Uploaded by User55331

MAKALAH SPI Kelompok 9-1-2-1

advertisement
KONDISI SOSIAL POLITIK DI MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Dr. Mat Solikhin, M.Ag.
Disusun Oleh:
1. Fadhilah Miftahul Ilmi
(1908056010)
2. Ilma Fitriani
(1908056012)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kita semua
untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Kondisi Sosial Politik di Masa
Khalifah Ali Bin Abi Thalib” dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas Sejarah
Peradaban Islam.
Juga tidak lupa teriring salam dan sholawat kehadirat Rasulullah SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yaitu Addinul Islam.
Memberikan pencerahan pada setiap hati manusia untuk berfikir menyaksikan kekuasaan
Illahi Robbi yang memiliki tingkat keilmuan yang maha tinggi.
Terima kasih kami haturkan kepada bapak dosen yang telah memberikan dorongan
serta motivasi keilmuannya dalam membimbing dan memberikan dorongan dalam pembuatan
makalah ini. Dan tidak lupa diucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah
mencurahkan segala kemampuannya demi tersusunnya makalah ini.
Dengan adanya makalah ini semoga dapat sedikit memberikan informasi dan
pemahaman teladan para pemimpin terdahulu yang bisa diterapkan pada kehidupan sekarang
ini. Agar bisa menjadi Islam yang tumbuh subur sehingga menjadi generasi yang cakap, cerdas
serta berakhlaq mulia, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Semoga Allah menerima upaya
sederhana ini. Semoga para pembaca dapat memberikan sedikit saran dan kritik untuk
memperbaiki kekurangan dan kelemahan bagi penyusunan makalah selanjutnya.
Semarang, 6 Oktober 2020
Penyusun
ii | K o n d i s i S o s i a l P o l i t i k d i M a s a K h a l i f a h A l i b i n A b i T h a l i b
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib ................................................................... 3
B. Prestasi Ali bin bin Abi Thalib sebelum Menjadi Khalifah ................................. 3
C. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ............................................. 4
D. Pemajuan yang Dicapai setelah Pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah 5
E. Pergulatan Sosial Politik pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib ....................... 6
F. Akhir Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ...................................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11
iii | K o n d i s i S o s i a l P o l i t i k d i M a s a K h a l i f a h A l i b i n A b i T h a l i b
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah intelektual kaum muslimin, umat muslimin telah melewati
beberapa system-sistem politik dalam urusan bentuk kepemimpinan kepemerintahan suatu
negara. Terbunuhnya Usman bin Affan lalu kemudian naiknya Ali bin Abu Thalib sebagai
penganti Khalifah Usman bin Affan, namun tidaklah menghentikan konflik di masa itu. Bahkan
dapat dikatakan bahwa konflik yang sesungguhnya baru di mulai, yaitu lebih spesifik konflik
syiah dengan sunni. Sehingga pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib menerima kenyataan
yang pahit di mana konspirasi pembunuhan atas Usman bin Affan yang dibebankan kepada
khalifah Ali untuk menyelesaikanya. Namun kemelut masalah ini tak kunjung selesai sehingga
fitnah berikutnya di alamatkan lagi ke Ali bin Abu Thalib, dan panasnya konflikpun semakin
memuncak di masa Khalifah Ali bin Abu Thalib. Pada masa beliaulah Asyiah binti Abu Bakar
ra, yang telah diprofokasi oleh pihak yang mengkehendaki Islam lebih hancur lagi. Dengan
mengadakan perlawanan terhadap khalifah Ali bin Abu Thalib dengan motif tuntutan bahwa
Khalifah Ali tidak mampu menemukan siapa pembunuh Usman bin Affan. Dampak dari
kemelut konflik yang tak kunjung selesai ini mulai dari masa Usman dan Ali, yakni Islam harus
menerima kenyataan pahit lagi di mana golongan kaum muslimin terpecah lagi politiknya
sehingga terbagi ketiga golongan politik Islam yaitu golongan syiah, sunni dan Khawarij.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib?
