Uploaded by User78455

Re UAS Audit Internal Kelompok 7

advertisement
Peran Audit Internal Dalam Mencegah Terjadinya Fraud
¹*Ade trisni Wahyu Ningrum, ²Alvia Widayati, ³Rafie Raihan Ramadhan
¹˒²˒³Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang
*Email Korespondensi: [email protected]
Abstrak
1.
Pendahuluan
Bank merupakan lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan
(finacial Intermediary)antara pihak yang
memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana, serta sebagai lembaga
yang berfungsimemperlancar lalu lintas
pembayaran. Falsafah yang mendasari
kegiatan usaha bank adalah kepercayaan
masyarakat. Hal tersebut tampak dalam
kegiatan pokok bank yang menerima
simpanan dari masyarakatdalam bentuk
giro,
tabungan,
serta
deposito
berjangka dan memeberikan kredit
kepada pihak yang memerlukan dana.
Perkembangan industri perbankan
yang pesat menyebabkan persaingan antar
bank semakin ketat. Persaingan ini
menyebabkan pasar perbankan semakin
aktif, sehingga bank semakin efektif dalam
menjaga dan meningkatkan perannya di
pasar perbankan nasional. Operasional
perbankan yang lebih efektif dan efisien
akan mendorong bank untuk menghasilkan
keuntungan terbaik yang dibutuhkan untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
perannya.
Sejalan dengan operasi yang semakin
kompleks di dalam bank, manajemen
puncak terbatas dalam berkomunikasi
dengan berbagai operasi yang ada untuk
menilai
efektivitas
kinerja
yang
memuaskan. Hal ini menimbulkan
kesulitan dalam memahami apakah
prosedur yang ditetapkan telah diikuti,
apakah karyawan bekerja secara efektif,
dan apakah metode yang ada masih efektif
dalam kondisi ekonomi saat ini.
Pembatasan komunikasi ini dapat
menyebabkan penipuan, seperti pencurian,
pemerasan, penggelapan, pemalsuan, dll.
Saat ini peran internal audit lebih
mengutamakan
konsultasi
daripada
pengawas (error detection), karena model
lama telah bergeser menjadi peran internal
audit yang mengutamakan pencegahan
(preventif) yang tentunya membutuhkan
sikap terbuka dari pihak manajemen. Audit
internal
dapat
menemukan
dan
merekomendasikan operasi yang ada
kepada manajemen. Untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya fraud, perusahaan
harus melakukan audit internal. Tugas
audit
internal
adalah
mengamati,
mempelajari dan memeriksa pelaksanaan
tugas-tugas yang dilakukan oleh berbagai
departemen perusahaan, mengevaluasi
sistem dan prosedur yang tersusun rapi,
benar dan sistematis, dan apakah telah
dilaksanakan dengan benar (Yusriwati,
2017).
Fraud merupakan salah satu peristiwa
yang fenomenal baik di negara
berkembang maupun negara maju. Fraud
adalah penyimpangan dan perbuatan
hukum yang dilakukan secara sengaja
dengan tujuan mendapatkan keuntungan
peribadi atau kelompok baik secara
langsung atupun tidak langsung dapat
merugikan pihak lain. Faktor penyebab
adanya kecurangan tidak terlepas dari
konsep fraud triangle yaitu; tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi.
Contoh kasus kecurangan pada
perbankan di Indonesia yaitu Bank
Mandiri yang terjadi pada tahun 2015, di
mana PT Tirta Amarta Bottling Company
(TAB) telah membobol Bank Mandiri
Cabang Bandung senilai Rp 1,53 triliun.
Dari hasil audit yang dilakukan
perusahaannya menemukan ada kerugian
negara hingga mencapai Rp 1,4 triliun.
Kerugian ini dihitung dari pokok utang,
bunga, dan denda PT TAB. Dalam hal ini
selain direktur PT TAB, karyawan Bank
Mandiri yang terdiri dari 3 orang juga
menjadi tersangka, diantaranya; manajer
komersial, relationship manager, dan
senior credit risk manager.
