaporkan secara sistematis.
Adapun teknik analisis data menggunakan Teknik Analisis Interaktif Miles &
Huberman (1994: 12) dimana teknik ini melihat bahwa dalam analisis data kualitatif terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Gambar 1. Kerangka Analisis Miles & Huberman
Berdasarkan gambar diatas, secara umum analisis data dalam penelitian
ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut; (1) mencatat semua
temuan fenomena di lapangan baik melalui pengamatan, wawancara dan
dokumentasi; (2) menelaah kembali catatan hasil pengamatan, wawancara dan
studi dokumentasi, serta memisahkan data yang dianggap penting dan tidak
penting, pekerjaan ini diulang kembali untuk memeriksa kemungkinan kekeliruan
klasifikasi; (3) mendeskripsikan data yang telah diklasifikasikan dengan
memperhatikan fokus dan tujuan penelitian; dan (4) membuat analisis akhir dalam
bentuk laporan hasil penelitian.
Penjabaran Gambar 1. :
A. Pengumpulan Data
Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil
wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi
yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian dikembangkan
penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.
B. Reduksi Data
Reduksi
menggolongan,
data
adalah
mengarahkan,
suatu
bentuk
membuang
analisis
data
yang
yang
tidak
menajamkan,
perlu
dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat
ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16). Langkah-langkah yang
dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian
ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan
diverifikasi.
Data yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan
penelitian. Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik
dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta
mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan
maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh
karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak
mempersulit analisis selanjutnya.
C. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. (Miles dan Huberman,1992 : 17). Penyajian data yang dilakukan dalam
penelitian ini berbentuk teks yang bersifat naratif dengan tujuan dapat menarik
kesimpulan sementara.
D. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verifikasi ini merupakan tahap setelah
memperoleh, mereduksi dan menyajikan dari semua data yang diperoleh sebagai
hasil dari penelitian.
3.7 Keabsahan Data
Keabsahan data diperlukan untuk mendapakan tingkat kepercayaan yang
berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran dari hasil penelitian. Keabsahan data ini lebih
bersifat sejalan dengan proses penelitian berlangsung. Untuk menjaga keabsahan data,
ada dua cara yaitu dengan transportines dan triangulasi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik triangulasi dalam menjaga keabsahan data dengan alasan
fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat
tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang.
Norman K. Devin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi
berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut
pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
(1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori.
1. Triangulasi Metode
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara
yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan
wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau
pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,
triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari
subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian,
jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel
dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi
aspek lainnya tetap dilakukan.
2. Triangulasi Antar Peneliti
Dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam
pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.
Namun, perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik
kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.
3. Triangulasi Sumber Data
Merupakan mencari kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode
dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan
observasi,
peneliti
bisa
menggunakan
observasi
terlibat
(participant
obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan
atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
4. Triangulasi Teori
Hasil akhir penelitian kualitatif adalah sebuah rumusan informasi atau
thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan sudut
pandang teori yang relevan untuk menghindari sebuah penyajian bahan yang
dipenuhi prasangka individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan.
Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas
hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab
peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya
dengan perspektif tertentu, lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan
hasil yang jauh berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-menurut-para-ahli

Zakiah K. Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode. MediaTor, Vol 9.
No.1. Juni 2008. Halaman 181-188.

https://www.kompasiana.com/puspaawalia/pengertian-dan-contoh-teorihumanisme_5927bc251dafbda46f76577c

https://www.kompasiana.com/arum.tri.subarkah/55003145a33311bb7450ff52/teo
ri-behaviorisme-dan-implikasinya

https://www.theguardian.com/global-development/2019/jul/18/indonesianwomen-suffering-epidemic-of-domestic-violence-activists-warn

https://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/presscenter/articles/2017/12/
08/ending-violence-against-women-today.html

https://www.kompasiana.com/jayalah_indonesiaku/54f39ecd7455139f2b6c7c9e/
menyongsong-generasi-muda-yang-lebih-baik
Download