2.
Bagaimana prestasi Ali bin bin Abi Thalib sebelum menjadi khalifah?
3.
Bagaimana pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah?
4.
Bagaimana kemajuan yang dicapai setelah pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah?
5.
Bagaimana pergulatan sosial politik pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib?
6.
Bagaimana akhir masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib?
1|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
C. Tujuan Pembelajaran
1.
Untuk mengetahui biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
2.
Untuk mengetahui prestasi Ali bin bin Abi Thalib sebelum menjadi khalifah
3.
Untuk mengetahui pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
4.
Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai setelah pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah
5.
Untuk mengetahui pergulatan sosial politik pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
6.
Untuk mengetahui akhir masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
2|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Lahir dari keluarga mulia dan terpandang, Ali bin Abi Thalib bin Abdi Manaf bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin
Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin M’ad bin Adnan. Itulah nama dan jalur keturunan Ali bin Abi
Thalib Radhiyallah’anh, bertemu pada jalur kakeknya yang pertama yaitu Abdul Muthalib bin
Hasyim, yang memiliki anak yang bernama Abu Thalib saudara laki-laki kandung Abdullah
Bapak Rasulullah. Ia dilahirkan di Mekkah Jum’at 13 Rajab 600 Masehi. Tahun ini dihitung
berdasarkan catatan sejarah dengan jarak 30 tahun setelah kelahiran Rasulullah ‫ ﷺ‬yaitu tahun
570 Masehi.
Ibu beliau bernama Fathimah binti As’ad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai,
ibunya di beri gelar wanita Bani Hasyim pertama yang melahirkan putera Bani Hasyim. Beliau
memiliki beberapa orang saudara laki-laki; diantaranya Thalib, Aqil, dan Ja’far mereka semua
lebih tua dari dari beliau rata-rata terpaut sepuluh tahun. Ia juga memiliki dua orang saudara
perempuan yakni ummu Hani’ dan Jumanah. Keduanya adalah putri Fatimah binti As’ad yang
telah masuk Islam dan turut hijrah. Ayahnya bernama Abu Thalib nama sebenarnya adalah
Abdi Manaf bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Beliau adalah seorang paman
kandung yang sangat mencintai Rasulullah meski tidak mengimani keyakinannya hingga akhir
hidupnya.
Nama yang diberikan kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallah‘anh pada saat
kelahirannya adalah Haidarah (Singa). Nama tersebut hasil pemberian sang ibu sebagai
kenangan dari nama bapaknya yang bernama As’ad bin Hasyim. Ia juga akrab dipanggil
dengan sebutan Abul Hasan oleh para sahabat lainnya. Hal itu merujuk pada nama anak lakilaki pertama hasil pernikahannya dengan Fatimah yakni al-Hasan. Selain itu Ali bin Abi Thalib
mempunyai nama panggilan yang diberikan oleh Rasulullah yaitu Abu Turab.1
1
M. Ali Fikri, PERGOLAKAN POLITIK UMAT ISLAM PADA MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB,
(Surabaya: digilib.uinsby.ac.id, 2019), hal. 19
3|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
B. Prestasi Ali bin bin Abi Thalib sebelum Menjadi Khalifah
Ali bin Abi Thalib Radhiyallah’anh memiliki catatan sebagai pahlawan Islam yang
cemerlang dalam setiap peristiwa peperangan. Semua peristiwa perang telah diikuti Ali
bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬kecuali perang Tabuk, karena pada saat itu Ali bin Abi Thalib disuruh
Rasulullah untuk tetap menjaga kestabilan Madinah. Dalam setiap peperangan Ali dipercaya
oleh Rasulullah untuk membawa bendera dan berada di barisan paling depan.
Ada sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Abu Hazim, dia
berkata : Sahl bin Sa’ad memberitahukan kepadaku bahwa ketika perang Khaibar Rasulullah
berdiri dan berpidato ; “ Esok hari aku akan memberikan bendera ini kepada seseorang yang
akan memimpin kaum muslim saat Allah memberikan kemenangan. Dia mencintai Allah dan
Rasul-Nya, dan begitu pula sebaliknya “.