Menyadari bahwa setiap operasional
perbankan bisa menghadapi resiko baik
yang tidak disengaja ataupun di sengaja
seperti fraud, maka untuk mencegah
peristiwa tersebut Bank Mandiri terlibat
aktif dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian atas resiko sesuai dengan
regulator, yaitu standar yang diterapkan
OJK pada POJK No.39/POJK 03 / 2019
yang dalam penerapannya dilakukan
melalui empat pilar strategi anti fraud,
yakni pencegahan, pilar deteksi, pilar
investigasi, pelaporan dan sanksi, serta
pilar pemantauan evaluasi dan tindak
lanjut (kontan.co.id, November 2020).
Auditor internal sangat berperan
penting dalam mengevaluasi aktivitas
sistem pengendalian serta saran untuk
perbaikan dalam mengawasi operasional
perusahaan. Biasanya, auditor hanya dapat
memeriksa apakah laporan keuangan
perusahaan mematuhi PSAK, dan laporan
keuangannya adalah hasil dari kegiatan
bisnis tersebut. Selain itu, auditor internal
dapat bekerja secara teliti dalam
melakukan pemeriksaan ataupun menilai
indikasi terjadinya fraud dan auditor perlu
menyesuaikan dengan kebijakan, rencana,
prosedur, dan ketentuan perundangundangan (Ginanjar dan Syamsul, 2020).
Agar berhasilnya peran aduditor dalam
pencegahan
terjadinya kecurangan,
sebaiknya
auditor
internal
perlu
memahami kecurangan dan jenis-jenis
kecurangan yang mungkin terjadi dalam
suatu organisasi atau perusahaan (Utama,
2017).
2.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
jenis kualitatif yang merupakan penelitian
yang menekankan pada pemahaman
mengenai
masalah-masalah
dalam
kehidupan sosial berdasarkan kondisi
realitas atau natural setting yang holistis,
kompleks dan rinci.
Data penelitian yang digunakan
adalah data sekunder, yaitu sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara.
Dalam hal ini sumber data yang diperoleh
melalui studi literatur terdiri dari buku,
internet, dan jurnal yang berkaitan dengan
topik penelitian.
3. Pembahasan
Auditing
Menurut Arens dan Loebbecke, dalam
bukunya Auditing and assurance Service
yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A.
(2003) menyatakan bahwa, auditing adalah
suatu
proses
pengumpulan
dan
pengevaluasian bukti dari informasi yang
dapat diukur dari suatu kesatuan ekonomi
yang independen yang bertujuan untuk
menentukan dan melaporkan tingkat dari
kesesuaian antara informasi yang telah
didapatkan dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan.
Jenis-jenis Audit
Menurut Bayangkara (2011:2-3)
dalam Yusriwarti (2017), terdapat
beberapa jenis-jenis audit yaitu: a) Audit
kepatuhan (compliance audit), auditor
berusaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi
informasi
untuk
menentukan apakah pengelolaan keuangan
dan aktivitas lain dari suatu organisasi
telah sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan; b) Audit internal (internal
auditing), auditor melakukan penilaian
secara independen dalam memberikan
jasanya kepada suatu organisasi; c) Audit
operasional (operation auditing), auditor
memfokuskan penilaiannya terhadap
efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
suatu organisasi; d) Audit keuangan
(financial auditing), auditor melakukan
pengkajian dan penilaian terhadap sistem
pelaporan akuntansi dan keuangan
organisasi. Dari berbagai jenis audit yang
telah dijelaskan (kecuali audit keuangan),
secara keseluruhan jenis audit memiliki
tujuan yang hampir mirip, yaitu untuk
mengevaluasi bagaimana manajemen
dalam menjalankan perusahaan dan juga
mengelola sumber daya yang dimiliki.
Audit Internal
Menurut Surat Keputusan Ketua
Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor:
Kep- 496/BL/2008, mendefinisikan audit
internal sebagai suatu kegiatan untuk
pemberian keyakinan (assurance) dan
konsultasi yang bersifat independen dan
objektif,
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan nilai dan memperbaiki
operasional suatu perusahaan melalui
pendekatan yang sistematis dengan cara
mengevaluasi
manajemen
risiko,
pengendalian internal, dan proses tata
kelola perusahaan. Audit internal ini
dilaksanakan oleh pihak-pihak internal
dalam suatu organisasi yang dikenal
sebagai auditor internal. Apabila auditor
internal dalam suatu perusahaan berperan
dengan baik sesuai tugasnya, maka
pengendalian internal akan semakin lebih
baik dan secara otomatis kinerja dalam
suatu organisasi juga akan semakin
meningkat.
Menurut
Tugiman
(2006:11),
mendefinisikan audit internal sebagai
sebagai suatu fungsi evaluasi independen
yang ada di dalam suatu organisasi yang
bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi
aktivitas-aktivitas organisasi yang telah
dilaksanakan.
Pada prinsipnya pemeriksaan internal
yang dilakukan audit internal bertujuan
untuk menguji dan mengevaluasi apakah
kegiatan operasional dalam suatu
perusahaan telah sebagaimana mestinya
telah dilakukan sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian
auditor
internal
perlu
melakukan
pemerikasaan,
pengevaluasian,
dan
pencarian fakta atau bukti yang dapat
digunakan
untuk
memberikan
rekomendasi
kepada
manajemen
perusahaan untuk melakukan penindak
lanjutan.
Tujuan dan Fungsi Audit Internal
Tujuan
audit
internal
yang
dikemukakan oleh Ludita (2013;2) yang
mengutip pendapat dari Tampubolon
(2005;1) menyatakan bahwa tujuan dari
audit internal adalah untuk membantu para
anggota yang terlibat dalam suatu
organisasi
agar
mereka
dapat
melaksanakan tugas secara efektif dan
efisien. Sedangkan fungsi dari audit
internal adalah sebagai mata dan telinga
dari manejemen perusahaan, karena
manajemen membutuhkan kepastian
bahwa semua kebijakan perusahaan yang
telah ditetapkan akan dilaksanakan dengan
benar atau tidak menyimpang. Fungsi audit
internal memainkan peran penting dalam
berkontribusi pada tata kelola keseluruhan
aktivitas manajemen risiko penipuan.
Proses Internal Audit
Pada umumnya proses audit internal
merupakan rangkaian tahapan untuk
memulai pelaksanaan audit yang dimulai
dari penerimaan tugas hingga terbitnya
laporan hasil audit. Adapun tahapantahapan dari proses audit adalah: 1)
Persiapan penugasan audit. Pada tahap ini
dimulai dengan penunjukkan tim yang
akan terlibat selama proses pengauditan. 2)
Survey audit pendahuluan. Pada tahap ini
berisi langkah-langkah analisis terhadap
risiko mikro yang terkait dengan
organisasi yang akan diaudit yang berisi
pengumpulan informasi awal tentang
kondisi dari auditee. 3) Pelaksaan
pengujian. Pada tahap ini auditor dapat
menentukan cakupan dan luas audit yang
akan
dilakukan
pengujiannya.
4)
Penyelesaian penugasan audit. Pada tahap
ini auditor akan menyelesaikan temuan
selama proses kerja lapangan, dan auditor
telah memiliki keyakinan yang memadai
tentang temuannya. 5) Pelaporan hasil
audit. Laporan hasil audit ini merupakan
media untuk menyampaikan permasalahan
dan temuan beserta rekomendasi yang
terdapat dalam suatu organisasi kepada
manajemen organisasi tersebut. 6)
Pemantauan tindak lanjut. Tahap ini
dilaksanakan berdasarkan kesepakatan
yang telah disetujui oleh auditee yang
terkait dengan pelaksanaan rekomendasi
yang telah diberikan.