Pada malam itu para sahabat bertanya-tanya siapa yang besok akan diserahi bendera
oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. Keesokan harinya para sahabat sudah berkumpul di dekat Rasulullah.
Tiba-tiba Rasulullah bertanya ; “ Dimana Ali bin Abi Thalib? “. Kemudian para sahabat
menjawab ; “Wahai Rasulullah, Ali sedang mengeluh kesakitan pada kedua matanya”. Setalah
sahabat memanggil Ali dan membawanya di hadapan Rasulullah, kemudian Rasulullah
mendoakan agar Ali disembuhkan dari penyakitnya dan kedua mata Ali pun sembuh total.
Setelah itu Rasulullah memberikan bendera itu kepada Ali bin Abi Thalib dan pada hari itu
juga Ali bin Abi Thalib bersama para sahabat serta pasukan perang mendapatkan kemenangan.
Dalam peristiwa perang yang pernah diikuti Ali, Ia selalu berhasil menumbangkan satu
per satu musuhnya dengan menggunakan pedang bermata dua yang bernama Dzulfikar.
Apabila pedang itu dikeluarkan dari jubah Ali maka pedang itu bercahaya sehingga membuat
hati para musuh bergetar.2
C. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Terbunuhnya khalifah Utsman pada malam jum’at 18 Dzulhijjah tahun 35 H, membuat
suasana di kota Madinah tidak kondusif. Suasana kota sangat mencekam, rakyat dan para
pembesar mengalami kerisauan, keguncangan. Yang mereka risaukan adalah tidak adanya
pemimpin negara dan tidak ada imam. Ketika itu terjadi pengelompokan-pengelompokan
masyarakat, pada satu bagian kaum pemberontak membuat perkumpulan, di bagian lain orangorang Muhajirin dan Anshar membuat suatu kelompok pula, termasuk tabi’in dari kota
Madinah. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana dengan umat Islam yang sudah berkembang,
2
Ibid., hal.29
4|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
membentang dari perbatasan Rum sampai ke Yaman dan dari Afganistan sampai ke Afrika
Utara, yang selama beberapa hari tidak memiliki pemimpin. Atas dasar itulah mereka berusaha
untuk memilih seorang khalifah secepat mungkin dan dilakukan di Madinah karena itu satusatunya yang menjadi ibu kota Islam.
Karena dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling utama, akhirnya dalam
sebuah pertemuan permusyawaratan Abdurrahman bin ‘Auf menetapkan Ali sebagai tokoh
yang paling dipercayai umat setelah Utsman bin Affan.
Atas dasar itu mereka memandang wajar memilih Ali sebagai pemimpin mereka. Dan
tidak pula ada seorang pun yang dipercaya selain Ali. Jika ada seseorang yang mencalonkan
diri di samping Ali pasti tidak akan terpilih karena levelnya jauh di bawah Ali. Karena itu
semua sahabat Rasulullah Saw berbondong-bondong membai’at Ali sebagai khalifah. Mereka
mengatakan bahwa masyarakat tidak akan tertib, keadaan tidak akan aman tanpa adanya
seorang pemimpin.
Sebelumnya Ali menolak untuk memikul jabatan itu, tetapi orang banyak berulangulang memintanya untuk dibai’at, dan akhirnya ia mau dibai’at. Tetapi bai’at harus dilakukan
di masjid, dan di depan masyarakat banyak dan tidak tersembunyi, dan atas kerelaan kaum
muslimin. Bai’at berlangsung di Masjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin dan Anshar dan
tidak ada penolakan, termasuk para sahabat besar, kecuali ada tujuh belas sampai dua puluh
orang.