Kecurangan (Fraud)
Pada tahun 2008, Institut Auditor
Internal (IIA), Institut Amerika Akuntan
Publik bersetifikat (AICPA), dan Asosiasi
Penguji Penipuan bersertifikat (ACFE)
berkolaborasi pada makalah panduan yang
berjudul “Mengelola Risiko Bisnis
Penipuan:
Paduan
Praktis”
mendifinisinikan penipuan sebagai setiap
tindakan atau kelalaian yang disengaja
yang dirancang untuk menipu orang lain,
yang mengakibatkan korban menderita
kerugian
dan
pelaku
penipuan
mendapatkan keuntungan. Sesuai dengan
Prinsip Akuntansi yang Diterima Secara
Umum (GAAP), pelaporan keuangan yang
curang dapat dilakukan dengan: 1)
Memanipulasi,
memalsukan,
atau
mengubah catatan atau pendukung
dokumen akuntansi yang terdapat pada
laporan keuangan yang telah disusun; 2)
Salah mengartikan atau dengan sengaja
menghilangkan
peristiwa
laporan
keuangan, transaksi, atau informasi
penting lainnya; 3) Menyalahgunakan
prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau
pengungkapan. Secara umum, terdapat
unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan
unsur harus ada, jika salah satu tidak ada,
maka kecurangan dianggap tidak terjadi)
yang meliputi: a) Terdapat adanya salah
pernyataan (misrepresentation); b) Dari
masa lampau atau sekarang; c) Fakta
bersifat material (material fact); d)
Dilakukan secara sengaja atau tanpa
perhitungan
(make-knowingly
or
recklessly); e) Dengan maksud untuk
menyebabkan suatu pihak lain beraksi; f)
Pihak yang dianggap dirugikan harus
beraksi terhadap salah pernyataan tersebut;
g) merugikan (detriment) (Harwida, 2015).
Jenis Kecurangan
Untuk lebih berhasilnya peran auditor
dalam pencegahan dan pendeteksian
adanya kecurangan, sebaiknya internal
auditor perlu memahami kecurangan dan
jenis-jenis kecurangan yang mungkin
terjadi dalam perusahaan. Association of
Certified
Fraud
Examinations
(ACFE2000), salah satu asosiasi di USA
yang mendarmabaktikan kegiatannya
dalam pencegahan dan pemberantasan
kecurangan, mengkategorikan kecurangan
dalam tiga kelompok sebagai berikut: a.
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial
Statement Fraud), Kecurangan Laporan
Keuangan dapat didefinisikan sebagai
kecurangan
yang
dilakukan
oleh
manajemen dalam bentuk salah saji
material Laporan Keuangan yang
merugikan
investor
dan
kreditor.
Kecurangan ini dapat bersifat financial
atau kecurangan non financial. Prepared by
Amz 4 b. Penyalahgunaan aset (Asset
Misappropriation), Penyalahagunaan aset
dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan
Kas’ dan ‘Kecurangan atas Persediaan dan
Aset Lainnya’, serta pengeluaranpengeluaran
biaya
secara
curang
(fraudulent disbursement). c. Korupsi
(Corruption), Korupsi dalam konteks
pembahasan ini adalah korupsi menurut
ACFE, bukannya pengertian korupsi
menurut UU Pemberantasan TPK di
Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi
ke dalam pertentangan kepentingan
(conflict of interest), suap (bribery),
pemberian illegal (illegal gratuity), dan
pemerasan (economic extortion).
Penyebab Kecurangan
Pada dasarnya kecurangan sering
terjadi pada suatu suatu entitas apa bila : a.
Pengendalian intern tidak ada atau lemah
atau dilakukan dengan longgar dan tidak
efektif. b. Pegawai dipekerjakan tanpa
memikirkan kejujuran dan integritas
mereka. c. Pegawai diatur, dieksploitasi
dengan tidak baik, disalahgunakan atau
ditempatkan dengan tekanan yang besar
untuk mencapai sasaran dan tujuan
keuangan yang mengarah tindakan
kecurangan. d. Model manajemen sendiri
melakukan kecurangan, tidak efsien dan
atau tidak efektif serta tidak taat terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.. e.