Dengan demikian kekhalifahan Ali sudah berlangsung secara benar, sempurna dan
sesuai dengan prinsip yang mendasari tegaknya khilafah. Ali tidak menguasai pemerintahan
dengan kekuatan dan tidak dengan mencurahkan tenaga sedikit pun untuk mencapai kedudukan
Khalifah. Ia telah dipilih oleh orang banyak dengan cara musyawarah yang bebas dan dibai’at
oleh mayoritas yang besar kemudian diakui oleh seluruh daerah kecuali daerah Syam.
Walaupun sudah dibai’at oleh masyarakat umum, namun masih ada sekitar tujuh belas hingga
dua puluh orang sahabat Nabi Muhammad saw yang tidak mau membai’at Ali. Penulis melihat
bahwa tidak dijelaskan nama-nama yang tidak mau membai’at Ali itu. Namun dengan
penolakan itu tidak berarti ke Khalifahan Ali tidak sah karena penolak itu bersifat pasif,
sementara masyarakat umum sudah melakukan bai’at. Dengan demikian pengangkatan Ali
sebagai khalifah telah memperoleh kesempatan untuk menutup lubang yang sangat berbahaya
dalam sistem khilafah rasyidah setelah pembunuhan Utsman bin Affan.3
3
Ahmad Ridhawi, KONFLIK POLITIK PADA MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB,
(Jakarta: repository.uinjkt.ac.id, 2014), hal.31
5|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
D. Kemajuan yang Dicapai setelah Pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Dengan terbaiatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah menggantikan Utsman bin
Affan, sebagian orang yang masih terpaut keluarga Utsman mulai beranggapan bahwa
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib akan mengurangi kesenangan mereka apalagi untuk
memperoleh kekayaan yang dapat mereka lakukan sebelumnya. Diantara sahabat yang belum
sudi mengakui Ali sebagai khalifah, seperti:
1. Hasan Ibnu Tsabit,
2. Ka’ab Ibnu Malik,
3. Abu Said al-Khudri, dan
4. Muhammad Ibnu Maslamah.
Ali dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab atas terbunuhnya khalifah Utsman
bin Affan. Bila pemerintahan dipegang oleh Ali, maka cara-cara pemerintahan Umar yang
keras dan disiplin akan kembali dan akan mengancam kesenangan dan kenikmatan hidup
dimasa pemerintahan Utsman bin Affan yang mudah dan lunak menjadi keadaan yang serba
teliti, dan serba diperhitungkan, hingga banyak yang tidak menyukai Ali. Bagi kaum Umaiyah
sebagai kaum elit dan kelas atas dan khawatir atas kekayaan dan kesenangan mereka akan
lenyap karena keadilan yang akan dijalankan Ali.
Kepemerintahan Ali melakukan gebrakan dan kebijakan politik seperti:
1. Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme yang hampir menguasai seluruh
sektor bisnis,
2. Memecat Gubernur yang diangkat Utsman bin Affan dan menggantinya dengan gubernur
yang baru,
3. Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan Utsman bin Affan kepada
keluarganya, seperti hibah dan pemberian yang tidak diketahui alasannya secara jelas dan
memfungsikan kembali baitul maal.
Meskipun dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan sedikit mengalami
kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab dan masih tetap peranan
penting negara Islam di daerah yang telah ditaklukkan Abu Bakar di daerah Yaman, Oman,
Bahrain, Iran Bagian Selatan. Umar bin Khattab di Persia, Syiria, Pantai Timur Laut Tengah
dan Mesir. Serta pada masa Utsman di Sijistan, Khurasa, Azarbaijan, Armenia hingga Georgia.