Pegawai yang dipercaya memiliki masalah
pribadi yang tidak dapat dipecahkan ,
biasanya masalah keuangan, kebutuhan
kesehatan keluarga, gaya hidup yang
berlebihan. f. Industri dimana perusahaan
menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau
tradisi kecurangan
Peran Audit Internal dalam Investigasi
Kecurangan
Pencegahan
kecurangan
pada
umumnya
adalah
aktivitas
yang
dilaksanakan manajemen dalam hal
penetapan kebijakan, sistem dan prosedur
yang membantu meyakinkan bahwa
tindakan yang diperlukan sudah dilakukan
dewan komisaris, manajemen, dan personil
lain perusahaan untuk dapat memberikan
keyakinan memadai dalam mencapai 3 (
tiga ) tujuan pokok yaitu ; keandalan
pelaporan keuangan, efektivitas dan
efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap
hukum & peraturan yang berlaku. ( COSO:
1992) Untuk hal tersebut , kecurangan
yang mungkin terjadi harus dicegah antara
lain dengan cara –cara berikut : 1)
Membangun struktur pengendalian intern
yang
baik,
dalam
memperkuat
pengendalian intern di perusahaan, COSO
(The
Committee
of
Sponsoring
Organizations
of
The
Treadway
Commission) pada bulan September 1992
memperkenalkan
suatu
rerangka
pengendalian yang lebih luas daripada
model pengendalian akuntansi yang
tradisional dan mencakup menejemen
risiko, yaitu pengendalian intern terdiri
atas 5 ( lima ) komponen yang saling
terkait
yaitu
:
(1)
Lingkungan
pengendalian ( control environment )
menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian
orang-orangnya.
Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk
semua komponen pengendalian intern,
menyediakan disiplin dan struktur. (2)
Penaksiran risiko ( risk assessment ) adalah
identifikasi entitas dan analisis terhadap
risiko yang relevan untuk mencapai
tuuannya, membentuk suatu dasar untuk
menenetukan bagaimana risiko harus
dikelola. (3) Standar Pengedalian ( control
activities ) adalah kebijakan dari prosedur
yang membantu menjamin bahwa arahan
manajemen dilaksanakan. (4) Informasi
dan komunikasi ( information and
communication
)
adalah
pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk
dari waktu yang memungkinkan orang
melaksanakan tanggungjawab mereka. (5)
Pemantauan ( monitoring ) adalah proses
menentukan mutu kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. 2) Mengefektifkan
aktivitas pengendalian (1) Review Kinerja
(2)
Pengolahan
informasi
(3)
Pengengendalian fisik (4) Pemisahan tugas
3) Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan kultur organisasi dapat
dilakukan dengan mengimplementasikan
prinsip-prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG) yang saling terkait
satu sama lain agar dapat mendorong
kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja
secara efisien, menghasikan nilai ekonomi
jangka panjang yang berkesinambungan
bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah
(menurut Saifuddien Hasan, 2000) : (1)
Keadilan ( Fairness ) Melidungi
kepentingan pemegang saham minoritas
dan steakholders lainnnya dari rekayasa
transaksi yang bertentangan dengan
peraturan peraturan yang berlaku (2)
Transparansi Keterbukaan ( disclosure )
bagi steakholder yang terkait untuk
melihat dan memahami proses suatu
pengambilan keputusan /pengelolaan suatu
perusahaan. Dalam hal ini terkait pula
kewajiban
perusahaan
untuk
mengungkapkan
informasi
material
kepada pemegang saham /publik dan
pemerintah secara benar, akurat, teratur
dan tepat waktu. (3) Akuntabilitas (
Accountability ) Menciptakan sistem
pengawasan yang efektif didasarkan atas
distribusi dan keseimbangan kekuasaan
antar
anggota
direksi,
komisaris,
pemegang saham dan pengawas. Di sini
menyangkut
pula
proses
pertanggungjawaban
para
pengurus
perusahaan atas keputusan – keputusan
yang dibuat dan kinerja yang dicapai. (4)
Tanggung jawab ( Responsibility )
Perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk
mematuhi
hukum
dan
ketentuan/peraturan
yang
berlaku
termasuk tanggap terhadap lingkungan di
mana perusahaan berada (5) Moralitas
Manajemen dan seluruh individu dalam
perusahaan wajib menjunjung tinggi
moralitas, di dalam prinsip ini terkandung
unsurunsur kejujuran, kepekaan sosial dan
tanggug jawab individu (6) Kehandalan (
Reliability ) Pihak manajemen/pengelola
perusahaan dituntut untuk memiliki
kompetensi dan profesionalisme dalam
pengelolaan perusahaan (7) Komitmen
Pihak manajemen/pengelola perusahaan
dituntut untuk memiliki komitmen penuh
untuk
selalu
meningkatkan
nilai
perusahaan , dan bekerja untuk
mengoptimalkan
nilai
pemegang
sahamnnya ( duty of loyalty ) serta
menurunkan risiko perusahaan 4)
Mengefektifkan fungsi internal audit,
walaupun internal auditor tidak dapat
menjamin bahwa kecurangan tidak akan
terjadi, namun ia harus menggunakan
kemahiran jabatannya dengan saksama
sehingga diharapkan mampu mendeteksi
terjadinya
kecurangan
dan
dapat
memberikan saran-saran yang bermafaat
kepada manajemen untuk mencegah
terjadinya kecurangan.