Masa pemerintahan Ali yang kurang lebih selama lima tahun (35-40 H/656-661 M),
sementara dikutip dari buku Teguh Pramono (100 Muslim Paling Berpengaruh) tertulis empat
tahun sembilan bulan. Selama itu tidak pernah sunyi dari pergolakan politik, tidak ada waktu
sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Akhirnya praktis selama
6|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
memerintah, Ali lebih banyak mengurus masalah pemberontakan di berbagai wilayah
kekuasaannya. Ia lebih banyak duduk di atas kuda perang dan di depan pasukan yang masih
setia dan mempercayainya dari pada memikirkan administrasi negara yang teratur dan
mengadakan ekspansi perluasan wilayah (futuhat). Namun demikian, Ali berusaha
menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan egaliter. Ia ingin mengembalikan citra
pemerintahan Islam sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Umar sebelumnya. Sebenarnya
pembaiatan Ali sebagai khalifah adalah hal yang sangat wajar dan pertentangan itu adalah hal
yang wajar pula sebagai akibat pertentangan dan peristiwa-peristiwa sebelumnya karena untuk
memperebutkan kekuasaan yang diselingi kasus penuntutan atas terbunuhnya Utsman dan juga
pemecatan-pemecatan pejabat serta pengembalian harta milik yang tidak jelas.4
E. Pergulatan Sosial Politik pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Keadaan sosial politik pada awal kepemimpinan Ali sangat tidak stabil karena terjadi
pemberotakan dimana-mana. Pemberontakan-pemberontakan itu tidak dapat diselesaikan
hingga akhir kepemimpinannya, hingga hal-hal tersebut menyebabkan pecahnya umat Islam
menjadi beberapa golongan dan sangat tidak menguntungkan bagi Ali bin Abi Thalib.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut diantaranya adalah:
1.
Perang Jamal (36 H/657 M)
2.
Perang Siffin (37H/658M)
3.
Peristiwa Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib
4.
Terbunuhnya khalifahan Ali bin Abi Thalib
Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib diwarnai dengan gonjang-ganjing
politik dan suasana kekacauan. Berbagai masalah antara lain tuntutan untuk menuntaskan
berbagai macam perkara yang ditinggalkan pada masa khalifah sebelumnya, menegakkan
sanksi bagi pembunuh Utsman, dan menenangkan para pemberontak yang sudah menguasai
Madinah. Meskipun menghadapi berbagai permasalahan, pemerintahan Ali merupakan contoh
komitmen yang kuat kepada keadilan sosial dan kerakyatan, di samping kesungguhan
pengembangan ilmu pengetahuan, salah satu peninggalan beliau adalah kitab Nahj alabalaghah, Pembukuan berbagai ungkapan bijak.
Tidak mudah bagi siapapun bahkan bagi Ali untuk memulai kepemimpinan mereka
pada suasana sulit, beliau dihadapkan pada tuntutan untuk memberikan sanksi bagi para
4
Junaidin Muhaimin, PEMERINTAHAN ALI BIN ABI THALIB DAN PERMULAAN KONFLIK UMAT
ISLAM: PERISTIWA TAHKIM, (Bima: ejournal.stitbima.ac.id, 2020), hal.36
7|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
pemberontak yang berhasil membunuh Ustman dan menguasai Madinah. Ali dikenal sebagai
pribadi yang dekat orang-orang miskin, kalangan yang tidak diuntungkan pada masa
pemerintahan Ustman dan berbagai kelompok tidak berdaya lainnya. Kelompok inilah yang
melakukan pemberontakan sebagaimana dicatat oleh Ibn Thaimiyah ”sebagian besar pasukan
Ali, begitu pula mereka yang memerangi Ali dan mereka yang bersikap netral dari peperangan
itu bukanlah orang-orang yang membunuh Utsman. Sebaliknya, para pembunuh Utsman itu
sekelompok kecil dari pasukan Ali, sedangkan umat saat kekhalifahan Utsman itu berjumlah
dua ratus ribu orang dan yang menyetujui pembunuhannya seribu orang sekitar itu.” Ali
kemudian mengambil kebijakan radikal dengan memecat beberapa orang kepercayaan Utsman.
Kondisi tersebut akhirnya memunculkan oposisi pertama dalam pemerintah Ali yaitu koalisi
Zubeir, Thalhah dan mendapat sokongan dari Aisyah. Dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut, Ali memimpin pasukan sendiri keluar dari Madinah pada bulan Oktober 656 M.
Peristiwa ini menurut Bertand Lewis (1988) mempunyai dua arti: Pertama, berakhirnya kota
Madinah sebagai ibukota kekuasaan Islam, karena sejak itu tidak pernah ada kekuasaan Islam
yang menjadikan Madinah sebagai Ibukota. Kedua, untuk pertama kalinya seorang khalifah
memimpin dan berperang melawan sesama muslim.
Dalam menghadapi kekuatan oposisi tersebut, pasukan Ali berhasil mengalahkan
kelompok oposisi. Peristiwa ini dikenal dengan perang unta, karena kancah pertempuran yang
berbesar berlangsung di sekitar binatang unta. Setelah berakhirnya peristiwa ini, Ali kembali
ke Kufa dan menjadikan daerah itu, sebagai ibukota. Di Kufa, Ali menjalankan kepala
pemerintahan bagi seluruh kekuasaan Islam, namun kondisi tersebut tidak didukung dengan
keadaan suku-suku yang tidak mau bersatu.
Pertentangan terhadap kepemimimpinan Ali juga muncul dari Mu’awwiyah. Bermula
dari penolakan Mu’awwiyah untuk meletakkan jabatan Gubernur. Namun, ketika pasukan Ali
hampir mencapai kemenangan, pasukan Mu’awwiyah menancapkan al-Qur’an di ujung
tombok sambil berseru ‘Ya Allah, tentukanlah nasib kami’, yang berarti permintaan akan
perundingan.
Dalam perundingan tersebut, Ali mengalami kekalahan diplomatis dan
kehilangan kekuasaan ‘de jure’nya. Kejadian ini, membuat beberapa pengikut Ali sangat
kecewa, karena itu mereka memisahkan diri dengan membentuk kelompok baru yang kelak
terkenal dengan sebutan kaum khawarij, kaum pembelok atau pemberontak.
Berbeda dengan pandangan banyak sejarawan, Mohammad Abied Al-Jabiri seorang
pemikir Arab kontemporer asal Maroko melihat bahwa kekalahan Ali melawan Muawiyah,
lebih karena di sebabkan oleh berbagai perpecahan di dalam pasukan Ali sendiri yang terdiri
dari persekutuan beberapa suku Arab non-Umayyah. Dalam artian, Ali tidak mampu
8|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
melakukan harmonisasi yang memadai antar pelbagai kepentingan suku yang berperang di
pihaknya. Kenyataan ini dalam analisis Al-Jabiri lebih disebabkan karena Ali bukan seorang
politisi ulung sebagaimana Muawiyah. Dia lebih tepat dikatakan sebagai seorang “pekerja
sosial” yang tiba-tiba menjadi politisi setelah mengalami pelbagai kekalahan dalam prosesi
suksesi kepemimpinan puncak.
Bagi kelompok khawarij, upaya perdamain yang dilakukan Ali merupakan suatu dosa,
Mereka mendasarkan pandangan berdasarkan ayat al-Qur’an, Q.S Al-Maidah ayat 44
َ‫و َم ْن لّ ْم َي ْح ُك ْم ِب َمآ ا َ ْنز َل هللاُ فاُولئِ َك ُه ُم ْالك ِف ُر ْو ن‬...
َ
”…dan barang siapa yang tidak menjadikan hukum seperti yang diturunkan Allah,
maka mereka adalah orang-orang kafir”.
Berdasarkan argumentasi teologis ini, mereka memandang bahwa yang menerima
arbritase sebagai kafir, kemudian mereka melakukan konsolidasi untuk melakukan
pembunuhan terhadap Ali, Mu’awwiyah dan Amr ibn Ash. Kelompok ini melalui ibn Muljam
berhasil membunuh Ali, sedangkan Mu’awwiyah hanya mengalami luka-luka dan Amr ibn alAsh selamat sepenuhnya (tetapi mereka membunuh seseorang yang bernama Kharijah yang
disangka Amr karena rupanya mirip).