4. Kesimpulan
Dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya,
perusahaan
senantiasa
menghadapi berbagai resiko yang
dinamakan resiko bisnis (bussiness risk).
Termasuk diantaranya adalah resiko
terjadinya kecurangan (fraud) yang
tergolong dalam resiko integritas (Integrity
Risk). Menurut ACFE, kecurangan yang
terjadi dapat digolongkan ke dalam tiga
kategori kecurangan, kecurangan laporan
keuangan (Financial Statement Fraud),
penyalahgunaan
aset
(Asset
Misappropriation),
dan
korupsi
(Corruption).
Tanda-tanda
awal
(symptoms) biasanya muncul dalam kasus
kecurangan, walau demikian munculnya
symptoms tersebut belum berarti telah
terjadi kecurangan. Symptoms ini dikenal
dengan nama Red flag, yang seyogyanya
dipahami dan digunakan oleh internal
auditor dalam melakukan analisis dan
evaluasi lebih lanjut untuk mendeteksi
adanya kecurangan yang mungkin timbul
sebelum dialakuakan investigasi. Setelah
memahami jenis-jenis kecurangan, internal
auditor perlu memahami secara tepat
struktur pengendalian intern yang baik
agar dapat melakukan upaya-upaya untuk
mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Menurut COSO, struktur pengendalian
intern terdiri atas lima komponen, yaitu
Lingkungan
Pengendalian
(Control
Environment), Penaksiran Risiko (Risk
Assessment),
Standar
Pengedalian
(Control Activities), Informasi Dan
Komunikasi
(Information
And
Communication),
serta
Pemantauan
(Monitoring). Jika struktur internal control
sudah ditempatkan dan berjalan dengan
baik, peluang adanya kecurangan yang tak
terdeteksi akan banyak berkurang.
Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan
memahami dengan baik setiap elemen
dalam struktur pengendalian intern agar
dapat melakukan evaluasi dan mencari
kelemahannya.
5. Ucapan Terimakasih
Daftar Pustaka
Arens, Alvn A, Elder, Rondal J, and Beasley, Mark S. 2008, Auditing and Assurance Service
and Integrated Approach, 13th edition, New Jersey.
Ginanjar, Y., & Syamsul, E. M. (2020). Peran Auditor Internal dalam Pendeteksian dan
Pencegahan Fraud Pada Bank Syariah di Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, 6(3), 529-534.
Harwida, G. A. (2015). Mengulik Peran Auditor Internal Dalam Melakukan Deteksi Dan
Pencegahan Fraud Di Perguruan Tinggi. InFestasi Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 11(1),
16. http://neo-bis.trunojoyo.ac.id/infestasi/article/view/1123/954
Hutauruk, Dina Mirayanti. 2020. Cara Bank Mandiri Cegah Kasus Fraud.
www.google.co./amp/s/amp.kontan.co.id/news.html (diakses tanggal 17 Desember 2020).
Ludita Nilam Ariani (2013), “Pengaruh Peranan Auditor Internal Terhadap Penerapan Good
Corporate Governance pada BUMN Jember”. Jurnal.
Reding, K. F., Sobel, P. J., Anderson, U. L., Head, M. J., Ramamoorti, S., Salamasick, M., &
Riddle, C. (2013). Internal Auditing Assurance & Advisory Services.
Surat Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Kep-496/BL/2008 Tentang
Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal.
Utama, N. P. (2017). PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN
KECURANGAN (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kota
Bandung) (Doctoral dissertation, Universitas Widyatama).
Yusriwarti, Y. (2017). PENGARUH PERAN AUDIT INTERNAL TERHADAP
PENCEGAHAN KECURANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI
PEKANBARU. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 6(2), 25-37.
Download