F. Akhir Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdur Rahman bin
Muljam pada saat akan melaksanakan shalat subuh. Peristiwa ini bertepatan dengan bulan
Ramadhan tahun 40 H/ 661 M.
Kedudukan Ali sebagai khalifah dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan.
Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan
membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu
kepemimpinan politik, dibawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Disisi lain, perjanjian itu
menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H./ 661 M., tahun
persatuan itu dikenal dalam sejarah sebagai tahun jamaah (‘am jamaah). Jadi ‘am jamaah
adalah tahun persatuan antara Hasan dan Mu’awiyah, artinya bahwa antara mereka tidak terjadi
perebutan kekuasaan dan mereka berdamai serta menjalankan pemerintahan dalam satu
kepemimpinan. Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan masa al-khulafa’ alrasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik.5
5
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, ( Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2011), hlm.69.
9|Kondisi Sosial Politik di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah Jum’at 13 Rajab 600 Masehi. Tahun ini dihitung
berdasarkan catatan sejarah dengan jarak 30 tahun setelah kelahiran Rasulullah yaitu tahun
570 Masehi. Beliau adalah seorang paman kandung yang sangat mencintai Rasulullah meski
tidak mengimani keyakinannya hingga akhir hidupnya.
2. Ali bin Abi Thalib memiliki catatan sebagai pahlawan Islam yang cemerlang dalam setiap
peristiwa peperangan. Semua peristiwa perang telah diikuti Ali bersama Rasulullah
kecuali perang Tabuk. Dalam setiap peperangan Ali dipercaya oleh Rasulullah untuk
membawa bendera dan berada di barisan paling depan.
3. Dalam pemilihan khalifah, dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling utama,
akhirnya dalam sebuah pertemuan permusyawaratan Abdurrahman bin ‘Auf menetapkan
Ali sebagai tokoh yang paling dipercayai umat setelah Utsman bin Affan.
4. Kepemerintahan Ali melakukan gebrakan dan kebijakan politik seperti: menegakkan
hukum finansial, memecat Gubernur yang diangkat Utsman bin Affan dan menggantinya
dengan gubernur yang baru, dan mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagibagikan Utsman bin Affan kepada keluarganya.
5. Keadaan sosial politik pada awal kepemimpinan Ali sangat tidak stabil karena terjadi
pemberotakan dimana-mana. Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib diwarnai
dengan gonjang-ganjing politik dan suasana kekacauan.
6. Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdur Rahman bin
Muljam pada saat akan melaksanakan shalat subuh. Peristiwa ini bertepatan dengan bulan
Ramadhan tahun 40 H/ 661 M.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini,maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini atau mungkin
pembaca bisa melanjutkan dan menyempurnakan makalah ini.
10 | K o n d i s i S o s i a l P o l i t i k d i M a s a K h a l i f a h A l i b i n A b i T h a l i b
DAFTAR PUSTAKA
Ali Fikri, M. 2019. PERGOLAKAN POLITIK UMAT ISLAM PADA MASA KHALIFAH ALI BIN
ABI THALIB. Surabaya: digilib.uinsby.ac.id.
Muhaimin, Junaidin. PEMERINTAHAN ALI BIN ABI THALIB DAN PERMULAAN KONFLIK
UMAT ISLAM: PERISTIWA TAHKIM. Bima: ejournal.stitbima.ac.id.
Ridhawi, Ahmad. 2014. KONFLIK POLITIK PADA MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH ALI
BIN ABI THALIB. Jakarta: repository.uinjkt.ac.id.
Syukur, Fatah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra.
Tamara, “Pergulatan Politik Pada Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib”, April 2009,
<https://tabloidmasjidnus.wordpress.com/edisi/tamara-edisi-ii-april-2009/pergulatan-politikpada-masa-khalifah-ali-bin-abi-thalib/> [diakses pada 25 Oktober 2020].
11 | K o n d i s i S o s i a l P o l i t i k d i M a s a K h a l i f a h A l i b i n A b i T h a l i b
Download